Você está na página 1de 66

Evaluasi Jaringan Distribusi

BAB I
TEORI DASAR
1.1 Pendahuluan
Perencanaan sistem distribusi energi listrik merupakan bagian yang
esensial dalam mengatasi pertumbuhan kebutuhan energi listrik yang cukup pesat.
Perencanaan diperlukan sebab berkaitan dengan tujuan pengembangan sistem
distribusi yang harus memenuhi beberapa kriteria teknis dan ekonomis.
Perencanaan sistem distribusi ini harus dilakukan secara sistemik dengan
pendekatan yang didasarkan pada peramalan beban untuk memperoleh suatu pola
pelayanan yang optimal. Perencanaan yang sistemik tersebut akan memberikan
sejumlah proposal alternatif yang dapat mengkaji akibatnya yang secara langsung
berhubungan dengan aspek keandalan dan ekonomis.
Tujuan umum perencanaan sistem distribusi ini adalah untuk mendapatkan
suatu fleksibilitas pelayanan optimum yang mampu dengan cepat mengantisipasi
pertumbuhan kebutuhan energi elektrik dan kerapatan beban yang harus dilayani.
Adapun faktor-faktor lain yang dapat menjadi input terkait dalam perencanaan
sistem distribusi ini antara lain adalah : pola penggunaan lahan pada regional
tertentu, faktor ekologi dan faktor geografi. Perencanaan sistem distribusi ini
harus mampu memberikan gambaran besarnya beban pada lokasi geografis
tertentu, sehingga dapat ditentukan dengan baik letak dan kapasitas gardu-gardu
distribusi yang akan melayani areal beban tersebut dengan mempertimbangkan
minimisasi susut energi dan investasi konstruksi, tanpa mengurangi kriteria, teknis
yang diperlukan.
Perencanaan sistem distribusi ini dapat dilakukan dalam perioda jangka
pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Perencanaan jangka panjang harus
selalu diaktualisasi dan dikoordinasikan dengan perencanaan jangka menengah
dan dikoreksi oleh perkembangan jaringan distribusi kondisi eksisting. Efektifitas
perencanaan sistem distribusi ini makin diperlukan bula dikaitkan dengan makin
tingginya investasi terhadap energi, peralatan dan tenaga kerja. Di samping itu

Evaluasi Jaringan Distribusi

perencanaan

yang

baik

akan

memberikan

kontribusi

besar

terhadap

pengembangan sistem distribusi. Kondisi ini disebabkan pada kenyataan sistem


distribusi merupakan ujung tombak dari pelayanan energi listrik karena langsung
berhubungan dengan konsumen sehingga adanya gangguan pada sisi distribusi
akan berakibat langsung pada konsumen. Sedangkan adanya gangguan pada sisi
transmisi ataupun sisi pembangkit belum tentu menyebabkan terjadinya proses
interupsi disisi konsumen.
Perencanaan sistem distribusi dimulai dari sisi konsumen. Pola kebutuhan,
tipe dan faktor beban dan karakteristik beban yang dilayani akan menentukan tipe
sistem distribusi yang akan dipakai. Kelompok-kelompok beban tersebut akan
dilayani oleh jaringan sekunder. Sekelompok jaringan sekunder ini akan dilayani
oleh trafo-trafo distribusi yang selanjutnya sejumlah trafo ini akan memberikan
gambaran pembebanan pada jaringan primer. Jaringan distribusi ini akan
mendapat masukan energi dari trafo-trafo gardu induk. Sistem beban pada
jaringan distribusi ini akan menentukan pula lintasan dan kapasitas saluran
distribusi. Dengan demikian setiap langkah proses perencanaan sistem distribusi
merupakan input bagi langkah proses berikutnya.

Evaluasi Jaringan Distribusi

BAB II
SISTEM DISTRIBUSI DAYA LISTRIK
Sistem distribusi daya listrik meliputi semua Jaringan TeganganMenengah
(JTM) 20 KV dan semua Jaringan Tegangan Rendah (JTR)380/220 Volt hingga ke
meter-meter pelanggan. Pendistribusian daya listrikdilakukan dengan menarik
kawat kawat distribusi melalui penghantar udara.Penghantar bawah tanah dari
mulai gardu induk hingga ke pusat pusatbeban. pada sistem di ranting Galang
ada terpasang jaringan bawah tanah karenakeadaan kota atau daerahnya belum
memungkinkan untuk dibangun jaringantersebut. jadi untuk daerah ini tetap
disuplai melalui hantaran udara 3 phasa 3kawat.
Setiap elemen jaringan distribusi pada lokasi tertentu dipasang trafo-trafo
distribusi, dimana tegangan distribusi 20 KV diturunkan ke level tegangan yang
lebih rendah menjadi 380/220 Volt. Dari trafo-trafo ini kemudian para pelanggan
listrik dilayani dengan menarik kabel-kabel tegangan rendah menjelajah ke
sepanjang pusatpusat pemukiman, baik itu komersial maupun beberapa industri
yang ada disini.
Tenaga listrik yang lazim digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
mengoperasikan peralatan-peralatan tersebut adalah listrik dengan tegangan yang
rendah (380/220 Volt). Sedangkan tenaga listrik yang bertegangan menengah
(sistem 20 KV) dan tegangan tinggi (sistem 150 KV) hanya dipergunakan sebagai
sistem penyaluran (distribusi dan transmisi) untuk jarak yang jauh. Hal ini
bertujuan untuk kehandalan sistem karena dapat memperkecil rugirugi daya dan
memliki tingkat kehandalan penyaluran yang tinggi, disalurkan melalui saluran
transmisi ke berbagai wilayah menuju pusat-pusat pelanggan.

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.1 Diagram Satu Garis Sistem Penyaluran Tenaga Listrik

Keterangan dari gambar:


1. Saluran distribusi adalah saluran yang berfungsi untuk menyalurkan
tegangan dari gardu distribusi ke trafo distribusi ataupun trafo pemakaian
sendiri bagi konsumen besar.
2. Trafo distribusi berfungsi untuk menurunkan tegangan 20 KV dari
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) menjadi tegangan rendah 380/220
Volt. Tegangan rendah inilah yang kemudian didistriibusikan ke pelanggan
kecil melalui jaringan tegangan rendah (JTR) yang berupa sistem 3 phasa
empat kawat.
3. Konsumen besar adalah konsumen yang menggunakan energi yang besar
yang biasanya langsung mengambil sumber listrik dari gardu terdekat
untuk kemudian disalurkan ke Gardu Induk (GI ) pemakaian sendiri.
4. Konsumen biasa adalah konsumen-konsumen yang menggunakan tenaga
istrik dengan level tegangan rendah (380/220 Volt) seperti rumah tangga,
industri kecil, perkantoran, pertokoan dan sebagainya.
2.1 Pengelompokan Jaringan Distribusi Tenaga Listrik
Untuk kemudahan dan penyederhanaan, lalu diadakan pembagian serta
pembatasan-pembatasan seperti gambar 1.2 dibawah :
Daerah I

: Bagian pembangkitan (Generation)

Evaluasi Jaringan Distribusi

Daerah II

Bagian

penyaluran

(Transmission)

, bertegangan

tinggi

(HV,UHV,EHV)
Daerah III

: Bagian Distribusi Primer, bertegangan menengah (6 atau 20kV).

