Você está na página 1de 11

Penerapan Green Property di Kelurahan Pakintelan

Kecamatan Gunungpati, Semarang

Penerapan Green Property di Kelurahan Pakintelan,


Kecamatan Gunungpati, Semarang
Application of Green Property Concept in Pakintelan, Gunungpati Subdistrict, Semarang City

Lidya Nauli Siagian1 Danna Prasetya N.2 Godlive Handel I.S3 Nadhira Rizky Yanti4 Laras Kun R.P5 Tegar
Satriani6 Annisa Bayanti N7 Natasya Situmorang8
Mahasiswa Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Abstrak: Perumahan sebagai ruang privat sudah seharusnya memenuhi standar terutama dalam hal perancangan
kota. Penyediaan fasilitas juga perlu disesuaikan dengan standar pelayanan minimal yang berlaku dan dengan konsep
yang akan diterapkan pada lokasi perancangan. Perancangan sebuah kawasan dilakukan dengan tujuan tertentu yang
tidak lain ialah untuk mengatasi permasalahan di kawasan itu sendiri. Kawasan dirancang dengan menerapkan
konsep tertentu sesuai dengan masalah yang ada di mana konsep yang diterapkan merupakan solusinya. Rencana
konsep yang akan diterapkan di Kelurahan Pakintelan ialah Green Property yang terbagi dalam green building dan
green district sedangkan, konsep penataan yang diterapkan ialah Smart Green Pakintelan Housing. Konsep ini
diharapkan menjadi solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada terkait isu kelangkaan air bersih. Perumahan
dirancang agar menjadi salah satu penerapan urban resilience (kota berketahanan) sehingga, perumahan yang
dibangun dapat berketahanan terhadap kelangkaan air bersih. Metode analisis perancangan yang digunakan untuk
mengolah data yaitu analisis aktivitas dan kebutuhan ruang, analisis tapak, analisis kriteria terukur dan tak terukur,
analisis elemen perancangan kota, analisis elemen citra kota dan estetika, serta analisis detail rancangan berupa site
plan kawasan dan amplop bangunan.
Kata kunci: Green Property, green district, green building
Abstract: Housing as a private space has to occupy the standard of urban design. Facilities that provided
also need to be adjusted to the minimum service standards and the concept that will be applied to the site.
Designing a site is conducted with a specific purpose that is to solve the problems in its. Site is designed by
applying certain concepts in accordance to the existing problems in which the concept is the solution. The
concept that will be applied in Pakintelan Village is Green Property which is divided into green building
and green district whereas, structuring concepts applied is Smart Green Pakintelan Housing. This concept
is expected to be a solution to solve the existing problems related to the issue of water scarcity. Housing is
designed to be an application of urban resilience so that, the housing that built can be resilience against
water scarcity. Method of design analysis which is used to process the data is the analysis of activity and
the need of space, site analysis, analysis of measurable and immeasurable criteria, element of urban design
analysis, element analysis and aesthetic image of the city, and the detailed analysis of the design in the form
of site plan and building envelope.
Keywords: Green Property, green district, green building

