Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Referat
LUKA BAKAR
Oleh :
Haken Tennizar Toena
06.55352.00295.09
Pembimbing :
dr. Syaiful Mukhtar, Sp.B-KBD
Halaman Judul..........
Daftar Isi...........
Bab I Pendahuluan...........
1.1 Latar Belakang...........
1.2 Tujuan............
Bab II Isi....
2.1 Anatomi dan fisiologi kulit
2.2 Etiologi...
2.3 Patofisiologi...
2.4 Pembagian Zona Kerusakan Jaringan....
2.5 Klasifikasi..
2.6 Luas Luka Bakar
2.7 Berat-Ringannya Luka Bakar
2.8 Penatalaksanaan.....
2.9 Komplikasi
2.10 Indikasi Rawat Inap
2.11 Prognosis
Bab III Penutup..
Daftar Pustaka..
1
2
3
3
3
4
4
7
7
13
14
19
20
21
35
38
39
41
42
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan
radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
suatu
bentuk
kasus
trauma
yang
memerlukan
penanganan
multidisipliner dan atau interdisipliner.1 Oleh karena itu, penanganan luka bakar
sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari tim spesialis bedah ( bedah
plastik, bedah toraks, bedah umum), spesialis penyakit dalam (khususnya
hematologi, gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi, rehabilitasi medik,
psikiatri, dan psikolog.1,2
1.2.
Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang
BAB II
ISI
2.1. Anatomi dan fisiologi kulit3,4
Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh,
merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar
16 % berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 3,6 kg dan luasnya sekitar 1,5
1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 mm sampai 6 mm
tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis terletak pada kelopak
mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas. Sedangkan kulit
tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki, punggung, bahu.
Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda, lapisan luar
adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm sedangkan
lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang
merupakan suatu lapisan jaringan ikat.
Epidermis4
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari
epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan
merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal
pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh
ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4-6 minggu. Epidermis terdiri atas lima
lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) :
1. Stratum Korneum. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan
berganti.
2. Stratum Lusidum Berupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit
tebal telapak kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
3. Stratum Granulosum Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang
intinya ditengah dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang
dinamakan granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan
histidin. Terdapat sel Langerhans.
4. Stratum Spinosum. Terdapat berkas-berkas filament (tonofibril) yang
dianggap memegang peranan penting untuk mempertahankan kohesi sel
dan melindungi terhadap efek abrasi. Epidermis pada tempat yang terus
mengalami gesekan dan tekanan mempunyai stratum spinosum dengan
lebih banyak tonofibril.
5. Stratum Basale (Stratum Germinativum). Terdapat aktifitas mitosis yang
hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara
konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke
permukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu
lapis sel yang mengandung melanosit. Stratum basale dan stratum
spinosum disebut sebagai lapisan Malfigi.
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan
sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan
alergen (sel Langerhans).
Dermis4
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai True Skin. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis dan
menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling
tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Dermis terdiri dari dua lapisan :
- Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
- Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar sebasea
dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya derivat epidermis
di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
Subkutis4
Volume
cairan
intravascular
mengalami
defisit
sehingga
adalah
vasokonstriksi
pembuluh-pembuluh
perifer.
Sirkulasi
Otak
Sel-sel otak mutlak memerlukan oksigen, dalam waktu 4 menit, sel-sel
otak dihadapkan pada kondisi hipoksia dan akan terjadi perubahan degeneratif
dari berbagai derajat (edema sampai atrofi seluler). Dengan demikian, sirkulasi
otak merupakan prioritas untuk dipertahankan pada keadaan hipovolemik.1,10
Jantung
Sebagai
alat
pemompa,
jantung
melakukan
kompensasi
dengan
10
keadaan lebih lanjut dapat terjadi artrofi. Erosi biasanya terjadi permukaan
(superfisial) sampai ke tunika adventisia usus. Manifestasi klinis yang dapat
dijumpai akibat gangguan integritas tersebut antara lain: perdarahan (stress ulcer,
curlings ulcer), gangguan motilitas saluran cerna (ileus), dan translokasi bakteri.
Iskemi pada saluran cerna juga merupakan stimulant dilepaskannya sitokin dan
radikal bebas, dan faktor depresan miokard yang memperburuk kerja jantung.1,10
Renal
Terjadi penurunan aliran darah renal yang menyebabkan keadaan iskemia
renalis. Manifestasi klinis yang tampak adalah penurunan ekskresi urin mulai dari
oliguri
sampai
anuri.
