Você está na página 1de 43

Ayu Lestari Nofiyanti

1518012120

Supervisor :
Dr. Diah Ambarwati, Sp. Rad,. M. Sc.
Instalasi Radiologi
RSUD Ahmad Yani
Kota Metro
2015

ABSES PARU
DAN
ASPEK RADIOLOGISNYA

Definisi abses paru


Abses paru : infeksi destruktif berupa lesi
nekrotik pada jaringan paru yang
terlokalisir sehingga membentuk kavitas
yang berisi nanah (pus) dalam parenkim
paru pada satu lobus atau lebih.
Bila diameter kavitas < 2cm dan
jumlahnya
banyak
(multiple
small
abscesses)
dinamakan
necrotising
pneumonia.

Epidemiologi
Abses paru adalah penyakit yang

mematikan di era preantibiotik


Sepertiga dari pasien dari pasien
meninggal, yang lain sepertiga pulih, dan
sisanya berkembang menjadi penyakit
seperti abses berulang, empiema kronik,
bronkiektasis, atau komplikasi yang lain
dari infeksi piogenik kronis.

Epidemiologi
Pada periode postantibiotik awal
umumnya kasus abses paru ini
berhubungan dengan karies gigi, epilepsy
tak terkontrol, kerusakan paru
sebelumnya dan penyalahgunaan alcohol
Pada negara-negara maju jarang dijumpai
kecuali penderita dengan gangguan
respon imun seperti penyalahgunaan
obat, penyakit sistemik atau komplikasi

Faktor Resiko
Aspirasi bahan infeksi
Cth :- operasi dalam rongga mulut, hidung dan tenggorokan
- keadaan reflek batuk yang berkurang seperti koma,
anestersi

Infeksi bakteri primer yang sebelumnya


Cth: penyulit yang dijumpai pneumonia, bronkiektasi,
infeksi jamur

Emboli septic
Neoplasma

Faktor Resiko
Lain-lain
Misalnya: -trauma yang menembus paru

- penyakit infeksi di sekitar paru

dari

- penyebaran infeksi hematogen


tempat lain

Tidak diketahui
sekitar 25% sering disebut abses paru
kriptogen

Etiologi
Kelompok bakteri anaerob, biasanya
diakibatkan oleh pneumonia aspirasi
Bacteriodes melaninogenus
Peptostreptococcus spesies
Bacillus intermedius
Fusobacterium nucleatum
Microaerrophilic streptococcus

Bakteri anaerob meliputi 89% penyebab


abses paru dan 85% -100% dari spesimen
yang didapat melalui aspirasi transtrakeal.

Etiologi

Kelompok bakteri aerob:


Gram positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi
Staphylococcus aureus
Streptococcus microaerophilic
Streptococcus pyogenes
Streptococcus pneumonia
Gram negative : biasanya merupakan sebab nosokomial
Klebsiella pneumonia
Pseudomonas aeruginosa
Escherichia coli
Haemophilus Influenza
Actinomyces Species
Nocardia Species
Gram negative bacilli

Etiologi
Kelompok :
Jamur : mucoraceae, aspergillus species
Parasit, amuba
mikobacterium

Patologi
Makroskopis:
Mula-mula abses itu tampak sebagai
fokus hiperemik berwarna merah kuning
padat nekrosis sentral terbentuk
nanah.
Rongga yang terbentuk mula-mula
dindingnya tidak teratur lama kelamaan
berbatas lebih tegas karena fibrosis
Bila abses berhubungan dengan
bronchus, nanah sebagian dapat keluar

Patologi
Mikroskopik
Destruksi jaringan paru-paru disertai
pembentukan nanah pada bagian tengah
rongga abses.
Alveolus sekitar abses sering menunjukkan
reaksi radang seperti pada pneumonia.
Padakasus yang menahun, dinding abses
akan mengalami fibrosis sehingga batasnya