Daerah IV

(Di

dalam

bertegangan

bangunan
rendah

pada

beban/konsumen),

Berdasarkan

Instalasi,

pembatasan-pembatasan

tersebut, maka diketahui bahwa porsi materi Sistem Distribusi


adalah Daerah III dan IV, yang pada dasarnya dapat
dikelasifikasikan menurut beberapa cara, bergantung dari segi
apa kelasifikasi itu dibuat.
Dengan demikian ruang lingkup Jaringan Distribusi adalah:
a. SUTM, terdiri dari : Tiang dan peralatan kelengkapannya, konduktor dan
peralatan per-lengkapannya, serta peralatan pengaman dan pemutus.
b. SKTM, terdiri dari : Kabel tanah, indoor dan outdoor termination, batu
bata, pasir dan lain-lain.
c. Gardu trafo, terdiri dari : Transformator, tiang, pondasi tiang, rangka
tempat trafo, LV panel, pipa-pipa pelindung, Arrester, kabel-kabel,
transformer band, peralatan grounding, dan lain-lain.
d. SUTR terdiri dari: sama dengan perlengkapan/ material pada SUTM dan
SKTM. Yang membedakan hanya dimensinya. Saluran ini merupakan
penghantar yang ditempatkan di atas tiang(di udara). Ada dua jenis
penghantar yang digunakan, yaitu penghantar tak berisolasi(kawat) dan
penghantar berisolasi(kabel).
e. SKTR, Saluran ini menempatkan kabel di bawah tanah. Tujuan utama
penempatan di bawah tanah pada umumnya karena alasan estetika,
sehingga penggunaan SKTR umumnya adalah kompleks perumahan dan
daerah perindustrian.

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.2 Gambaran Umum Distribusi Tenaga Listrik

2.2 Pembagian Jaringan Distribusi


Jaringan distribusi adalah kumpulan dari interkoneksi bagian-bagian
rangkaian listrik dari sumber daya ( Trafo Daya pada GI distribusi ) yang besar
sampai saklar-saklar pelayanan pelanggan. Secara garis besar jaringan distribusi
dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
2.2.1 Distribusi Primer
Distribusi primer adalah jaringan distribusi daya listrik yang
bertegangan menengah (20 KV). Jaringan distribusi primer tersebut
merupakan jaringan penyulang. Jaringan ini berawal dari sisi skunder trafo

Evaluasi Jaringan Distribusi

daya yang terpasang pada gardu induk hingga kesisi primer trafo distribusi
yang terpasang pada tiang-tiang saluran.
2.2.2 Distribusi Sekunder
Distribusi skunder adalah jaringan daya listrik yang termasuk dalam
kategori tegangan rendah (sistem 380/220 Volt), yaitu rating yang sama
dengan tegangan peralatan yang dilayani. Jaringan distribusi skunder bermula
dari sisi skunder trafo distribusi dan berakhir hingga ke alat ukur (meteran)
pelanggan. Sistem jaringan distribusi skunder ini disalurkan kepada para
pelanggan melalui kawat berisolasi.

2.3 Peralatan Sistem Distribusi


Jaringan distribusi yang baik adalah jaringan yang memiliki perlengkapan
dan peralatan yang cukup lengkap, baik itu peralatan guna kontruksi maupun
peralatan proteksi. Untuk jaringan distribusi sistem saluran udara, peratanperalatanm proteksi dipasangkan diatas tiang-tiang listrik berdekatan dekat letak
pemasangan trafo, perlengkapan utama pada sistem distribusi tersebut antara lain:
1. Tiang Berfungsi : Untuk meletakkan penghantar serta perlengkapan system
seperti transformator, Fuse, isolator, arrester, recloser dan sebagainya. Tiang
dibagi menjadi 3 jenis yaitu tiang kayu, besi dan beton sesuai dengan fungsi
bawah tanah.
2. Penghantar : Berfungsi sebagai penyalur arus listrik dari trafo daya pada
gardu induk ke konsumen. Kebanyakan penghantar yang digunakan pada
sistem distribusi . Begitu juga dengan beberapa kawat jaringan bawah tanah.
3. Recloser : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara otomatis ketika
terjadigangguan dan akan segera menutup kembali beberapa waktu kemudian
sesuai dengan setting waktunya. Biasanya alat ini disetting untuk dua kali
bekerja, yaitu dua kali pemutusan dan dua kali penyambungan . Apabila
hingga kerja recloser yang kedua keadaan masih membuka dan menutup,
berarti telah terjadi gangguan permanen.

Evaluasi Jaringan Distribusi

4. Fuse : Berfungsi untuk memutuskan saluran apabila terjadi gangguan beban


lebih maupun adanya gangguan hubung singkat.
5. PMT : Berfungsi untuk memutuskan saluran secara keseluruhan pada tiap
output. Pemutusan dapat terjadi karena adanya gangguan sehingga secara
otomatis PMT akan membuka ataupun secara manual diputuskan karena
adanya pemeliharaan jaringan.
6. Tansformator : Berfungsi untuk menurunkan level tegangan sehingga sesuai
dengan tegangan kerja yang diinginkan.
7. Isolator : Berfungsi untuk melindungi kebocoran arus dari penghantar ke
tiang maupun ke penghantar lainnya .
Perlengkapan perlengkapan diatas sangat penting keberadaannya,
terutama untuk peralatan proteksi. Agar dapat bekerja dengan baik dan
terjaminnya kontinuitas pelayanan, maka harus dilakukan pemeliharaan secara
rutin untuk mengetahui kerusakan dan kehandalan dari masing-masing peralatan
tersebut. Pemeliharan peralatan yang rutin sangat penting dilakukan agar setiap
saat dapat diawasi keadaannya apakah masih layak dipakai atau tidak.

2.4 Gardu Distribusi


Gardu listrik pada dasarnya adalah rangkaian dari suatu perlengkapan
hubung bagi ; a) PHB tegangan menengah; b) PHB tegangan rendah. Masingmasing dilengkapi gawai-gawai kendali dengan komponen proteksinya. Jenisjenis gardu listrik atau gardu distribusi didesain berdasarkan maksud dan tujuan
penggunaannya sesuai dengan peraturan Pemda setempat, yaitu: 1) Gardu
Distribusi konstruksi beton (Gardu Beton); 2) Gardu Distribusi konstruksi metal
clad (Gardu besi); 3a) Gardu Distribusi tipe tiang portal, 3b) Distribusi tipe tiang
cantol (Gardu Tiang); dan 4a) Gardu Distribusi mobil tipe kios, 4b) Gardu
Distribusi mobil tipe trailer (Gardu Mobil).
Komponen-komponen gardu: a) PHB sisi tegangan rendah; b) PHB
pemisah saklar daya); c) PHB pengaman transformator); d) PHB sisi tegangan

