Você está na página 1de 8

Analisis Mekanisme Gempabumi Sorong 25 September 2015 (WIT)

(Preliminary Scientific Report)


Oleh: Dr. Muzli
Email : muzli@bmkg.go.id
(updated 07 Oktober 2015)
Gempabumi Sorong terjadi pada tanggal 25 September 2015 Pukul 00:53:28 WIT dengan kekuatan 6.8
(sumber: BMKG). Gempa terjadi pada koordinat 0.59 LS dan 131.27 BT dengan kedalaman 10 km.
Sesuai dengan posisi episenter dan peta tektonik wilayah Sorong dan sekitarnya (Gambar. 1), gempa ini
bersumber dari aktifitas Manokwari Trust (sesar naik Manokwari). Hasil penentuan hiposenter
gempabumi Sorong dari beberapa institusi adalah sebagai berikut:
No.

Institusi

1
2
3

BMKG
USGS
GFZ-Potsdam

Waktu Gempa
(WIT)
00:53:28
00:53:27
00:53:30

Lokasi Episenter
Lintang (LS) Bujur (BT)
0.59
131.27
0.631
131.244
0.55
131.24

Kedalaman
(Km)
10
18
26

Magnitudo
6.8
6.6
6.6

Gambar 1. Peta tektonik wilayah Sorong, Papua Barat dan sekitarnya dengan lokasi episenter gempabumi Sorong dari BMKG,
USGS dan GFZ-Potsdam.

Solusi mekanisme sumber gempabumi yang dikeluarkan oleh ketiga institusi di atas adalah sebagai berikut:
No.

Institusi

Strike (o)

Dip (o)

Rake (o)

BMKG

116

54

91

USGS

126

36

97

GFZ-Potsdam

121

61

93

Gambar

Ketiga hasil bola fokal sumber gempabumi menunjukkan bahwa gempa tersebut terjadi dengan
mekanisme sesar naik. Meskipun demikian jika memperhatikan arah strike sesar naik Manokwari tidak
bersesuaian dengan strike solusi bola fokal di atas. Untuk meyakinkan arah strike yang sebenarnya dapat
digunakan data aftershock (Gambar 2) dan arah deformasi permukaan dari data GPS atau strong motion
terdekat.

Gambar 2. Distribusi gempabumi susulan (aftershocks) hingga tanggal 28 Septermber 2015. (Sumber: Laporan BBMKG Wil V)

Pada wilayah sekitar lokasi kejadian gempabumi tidak ada stasiun GPS yang relatif dekat dengan lokasi
episenter gempa. Beberapa stasiun gempabumi milik BMKG (Gambar 3) digunakan untuk analisis lokasi
hiposenter dan mekanisme sumber gempa. Stasiun terdekat adalah SWI (Sorong) dan RAPI (Raja Ampat).
Stasiun SWI merekam kejadian gempa dengan hasil kualitas rekaman yang sangat baik. Sedangkan stasiun
RAPI sedang dalam perawatan sehingga tidak ada data yang terekam.

Gambar 3. Stasium pemantau gempabumi milik BMKG (kerjasama dengan negara-negara di dunia) di wilayah Papua dan
sekitarnya.

Rekaman dan hasil pengolahan data sinyal dari stasiun SWI adalah sebagai berikut:

Gambar 4. (a) Sinyal komponen Timur-Barat dengan nilai PGA sekitar 163 gals. Integrasi dua kali dilakukan pada data akselerasi
dengan menerapkan koreksi baseline. Sinyal warna merah pada hasil displacemen menunjukkan hasil sebelum dilakukan koreksi
sedangkan sinyal hitam adalah hasil koreksi baseline menggunakan metode Chao dkk (2009). Hasil pengolahan deformasi
coseismic menunjukkan pergeseran sekitar 0.55 cm ke arah Timur.

Gambar 4. (b) Sinyal komponen Utara-Selatan dengan nilai PGA sekitar 226 gals. Hasil pengolahan deformasi coseismic
menunjukkan pergeseran sekitar 2.27 cm ke arah Utara

Gambar 4. (c) Sinyal komponen Vertikal dengan nilai PGA sekitar 82 gals. Hasil pengolahan deformasi coseismic tidak
menunjukkan adanya pergeseran.