Gambaran Makro & Mikrokospik

Makroskopik Abses Paru

Mikrokospik Abses Paru

Patofisiologi
Terjadinya abses paru biasanya melalui
dua cara yaitu aspirasi dan hematogen.
Yang paling sering dijumpai adalah
kelompok abses bronkogenik yang
termasuk akibat aspirasi, stasis sekresi,
benda asing, tumor dan striktur bronchial.
Keadaan ini yang menyebabkan obstruksi
bronkus dan terbawanya organism virulen
yang akan menyebabkan terjainya infeksi
pada daerah distal obstruksi tersebut

Patofisiologi
Abses jenis ini banyak terjadi pada
pasien bronchitis kronik karena media
yang sangat baik bagi organism yang
teraspirasi. Pada perokok usia lanjut
keganasan bronkogenik bias merupakan
dasar untuk terjadinya abses paru.

Patofisiologi
Secara hematogen, yang paling sering
terjadi adalah akibat septicemia atau
sebagai fenomena septic emboli,
sekunder dari fokusinfeksi dari bagian lain
tubuhnya seperti tricuspidvalve
endocarditis.
Penyebaran hematogen ini umumnya
akan berbentuk abses multiple dan keilkecil adalah lebih sulit dari abses single
walaupun ukurannya besar Secara umum

Aspirasi berulang, MOterjebak


disal nafas
bawah.proses
Aspirasi
berulang,
MO
lanjut
pneumonia
inhalasi
terjebak di sal. Nafas bawah,
bakteri
proses lanjut
pneumonia

inhalasi bakteri

Faktor
Faktor predisposisiFaFFFaa
predisposisi

Bakteri mengadakan
multiplikasi dan menyerang
bakteri lain

Patofisiologi

Dilepaskannya zat
pirogen oleh leukosit
pada jaringan

Proses
peradangan
Dikelilingi
jaringan
granulasi

Panas

Gangguan rasa
nyaman :
hipertermi

Proses nekrosis

Difusi
ventilasi
terganggu
Kelemaha
n fisik

Intoleransi
aktifitas

Kadar O2
turun

Gangguan
Pertukaran
udara

Produksi sputum yang


berlebih

Refleks
batuk

Bersihan jalan
napas

Ujung
saraf paru

Gangguan
rasa
nyaman:
nyeri

Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan Lab
1. Pemeriksaan darah rutin : leukositosis >
12.000 m3 dan disertai peningkatan laju
endap darah >58 mm/ jam
2. Pemeriksaan sputum dengan
pengecatan gram tahan asam dan KOH
3. Pemeriksaan kultur bakteri dan test

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologi
Foto dada: berupa gambaran densitas homogen yang
berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran
radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat.
Selanjutnya bila abses tersebut mengalami rupture
sehingga terjadi drainase abses yang tidak sempurna ke
dalam bronkus, maka baru akan tampak kavitas ireguler
dengan batas cairan dan permukaan udara (air fluid level)
di dalamnya.
Gambaran spesifik ini tampak dengan mudah bila kita
melakukan foto dada PA dengan posisi berdiri.

Pemeriksaan Penunjang
Khas pada abses paru anaerobic kavitas
single (soliter) yang biasanya ditemukan
pada infeksi paru primer,sedangkan abses
paru sekunder (aerobic, noskomial atau
hematogen) lesinya bisa multiple
Sepertiga kasus abses paru bisa disertai
dengan empiema. Empiema yang
terlokalisir dan disertai dengan fistula
brokopleura akan sulit dibedakan dengan
gambaran abses paru.

