Você está na página 1de 7
MANAJEMEN STRES SECARA MEDIS-PSIKIA TRI Oleh: Dr. H. Ahmadi NH, Sp.KJ** PENDAHULUAN Modernisusi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ner-bawa perubahan dalam cara berfikir dan gaya hidup masyarakat las. Perubahan-perubahan tersebut akan membawa konsekuensi di bidang kesehatan baik Kesehatan fisik maupun kesehatan psikis (jiwa) dan kondisi sosiokulturalreligi seseorang. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan tersebut dan oleh karenanya akan memungkinkan menimbulkan ketegangan dan mengalami permasalahan yang dapat menimbulkan stress, apakah strees tersebut sebagai factor pencetus, factor penyebab dan juga akibat dari svatu penyakit atau gangguan, yang pada akhirnya akibat stress tersebut dapat mengganggu dalam kualitas kehidupan seseorang, Stress bisa berasal dari perubahan nilai budaya, perubahan system Kemasyarakatan, pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita dll. Bertambahnya stress kehidupan akan menyebabkan gangguan mcntal-emosional seseorang, dapat mengganggu juga produktivitas dan kualitas hidup sescorang, dapat menjadi tidak nyaman, tidak tenang dan tidak efisien dalam kehidupan dan pekerjaan. ‘Apakah suatu peristiwa dirasakan sebagai menyebabkan stress atau tidak, adalah tergantung pada sifat peristiwa tersebut dan kekuatan mekanisme pertahanan seseorang dalam menghadapi stress dan permasalahan. Semua tersebut melibatkan_ suattr abstraksi kolektif untuk proses dengan mana seseorang merasakan, berfikir, dan bertindak tethadap peristiwa eksternal atau dorongan intemal. Seseorang yang egonya berfungsi dengan baik adalah dalam keseimbangan adaptif dengan dunia eksternal maupun internal, jika ego tidak berfungsi dengan baik maka akan terjadi ketidak scimbangan, dan jika ketidakseimbangan yang dihasilkannya berlangsung cukup lama, mak.. orang tersebut dapat mengalami gangguan “stress”. Apakah ketidak seimbangan adalah eksternal antara tekanan dunia Iuar dan ego seseorang, atau intemal antara impuls pasien dan kesadaran, ketidak seimbangan menghasilkan suatu konflik. Konflik yang disebabkan oleh karena peristiwa eksternal biasanya adalah interpersonal, sedangkan konflik yang disebabkan oleh peristiwa internal adalah intra psikis ata *). Makalah disampaikan dalam Seminar Schari “Manajemen stress ditinjau dari aspek medis- psikiatri dan religi untuk meningkatkan kualitas hidup ”. 10 Juni 2006 di Gedung Riptatoks kompleks Setda Grobogan. **) Dosen Fak Kedokteran UNI ULA Semarang. HAKEKAT DAN PENGERTIAN STRES Stress dapat diartikan sebagai ketidak mampuan mengatasi ancaman, tekanan atau permasalahan lain yang dihadapi oleh mental emosional, fisik dan social spiritual manusia yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatannya. Stress adalah persepsi kita terhadap situasi atau kondisi di dalam lingkungan kita sendiri, persepsi terhadap stress adalah dari perasaan takut atau marah, Perasan ini dapat diekspresikan dalam sikap tidak dapat menerima, tidak sabar, frustasi, tidak ramah, cemas, depresi, rasa bersalah. khawatir, dil. Dalam kehidupan perasaan ini juga dapat muncul dalam sikap yang psimis, merasa bersalah, tidak puas, produl-tivitas rendah, kualitas hidup terganggu dil. Stres dalam berbagai literatur ilmiah termasuk istilah yang cukup beragam diterjemahkan, karena istilah stres dapat dipakai baik sebagai sumber atau sebagai akibat dari proses stress, stress dapat dikonseptualisasikan dari berbagai titik