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang

Pendahuluan
Smart Green Pakintelan Housing merupakan lokasi perancangan yang
terletak di Kelurahan Pakintelan, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, di mana
merupakan perumahan yang berketahanan terhadap bencana kelangkaan air bersih.
Manusia sebagai makhluk hidup tentu membutuhkan air sebagai pemenuhan
kebutuhan hidup, baik untuk dikonsumsi seperti minum, memasak, ataupun
digunakan untuk kebutuhan sanitasi. Kelurahan Pakintelan tepatnya RW 05
merupakan kelurahan yang terletak di Kecamatan Gunungpati. Jika dilihat dari
jumlah penduduknya, RW 05 Kelurahan Pakintelan memiliki jumlah penduduk 568
jiwa. Jumlah penduduk semakin lama akan semakin bertambah karena pada
dasarnya manusia berkembang biak. Jumlah penduduk yang semakin bertambah
berpengaruh terhadap kebutuhan air yang nantinya akan bertambah pula. Jenis
tanah di lokasi perancangan juga menjadi faktor adanya kelangkaan air bersih di
mana jenis tanahnya adalah latosol cokelat kemerahan, yang memiliki sifat yang
peka terhadap air dan memiliki daya serap tinggi sehingga air yang ada dipermukaan
langsung diserap ke bawah tanah yang mengakibatkan air permukaan dan run offnya sedikit. Akibat dari mengalirnya air ke saluran bawah tanah, di mana air bawah
tanah di Kelurahan Pakintelan pun mengalir ke wilayah dengan dataran yang lebih
rendah yaitu pusat Kota Semarang. Hal tersebut akan mengakibatkan terdapatnya
persaingan untuk menggunakan air bersih. Selain itu, RW 05 Kelurahan Pakintelan
memiliki akuifer jenis produktif setempat dan air tanah langka. Jumlah penduduk
RW 05 Kelurahan Pakintelan yang terus bertambah membutuhkan pasokan air yang
semakin banyak pula untuk berlangsung hidup, namun kondisi fisik yaitu jenis
akuifer yang ada tidak memadai.
Kebutuhan air di Kelurahan Pakintelan saat ini terpenuhi dari dua sumur
artesis, namun tidak menutup kemungkinan suatu saat sumur tersebut akan
kehabisan cadangan air. Sedangkan, masyarakat setempat juga belum menemukan
cara untuk mengatasi jika hal tersebut terjadi. RW 05 Kelurahan Pakintelan memang
dilalui oleh aliran Sungai Banjir Kanal Timur tetapi juga tidak menjamin sungai
dapat memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini dikarenakan terjadinya
alih fungsi lahan menjadi permukiman di hulu dari fungsi serapan menjadi
permukiman. Sungai Banjir Kanal Timur yang berdampak mengahambat aliran air
sungai turun ke muara. Dengan begitu RW 05 Kelurahan Pakintelan rawan terkena
bencana kelangkaan air bersih. Maka dari itu perlu dirancang sebuah konsep kota
yang efisien dan efektif untuk mengatasi kemungkinan bencana kelangkaan air
bersih terjadi agar RW 05 Kelurahan Pakintelan tetap dapat berfungsi sebagaimana
mestinya meskipun terkena kelangkaan air bersih. Setelah melakukan tinjauan
terhadap rumusan masalah tersebut, maka munculah research question yaitu
Bagaimana konsep penataan Kelurahan Pakintelan sebagai hunian yang
berketahanan terhadap kelangkaan air bersih di Kecamatan Gunungpati,
Semarang?.
Keluaran dari penelitian ini adalah konsep penataan yang dilakukan di
Kelurahan Pakintelan yang berupa urban design guidelines sehingga dapat
menciptakan perumahan dengan konsep Green Property di Kecamatan Gunungpati.
Penataan ditinjau berdasarkan analisis perancangan. Tujuan dari studi ini yaitu
membuat desain ulang terhadap kawasan perumahan di Kelurahan Pakintelan,
Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang agar dapat tetap bertahan dalam
menghadapi bencana kelangkaan air bersih dengan menggunakan konsep Green
Property. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, sasaran yang dilakukan yaitu
sebagai berikut:
1. Menentukan justifikasi pemilihan lokasi perancangan;
2. Mendeliniasi lokasi perancangan;

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang
3. Mengidentifikasi kondisi eksisting lokasi perancangan dengan aspek fisik dan
non fisik;
4. Menentukan konsep sesuai isu dan permasalahan pada lokasi perancangan;
5. Melakukan analisis aktivitas, analisis perhitungan kebutuhan ruang, dan
analisis tapak pada lokasi perancangan;
6. Membuat organisasi ruang;
7. Melakukan analisis penyediaan sarana dan prasarana kawasan, analisis
sistem transportasi, dan analisis sistem penyediaan tata hijau pada lokasi
perancangan;
8. Membuat analisis elemen perancangan kota, analisis elemen citra kota,
dan analisis elemen estetika pada lokasi perancangan;
9. Membuat analisis kriteria tak terukur dan terukur pada lokasi perancangan;
10. Membuat detail rancang lokasi perancangan, desain site plan, dan amplop
bangunan pada lokasi perancangan;
Ruang lingkup studi terdiri dari dua hal, yaitu ruang lingkup wilayah dan
ruang lingkup substansi. Lokasi penelitian berisikan batas batas fisik wilayah studi,
yaitu Kelurahan Pakintelan, sedangkan ruang lingkup substansi berisikan penjabaran
dari sasaran penelitian.
Lokasi perancangan mikro perancangan kota terletak di bagian barat laut
Kelurahan Pakintelan dengan luas sebesar 10,4 Ha. Serupa dengan kondisi di lokasi
perancangan makro, pada lokasi perancangan mikro menurut tata guna lahannya
berupa permukiman. Batas-batas lokasi perancangan mikro secara geografis sama
dengan lokasi perancangan makro. Wilayah mikro memiliki karakteristik yang mirip
dengan lokasi perancangan makro dilihat dari kondisi fisik dan sosialnya. Kelerengan
pada lokasi perancangan mikro adalah sebesar 2-15%, seperti terlihat pada peta di
bawah ini:

Sumber: Analisis Penyusun, 2015

Gambar 1. Peta Administrasi Lokasi Perancangan Mikro

Kajian Teori

Green Property adalah konsep desain ramah lingkungan yang terdiri dari dua
indikator yaitu green district dan green building. Konsep Green Property adalah
konsep yang dirancang sebagai konsep dari resilient city yang hemat energi. Green
Property memiliki beberapa kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam
mendesain. Kriteria pertama adalah taat pada kebijakan pro-lingkungan, yang kedua
adalah pada sistem pengolahan sampah dan limbah minimal (zero waste) sehingga
sampah yang dibuang ke TPA sangat sedikit. Pada tahap kedua ini nantinya konsep
perancangan akan membangun setiap bangunan dengan tempat pengelolaan
sampah mandiri. Kriteria ketiga adalah permukiman yang memiliki sistem
pengendalian dan pengelolaan air yang memungkinkan 30% air hujan meresap ke
tanah, yang keempat adalah infrastruktur hijau, artinya

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang
penggunaan material untuk membangun kawasan permukiman ini nantinya akan
menggunakan material yang menyerap air, selain dari segi material bangunan,
penyediaan walk paths yang teduh serta aman juga akan dibangun. Kriteria kelima
adalah transportasi hijau yang di mana pada konsep rancangan nantinya akan
disediakan pusat aktivitas penunjang yang menggunakan infrastruktur hijau terdiri
dari tempat parkir, taman, sarana olahraga, masjid, minimarket, pujasera, caf, dan
halte yang nyaman dan strategis sehingga diharapkan mampu mengurangi
keinginan masyarakat bepergian dengan kendaraan pribadi. Kriteria keenam adalah
bangunan hijau yang di mana volume bangunan dijaga agar biaya pembangunan,
pengoperasian, dan pemeliharaan terkendali lebih hemat, akan dimanfaatkan
sumber-sumber energi alternatif, seperti sel surya. Kriteria terakhir dari konsep
Green Property adalah bangunan hijau yang setiap bangunan memiliki RTH yang
mampu menyerap air.
Didukung dengan turunan konsep Green Property yaitu green district dan
green building di mana masing-masing mempunyai kriteria yang mengacu untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan energi dan menangani permasalahan
kelangkaan air bersih. Kriteria konsep green district yang dimaksud seperti KDB
yang dimiliki rendah (tidak lebih dari 25 - 35%), memiliki fasilitas pengelolaan air
dan sampah sesuai standar, dan bangunan yang memiliki batas ketinggian tidak
lebih dari 5 lantai. Sedangkan konsep green building salah satu indikator konsep
Green Property memiliki kriteria seperti ventilasi yang digunakan alami,
pencahayaan alami, greenroof, dan orientasi bangunan terhadap utara-selatan
dengan tujuan mengurangi panas dari sinar matahari. Melalui peningkatan efisiensi
terhadap energi, diharapkan Green Property akan dapat memaksimalkan daya saving
water dan membantu mengurangi perubahan iklim yang terjadi.
Salah satu caranya adalah dengan pemanfaatan RTH yang dimaksimalkan
dan dioptimalkan melihat pada kondisi eksisting lokasi perancangan terdapat banyak
ruang terbuka hijau yang tidak dimanfaatkan. Dengan memaksimalkan dan
pengoptimalan ruang terbuka hijau nantinya akan difokuskan sebagai daerah
resapan air dan rekreasi masyarakat. Penataan RTH juga akan menggunakan jenisjenis pohon yang memiliki daya serap air yang tinggi sehingga meminimalisir
kelangkaan air bersih air tanah.