Hipoksia
parenkim
ginjal
merupakan
stimulasi
perfusi
menyebabkan
perubahan
integritas
sel
yang
11
12
Zona statis
Suatu daerah yang berada di luar Zona koagulasi, pada daerah ini terjadi
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, dan lekosit, sehingga terjadi
gangguan perfusi jaringan (no flow phenomena), diikuti perubahan perubahan
permeabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung
selama 12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis
jaringan.
Zona hiperemi
Daerah di luar zona stasis dimana terjadi vasodilatasi tanpa banyak melibatkan
reaksi seluler. Tergantung pada keadaan umum dan terapi yang diberikan,
13
15
Gambar 6. luka bakar derajat dua dalam, luka berwarna merah muda,
lunak pada penekanan, dan tampak basah
3. Luka Bakar Derajat III
Kerusakan seluruh lapisan dermis atau lebih dalam mencapai
jaringan subkutan, otot dan tulang. Organ kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, dan kelenjar keringat mengalami kerusakan. Tidak
ada bula, dan tidak terasa nyeri dan hilang sensasi akibat ujung-ujung
saraf sensoris mengalami kerusakan / kematian. Kulit yang terbakar
berwarna putih atau abu-abu pucat karena koagulasi protein pada
16
17
Lapisan
Kulit
yang
terkena
Penyebab
Penampakan
luar
Sensasi
Waktu
penyembuhan
Jaringan
parut
Luka bakar
dangkal
(superficial
burn)
Luka bakar
sebagian
dangkal
(superficial
partialthickness
burn)
Luka bakar
sebagian
dalam (deep
partialthickness
burn)
Epidermal
Sinar UV,
paparan nyala
api
Nyeri
3 6 hari
Tidak terjadi
jaringan parut
Epidermal
dan bagian
atas lapisan
dermal
Gelembung berisi
cairan, berkeringat,
merah; memucat
dengan penekanan
Nyeri bila
terpapar
udara dan
panas
7-20 hari
Umumnya tidak
terjadi jaringan
parut; potensial
untuk perubahan
pigmen
Epidermal
dan dermal
Gelembung berisi
cairan (rapuh); basah
atau kering
berminyak, berwarna
dari putih sampai
merah; tidak
memucat dengan
penekanan
Terasa
dengan
penekanan
saja
>21 hari
Hipertrofi,
berisiko untuk
kontraktur
(kekakuan akibat
jaringan parut
yang berlebih)
Luka bakar
seluruh
lapisan (full
thickness
burn)
Epidermal,
dermal, dan
jaringan
subkutan
Putih berminyak
sampai abu-abu dan
kehitaman; kering
dan tidak elastis;
tidak memucat
dengan penekanan
Terasa
hanya
dengan
penekanan
yang kuat
Tidak dapat
sembuh
Risiko sangat
tinggi untuk
terjadi kontraktur
Luas luka bakar dan lokasi luka pada tubuh diukur dengan presentase.
Pengukuran ini disebut rule of nines. Luka bakar yang ada dihitung dan
dijumlahkan sesuai dengan regio yang terkena, yaitu luas kepala dan leher, dada,
punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas
kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri
masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu
untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.1,3
Pada bayi dan anak dilakukan beberapa modifikasi karena perbandingan
luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda. Pengukuran tersebut dikenal
sebagai rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak, kepala
dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas atas
kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masingmasing 15%.1,3
20
Penatalaksanaan Awal
21
Penatalaksanaan Lanjutan
22
sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi
b.
berkurang.
Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka
yang lebih dalam dari superficial partial thickness (dapat dilihat pada tabel
II.3 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin
untuk penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar
superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah, riwayat alergi sulfa,
perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyusui dengan bayi kurang dari 2
bulan.
c. Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan
derajat luka bakar. Luka bakar superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa
atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah pendinginan)
bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat
hilangnya lapisan kulit akibat luka bakar. Jangan berikan mentega,
minyak, oli atau larutan lainnya, akan menghambat penyembuhan dan
meningkatkan risiko infeksi.
d. Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi
3.
bolus
Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Penilaian ABC
24
cairan
merupakan
tindakan
prioritas
ketiga
pada
dilakukan
Informasi mengenai fungsi organ-organ penting seperti ginjal, paru,
jantung, hati.