pandang. Stress dapat dipandang sebagai stimulus, stress sebagai respon atau stress sebagai interaksi individu dengan lingkungannya. Stres sebagai stimulus menitik beratkan pada lingkungan dan menggambarkan stress sebagai stimulus lingkungan tersebut. Jika kita mengatakan bahwa kita stres bila menghadapi situasi yang sulit atau sedang tertekan. Dalam konteks ini, stress mengacu kepada stimulus atau input Misalnya pekerjaan yang berat akan menimbulkan rasa ketegangan dan tidak nyaman atau stres, lingkungan atau peristiwa yang menimbulkan stiess disebut stressor yang bisa berupa bencana besar, gempa bumi, kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, situasi dan kondisi yang tidak menyenangkan dan lain-lain, kondisi dan hal yang demikian merupakan stress sebagai stimulus, Pandangan kedua menggambarkan stress sebagai respon, bila kita mengatakan bahwa kita stress bila kita sedang menderita kecemasan atau depresi, atau sedang tidak bisa menyelesaikan masalah sama sekali. Dalam hal demikian, stress adalah suatu respon atau hasil dari sesuatu atau contoh yang lain bila seseorang stress ketika diminta berpidato dihadapan orang banyak. Respon stress dipakai untuk mendeskripsikan mekanisme yang terlibat. Dalam kondisi stress, tubuh mempersiapkan diri untuk melakukan dua tindakan berikut: melawan dan mempertahankan diri sendiri dari tekanan dan ancaman yang taenghadang, respon melawan diekpresikan oleh. rasa marah. Sebaliknya, respon menghindar diawali oleh rasa takut. Secara umum, kedua respon tersebut menyebabkan tubuh mengalami gangguan, seperti jantung berdebar-debar, pernapasan menjadi lebih cepar, keluar keringat berlebihan, ketegangan otot, laju metabolic meningkat dll. Respon melawan atau menghindar akan muncul, terutama jika tubuh secara fisik berhadapan dengan ancaman yang membahayakan, lebih-lebih bila ancaman tersebut bersifat mental emosional atau social spiritual. Apapun jenis ancaman tersebut, apakah pemutusan hubungan kerja, kejenuhan kerja, pelecehan seksual, penghinaan dil, tubuh kita akan memberikan reaksi yang sama. Respon ysng timbul bisa berupa respon psikologis, berupa pola perilaku, pola piker, emosi dan perasaan dan dapat juga burupa respon fisiologis seperti, jantung berdebar, perut mules, mulut kering, badan gemetar dan berkeringat. Jadi stress mengandung unsure fisik, psikologis, dan emosional Stress juga dapat mempengaruhi kesehatan fisik, mental dan social kita. Akibat yang ditimbulkan stress bisa menjangkau jauh dan berdampak terhadap seluruh aspek kehidupan kita Pandangan ketiga menggambarkan stress sebagai suatu proses, bukan hanya stimulus dan respon saja, melainkan suatu proses dimana seseorang adalah agen yang aktif yang dapat mempengaruhi stressor melalui strategi kognitif dan emosional. Ada tiga fase mekanisme terjadinya satres, yang dikenal'dengan istilah general adaptaion syndrom (GAS) yaitu 1) fase peringatan (alarm stage): pada fase ini system’ syara!’ pusat dibangkitkan dan pertahanan tubuh dimobilisasi- misalnya akan menghindar atau menghadapi, lari atau bertempur. 2) fase perlawanan atau adaptasi (the stage of resistence or adaptation), tahap ini memobilisasi_ menentukan menghindar atau menghadapi. 