Gambaran radiologis

Komplikasi Pneumonia pneumococcus


oleh nekrosis paru dan pembentukan
abses

Foto rontgen dada lateral


menunjukkan tingkat air fluid level
abses paru

Gambaran radiologis

Abses paru pada lobus kiri bawah,


segmen superior

CTscan pada abses paru

Pemeriksaan Radiologis
CT-scan
Gambaran khas CT scan abses paru ialah
berupa lesi dens bundar dengan kavitas
berdinding tebalm tidak teratur, dan
terletak di daerah jaringan paru yang
rusak.
Tampak bronkus dan pembuluh darah
paru berakhir secara mendadak pada
dinding abses, tidak bertekan atau
berpindah letak. Sisa-sisa pembuluh

Diagnosis

Riwayat Penyakit sebelumnya


Hasil pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium sputum gram
Gambaran radiologis
Bronkoskopi
Aspirasi jarum perkutan

Riwayat penyakit sebelumnya


Keluhan penderita yang khas misalnya
malaise, sesak napas, penurunan berat
badan, panas, badan yang ringan, dan
batuk yang produktif. Adanya riwayat
penurunan kesadaran berkaitan dengan
sedasi, trauma atau serangan epilepsy.
Riwayat penyalahgunaan obat yang
mungkin teraspirasi asam lambung waktu
tidak sadar atau adanya emboli kuman di
paru akibat suntikan obat.

Hasil Pemeriksaan Fisik

a. Redup pada perkusi


b. Suara nafas yang meningkat
c. Sering dijumpai adanya jarih tabuh
d. Takikardi
e. Febris

Pemeriksaan Lab sputum gram


Kultur darah dapat mengarah pada
organism penyebab infeksi. Jika TB
dicurigai, tes BTA dan mikobakterium
dapat dilakukan.
Pada pemeriksaan darah rutin ditemukan:
leukositosis.
Laju endap darah meningkat,
hitung jenis sel darah putih didapat
pergeseran ke kiri

Gambaran Radiologis
Gambaran radiologis yang menunjukkan
kavitas dengan proses konsolidasi di
sekitarnya, adanya air fluid level yang
berubah posisi sesuai dengan gravitasi.
Abses paru sebagai akibat aspirasi paling
sering terjadi pada segmen posterior
lobus superior atau segmen superior
lobus inferior.

Bronkokospi
Cara diagnostik yang paling baik dengan
akurasi diagnostik bakteriologi melebihi 80
%.
Cara ini hendaknya dimulai pengobatan
karena banyaknya kuman yang terlibat
dan sulit diprediksi secara klinis.

Aspirasi jarum perkutan


Cara ini mempunyai akurasi tinggi untuk
diagnosis bakteriologis, dengan spefisitas
melebihi aspirasi transtrakeal.

Diagnosis Banding
Karsinoma bronkogenik yang mengalami kavitas, biasanya
dinding kavitas tebal dan tidak rata. Diagnosis pasti
dengan pemeriksaan sitologi / patologi.
Tuberkulosis paru atau infeksi jamur. Gejala klinisnya
hamper sama atau lebih menahun daripada abses paru.
Pada tuberculosis didapatkan BTA dan pada infeksi jamur
ditemukan jamur.
Bula yang terinfeksi, tampak air fluid level. Di sekitar buka
tidak ada atau hanya sedikit konsolidasi.
Kista paru yang terinfeksi, dindingnya tipis dan tidak ada
reaksi di sekitarnya.

Diagnosis Banding
Hematom paru, kemungkinan ada riwayat trauma dimana
batuknya hanya sedikit.
Penumokoniosis yang mengalami kavitas seperti
pekerjaan penderita jelas di daerah berdebu dan
didapatkan simple pneumoconiosis pada penderita
Hiatus hernia, tidak ada gejala paru diserta nyeri
restrostrenal dan heart burn bertambah berat pada waktu
membungkuk. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan foto
barium
Sekuester paru. Letak di basal kiri belakang dengan
diagnosis pasti dengan bronkografi atau arteriografi
retrograde.

Terapi - Medikamentosa
Antibiotik yang paling baik adalah
klindamisin oleh karena mempunyai
spektrum yang lebih baik daripada bakteri
anaerob.
Klindamisin diberikan mula-mula dengan
dosis 3 x600 mg intravenous, kemudian 4
x 300 mg oral/ hari.
Regimen alternative adalah penisilin G 210 juta unit/ hari, ada yang memberikan
samapi dengan 25 juta unit atau lebih/ hari

Bronkoskopi
Peranan penting dalam penangan abses
paru seperti pada kasus yang dicurigai
karsinoma bronkus atau lesi obstruksi,
pengeluaran benda asing dan untuk
melebarkan striktur

Drainase
Drainase dengan tindakan operasi jarang
diperlukan karena lesi biasanya respon
dengan antibiotic.
Bila tidak respons, apalagi, bila kavitasnya
besar maka harus dilakukan drainase
perkutan untuk mencegah kontaminasi
pada rongga pleura.