Penggunaan obat-obat yang rasional
4.
Formula Brooke
0,5 ml/KgBB/%LB darah (koloid)
0,5 ml/KgBB/%LB larutan salin
(elektrolit)
2000 ml glukosa
(elektrolit)
2000 ml glukosa
26
27
> 80
Untuk berat badan 50 kg diperlukan konversi
o Dextran 70, albumin, atau Haes 10% (plasma expander)
Catatan :
Bila produksi urin < 1 ml/Kg/jam dan CVP meningkat >5 cmH 2O, berikan
Pada saat ini gangguan sirkulasi teratasi dan berada dalam kondisi
terkompensasi. masalah yang dijumpai pada saat ini ada 2, yaitu:
1. Fungsi ginjal baik1
a. Cairan dari jaringan intersisiel ditarik kembali ke intravaskuler
akan dikeluarkan melalui urin.
b. Pada kondisi cairan intersisiel tidak ditarik kembali (karena
tekanan hidrostatik dan onkotik belum kembali normal), penarikan
cairan ke intravaskuler dapat diupayakan dengan pemberian cairan
yang memeiliki osmolaritas tinggi seperti NaCl 3%, manitol,
dextrose 10% atau fresh frozen plasma (FFP).
c. Pada kondisi cairan intravaskuler meningkat akibat penarikan
cairan dari jaringan intersisiel, diupayakan meningkatkan diuresis
dengan pemberian furosemid.
i. Peningkatan CVP (>10 cmH2O)
28
tidak
dapat
dikeluarkan
(overloaded)
dan
Tindakan Bedah1
Pemotongan eskar atau eskarotomi dilakukan pada luka bakar derajat tiga
yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh karena pengerutan keropeng dan
pembengkakan yang terus berlangsung dapat mengakibatkan penjepitan yang
membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa mati. Tanda dini penjepitan
adalah nyeri, kemudian kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung
distal. Keadaan ini harus cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang
membuka keropeng sampai jepitan terlepas.
Debridemen diusahakan sedini mungkin untuk membuang jaringan mati
dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan sesegera mungkin setelah
keadaan penderita menjadi stabil karena eksisi tangensial juga menyebabkan
perdarahan. Biasanya eksisi dini ini dilakukan pada hari ke-3 sampai ke-7, dan
pasti boleh dilakukan pada hari ke-10. Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan
lebih dari 10% luas permukaan tubuh, karena dapat terjadi perdarahan yang cukup
banyak. Luka bakar yang telah dibersihkan atau luka granulasi dapat ditutup
dengan skin graft yang umumnya diambil dari kulit penderita
sendiri (skin
grafting autologus). Penutupan luka bakar dengan bahan biologis seperti kulit
mayat atau kulit binatang atau amnion manusia dapat dilakukan jika terdapat
keterbatasan luas kulit penderita atau terlalu payah. Walaupun kemungkinan
29
7.
Nutrisi
Fisioterapi
Medikamentosa
30
Luka bakar umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang
merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah
infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh
kapiler yang mengalami trombosis. Padahal, pembuluh ini membawa sistem
pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain
berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas
atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial
biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap
berbagai antibiotik.3
Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang
berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi
invasi kuman Gram negatif. Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan
eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam
invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau
pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng
yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.3
Infeksi ringan dan noninvasif (tidak dalam) ditandai dengan keropeng
yang mudah terlepas dengan nanah yang bayak. Infeksi yang invasif ditandai
dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan di tepi keropeng yang
mula-mula sehat menjadi nekrotik; akibatnya, luka bakar yang mula-mula derajat
dua menjadi derajat tiga. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis pada pembuluh
kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.1
Antibiotik sistemik spektrum luas diberikan untuk mencegah infeksi. Yang
banyak dipakai adalah golongan aminoglikosida yang efektif terhadap
pseudomonas. Bila ada infeksi, antibiotik diberikan berdasarkan hasil biakan dan
uji kepekaan kuman.1
Untuk mengatasi nyeri, paling baik diberikan opiat melalui intravena