Evaluasi Jaringan Distribusi

rendah; e) Pengaman tegangan rendah; f) Sistem pembumian; g) alat-alat


indikator.
Instalasi perlengkapan hubung bagi tegangan rendah berupa PHB TR atau
rak TR terdiri atas 3 bagian, yaitu : 1) Sirkit masuk + sakelar; 2) Rel pembagi; 3)
Sirkit keluar + pengaman lebur maksimum 8 sirkit. Spesifikasi mengikuti
kapasitas transformator distribusi yang dipakai.
Instalasi kabel daya dan kabel kontrol, yaitu KHA kabel daya antara
kubikel ke transformator minimal 125 % arus beban nominal transformator. Pada
beban konstruksi memakai kubikel TM single core Cu : 3 x 1 x 25 mm
atau 3x1x35mm2. Antara transformator dengan Rak TR memakai kabel daya
dengan KHA 125 % arus nominal. Pada beberapa instalasi memakai kabel inti
tunggal masingmasing kabel perfasa, Cu 2 x 3 x 1 x 240 mm2 + 1 x 240 mm.
Instalasi lain yang ada pada gardu distribusi adalah Instalasi penerangan,
terdiri dari; 1) Instalasi alat pembatas dan pengukur; 2) Inststalasi kabel scada
untuk kubikel dengan motor kontrol; 3) Instalasi pengaman pelanggan untuk APP
pelanggan tegangan menengah

2.5 Trafo Distribusi


Trafo distribusi yang digunakan di Indonesia saat ini pada umumnya
adalah trafo produksi dalam negeri. Ada lima pabrik trafo di Indonesia yaitu:PT.
UNINDO, PT. TRAFINDO dan PT. ASATA di Jakarta; PT. MURAWA di Medan :
PT. Bambang Djaja di Surabaya. Ditinjau dari jumlah fasanya trafo distribusi ada
dua macam, yaitu trafo satu fasa dan trafo tiga fasa.
Trafo tiga fasa mempunyai dua tipe yaitu tipe tegangan sekunder ganda
dan tipe tegangan sekunder tunggal. Sedang trafo satu fasa juga mempunyai dua
tipe yaitu tipe satu kumparan sekunder dan tipe dua kumparan sekunder saling
bergantung, yang di kenal dengan trafo tipe "NEW JEC". Gambar 2-46
memperlihatkan sebuah trafo distribusi tiga fasa kelas 20 kV produksi PT.
UNINDO Jakarta menurut standarisasi DIN, Jerman Barat. Bak trafo dapat diisi

Evaluasi Jaringan Distribusi

dengan minyak trafo biasa atau askarel (suatu bahan buatan) dan kelas ini untuk
kapasitas daya lebih kecil dari 1000 kVA.
Trafo distribusi yang umum digunakan adalah trafo step down 20/0,4 kV,
tegangan fasa-fasa sistem JTR adalah 380 Volt, karena terjadi drop tegangan maka
tegangan pada rak TR dibuat diatas 380 Volt agar tegangan pada ujung beban
menjadi 380 Volt.
Pada kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer
dihubungkan ke sumber listrik arus bolak-balik, sehingga pada inti transformator
yang terbuat dari bahan ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya
magnet ( flux =).
Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik maka flux yang
terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika
arus yang mengalir berbentuk sinus maka flux yang terjadi akan berbentuk sinus
pula. Karena flux tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti tersebut
terdapat lilitan primer dan lilitan sekunder maka pada lilitan primer dan sekunder
tersebut akan timbul ggl ( gaya gerak listrik ) induksi, tetapi arah dari ggl induksi
primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder sedangkan frekuensi
masing-masing tegangan tersebut sama dengan frekuensi sumbernya. Hubungan
transformasi tegangan adalah sebagai berikut :

2.6 Tiang Saluran Tegangan Rendah


a. Jenis Tiang
Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan pada SUTR terbuat
dari beton bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah jarang digunakan karena
daya tahannya (umumnya) relatif pendek dan memerlukan pemeliharaan khusus.

10

Evaluasi Jaringan Distribusi

Sedang tiang besi jarang digunakan karena harganya relative mahal dibanding
tiang beton, disamping itu juga memerlukan biaya pemeliharaan rutin.
Dilihat dari fungsinya, tiang listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang
pemikul dan tiang tarik. Tiang pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan
isolator, sedang tiang tarik fungsinya untuk menarik konduktor. Sedang fungsi
lainnya disesuaikan dengan kebutuhan sesuai dengan posisi sudut tarikan
konduktor nya. Bahan baku pembuatan tiang beton untuk tiang tegangan
menengah dan tegangan rendah adalah sama, hanya dimensinya yang berbeda.
b. Menentukan/memilih Panjang Tiang

Gambar 2.3 Konstruksi Tiang Beton

Tiang beton untuk saluran tegangan menengah dan tegangan rendah dipilih
berdasarkan spesifikasi sebagai berikut:

11

Evaluasi Jaringan Distribusi

Tabel 2.1 Memilih Panjang Tiang

Gambar 2.4 Jarak Aman Yang Diperlukan Untuk Menentukan Panjang Tiang

Pada jaringan tegangan rendah yang menggunakan tiang bersama dengan


jaringan tegangan menengah maka jarak gawang (Span) harus di jaga agar tidak
lebih dari 60 meter.
Di dalam menentukan panjang tiang beberapa faktor yang harus
dipertimbangkan adalah;
1) Jarak aman antara saluran tegangan menengah dan tegangan rendah,
2) Posisi trafo tiang, dan
3) Tinggi rendahnya trafo dengan penyangga dua tiang. Gambar 1.10
menunjukkan jarak aman yang diperlukan untuk menentukan panjang

12

Evaluasi Jaringan Distribusi

tiang. Pada gambar tersebut diperlihatkan bahwa panjang tiang minimum


untuk tegangan menengah 11 meter (9,2 meter diatas tanah) dan untuk
tegangan rendah 9 meter ( 7,5 meter diatas tanah).

c. Jarak Aman Tiang Tegangan Rendah


Dari tabel 1.1 disebutkan bahwa tiang 9 meter type 200 daN dapat
digunakan sampai jarak tiang 60 meter, sedang tiang 9 meter type 100 daN
dapat digunakan terbatas sampai jarak tiang 40 meter, bahkan lebih pendek
dengan pengurangan beban kawat, karena batas ketahanan momen hampir nol
pada pada jarak(span) 40 meter, bila ekanan angin pada konduktor dan tiang
mendekati momen ketahanan sebesar 724 kgm. Hal ini dapat di rinci sebagai
berikut:
A: Momen pembengkok oleh tekanan angin pada konduktor = 522 kgm untuk
jarak tiang 40 meter.
B: Momen pembengkok oleh tekanan angin pada tiang = 214 kgm A + B = 736
kgm -724 kgm.
Ini berarti batas momen ketahanan tidak terlampaui untuk penurunan
kawat. Tabel 1.2 menunjukkan batas minimum penggunaan tiang beton pada
jaring SUTR TIC khusus.