3) tahap stress berkclanjutan dan mengganggu homeostasis (exhaustion). tahap ini ditandai mulai munculnya gangguan atau penyakit terteniu STRES, DAYA TARAN TUBUH DAN MEKANISME KOPING Yang dimaksud dengan daya tahan tubuh adalah semua mekanisme yang digunakan tubuh untuk menjaga keschatan dan keutuhan tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh herbagai factor dalam lingkimgan hidup (Bratawijaya, 1996). Dengan istilah lain daya tahan tubuh dapat didetinisikan sebagai suatu system kompleks dalam tubuh yang berupa jaringan organ dan scl yang fungsinya melindungi tubuh terhadap bahaya dan masuknya infeksi, bakteri, virus, parasit, atau benda yang dianggap asing oleh tubuh, serta berbagai masalah psikososial lain. Berbagai pendapat para ahli mengatakan, sires dalam kehidupan seseorang dapat mempengaruhi daya tahan tubuh terhadap penyakit dan gangguan yang lain dalam aktivitas kehidupan seseorang. Sebagian besar peneliti setuju: bahwa stress yang kronik, parah, dan dirasakan dapat memainkan peranan kausatif dalam perkembangan banyak penyakit somatik/fisik. Seperti gangguan system muskulo skeletal atau gangguan perak dan perilaku, gangguan scnsorik-motoris, gangeuan kardiovaskuler, g-ngguan pernal dan juga berbagai macam gangguan mental/kejiwaan seperti: ansietasikG. ketegangan, ketakutan, depresi, gangguan tidur. dll Stres dan mekanisme coping digambarkan dalam 6 tahap sebagai bagian yang. pen‘ing dalam proses gangguan mental dan penyakit fisik terhadap pengalaman stress dalam kehidupan sescorang. Tahap pertama yaitu tahap persepsi. ‘Tahap perseps? ini dapat mengubah besar kecilnya dampak yang terjadi. Hal ini bergantung pada pengalaman seseorang terhadap peristiwa-peristiwa sebelumnya, dukungan sosial yang, ada dan faktor biografi, misalnya pendapatan dan pendidikan. Tahap kedua yaitu tahap pengaruh defens psikologik yang dapat mengalihkan perasaan-perasaan yang muncul akibat peristiwa yang dialaminya, yang secara khusus dapat menstimulasi bermacam- macim respon psikologik. Tahap ketiga yaitu tabap munculnya sejumlah respon psikofisiologik. Bila respon tersebut diinterpretasikan sebagai sesuatu yang menggangeu dan membahayakan, maka akan timbul berbagai gejala gangguan atau penyakit. Respon tersebut dibagi dalam dua Kategori yaitu sespon yang. disadari (misalnya: berkeringal, nyeri kepala dan ketegangan otot) dan respon yang tidak disadari (misalnya: kenaikan tekanan darah, dan peningkatan serum lipid). Respon psikologik dapat juga terjadi misalnya stress. perasaan cemas, takut dan depresi. Tahap keempat yaitu tahap individu melakkan atau mencari upaya untuk mengatasi Kondisi tersebut atin coping, (response management), Misalnya menggunakan obat, diel, relaksasi. olab raga dll. Tahap kelima yaitu tahap disfungsi system organ dan akhirnya timbul sakit (il/zess}. ‘Tahap keenam: pada tahap ini gejala-gejala berkembang menjadi penyakit, individu jatuh pada Keacéa sakit yang kemmudian dokter menegakkan satu atau beberapa diagnosis penyakit, Scbagian besar individu berhasil mengatasi tahap 1.2 dan p: ini. dan tidak berkembang menjadi keadaan sakit (illness). Namun de psikologik tahap kedua tidak efektif dan upaya mengatasines: who berhasil dengan baik, maka individu tersebut_ memuns dalam keadaan sakit (tahap 5 dan 6) san Salah satu faktor yang berpengaruh penting terhadap kejadian yang menimbulkan stress adalah penggunaan strategi penanggulangan adaptif (coping mechanism). Respon individu terhadap stress, dengan coping mechanism yang positif dan efektif dapat menghilangkan atau meredakan gangguan stress. Sebaliknya coping mechanism yang negative dan tidak efektif, dapat memperburuk kesehatan dan memperbesar potensi menjadi sakit dan gangguan yang lain (Folkman & Lazarus, 1988). TAHAPAN STRES Gejala-gejala stres pada diri seseorang seringkali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stress timbul secara lambat. Dan baru dirasakan bilamana tahapan gejala sudah isnht dan_mengganggu fungsi kualitas kehidupannya sehari-hari baik dirumah, di sekolah, di tempat Xerja ataupun di pergaulan lingkungan social masyarakatnya. Dr. RJ. Van Amberg dalam manajemen stress oleh Dadang Hawari (2002), membagi tahapan- tahapan stress sebagai berikut Stress tahap I ‘Tahapan ini merupakan tahapan stress yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan sebagai berikut = Semangat kerja besar, berlebihan (over acting) = penglihatan lebih tajam tidak seperti biasanya = merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, bekerja secara maksimal (all out) disertai rasa gugup yang berlebihan pula. - Merusa senang dengan pekerjaannya dan semakin bertambah semangat, namun tanpa disadari cadangan energi semakin berkurang dan menipis. Stress tahap II Dalam tahapan ini, cadangan energi tidak lagi cukup memadai untuk aktivitas sepanjang hari dan mulai timbul keluhan-keluhan seperti sebagai berikut - merasa lesu dan letih sewaktu bangun pagi hari, yang biasanya merasa segar ~ merasa mudah lelah, kurang semangat = merasa capai sepanjang hari, dan meningkat terutama menjelang sore hari ~ _ sering mengeluh lambung/perut terasa tidak nyaman (bowel discomfort) - jantung berdebar-debar otot-otot terasa tegang. tidak bisa santai Stres es tahap via Jika seseorang tidak menghi n aukan terhadap keluhan-leluhan stress ka yang bersangkuan akan menunjukkan kelu mengganggu, yaitu - gan fungsi system tubuh semakin ayata, misalnya: keluhan lambung dan usus semakin nyata, buang air kecil/air besar tidak teratur - _ketegangan otot dan system organ sen:akin nyata terasa - perasaan ketidaktenangan dan ketegangan semakin mening - _ gangguan pola tidur (insomnia) - koordinasi tubuh terganggu dan dapat merasa seperti mau pinsang. Pada tahap ini seseorang harus konsultasi atau berobat pada dokter untuk mempero'eh terapi dan mengurangi gangguan dan beban stress yang dihadapi. dalam tahap dua, an-keiuhan yang semakin nyata dan MANAJEMEN PENANGANAN STRES Stress dalam kehidupan masyarakat merupakan permasalahan yang kom: stress dalam batas tertentu dapat merupakan permasalahan yang wajar dan sebacs yang dapat membantu manusia dalam mencapai keinginan dan ¢ meningkatkan kualitas hidup. Akan tetapi bila stress terlalu lar menyebabkan terjadinya gangguan atau penyakit tertentu ba gejala gangguan fisik (organibiologi), gejala gangcuan ke gangguan sosiokultural serta gejala gangguan akts itis we 27 Bila stress dirasakan sebagai permasalahan yang mengganggu akan dapat menggarggu pula dalam aktivitas dan kualitas kehidupan, maka penting dilakukan penanganan dengan segera terhudap stress tersebut dengan manajemen pengelolaan yang bai dan pendekatan yang menyeluruh (holistic). Manajemen atau penatalaksanaan stress _memerlukan pendekatan yang bersifat menyeluruh (holistic), yaitu mencakup pengelolaan secara fisik (organobiologik), psikologi-psikiatri, psikososial dan psikoreligius. Secara garis besar terdapat dua tahap, yaitu tahap pencegahan dan terapi. Tahap pencegahan agar sescorang tidak jatuh dalam kcadaan stress, maka diperlukar dengan cara hidup sehat, hidup teratur, serasi, selaras dan seimbang secara horizontal ‘antara dirinya dengan sesam orang lain dan lingkungan alam sekitarya