dalam dosis serendah mungkin yang bisa menghasilkan analgesia yang adekuat
namun tanpa disertai hipotensi. Selanjutnya, diberikan pencegahan tetanus berupa
ATS dan/atau toksoid.1,2
31
Luka bakar derajat satu dan dua yang menyisakan elemen epitel berupa
kelenjar sebasea, kelenjar keringat, atau pangkal rambut, dapat diharapkan
sembuh sendiri, asal dijaga supaya elemen epitel tersebut tidak hancur atau rusak
karena infeksi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pencegahan infeksi. Pada luka
lebih dalam, perlu diusahakan secepat mungkin membuang jaringan kulit yang
mati dan memberi obat topikal yang daya tembusnya tinggi sampai mencapai
dasar jaringan mati. Perawatan setempat dapat dilakukan secara terbuka atau
tertutup.1
Ada beberapa jenis obat yang dianjurkan seperti golongan silver
sulfadiazine dan yang terbaru MEBO (moist exposure burn ointment). Obat
topikal yang dipakai dapat berbentuk larutan, salep atau krim. Antibiotik dapat
diberikan dalam bentuk sediaan kasa (tulle). Antiseptik yang dipakai adalah
yodium povidon atau nitras-argenti 0,5%. Kompres nitras-argenti yang selalu
dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai bakteriostatik untuk semua kuman. Obat ini
mengendap sebagai garam sulfida atau klorida yang memberi warna hitam
sehingga mengotori semua kain. Krim silver sulfadiazine 1% sangat berguna
karena bersifat bakteriostatik, mempunyai daya tembus yang cukup, efektif
terhadap semua kuman, tidak menimbulkan resistensi, dan aman. Krim ini
dioleskan tanpa pembalut, dan dapat dibersihkan dan diganti setiap hari.2
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah. Permukaan luka
yang selalu terbuka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang.
Kerugiannya, bila digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur
menjadi kotor. Penderita dan keluarga pun merasa kurang enak karena melihat
luka yang tampak kotor. Sedapat mungkin luka dibiarkan terbuka setelah diolesi
obat.1,2
Perawatan
tertutup
dilakukan
dengan
memberikan
balutan
yang
32
untuk berkembang biak. Oleh karena itu, bila pembalut melekat pada luka, tetapi
tidak berbau, sebaiknya jangan dilepaskan, tetapi ditunggu sampai terlepas
sendiri.1`
10. Penatalaksanaan luka bakar ringan1
Luka bakar derajat I dan II yang tidak terlalu luas akan sembuh secara
spontan meskipun tanpa pengobatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
a. Mengatasi rasa nyeri
Kompres air dingin selama beberapa saat dalam upaya mencegah
kerusakansebagaimana dijelaskan sebelumnya yang juga merupakan
tindakan pertama mengatasi nyeri. Suhu yang rendah memberikan efek
anestesi karena terjadai vasokonstriksi. Pemberian preparat yang
mengandung vehikulum jel memberikan rasa nyaman (misalnya,
bioplacenton); disamping zat aktif ekstrak plasenta yang dikandungnya
memacu proses epitelisasi dalam proses penyembuhan dapat
digunakan.
Pemberian analgetik dalam berbagai golongan maupun bentuk sediaan
(per oral, injeksi atau suppositori).
b. Penatalaksanaan luka
Luka bakar derajat I cukup dirawat dengan vaselin atau krim
pelembab, tanpa harus memberikan antibiotic. Tidak ada ketentuan
melarang luka tidak boleh kena air pada saat mandi. Dengan
membersihkan
kulit
saat
mandi,
proses
penyembuhan
akan
33
34
pola
penatalaksanaan
traumatologi,
berdasarkan
prioritas
ABC.
35
36
2. Perubahan
mikrovaskuler
karena
endotel
dan
edema
jaringan,
tubuh,
terjadi
gangguan
pada
sistem
keseimbangan
tubuh
(homeostasis), maka organ yang dimaksud dalam hal ini adalah ginjal. Dengan
adanya penurunan atau disfungsi ginjal ini, beban tubuh semakin berat.
Resusitasi cairan yang inadekuat pada fase ini menyebabkan berjalannya
proses sebagaimana diuraikan diatas. Sebaliknya bila terjadi kelebihan pemberian
cairan (overload) sementara sirkulasi dan perifer tidak atau belum berjalan
normal, atau pada kondisi syok; cairan akan ditahan dalam jaringan paru yang
manifestasi klinisnya tampak sebagai edema paru yang menyebabkan kegagalan
fungsi paru sebagai alat pernafasan, khususnya pertukaran oksigen dengan
karbondioksida, kadar oksigen dalam darah sangat rendah, dan jaringan hipoksik
mengalami degenerasi yang bersifat irreversible. Sel sel otak adalah organ yang
paling sensitive; bila dalam waktu 4 menit terjadi kondisi hipoksik, maka sel sel
otak mengalami kerusakan dan kematian; yang menyebabkan kegagalan fungsi
pengaturan di tingkat sentral.