Inversi slip distribusi menggunakan waveform teleseismic dilakukan dengan menggunakan program
inversi waveform dari Yagi dkk. (2004) yang dimodifikasi dari Kikuchi dan Kanamori (1991). Data
waveform teleseismic diperoleh dari website IRIS (http://ds.iris.edu/wilber3/find_event). Hasil slip
distribusi menggunakan model bola fokal dari USGS adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Model distribusi slip hasil inversi sinyal teleseismic pada bidang rupture gempabumi Sorong.

Gambar 5 menunjukkan slip maksimum tepat berada pada posisi centroid atau hiposenter gempabumi
dengan besar slip 2.6 m. Rupture yang terjadi relatif homogen dengan hanya memiliki satu wilayah asperiti
pada bidang sesar. Hasil kalkulasi momen menunjukkan nilai 0.56 x 1019 Nm. Nilai momen ini setara
dengan magnitudo 6.4.
Hasil fitting waveform teleseismic (body wave) observasi dengan waveform kalkulasi (hasil inverse)
menunjukkan tingkat akurasi yang cukup baik (lihat Gambar 6). Waveform diperoleh dari download
melalui website IRIS sejumlah 34 stasiun dengan radius 30o 90o dari episenter gempabumi.

Gambar 6. Fitting sinyal observasi dan kalkulasi dari hasil inversi sinyal teleseismic. Warna hitam menunjukkan sinyal observasi
dan warna merah adalah sinyal hasil kalkulasi.

Analisis berikut adalah model deformasi coseismic pada lokasi sekitar episenter gempabumi. Aplikasi
forward model dilakukan dengan menggunakan input hasil distribusi slip dari inversi waveform
teleseismic (lihat Altiner dkk., 2013). Metode yang digunakan adalah sebagaimana digambarkan dalam
Wang dkk. (2003). Hasil kalkulasi deformasi permukaan adalah sebagai berikut:

Gambar 7. (a) Deformasi coseismic komponen horizontal akibat gempabumi Sorong. Tanda panah warna merah dan biru
berurutan benunjukkan hasil kalkulasi dan observasi.

Gambar 7. (b) Sama dengan 7(a) tetapi untuk komponen vertikal.

Gambar 7 (a) dan (b) berurutan menunjukkan hasil kalkulasi deformasi horizontal dan vertikal. Tanda
panah merah menunjukkan hasil model deformasi permukaan. Tanda panah biru adalah hasil kalkulasi
deformasi/displacement dari data strong motion observasi. Ketidaksesuaian antara hasil displacement
kalkulasi dan observasi dapat divalidasi dengan mencoba lokasi episenter yang digeser atau menggunakan
lokasi episenter dari sumber yang lain (GFZ-Potsdam atau BMKG). Asumsi yang lain adalah hasil
displacement observasi yang merupakan hasil kalkulasi dengan menerapkan koreksi baseline ada
kemungkinan kurang sesuai. Koreksi baseline menggunakan metode Chao dkk. (2009).

Referensi
Altiner, Y., Shne, W., Gney, C., Perlt, J., Wang, R., & Muzli, M. (2013). A geodetic study of the 23
October 2011 Van, Turkey earthquake. Tectonophysics, 588, 118-134.
BBMKG Wilayah V Jayapura (2015). Laporan hasil survey gempabumi Sorong, 25 September 2015.

Chao, W. A., Wu, Y. M., & Zhao, L. (2010). An automatic scheme for baseline correction of strongmotion records in coseismic deformation determination. Journal of seismology, 14(3), 495-504.
Kikuchi, M., & Kanamori, H. (1991). Inversion of complex body wavesIII. Bulletin of the
Seismological Society of America, 81(6), 2335-2350.
Wang, R., Martn, F. L., & Roth, F. (2003). Computation of deformation induced by earthquakes in a
multi-layered elastic crustFORTRAN programs EDGRN/EDCMP. Computers & Geosciences, 29(2),
195-207.
Yagi, Y., Mikumo, T., Pacheco, J., & Reyes, G. (2004). Source rupture process of the Tecomn, Colima,
Mexico earthquake of 22 January 2003, determined by joint inversion of teleseismic body-wave and nearsource data. Bulletin of the Seismological Society of America, 94(5), 1795-1807.

Você também pode gostar