sera secara vertikal antara dirinya dengan perciptanya Tuhan Allah SWT, yang menciptakan alam semesta seisinya, yang mencipiakan seinua mahluk hidup termasuk man.isia. Tahap terapi, meliputi terapi somatik dan intervensi psikososial. Terapi somatik adalah penanganan gangguan satres dengan menggunakan pendekatan _obat-obatan (psikofarmaka) yang mempunyai khasiat memulihkan gangguan fungsi pada neurotransmitiers (sinyal penghantar) di susunan saraf pusat otak. cara ker) psikofarmaka adalah dengan jalan. memutuskan—jaringan atau sirkuit psikoneuroimunologi, sehingga stressor psikososial yang mengenai seseorang tidak lagi mempengaruhi fungsi kognitif, afektit, psikomotor dan organ-organ tubuh lainnya. Obat- obat yang sering digunakan dalam penanganan stress dan gangguan lain yang terkai dengan stress adalah golongan psikotropika, seperti obat anti psikotik, obat anti anxieta. obat anti depresan, dan lain-lain. Selain dengan psikofarmaka penanganan dengan __ .pendekatan somatic juga bisa dilakukan dengan terapi elekrokonvulsi dan psikosurgeri Pada seseorang yang mengalaini. stress, selain diberikan pengelolaan dengan terapi somatik, seperti terapi psikofarmaka, terapi elcktro konvulsi. dan terapi psikosurgeri, juga penting diberikan pendekatan dengan terapi psikososial termasuk dengan terapi psikososialreligi atau terapi keagamaan. Terapi psikososial banyak macam “dan ragamnya, misalnya adalah sebagai berikut: a. Psikoterapi suportif, dimaksudi:an untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar seseorang yang mengalami stress, yang bersangkutan tidak merasa putus‘asa dan ditumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri (sel) confidence) bahwa ia mampu mengatasi stressor psikososial yang sedang dihadapinya. b, Paikoterapi reedukatif, dengan terapi ini dimaksudkan memberikan pendidikan ulang dan koreksi, bila ketidak mampuan menghadapi stress itu karena faktor psikoedukatif masa lalu dikala yang bersangkutan delam masa perkembangan, anak dan remaja. c. Psikoterapi rekonstruktif, dengan pende‘atan terapi ini dimaksudkan untu!: memperbaiki kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor psikososial yang tidak mampu diatasi oleh yang bersangkutan. d. Psikoterapi kognitif, pendekatan ini dimaksudkan untuk memulihkan fungsi kognitif penderita, yaitu mengembalikan kemampuan berfikir secare positif dan rasional seiain itu yang bersangkutan juga mampu membedakan nilai moral dan religi, antara yang baik dan buruk, halal dan haram dill. ¢. Psikoterapi psikodinamik, dengan pendckatan ini dimaksudkan untuk menganalis: dan menguraikan proses dinamika fungsi kejiwaan yang menjelaskan kenapa seseorang ‘tu-atla yang tidak mampu menghadapi stressor psiko social schingga jatuh menjadi stress atau sakit (cemas, depresi, keduanya dll). Dengan demiki bersangktitan akhirnya mampu mencari jalan keluar agar ierbebas dari stress f. Psikoterapi perilaku, pendekatan ini dimaksudkan untuk memulihi perilaku yang mal adaptif (ketidakmampuan beradaptasi) akiba yang dideritanya. Dari manajemen terapi ini diharapkan yz beradaptasi dengan kondisi yany baru sehingga bisa ber’ dan wajar dalam kehidupannya sehari-har' => tempat kerja dan di lingkungan sostokulture x. Psikoterapi keluarga, sescorang dapat jath dalam keadaan stress, kecemasan dan atau depresi yang di karenakan stressor psikososial yang diakibatkan karena faktor keluarga, dengan pendekatan ini diharapkan dapat memperbaiki fungsi keluargga