37
Sementara edema paru juga merupakan beban bagi jantung sebagai suatu
pompa. Pada mulanya jantung menjalankan mekanisme kompensasi, namun
akhirnya terjadi dekompensasi.
6. Kontraktur 1,9,12
Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan luka,
terutama luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk dari sisa kulit
yang sehat di sekitar luka, yang tertarik ke sisi kulit yang terluka. Kontraktur yang
terkena hingga lapisan otot dan jaringan tendon dapat menyebabkan terbatasnya
pergerakan.
Pada tahap penyembuhan luka, kontraksi akan terjadi pada hari ke-4
dimana proses ini bersamaan dengan epitelisasi dan proses biokimia dan seluler
dari penyembuhan luka. Kontraktur fleksi dapat terjadi hanya karena kehilangan
lapisan superfisial dari kulit. Biasanya dengan dilakukan eksisi dari jaringan parut
yang tidak elastik ini akan menyebabkan sendi dapat ekstensi penuh kembali.
Pada luka bakar yang lebih dalam, jaringan yang banyak mengandung kolagen
akan meliputi neurovascular bundles dan ensheathed flexor tendons, juga permukaan
volar dari sendi akan mengalami kontraksi atau perlekatan sehingga akan
membatasi range of motion. Kontraktur yang disebabkan oleh hilangnya kulit atau
luka bakar derajat III pada daerah persendian harus segera dilakukan skin grafting.
2.10. Indikasi Rawat Inap
Pasien luka bakar diindikasikan untuk rawat inap harus mengikuti
pedoman dari American Burn Association:1,14
-
Luka bakar derajat II : luas luka > 15% pada dewasa dan >10% pada
anak/geriatri
Luka bakar derajat III : luas luka > 2% pada dewasa dan setiap derajat III
pada anak-anak
Luka bakar karena listrik atau kimia
Luka bakar yang mengenai daerah muka, tangan, genital, perineal
Luka bakar disertai dengan penyakit lain (DM, Hipertensi, dll) atau trauma
atau cedera inhalasi
38
2.11. Prognosis
Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan
menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of
outcome ; yang mana bersifat bersifat kompleks. Prognosis luka bakar tergantung
pada: 1,11
1. Derajat Luka Bakar
2. Luas Permukaan
3. Daerah yang terkena luka bakar seperti perineum, ketiak, leher, dan
tangan lama sembuh karena sulit perawatan dan mudah kontraktur.
4. Usia dan kesehatan pendertia
Hal yang dapat terjadi pada penderita luka bakar setelah mengalami suatu
cedera luka bakar diantaranya sebagai berikut :15
1. Sembuh tanpa cacat/ bekas luka
Bila luka bakarnya hanya berupa eritema ataupun vesikel yang tanpa
disertai kerusakan jaringan bawah kulit, biasanya terjadi pada luka bakar
derajat 1.
2. Sembuh dengan cacat/ bekas luka
Bila luka bakar tersebut disetai kerusakan seluruh tebal kulit dan
kerusakan pada jaringan bawah kulit. Biasanya terjadi pada luka bakar
derajat 2-3.
3. Meninggal
Biasanya terjadi pada luka bakar derajat 3 dengan luas luka lebih dari 50%
dan telah mengalami kegagalan sistem pernafasan dan sirkulasi.
39
BAB III
PENUTUP
Luka bakar merupakan luka yang terjadi akibat kontak langsung dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan
mortalitas tinggi yang memerlukan tinggi yang memerlukan penatalaksanaan
khusus sejak awal sampai fase lanjut.
Luka bakar dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat
dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan
luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan
komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi.
Pada kasus luka bakar, harus diperhatikan berbagai aspek, karena pada
kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan yang
lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa menimbulkan
kecacatan yang menetap.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Indonesia, 2000.
Sjamsuhidajat, de Jong. Luka bakar dalam Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 3.
4.
5.
6.
7.
40
8.
Muller et all. The challenge of burns. Lancet 1 : 22 94, vol 343, issue 8891,
9.
p216
Aston SJ, Beasley RW, Thorne CHM. Grabb & Smiths Plastic Surgery.
41