Tabel 2.2 Batas Minimum Penggunaan Tiang Beton Pada Jaringan SUTRTIC Khusus

13

Evaluasi Jaringan Distribusi

2.7 Saluran Tegangan Rendah


Saluran Tegangan Rendah terdiri dari 3(tiga) macam, yaitu Saluran Udara
Tegangan Rendah (SUTR), Saluran Kabel Udara Tegangan rendah (SKUTR), dan
Saluran Kabel Tanah Tegangan Rendah.
2.7.1 Saluran Udara Tegangan Rendah
Saluran

Udara

Tegangan

Rendah

(SUTR)

dengan

LVTC

(LowVoltageTwistad Cable), saat ini sudah dikembangkan, hal ini untuk


mempertinggi keandalan, faktor keamanan dan lain-lain. Untuk kabel LVTC ini
pemasangannya, 1) di bawah SUTM (Underbuilt) dan 2) khusus LVTC (JTR
murni). Spesifikasi kabel LVTC seperti tercantum pada tabel 1.3.
Accesoreis twisted cable terdiri dari :
1. Suspension assembly
2. Large angle assembly
3. Dead end assembly
4. Insulated tap connector berbagai ukuran
5. Insulated Nontension joint
6. Insulated tension joint.
7. Guy set / stay set SUTR

14

Evaluasi Jaringan Distribusi

Pemakaian guy set pada SUTR digunakan type ringan, pada stayset SUTR
ini tidak mempergunakan guy insulator.
Spesifikasi material guy set sesuai dengan gambar standar, sedang kawat
baja galvanisnya sbb. :
1. Ultimate load : 17 kN
2. Penampang : 22 mm2
3. Material : baja
Dalam pemasangan Saluran Udara, konduktor harus ditarik tidak terlalu
kencang dan juga tidak boleh terlalu kendor, agar konduktor tidak menderita
kerusakan mekanis maupun kelelahan akibat tarikan dan ayunan, dilain pihak
dicapai penghematan pemakaian konduktor.
Dalam pemasangan kabel udara setelah tiang berdiri, sambil menggelar
kabel dari haspel terlebih dahulu dipasang perlengkapan bantu (klem service),
pengikat, pemegang dan sebagainya. Untuk kabel penghantar berisolasi, bagian
yang diikat pada pemegang di tiang adalah penghantar Nol, baik untuk dua kabel
(sistem satu fasa) maupun empat kabel (sistem tiga fasa). Penarikan kabel dimulai
dari salah satu tiang ujung, kemudian ditarik dengan alat penegang (hand tracker.
Setelah tarikan dianggap cukup kuat, maka pada setiap tiang kabel Nol diikat
dengan pemegang yang telah disiapkan.
Sebagaimana diketahui bahwa harga konduktor berkisar 40% dari harga
perkilometer jaringan. Batasan-batasannya adalah sebagai berikut:
a) Tarikan AAAC yang diijinkan maksimum 30% dari

tegangan putus

(Ultimate tensile strength).


b) Tarikan Twisted cable yang diijinkan maksimum 35% dari tegangan putus
dari kawat penggantung.
c) Andongan yang terjadi pada SUTR dengan jarak gawang 35-50 meter,
tidak boleh lebih dari 1 meter.

Tabel 2.3. Spesifikasi kabel LVTC

15

Evaluasi Jaringan Distribusi

a. Konstruksi TR-7.
Konstruksi TR-7 merupakan konstruksi penyambungan SKUTR dengan existing
dengan menggunakan fixed dead-end assembly/strain clamp.

16

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gammbar 2.15 Konstruksi penyambungan konduktor TC dan AAAC (TR7)

Gambar 2.16 Konstruksi Guy Wire (GW)

Gambar 2.17 Konstruksi Strut Pole

17

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.18 Konstruksi Horizontal Guy Wire (GW)

2.7.2 Saluran Udara Tegangan Menengah


a. Konstruksi Tiang SUTM
Berikut ini adalah beberapa jenis konstruksi tiang SUTM sesuai dengan
kebutuhan lokasi di mana tiang tersebut akan dipasang, serta daftar Material
Distribusi Kecil (MDK) yang diperlukan.
b. Konstruksi TM-1.

18

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.19 Konstruksi tiang penyangga (TM-1)

Konstruksi tiang penyangga Gambar 1.41, dipakai pada jaringan lurus dan
jaringan dengan sudut belok maksimum 15 derajat. Konfigurasi tiang jenis TM-1
paling banyak digunakan dibandingkan konstruksi jenis lain.
c. Konstruksi TM-2.

Gambar 2.20 Konstruksi tiang penyangga ganda (TM-2)

Konstruksi tiang penyangga ganda (TM-2) untuk jaringan dengan sudut


belok 15-30. Material Distribusi Kecil (MDK) seperti tertera pada keterangan
gambar 1.42.
d. Konstruksi TM-3.
Konstruksi TM-3 terpasang pada konstruksi tiang lurus, mempunyai double
traves. Isolator yang digunakan enam buah isolator jenis suspention insulator dan

19

Evaluasi Jaringan Distribusi

tiga buah isolator jenis pin insulator. Konstruksi TM-3 ini tidak memakai treck
schoor.

Gambar 2.21 Konstrusi Tiang Penegang TM-3- SUTM

Konstruksi TM-3D. Konstruksi TM-3D sama dengan konstruksi TM-3, bedanya


TM-3D digunakan untuk saluran ganda (double sirkuit), empat buah traves, 12
isolator jenis suspension insulator, dan 6 isolator jenis pin insulator.
e. Konstruksi TM-4.

Konstruksi tiang tarik akhir (TM-4), sebagai tiang akhir dari suatu
jaringan. Material Distribusi Kecil (MDK) seperti tertera pada keterangan
gambar 1.44.

20

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.22 Konstruksi tiang tarik akhir (TM-4)

Gambar 2.23 Konstruksi tiang penegang dengan cut out switch pada tiang akhir
lama (TM-4XC)

21

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.24 Detail rangkaian isolator tarik/ gantung

f. Konstruksi TM-5.
Konstruksi TM-5. Terpasang pada konstruksi tiang TM lurus dengan belokan
antara 45 60, menggunakan double traves dengan enam buah isolator jenis
suspension dan tiga buah isolator jenis pin insulator, dan memakai treck schoor.

Gambar 2.25 Konstruksi tiang tarik ganda (TM-5)

22

Evaluasi Jaringan Distribusi

Konstruksi tiang tarik ganda (TM-5) dipasang di setiap panjang jaringan


lurus 500-700 meter. Material Distribusi Kecil (MDK) untuk SUTM ini seperti
tertera pada keterangan gambar 5-10.

Gambar 2.26 Konstruksi penegang dengan Cut Out Switch (TM5C)

Konstruksi penegang dengan Cut Out Switch (TM5C), maksudnya pada


konduktor penghubung antara dua strain dipasang cut out switch, sehingga dapat
digunakan sebagai pemisah rangkaian

bila terjadi gangguan atau untuk

pemeliharaan.
g. Konstruksi TM-6.
Konstruksi TM-6 ini terpasang pada konstruksi tiang TM siku (60 - 90).
Masing-masing double traves disilang 4. Isolator yang digunakan
jenis suspension insulator sebanyak 6 buah dan satu isolator jenis pin insulator.
Konstruksi ini memakai treck skoor ganda.
Konstruksi TM-6 ini termasuk tiang sudut, yang merupakan tiang yang dipasang
pada saluran listrik, dimana pada tiang tersebut arah penghantar membelok dan
arah gaya tarikan kawat horizontal.