agar terbentuk keluarga yang sehat. harmonis, bahagia dan menyenangkan, agar factor keluarga tidak lagi menjadi factor penyebab atau pencetus timbulnya stress. telapi justru sebaliknya, factor keluarga Capat dijadikan sebagai pendukung bagi pemulihan dan penyembuhan stress orang yang bersangkutan. Dengan demikian pada pendekatan ini tidak hanya ditujukan kepada pacien yang bersangkutan saja, tetapi juga terhadap anggota keluarga yang lainnys. Kehidupan yang seimbang adalah pertukaran antara melakukan segala sesuatu vang ingin kita lakukan dan melakukan segala hal yang harus kita lakukan. Sering kali kita menginginkan yang terbaik untuk kedua-duanya. tetapi kita tidak memehami bahwa iu berarti kita harus berusaha menyeimbangkan prioritas yang kadang saling bertentangan. Tujuan-tujuan yang saling berten.angen akan siress dan stress akan dapat berkurang atau hilang bila keinginan, sikap dan kemampuen kita seimbang. Secara_ umum manajemen stress dengan pendekatan terapi _psikososial sebagaimana diuraikan dimuka adalah adalah untuk memperbaiki struktur kepribadian, Sechanan dan kekebalan diri untuk menggunakan mekanisme pertahanan atau mekanisme koping yang baik dan positif. baik fisik maupun psikis seta kemampuan beradaptasi positif’ dan kemampuan menyelesaikan herbagai macam stressor psikososial yang ada NDEKaTAN ACAMA (RELIGI) Dewasa ini perkembangan terapi di dunia kedokteran, sudah berkembang kearah pendekatan keayamaan (psikoreligius). Dari berbagai penelitiah ternyata — tingkat religiusitas seseorang ere hubungannya dengan daya tahan dalam menghadapi problematika kehidupan yang merupakan stressor psikososial, Dalam perkembangan manusia seutuhnya ternyataperkembangan_bivlogis, psikologis dan social Giopsychosocial development) berkembang sejajar (paralel) dengan perkembangan spiritual seseorang, hal ini Jikemukakan oleh Aist C.S.. etal. (1994), Pandangan ini sejalan dengan pandangan Hawari, D. (1996) yang meayatakan bahwa perkembangan manusia tidak lagi berdimensi tiga, melainkan berdimensi empat, yaitu dimensi biologis. psikoedukatif, sosiokultural dan agamaieligi. Pentingaya agema dalam kesehatan juga dapat dilihat dari batasan Organisasi Xesehatan Dunia (WHO, 1984) yang menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur penting dari pengertian sehat seutuhnya, Bila sebelumnya pada tahun 1947 WHO memberikan batasan schat haya terdapat tiga aspck sehat dalam arti fisik (organobiologik), sehat dalam arti mental (psikologik/) van schat dalam arti social (sosiologik), maka sejak tahun 1984 batasan sehat seutuhnyst dimasukkan adanya aspek agama (spiritual). yang oleh American. Psitiatric Assoctation diken: | dengan ramusan “biopsikosociospiritual” (APA, 1992) Para peneliti seperti Harrington A. juthani NV.(1996) dan Monakow V Goldsiein (1997) mencoba meneari nubungan, antara ilmu pengetahuan (neuroscienifi concepts) dersan dimensi spiritual/religi yang masih dianggap belum jelas, namu diyawyni adanya hubungan tersebut. dalam presentasinye yang berjudul Brain. Religion diyakini adanya titik ketuhanan (God Spor) dalam susunan saraf pus. Sebsy. contohnya adalah orang yang menderita sakit atau stress dengan ganguan aecemss yang kemudian diberi obat anti cemas, maka yang bersangkutan akan .uenjad! ter... Namun pada orang yang sama dengan berdo'a dan dvikir kepada Allah Tuhar sanz Mtv a, juga akan dapat memperoleh ketenangan dan kesembuhan, Perny st tas memperkuat hasil penelitian yang dilakukan