Analisis
Aspek
Perancangan

Analisis Tapak
- Konstelasi wilayah mencakup keterkaitan wilayah studi dengan Kelurahan
Pakintelan, serta dengan Kecamatan Gunungpati.
- Analisis lingkungan, berfungsi untuk menentukan kesesuaian zoning pada
wilayah studi berdasarkan fungsi yang telah ada.
- Analisis topografi, dapat diketahui dari garis kontur yang terdapat pada
wilayah studi yaitu memiliki lereng yang datar hingga landai.
- Analisis kebisingan, terdiri dari kebisingan cukup tinggi (jalan raya UnnesGunungpati) dan kebisingan rendah (di sepanjang jalan lokal & lingkungan
di wilayah studi).
- Analisis drainase, berupa drainase terbuka yang alirannya ke saluran jalan.
- Analisis vegetasi, terdapat pohon palem ekor kuda dan dan pada jalan utama
dari lokasi perancangan yang terletak di jalan lokal sebagai penambah
keindahan dan peneduh lokasi serta menambah suasana yang asri untuk
lokasi perumahan.

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang
-

Analisis arah angin dan lintasan matahari, pola limpasan matahari bergerak
dari timur ke barat, sedangkan untuk arah angin yang cocok pada suatu
ruang publik yaitu angin yang sejuk.
Zoning kawasan, merupakan pembagian kawasan perancangan menjadi
beberapa zona tertentu.

Sumber: Analisis Penyusun, 2015

Gambar 2. Zoning Kawasan Perancangan

Analisis Terukur
- Perhitungan Koefisien Dasar Bangunan. Pengaturan KDB pada kawasan
permukiman adalah sebesar 35% dari seluruh luas kawasan perencanaan
diluar luasan yang digunakan untuk jaringan utilitasnya.
- Perhitungan Ketinggian Bangunan. Maksimum ketinggian maksimum
bangunan yang diperbolehkan adalah 13 lantai. Sedangkan pada kawasan
perancangan hanya akan dibangun ketinggian maksmium adalah 2 lantai
untuk bangunan hunian klaster besar dan pertokoan saja.
- Jarak Antar Bangunan dan Garis Sempadan Bangunan. Untuk bangunan 2
lantai menunjukan bahwa bangunan tersebut mempunyai ketinggian dengan
jarak antar bangunan maksimum adalah adalah 4 meter. Sedangkan untuk
bangunan 1 lantai mempunyai jarak antarbangunan maksimum sebesar 3
meter. Untuk garis sempadan bangunan klasifikasinya antara lain :
Jalan Kolektor (a) dengan Jalan Lingkungan Utama (b)
Maka GSB a = 17,67 meter dan GSB b = 31,27 meter
Jalan Kolektor (a) dengan Jalan Lingkungan (c)
Maka GSB a = 13,267 meter dan GSB c = 19,489 meter
Jalan Lingkungan Utama (b) dengan Jalan Lingkungan (c)
Maka GSB b = 10,99 meter dan GSB c = 16,825 meter
Karena dari hasil perhitungan tidak realistis untuk diterapkan pada kawasan
perancangan seluas 10,4 Ha, maka untuk bangunan yang berbatasan dengan jalan
akan menggunakan sempadan bangunan dengan besaran yang sama besar dari arah
tersebut dengan lebar jalan satu arah yaitu 3 meter.