23

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.27 Konstruksi tiang belokan TM-6 SUTM

h. Konstruksi TM-7.
Konstruksi TM-7 digunakan pada konstruksi pencabangan jaringan tegangan
menengah dengan sudut siku (90). Masing-masing double traves disilang 4. Pada
TM induk memakai isolator suspension, pada TM percabangan juga memakai
isolator suspension dan menggunakan isolator jenis pin. Konstruksi ini memakai
treck skoor.
Konstruksi TM-7D terpasang pada konstruksi percabangan Jaringan Tegangan
Menengah (JTM) sudut siku (90). Masing-masing satu travesdisilang 2. TM
induk memakai isolator tumpu dan pada TN percabangan juga memakai isolator
tumpu. Type isolator tumpu. Dan memakai treck skoor.

24

Evaluasi Jaringan Distribusi

i. Konstruksi TM-8.
Konstruksi TM-8 ini terpasang pada konstruksi percabangan JTM sudut siku
(90). Masing-masing double traves disilang 4. TM induk memakai isolator tumpu
dan TM percabangan memakai isolator suspension. Type isolator yang digunakan
ada dua jenis. Memakai treck skoor. TM-8 hampir sama dengan TM-7 hanya
bedanya pada isolator TM induknya.
Konstruksi TM-8D sama dengan TM-8 hanya bedanya TM-8D mempunyai
double sirkuit.

Gambar 2.28 Konstruksi percabangan tiang penyangga dan tarik (TM8)

25

Evaluasi Jaringan Distribusi

j. Konstruksi TM-9.
Konstruksi TM-9 terpasang pada konstruksi jaringan TMpenyangga lurus. Satu
traves. Type isolator tumpu. Tidak pakai treck skoor. TM-9 biasanya lebih banyak
digunakan pada daerah perkotaan yang banyak bangunan.

Gambar 2.29 Konstruksi tiang belokan TM- 9 SUTM

Konstruksi TM-9 ini termasuk konstruksi tiang penyangga yang merupakan tiang
yang dipasang pada saluran listrik yang lurus dan hanya berfungsi sebagai
penyangga kawat penghantar dimana gaya yang ditanggung oleh tiang adalah
gaya karena beban kawat.
k. Konstruksi TM-10.
Konstruksi TM-10 sama dengan konstruksi TM-6. TM-10 terpasang pada
konstruksi tiang tikungan siku (sudut 60 - 90). Masing-masing double traves
disilang 4. Isolator type suspension. Memakai treck skoor ganda.

26

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.30 Konstruksi tiang sudut (TM10)

Dengan konstruksi percabangan tiang penyangga dan tarik, diperlukan dua


buah cross arm, yaitu satu cross arm tumpu untuk penghantar yang lurus, dan dua
cross arm tarik untuk penghantar cabang. Untuk konstruksi tiang sudut diperlukan
dua set Cross arm tarik dan kelengkapannya, serta dua atau tiga isolator Pin untuk
penghantar penghubung.

27

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.31 Konstruksi tiang sudut dilengkapi cut out switch (TM10C)

l. Konstruksi TM-11.

Gambar 2.32 Konstruksi tiang akhir dengan pemasangan kabel tanah (TM11)

28

Evaluasi Jaringan Distribusi

Konstruksi tiang akhir dengan pemasangan kabel tanah (TM11),


diperlukan pada jaringan yang akan dihubungkan dengan gardu beton atau gardu
besi, dan pada jaringan yang akan melintas di bawah jaringan tegangan tinggi.
Model yang ke dua ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya interferensi
magnetik dengan saluran diatasnya.
m. Konstruksi Portal Dua Tiang

Gambar 2.33 Konstruksi portal dua tiang (TMTP2)

Konstruksi portal dua tiang diperuntukkan pada jaringan yang memerlukan


gawang lebih jauh dari jarak maksimum yang diijinkan untuk jaringan normal.
Misalnya SUTM yang ditarik diatas sungai, terletak disampingnya jembatan
pada sungai yang lebar. Untuk konstruksi ini diperlukan cross arm 3000 type tarik,
dan perlengkapan yang lain disesuaikan seperti tertera pada keterangan gambar
1.55.

29

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.34 portal dua Konstruksi sudut tiang (TMTP2A)

n. Konstruksi Portal Tiga Tiang

Gambar 2.35 Konstruksi portal tiga tiang (TMTP3)

30

Evaluasi Jaringan Distribusi

Konstruksi portal tiga tiang diperuntukkan pada jaringan yang


memerlukan gawang lebih jauh dari konstruksi portal dua tiang. Untuk konstruksi
ini diperlukan cross arm 6000 type tarik, dan perlengkapan yang lain disesuaikan
seperti tertera pada keterangan gambar 1.57.

Gambar 2.36Konstruksi sudut portal tiga tiang (TMTP3A)

Konstruksi sudut portal tiga tiang (TMTP3A) secara teknik hampir sama dengan
konstruksi sudut portal dua tiang, yaitu merupakan kombinasi antara konstruksi
portal dengan tarikan tiang akhir jaringan. Untuk tarikan tiang akhir bisa dari arah
samping (konstruksi sudut) atau lurus dengan tarikan portal. Dalam hal ini tinggal
melengkapi dengan guy wire atau strut pole.

31

Evaluasi Jaringan Distribusi

o. Konstruksi Guy Wire

Gambar 2.37 Konstruksi Guy Wire (GW)

Guy Wire diperlukan untuk konstruksi tiang akhir, dan lokasi (lahan)
penempatan guy wire itu ada (tidak bermasalah). Jika tidak dimungkinkan ada-nya
lahan, maka dapat di-pasang guy wire dengan stut di tengah tiang, jadi jarak
antara tiang dengan beton blok lebih pendek. Yang perlu diperhatikan dalam
pemasangan guy wire adalah besar sudut kemiringannya harus sesuai dengan
peraturan yang berlaku. Karena secara teknik hal ini menyangkut posisi tiang,
dimana tiang harus bisa berdiri tegak. Jika sudut lebih kecil, maka tiang akan
melengkung dan bisa patah.

32

Evaluasi Jaringan Distribusi

p. Konstruksi Strut Pole

Gambar 2.38 Strut pole (SP)

Konstruksi Strut pole dipasang, jika pada lokasi tersebut tidak bisa
dipasang guy wire. Letak strut pole berlawanan dengan guy wire, maksudnya
posisi strut pole berada di bawah tarikan penghantar, sedang guy wire di luar
penghantar(arah berlawanan).
Harga strut pole jauh lebih mahal daripada harga guy wire. Pemasangan
strut pole tidak hanya di ujung, tetapi bisa di percabangan di tengah saluran, atau
pada lokasi yang membutuhkan kekuatan mekanis cukup tinggi dan sangat
strategis.
Pemasangan Horizontal Guy Wire diperlukan jika pada lokasi tersebut
tidak bisa di pasang guy wire, misalnya terhalang sungai atau jalan raya.

33

Evaluasi Jaringan Distribusi

q. Konstruksi Horizontal Guy Wire

Gambar 2.39 Horizontal guy wire (HGW)

r. Konstruksi Palang Sangga (Cross Arm, Travers)


Berkaitan dengan arah tarikan kawat yang harus mengikuti arah
jalan(raya), apakah lajur lurus atau berbelok dalam beberapa derajat, maka
diperlukan palang sangga sesuai dengan kebutuhan perlengkapan dalam
pemasangan Saluran Udara Tegangan Menengah. Berikut ini adalah beberapa
model/bentuk palang sangga pada jaring SUTM.

34

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.40 Pemasangan cross arm double tumpu pada tiang beton bulat.