menyatakun bahwa terapi medis saja tanpa do‘a dan 7s do’a dan zikir saja tap terapi medis tidaklah eek Dalam Islam bagi mereka yang sakit dianjurkan untuk berobat kepada ahlinya disertai dengan berdo’a dan berdzikir. Bagi pemeluk agama Islam do’a dan dzikit merupakan salah satu bentuk komitmen keagamaan seseorang. Do’a adalah permohonan yang ditujukan kehadirat Allah Tuhan Yang’ Maha Kuasa, sedangkan dzik.r adalah mengingat Allah SWT dengan segala sifatsifatnya. Dengan demikian yang dimaksud dengan do’a dan dvikir adalah suatu amalan dalam bentuk perkataan yang diucapkan secara lisan ataupun dalam hati sanubari yang berisikan pujian, permohonan kepadt allah SWT dengan selalu mengingat Asmanya dan sifat-sifatnya. Dzikir tidak terbatas empit, melainkan meliputi segala macam yang mana yang win dvikir itu sendiri dalam arti pact hat memuji Allah, shalt ataupun pemikiran dan peril diperintahkan dalam Iskam juga termasuk Dipandang dari sudut kesehatan jiwa atau psikictri Do’a dan dzikir mengandung unsur psisoterapi yang mencalam dan merupakan psikoterapi berdimensi Ilahiyah. Terapi psikreli.sius tidak kalah pentingnya dibandingkan dengan psikoterapi kontemporer ataut psikoterapi barat, karen ia mengandung kekuatin spiritual yang dapat membangkitkan motivasi dan harapan, optimisme dan rasa percaya diri (self confident). Hal terscbut mmerupakan sesuatt. yang. esensial bagi penyenibuban suatu penyakit disamping psikofarmaka dan tindakan medis lainnya bila memang harus dibutuhkan Pendekatan dimensi religi ini dimaksudkan membangkitkan kekuatan keimanan dar motivasi untuk sembuh dari penyakitnya sesuai dengan agama yang diyakini seseorang guna mengatasi stress aan penderitaannys. Dalam Islam banyak digunakan pendekatan do'a dan dzikir dalam menghadapi gangguan. stress, pervakit, krisis ataupun musitah yang menimpanya (Imran, z., 1995) serta kita sclalu diinga:kan bahwa sesuatu apapuin yang menimpa kita pada hakekatnya semua itu adalah milik Ailah SWT dan kita semua kelak akan dikembalikan kenada-Nya, RUJUKAN © 1. Hawari D. Manajemen stress 2002. Hardiman A. Stres dan upaya penanggulangannya. Indon Psychiat Quart 1988 XXi: 1-10. Ibrahim AS. Stres dan F mas dan depresi. Balai Penerbit FK +11 Jakarta. 3 ikosomatis. Dua As-I-Dud As Jakarta, 2003. 4, Kapian HI., Sadock BJ., Grebb JA. Sinopsis Psikiatri IImu Pengetahuan Psikiair Klinis. Bina Rupa Aksara Jakarta, 1977. Masruhan A. Mengatasi masalah dengan do’a. PP. Al-Hikmah Brebs 1-47. 6. Putra ST. Pengaruh stress terhadap system kekebalan tubuh manusia dalam su. pandang psikoneuroimunologi. Makalah Simposium regional manajemen < dalam meningkatkan kualitas hidup menurut sudut pandang miomedis dan I FK. Unissula Semarang, 2000. 7. Rah? RH. Stress and psychiatry. Dalam: Kaplan HI., sadock BJ. Comprehens. textbook of Psychiatry Baltimore Williams & Wilkins,1995 hal: 1545-60 8. Williams S, Managing pressure for peak. performance (menjadikar sebagai pemicu kinetja puncak suatu pendekatan positif terhadap Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1997 hal: 1-51 9. Wibisono S. Psikiatri dan Agama. Indon Psychiat Quart 1988 0. Yusuf S. Mental hygiene pengembangan keschatan mental dalam kajiss 25+ dan agama. Pustaka Bani quraisy Jakarta, 2004 hal: 93-147. - 11. Yusuf I. Konsep dan Manajemen Stres datam Psikiatri, Makalah S: onal manajemen stress dalam meningkatkan Aualitas hidur 27 pandang mior 7 2008 ha. dan Islam. FK. Unissula Ser 7

Você também pode gostar