Reseksi Paru
. Reseksi paru diindikan pada abses paru
yang responnya minimal dengan
antibiotic, abses paru dengan ukuran yang
besar dan infark paru.
Lobektomi
Lobektomi merupakan prosedur yang paling
sering, sedangkan reseksi segmental biasanya
cukup untuk lesi-lesi yang kecil.

Komplikasi
Komplikasi lokal meliputi penyebaran
infeksi melalui aspirasi lewat bronkus atau
penyebaran langsung melalui jaringan
sekitarnya.
Abses paru yang drainasenya kurang
baik, bisa mengalami rupture ke segmen
lain dengan kecenderungan penyebaran
infeksi staphylococcus, sedang yang
rupture ke rongga pleura menjai piotoras
(empiema). bronkopleura.

Komplikasi
Komplikasi sering lainnya berupa abses
otak, hemoptisis massif, rupture pleura
visceralis sehingga terjadinya
piopneumotoraks dan fistula

Pencegahan
Perhatian khusus ditujukan kepada
kebersihan mulut.
Kebersihan mulut yang jelek dan penyakitpenyakit periondontal bisa menyebabkan
kolonisasi bakteri patogen orofaring yang
akan menyebabkan infeksi saluran napas
sampai dengan abses paru.

Prognosis
Prognosis abses paru simple tergantung dari keadaan
umum pasien, letak abses serta luasnya kerusakan paru
yang terjadi, dan respon pengobatan yang kita berikan.
Angka mortalitasnya pasien abses paru anaerob pada era
antibiotic kurang dari 10% dan kira-kira 10-15%
memerlukan operasi. Di zaman era antibiotik sekarang
angka penyembuhan mencapai 90-95 %. Bila pengobatan
diberikan dalam jangka waktu cukup lama angka
kekambuhannya rendah.

Kesimpulan
Abses paru adalah infeksi destruktif berupa lesi nekrotik
pada jaringan paru yang terlokalisir sehingga membentuk
kavitas yang berisi nanah (pus) dalam parenkim paru pada
satu lobus atau lebih.
Abses paru dapat dipengaruhi faktor predisposisi seperti
gangguan fungsi imun karena obat-obatan, gangguan
kesadaran (anestesi, epilepsy), oral hygiene yang kurang
serta obstruksi dan aspirasi benda asing.

Kesimpulan
Diagnosis pasti bila didapatkan biakan kuman penyebab
sehingga dapat dilakukan terapi etiologis. Pemberian
antibiotika merupakan pilihan utama disamping terapi
bedah dan terapi suportif fisio terapi.
Lebih dari 90% dari abses paru sembuh dengan
manajemen medis, kecuali disebabkan oleh obstruksi
bronchial sekunder untuk karsinoma. Pada penderita
dengan beberapa factor predisposisi mempunyai prognosa
yang lebih jelek dibandingkan dengan penderita dengan
satu factor predisposisi.

Daftar Pustaka
Ekayuda I, editor. Radiologi diagnostik. Edisi kedua.
Jakarta : FKUI, 2009
Fauci, Braunwald,editor. Harrisons Principle Internal
Medicine. Edisi XVII vol 2. McGraw Hill: 2011
Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, dkk,
editor. Ilmu penyakit dalam. Jilid 1 edisi IV. Jakarta : FKUI,
2007
Patel, Pradip R. Safitri Amalia, editor. Lecture Notes :
Radiologi. Edisi kedua . Jakarta : Erlangga,2007
http://emedicine.medscape.com
http://scribd.com/doc/49253492/refrat

Terima
Kasih

Você também pode gostar