35

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.41 Pemasangan cross arm double tumpu pada tiang beton H

36

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.42 Pemasangan cross arm tention support 2000 mm pada tiang beton
bulat

37

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.43 Pemasangan cross arm tention support 2000 mm pada tiang beton H

38

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.44 Pemasangan cross arm tention support 2200 mm double pole pada
tiang beton bulat.

39

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.45 Pemasangan cross arm tention support 2200 mm double pole pada
tiang beton H.

40

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.46 Pemasangan 2X tention support 2200 mm diatas dua tiang.

41

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.47 Pemasangan 2X tention support 2200 mm diatas dua tiang beton H

42

Evaluasi Jaringan Distribusi

1
Gambar 2.48 Pemasangan 2 X
sudut 90

43

2
tention support 2000 mm pada tiang beton bulat

Evaluasi Jaringan Distribusi

1
Gambar 2.49 Pemasangan 2 X
Hsudut 90

44

2
tention support 2000 mm pada tiang beton

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 2.50 Pemasangan cross arm 2 x T-off pada tiang beton bulat

45

Evaluasi Jaringan Distribusi

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Model Perencanaan Sistem Distribusi


Gambaran proses Evaluasi sistem distribusi diberikan pada diagram alir
gambar 1.73.

Gambar 3.1 Diagram alir proses perencanaan sistem distribusi

46

Evaluasi Jaringan Distribusi

3.2 Prosedur Evaluasi Jaringan Distribusi


Prosedur pengerjaan pemasangan jaringan distribusi itu terdiri dari
beberapa prosedur yaitu:
1. Survey.
Kegiatan pengumpulan data dan pemetaan wilayah, termasuk kondisi
topografi rute jaringan, posisi bangunan, jumlah bangunan, serta kemungkinan
pelebaran jalan atau perombakan bangunan,
2. Profil Standar tiang dan pemasangan.
Dengan adanya profil standar dapat disesuaikan standar tiang dan pemasangan
bedasarkan standar dari buku PLN yang menjadi acuannya
3. Analisis dengan perhitungan empiris.
Analisis yang berupa perhitungan dimana data hasil survei diolah sehingga
dapat hasil yang diinginkan
4. Evaluasi hasil studi / identifikasi masalah.
Evaluasi ini yang menjadi kesimpulan dari suatu masalah dan dapat
memperbaiki yang dimana kurang akurat kurang ekonomis dll.
Jadi dalam pekerjaan evaluasi pemasangan jaringan distribusi, secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu:
1. Pengumpulan data.
2. Pembacaan alat ukur.

3.3 Pelaksanaan Evaluasi Pemasangan


1. Survey
Survey yang dilakukan pada perencanaan ini adalah menetukan titiktitik tempat yang akan dipasang konstruksi serta jenis konstruksinya dengan
menyesuaikan arah lintasan maupun kondisi geografis.
2. Pelaksanaan Survey

47

Evaluasi Jaringan Distribusi

Lintasan konstruksi jaringan dibuat dengan garis lurus dari titik awal
sampai titik ujung
Permukaan tanah dipilih antara satu titik ke titik lainnya mempunyai
ketinggian yang sama atau berbeda dengan selisih sekecil-kecilnya.
Titik - titik yang ditentukan berada dipinggir jalan.
Hindarkan jaringan berdekatan dari benda-benda lain (bangunan,
pohon) hingga jarak amannya tidak terflalu kecil dari yang ditentukan.
Pelaksanaan dilakukan oleh dua orang.
Peralatan survey yang digunakan:
1) Speddo meter
2) Stop watch
3) Kamera
3. Langkah-Langkah Survey yang dilakukan untuk Perencanaan
a) Penentuan titik-titik arah lintasan
Menentukan titik - titik penting, yaitu titik yang satu dengan lainya
merupakan garis lurus. Titik-titik tersebut dipasang patok.
b) Pengukuran jarak lintasan
Mengukur jarak antara titik penting dan membaginya menjadi titik
antara, dengan jarak tiang menggunkan speedo meter dan stopwatch.
Untuk jaringan SUTM antara 40 m sampai dengan 50 m. Untuk jarak
yang melebihi ketentuan tersebut maka akan dibuatkan konstruksi yang
khusus.
c) Pengukuran sudut lintasan jaringan
Pengukuran sudut-sudut antar tiang jaringan dilakukan dengan
menggunakan Kompas sehingga diperoleh Sudut Titik Penting

48

Evaluasi Jaringan Distribusi

d) Pematokan
Pematokan dilakukan untuk mengetahui titik-titik dimana akan
dipasang/ditanam tiang jaringan distribusi. Pematokan ini menggunakan
Jalon.
Data-data yang dihasilkan dari survey adalah :
Gambar lintasan, berupa garis-garis dengan sudut belokan-belokan dan
jarak yang di skala
Gambar dan catatan kondisi geografis lokasi lintasan jaringan
Catatan kondisi lingkungan lokasi lintasan jaringan
Foto foto untuk lempiran temuan

49

Evaluasi Jaringan Distribusi

Gambar 3.2GambarKawasan Jaringan Distribusi (JTM) 9 residence

Evaluasi Jaringan Distribusi

Data Hasil Survei dari Lapangan


Tiang (buah)
Besi
Beton
Jumlah

Isolator (buah)

13 Tumpu
3 Tarik
16 Jumlah

Tiang nomor
1 ke 2
2 ke 3
3 ke 4
4 ke 5
5 ke 6
rata rata

39
15
54

Jarak tiang ke
tiang (m)
74.73
31.1136
46.1148
38.892
41.448
46

Data Panjang Lintasan Jaringan Tegangan Menengah (JTM):


jarak antara gawang x jumlah tiang terpasang setelah tiang pertama = 46 m x 15 =
690 m = 0,69 km
3.4.2 Tekanan angin
Dengan mengacu kecepatan angin maksimum 80 km/jam atau 25
m/detik, temperatur minimum 40C, maka diasumsikan tekanan adalah:
Konduktor tunggal

: 50 kg2/m

Tiang

: 50 kg2/m

3.4.3 Tegangan sistem


SUTM

: Nominal 20kV, maksimum 24 kV, 3 kawat

SUTR

: Nominal 380V / 220 V, 4 kawat

Evaluasi Jaringan Distribusi

Regulasi tegangan Pada sisi konsumen + 5%-10%, Jatuh tegangan Pada


SUTM 5%, Trafo 3%, SUTR 4% dan pada SR yang disadap dari SUTR 2%,
bila disadap langsung dari trafo 12% sesuai dengan SNI 04-0227-1987 dan
SNI 04-1922-1990.
3.4.4 Jarak bebas Batasan jarak bebas jaringan yang diterapkan adalah:
SUTM
SUTR
Dari permukaan tanah

6.0 m

4,0 m

Menyilang jaringan 20 kV

2.0 m

2,0 m

Menyilang jaringan 220 V

1.0 m

1,0 m

Dengan bangunan

3.0 m

2,0 m

Dengan pohon

2.0 m

0,3 m

3.4.5 Pentanahan yang diterapkan pada perencaaan:


Pembumian dan penangkap petir harus dilakukan sesuai SNI 043855-1995 atau SPLN 27-1980.
Pentanahan pada SUTM : Sebagai kelengkapan dari pemasangan
Arester, Trafo, LBS, Recloser, AVS dan pada ujung jaringan.
Pentanahan pada SUTR:Dipasang pada setiap 5 gawang atau lebih,
dan pada ujung jaringan. Besarnya tahanan pentanahan maksimum
5 Ohm.
Pentanahan titik netral pada sistem 20 kV:Dengan tahanan 500
Ohm
3.4.6 Tingkat Isolasi
Tingkat isolasi yang dipakai adalah:
Impulse withstand test voltage