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang
Analisis Tak Terukur
- Access, dilalui oleh Jalan Raya Unnes-Gunungpati, dan selain itu juga terdapat
jalan lokal dan lingkungan.
- Compability, mencakup kecocokan topografi dengan bangunan yang
direncanakan dibangun di wilayah studi.
- View, terdiri dari view to site (sebuah landmark yang dikenali dari jauh yang
dijadikan sebagai karakter) dan view from site (adanya perbukitan yang dapat
dilihat dari wilayah studi).
- Identity, yaitu berupa landmark dalam bentuk gerbang sar, 2 buah patung
dan air mancur di pintu masuk.
- Sense, dapat menciptakan bangunan rumah dengan berbagai tipe, yaitu
rumah besar, rumah sedang dan rumah kecil.
- Livability, didesain sebagai tempat bermukim yang nyaman, karena adanya
keakraban dan keguyuban antar masyarakatnya sehingga masyarakat merasa
nyaman untuk tinggal.
Analisis Elemen Estetika
- Proporsi, ditunjukkan dengan perbandingan kawasan terbangun yang hanya
35% dari luas lahan, serta perbandingan luas bangunan yang mencakup 35%
dari luas kaveling.
- Sumbu, berupa jalan utama lingkungan kawasan perancangan dengan
pepohonan dan dilengkapi street furniture di sisi samping yang ramah
lingkungan.
- Simetri, ditunjukkan melalui persebaran bangunan atau aktivitas yang merata
atau pengaturan penempatan antara bentuk atau ruang sehingga
menimbulkan keseimbangan.
- Irama, ditunjukkan oleh adanya street furniture seperti lampu jalan. Selain
itu akan terdapat pula bangku taman serta tempat sampah yang berderet
dengan interval 40 meter di samping pedestrian ways. Akan dirancang pula
hydrant di setiap 300m untuk memberikan irama dan sebagai tindak
antisipasi terjadinya kebakaran.
- Konteks, ditunjukkan oleh rumah (tempat bermukim) penduduk yang
merupakan bangunan datar, dengan keseragaman bentuk, ukuran dan
wujudnya per klaster.
- Balance, mencakup keseimbangan komposisi antara unsur yang ada.

Analisis
Kebutuhan
Ruang
dan
Fasilitas

Kebutuhan ruang pada Smart Green Pakintelan Housing berupa perhitungan


terhadap jumlah dan luas ruang yang dibutuhkan dari setiap aktivitas yang terdapat
pada lokasi perancangan. Spesifikasi dari tiap aktivitas yang ada dapat dijadikan
sebagai pembeda dengan aktivitas lain. Untuk dapat mengetahui berbagai aktivitas
yang ada, dapat terlihat dari pemenuhan kebutuhan ruangnya, seperti analisis yang
dilakukan pada tabel di bawah ini:

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang
Tabel 1. Analisis Kebutuhan Ruang

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang

Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015

Berdasarkan tinjauan terhadap analisis kebutuhan ruang maka dapat


diperoleh suatu bentuk hubungan antar aktivitas dengan pengguna. Hubungan
tersebut menjelaskan keterkaitan antar aktivitas yang nantinya membentuk system
yang berisi komponen fungsi keruangan yang saling memiliki keterkaitan sehingga,
membentuk sebuah pola pergerakan. Di dalam organisasi ruang terdapat pembagian
ruang publik dan privat. Pada ruang publik terdapat fasilitas sosial dan fasilitas
umum untuk publik. Sedangkan di dalam fasilitas privat terdapat hunian yang
bersifat privasi. Di dalam pembagiannya pada organisasi ruang terdapat berbagai
macam fungsi. Pada perancangan lokasi ini akan difokuskan pada penciptaan hunian
di KelurahanPakintelan, Kecamatan Gunungpati. Kemudian juga terdapat fungsi
hunian horizontal yang didukung fungsi pelayanan terkait sistem transportasi,
persampahan, dan jaringan infrastruktur lainnya. Organisasi ruang juga digunakan
untuk mengatur dalam peletakan aktivitas pada site plan.

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang

Sumber: Analisis Kelompok 7B, 2015

Gambar 3. Organisasi Ruang

Site Plan
Smart Green
Pakintelan
Housing

Sumber: Hasil Analisis Kelompok 7B, 2015

Gambar 4. Site Plan Smart Green Pakintelan Housing

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang

Urban Design Guidelines


No

Komponen

Landmark

Perumahan

Perdagangan dan
Jasa

Sarana Aktivitas
Penunjang

Ruang Terbuka
Hijau

Design Guidelines
Performance
Perscriptive
- Landmark yang terdapat
pada lokasi perancangan
berupa pintu gerbang
yang jalannya terbagi
menjadi 2 jalur dengan
tulisan nama perumahan
3D di tengah-tengah
ditambah dengan adanya
patung serta dicirikan
dengan adanya pohonpohon di sisi kanan dan
kiri.
- Setiap klaster memiliki
gaya bangunan yang
berbeda serta warna cat
yang berbeda juga. Untuk
klaster rumah besar
bangunan bergaya semikolonial,
sedangkan
untuk
klster
rumah
sedang dan kecil bergaya
minimalis.
- Pertokoan di cat dengan
warna senada, dengan
adanya papan nama toko
di setiap toko sebagai
penanda.
Selain
itu
terdapat plang besar yang
menunjukkan bahwa area
tersebut
ialah
area
pertokoan
dari
perumahan Smart Green
Pakintelan.
- Sarana
aktivitas
penunjang
terdapat
foodcourt,
lapangan
olahraga, taman utama,
masjid, jogging track
dengan
lokasi
yang
strategis.