: 125 kV

Crest Power Frequency test voltage

: 50 kV rms

Isolator crepage distance

: 500 mm

Evaluasi Jaringan Distribusi

3.4.7 Konfigurasi Saluran


1. Jaringan distribusi primer:
a) Saluran udara 3 kawat / 3 fasa
b) Tipe Radial
c) Saklar untuk mengisolasi gangguan: LBS, Recloser, untuk
Sectionalizer
2. Jaringan distribusi sekunder:
a) Saluran udara 4 kawat / 3 fasa.
b) Saluran udara 2 kawat / 1 fasa.
c) Tipe Radial.
d) Pengaman dengan Fuse atau Saklar Pemutus.
3.4.8 Konduktor dan kabel
Semua kabel yang dipakai sesuai dengan SNI 04-1926-1990
jaringan listrik pedesaan SPLN.
1) Kapasitas Arus
Jenis konduktor untuk SUTM dipakai AAAC (All Aluminium Alloy
Conductor), suatu campuran aluminium dengan silicium (0,40,7%),
magnesium (0,3-0,35%) dan ferum (0,2-0,3%), mempunyai kekuatan yang
lebih besar daripada aluminium murni, tetapi kapasitas arusnya lebih
rendah (AAAC). Ketentuan dan syaratsyarat penghantar AAAC ini sesuai
dengan SPLN 41-8 : 1981. Untuk SUTR dipakai kabel pilin udara (twisted
cable) suatu kabel dengan inti AAC berisolasi XLPE (Cross Linked
polythylene), dilengkapi kawat netral AAAC sebagai penggantung, dan
dipilin.
2) Pemilihan Ukuran
Konduktor AAAC ukuran yang tersedia yaitu;
Jaringan Tegangan Menengah (JTM) : Konduktor AAAC ukuran 70mm2
dan 150mm2
Jaringan Tegangan Rendah (JTR)

: Konduktor Twisted Cableukuran


3x35mm2 dan 3x50mm2

3) Pemasangan Saluran Udara

Evaluasi Jaringan Distribusi

Batasan-batasannya sebagai berikut:


a) Tarikan AAAC yang diijinkan maksimum 30% dari tegangan putus
(Ultimate tensile strength).
b) Tarikan Twisted cable (TC) yang diijinkan maksimum 35% dari
tegangan putus dari kawat penggantung.
c) Andongan yang terjadi pada SUTM dengan

jarak gawang 60-80

meter, dan pada SUTR dengan jarak gawang 35-50 meter, tidak boleh
lebih dari 1 meter.
a) Andongan
Menghitung andongan dapat dipakai rumus :
S = 0,3 (L/40)2
dimana:

: Andongan (m)

L : Jarak antar tiang kedua tiang (m)


Diketahui :

L : 46 meter

Maka :

S = 0,3 (46/40)2
S = 0,397 meter

b) Jarak gawang
Penentuan jarak gawang dipengaruhi oleh:
1.
2.
3.
4.

Kondisi geografis dan lingkungan


Jarak aman konduktor dengan tanah
Perhitungan tarikan dan andongan
Efisiensi biaya

Mengingat hal itu maka penentuan jarak gawang sesuai dengan SPLN 871991adalah:

Evaluasi Jaringan Distribusi

Daerah permukiman : jarak gawang SUTM murni, sebesar 50-60


meter, jarak gawang SUTR murni sebesar 40-50 meter.
Di luar permukiman : jarak gawang SUTM murni sebesar 60-80 meter.
c) Perhitungan panjang konduktor
Dengan mendasarkan penentuan dan perhitungan tersebut diatas,
maka jarak gawang adalah:
AAAC

: panjang konduktor = jarak gawang + 1%

TC

: panjang konduktor = jarak gawang + 2%

Perhitungan ini diperoleh dengan cara dan rumus sebagai berikut:


S = L + (8xS2)/(3xL)
Dimana,
S

: andongan (m)

: Jarak gawang (m)

S : panjang konduktor (m)


Diketahui :

S : 0,397 meter
L : 46 meter

Maka : S = 46 + (8x0,3972)/(3x46)
S = 46,009 meter.
3.4.9 Isolator
Jenis isolator tonggak saluran (line post, ANSI 57-2) atau pin
post (NGK Cat. DA 69001A) untuk tiang topang dan belokan dengan
sudut <30, sedangkan untuk belokan antara 3060 dipergunakan ganda
dengan isolator tonggak saluran atau ganda. Jenis renteng untuk

Evaluasi Jaringan Distribusi

belokan >60 dan tiang tarik/tegang. Karakteristik mekanik dan dimensi


isolator ini, harus sesuai dengan SPLN 10-1 : 1978, type U 70 C untuk
isolator renteng dan tipe ANSI 57-2 untuk isolator tunggak saluran atau
tiope NGK Cat. DA 001A yang setara ANSI 57-2) untuk isolator pin
post.
3.4.10 Transformator.
1) Pemilihan tipe dan kapasitas.
a) Tipe transformador dapat dipakai:
1. Konvensional tiga fasa
2. CSP (completly self protection), tiga fasa
3. Tegangan primer 20 kV antar fasa dan 11,54 kV fasa-netral,
tegangan sekunder 380 V antara fasa dan 220 V fasa-netral.
4. Model cantol, yaitu dicantolkan/digantungkan pada
tiang
SUTM.
b) Kapasitas trafo tiga fasa 25kVA dan trafo satu fasa 50kVA.
2) Papan bagi dan perlengkapan.
a) Papan bagi
Pada trafo CSP fasa tiga tidak diperlukan papan bagi, SUTR
langsung dihubungkan dengan terminal TR dari Trafo. Hal ini
dimungkinkan karena pada CSP trafo sudah dilengkapi dengan
saklar pengaman arus lebih.
Tidak demikian halnya pada konvensional trafo, diperlukan
pengaman arus lebih tegangan rendah berupa fuse/pengaman lebur,
atau pemutus tegangan rendah (LVCB/low voltage circuit breaker)
sehingga diperlukan almari fuse, sekaligus sebagai papan bagi
untuk keluaran lebih dari satu penyulang.
Menyesuaikan dengan penyebaran konsumen, dapat dipilih papan
bagi 2 group dan 4 group.
b) Pengaman untuk trafo konvensional
Pemisah lebur 20 kV / Fuse Cut Out, dengan rating arus kontinyu
100A, dan kawat lebur disesuaikan dengan kapasitas trafo.
Arrester 24 kV, 5 kA. - Pentanahan, terpisah antara pentanahan
arrester dan pentanahan trafo.
Pemutus daya tegangan rendah (LVCB) untuk trafo sampai dengan
dengan 50 kVA.
3.4.11 Material pelengkap