- Ruang terbuka yang


ada berbentuk taman di
setiap klaster selain itu
juga terdapat embung
di
setiap
klaster.
Taman dan embung
klaster
berfungsi
sebagai

- Sesuai dengan konsep


untuk landmark selain
patung dan tulisan nama
perumahan 3D terdapat
pepohonan di kanan kiri
yang jenis pohonnya
disesuaikan yaitu pohon
palem ekor ikan dan phon
elm yaitu pohon yang daya
serapnya tinggi.

- Bangunan rumah dibangun


dengan
KDB
35%
menyesuaikan
dengan
konsep yang diterapkan
yaitu Green Property
selain itu rumah dibangun
dengan ketinggian yang
tidak lebih dari 2 lantai.

- Bangunan
pertokoan
memiliki KDB yang sama
dengan perumahan yaitu
35% kemudian ketinggian
bangunan juga tidak lebih
dari 2 lantai, hal ini sesuai
dengan
konsep
yang
diterapkan.

- Di
sarana
aktivitas
penunjang terdapat taman,
IPAL, TPS, dan instalasi
air
yang
menunjang
aktivitas sesuai dengan
konsep Green Property.

- RTH yang ada dibuat


dalam bentuk taman di
setiap klaster dan taman
utama selain itu juga
terdapat hutan kota yang
difungsikan
untuk
menyerap air sebagi
cadangan, jenis tanaman
yang ditanam di taman
dan
hutan
kota

Aturan Penunjang

Siagian, Prasetya, Handel, Yanti, Kun R.P


Satriani, Bayanti, Situmorang

Sirkulasi

Kesimpulan

merupakan
jenis
tanaman yang memiliki
daya serap tinggi
- Sepanjang
jalan
ditanami pohon-pohon
yang bersifat mengikat
air seperti pohon elm,
pohon palem ekor ikan.
Jalan utama terbagi
- Sepanjang
jalan
terdapat
tempat
menjadi 2 jalur dan
sampah setiap 40
masing-masing
meter, lampu jalan,
memiliki
pedestrian
hydrant, papan nama
ways
untuk
orang
jalan, dan penunjuk
normal dan cacat. Jalan
arah.
klaster juga memiliki
pedestrian ways, selain
itu terdapat akses untuk
menembus dari 1 site ke
site yang lain berupa
zebra cross.

Kelurahan Pakintelan yang terletak di Kecamatan Gunungpati, Kota


Semarang memiliki potensi terjadinya kelangkaan air bersih dilihat dari jenis tanah,
kondisi akuifer, kondisi eksisting, dan riwayat Kelurahan Pakintelan. Kemudian
dengan pertambahan jumlah penduduk yang mungkin terjadi semakin mendukung
terjadinya kelangkaan air bersih di Kelurahan Pakintelan. Maka dari itu, untuk
menghindari kemungkinan bencana tersebut terjadi maka kawasan dirancang
dengan konsep yang sesuai yaitu Green Property yang secara keseluruhan
bergantung pada penyerapan air di tanah oleh tanaman pengikat air. Akan tetapi,
di perancangan kali ini dikombinasikan dengan adanya pembuatan embung sebagai
salah satu solusi tambahan mengatasi masalah. Perancangan dengan penerapan
konsep Green Property diharapkan dapat berhasil sehingga menciptakan kota
berketahanan dari bencana yaitu bencana kelangkaan air bersih.

Daftar Pustaka
Sumber Daya Agung Property. 2009. Konsep Green yang Sesungguhnya, dalam:
www.sdaproperty.com
Sumber Daya Agung Property. 2009. Delapan Kriteria Hijau, dalam: www.sdaproperty.com
BUMN. 2012. Pengembangan Green Property Berhasil Kurangi Penggunaan Energi,
dalam: www.bumn.go.id
GCB. 2010. Green Property Award 2010, dalam: www.gbcindonesia.org

Você também pode gostar