Evaluasi Jaringan Distribusi

Traverse: dibuat dari baja profil UNP 8 dan digalvanis. Panjang


traverse 2 meter. Panjang traverse ni sudah diperhitungkan dengan
batas aman antar penghantar dan kekuatannnya untuk sudut belokan
sampai dengan 60.
Peralatan/pengaman percabangan : Pemisah lebur (fuse cutout)
sectionaliser atau pole top switch merujuk pada SPLN 52-3
Arrester kelas distribusi (SPLN 7 C: 1978) : 24 kV, 5 kA
Kawat pengikat
Kawat topang tarik (guy wire) dipergunakan/dipasang pada tiang ujung
(awal maupun akhir), pada belokan dan tiang untuk trafo. Dibuat dari
baja dengan mutu setara baja ST 37 dengan arah pilinan ke kanan
3.5 Evaluasi Hasil Survey Penyambungan
Dari data hasil survey dipertimbangkan dengan beberapa hal seperti:
besarnya kapasitas listrik yang akan disalurkan, perkembangan beban dan
lokasi/ lingkungan di masa yang akan datang dan dana yang tersedia untuk
pembangunan

konstruksi

jaringan

distribusi,

maka

ditentukan/dipilih

konstruksin dan komponen jaringannya.


a) Data Pelanggan
1. IDPEL
2. Nama Pelanggan

: Pasang Baru
: Griya
3. Alamat
: Jl. Talasalapang II,
kelurahan Gunung Sari, kecamatan
Rappocini.
4. Tarif/Daya Perunit (VA)
5. Jumlah Unit
6. Jumlah Daya (kVA)

: R-1/ 1300VA
: 34 Rumah
: 1300

VA
7. Pengukuran

: kWh Analog

b) Data Teknik
GARDU INDUK : 9RESIDENCE
1. Kapasitas GI

: 60 MVA

Evaluasi Jaringan Distribusi

2. Beban GI
3. Kapasitas KIT
4. Beban KIT

: 60 %
: 4800 MW
: 2880 MW

PENYULANG/FEEDER: 9RESIDENCE
1. Kapasitas Penyulang
2. Beban Penyulang
3. Teg.Ujung Penyulang

: 400 A
: 16%
: 19,90 kV

TRAFO DISTRIBUSI: BANGUN BARU


1. Kapasitas Gardu Distribusi
2. Beban Gardu Distribusi
3. Tegangan Ujung

: 100 kVA
::-

Penentuan trafo yang tepat


Dengan data yang ada statistik jumlah rumah dengan rata-rata
beban per-rumah yaitu : 1300 kVA
Beban listrik :
Beban listrik = 34 rumah x 1300 W = 44200 W
44,2 kW jadi dikonversi menjadi 55,25 kVA
Maka pemilihan trafo yang layak untuk perumahan 9 recidence adalah :
100 kVA. Maka dapat menekan harga pembelian trafo lebih murah karena
tempat distribusi hanya untuk satu kompleks perumahan

Evaluasi Jaringan Distribusi

Perhitungan biaya perancangan


Kalkulasi
Harga

No

Uraian Material

Satuan

Andongan dari kawat

2.
3.
4.

Satuan/mete

r (Rupiah)
Jaringan Tegangan Menengah
Meter
3x46x15
24.000
3x0,009x1
24.000
5
Batang
3
4.300.000
Batang
13
3.500.000
Buah
1
43.500.000

I.
Kawat A3C 150 mm2
1.

Volume

Tiang Beton 9 m
Tiang Besi 9 m
Trafo 100 kVA

Sub Total
5.
6.
7.

Arrester
Isolator Tumpu
Isolator Tarik

II.
Proteksi Jaringan
Buah
3
1.600.000
Buah
39
200.000
Buah
15
390.000
Sub Total
Total

Jumlah
(Rupiah)
49.680.000
9720
12.900.000
45.500.000
43.500.000
151.589.72
0
4.800.000
7.800.000
5.850.000
18.450.000
170.039.72
0

Kesimpulan

Sebaiknya dalam penggunaan Tiang diperkecil agar dapat mengurangi

biaya anggaran.
Tinggi tiang ditambah agar aman terhadap masyarakat.

LAMPIRAN I
Standar Nasional Indonesia (SNI) dan Standar Perusahaan Listrik
Negara (SPLN) yang Terkait.
Standar PLN

Evaluasi Jaringan Distribusi

1. SPLN 2-1978 mengenai Pentanahan netral sistem transmisi


2. SPLN 7-1978 mengenai Pedoman pemilihan tingkat isolasi dan penangkap
petir
3. SPLN 20-1980 mengenai Pedoman Penerapan untuk transformator
4. SPLN 54-1983 mengenai Standar tiang baja 6. SPLN 56-1984 mengenai
Sambungan listrik
5. SPLN 72-1987 mengenai

Spesifikasi

desain

jaringan

tegangan

menengah(JTM) dan Jaringan tegangan rendah (JTR)


6. SPLN 74-1987 mengenai Standar listrik perumahan elite
7. SPLN 76-1987 mengenai arus 10. SPLN 27-1990 mengenai entanahan
jaringan listrik pedesaan.
8. SPLN 55-1990 mengenai Alat pengukur pembatas dan perlengkapannya
9. SPLN 3-1991 mengenai Tiang beton pratekan untuk jaringan distribusi 15.
SPLN 87-1991 mengenai Standar konstruksi listrik pedesaan
10. SPLN 88-1991 mengenai Pembumian netral sistem 20KV dengan lebih
dari satu sumber
11. SPLN 42-2-1992 mengenai Kabel berisolasi dan berselubung PVC
teganganpengenal 300/500 (NYM)
12. SPLN 56-1-1993 mengenai Sambungan tegangan listrik tegangan rendah
(SLTR)
13. SPLN 56-2-1993 mengenai Sambungan tegangan listrik tegangan
menengah (SLTM)
14. SPLN 102-1993 mengenai Elektroda bumi jenis batang bulat berlapis
tembaga
15. SPLN 1-1995 mengenai Tegangan-tegangan standar
16. SPLN 50-1997 mengenai Spesifikasi distribusi
17. SPLN 72-1997 mengenai Spesifikasi desain Jaringan Tegangan Menengah
(JTM) dan Jaringan Tegangan Rendah (JTR)
SNI
1. SNI 04-0227-1987 mengenai Tegangan standar 3. SNI 04-1630-1989
2.
3.
4.
5.
6.

mengenai Pengamanan tegangan kurang, persyaratanumum.


SNI 04-1707-1989 mengenai listrik pedesaan.
SNI 04-1705-1989 mengenai Sistem distribusi, keandalan.
SNI 04-0532-1989 mengenai Kotak hubung bagi arus bolak balik.
SNI 04-1926-1990 mengenai jaringan distribusi listrik pedesaan.
SNI 04-3853-1995 mengenai Spesifikasi desain untuk jaringan tegangan
menengah dan jaringan tegangan rendah.

Evaluasi Jaringan Distribusi

7. SNI 04-3855-1995 mengenai Pembumian jaringan tegangan rendah dan


instalasi tegangan rendah.

LAMPIRAN II

Evaluasi Jaringan Distribusi

LAMPIRAN II

Evaluasi Jaringan Distribusi

Evaluasi Jaringan Distribusi

Evaluasi Jaringan Distribusi

Evaluasi Jaringan Distribusi

Você também pode gostar