Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Kelompok 2C
Disusun oleh:
Meryza Sonia
1111102000052
Dini Fitriyani
1113102000012
Tiara Puspitasari
1113102000013
1113102000056
Sri Komalasari
1113102000057
Gamal Al Isra
1113102000062
Badriyatun Nimah
1113102000075
Page 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Uji biokimia digunakan untuk pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
menunjang diagnosis suatu penyakit. Pemeriksaan laboratarium merupakan ilmu terapan
yang digunakan untuk menganalisa cairan tubuh dan jaringan untuk mendiagnosis suatu
penyakit. Beberapa contoh pemeriksaan laboratorium dilakukan melaui prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari pasien adalah darah.
Darah merupakan cairan tubuh yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah
mengalir diseluruh tubuh dan berhubungan langsung dengan sel-sel didalam tubuh. Darah
terbentuk dari beberapa unsur yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan keping
darah. Darah merupakan salah satu bahan uji atau sampel yang diambil dari pasien untuk
mengetahui kondisi kesehatan pasien. Dari sampel darah banyak uji laboratorium yang dapat
dilakukan, misalnya pemeriksaan kadar glukosa darah dan kreatinin dalam darah.
Glukosa merupakan karbohidrat terpenting yang digunakan sebagai sumber tenaga
bagi manusia. Kadar glukosa dalam tubuh manusia digunakan untuk metabolisme yang
mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang ada. Pemeriksaan laboratorium
terkait pemeriksaan glukosa darah salah satu tujuannya adalah untuk mengetahui ada
tidaknya penyakit diabetes mellitus pada pasien
Kreatinin adalah produk sisa dari perombakan kreatinin fosfat yang terjadi diotot
sehingga merupakan zat racun dalam darah. Kadar kreatinin akan tinggi pada orang yang
mengalami gangguan fungsi ginjal. Sebagian besar kreatinin yang terdapat dalam sirkulasi
darah akan dibuang keluar bersama urin dan tidak diserap kembali kedalam darah. Jumlah
kreatinin yang dikeluarkan seseorang tiap hari bergantung pada masa otot total. Pemeriksaan
kreatinin dalam darah merupakan salah satu parameter yang sangat penting untuk mengetahui
fungsi ginjal seorang pasien. Tinggi rendahnya kadar kreatinin dalam darah digunakan
sebagai indikator untuk mengetahui apakah seseorang dengan gangguan fungsi ginjal
memerlukan tindakan hemodialisis atau tidak. Kreatinin memiliki batasan normal yang
sempit, jika nilai kreatinin seseorang berada diatas nilai normal, nilai diatas normal inilah
yang semakin menunjukkan berkurangnya nilai fungsi ginjal.
Dalam proses pemeriksaan kadar glukosa darah dan kreatinin, maka filtrat darah harus
bebas dari protein. Karena, apabila masih terdapat protein makan akan mengganggu proses
pengujian tersebut. Metode untuk pemisahan filtrat darah bebas protein digunkan metode
Folin-wu.
1.2.
Tujuan
- Mahasiswa dapat melakukan proses pembuatan filtrat darah bebas protein dengan
metode Folin-Wu
- Mahasiswa dapat mengetahui kadar gula darah dengan metode Folin-Wu
- Mahasiswa dapat menghitung kadar kreatinin darah
Page 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Page 3
dioksida dan air, menghasilkan energi, terutama dalam bentuk ATP. Sebelum
digunakan, glukosa dipecah dari polisakarida.
Dalam ilmu kedokteran, gula darah adalah istilah yang mengacu kepada
tingkat glukosa di dalam darah. Konsentrasi gula darah, atau tingkat glukosa serum,
diatur dengan ketat di dalam tubuh. Glukosa yang dialirkan melalui darah adalah
sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Umumnya tingkat gula darah bertahan pada
batas-batas yang sempit sepanjang hari: 4-8 mmol/l (70-150 mg/dl). Tingkat ini
meningkat setelah makan dan biasanya berada pada level terendah pada pagi hari,
sebelum orang makan. Diabetes mellitus adalah penyakit yang paling menonjol yang
disebabkan oleh gagalnya pengaturan gula darah. Meskipun disebut "gula darah",
selain glukosa, kita juga menemukan jenis-jenis gula lainnya, seperti fruktosa dan
galaktosa. Namun demikian, hanya tingkatan glukosa yang diatur melalui insulin.
Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen
dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah : insulin, glukagon, dan
somatostatin.
Insulin dihasilkan oleh sel-sel , mendominasi gambaran metabolik. Hormon
ini mengatur pemakaian glukosa melalui banyak cara : meningkatkan pemasukan
glukosa dan kalium ke dalam sebagian besar sel; merangsang sintesis glikogen di hati
dan otot; mendorong perubahan glukosa menjadi asam-asam lemak dan trigliserida;
dan meningkatkan sintesis protein, sebagian dari residu metabolisme glukosa. Secara
keseluruhan, efek hormone ini adalah untuk mendorong penyimpanan energi dan
meningkatkan pemakaian glukosa. Sedangkan, Glukagon dihasilkan oleh sel-sel ,
meningkatkan sintesis protein dan menstimulasi glikogenolisis (pengubahan glikogen
cadangan menjadi glukosa) dalam hati; ia membalikkan efek-efek insulin.
Somatostatin dihasilkan oleh sel-sel delta, menghambat sekresi glukagon dan insulin;
hormone ini juga menghambat hormone pertumbuhan dan hormone-hormon hipofisis
yang mendorong sekresi tiroid dan adrenal.
Penurunan kadar glukosa darah (hipoglikemia) terjadi akibat asupan makanan
yang tidak adekuat atau darah terlalu banyak mengandung insulin. Peningkatan kadar
glukosa darah (hiperglikemia) terjadi jika insulin yang beredar tidak mencukupi atau
tidak dapat berfungsi dengan baik; keadaan ini disebut diabetes mellitus. Apabila
kadar glukosa plasma atau serum sewaktu (kapan saja, tanpa mempertimbangkan
makan terakhir) sebesar 200 mg/dl, kadar glukosa plasma/serum puasa yang
mencapai > 126 mg/dl, dan glukosa plasma/serum 2 jam setelah makan (post
prandial) 200 mg/dl biasanya menjadi indikasi terjadinya diabetes mellitus.
Metode penetapan kadar glukosa darah yang dipakai dalam praktikum ini
adalah metode Folin-Wu. Metode ini digunakan dalam analisis kuantitatif gula dalam
darah. Prinsip pengukuran kadar glukosa darah dengan metode Folin Wu adalah ion
kupri akan direduksi oleh gula dalam darah menjadi kupro dan mengendap menjadi
Laporan Praktikum Biokimia Klinis
Page 4
Cu2O. Penambahan pereaksi fosfomolibdat akan melarutkan Cu2O dan warna larutan
menjadi biru tua, karena ada oksida Mo. Dengan demikian, banyaknya Cu 2O yang
terbentuk berhubungan linier dengan banyaknya glukosa di dalam darah. Filtrat yang
berwarna biru tua yang terbentuk akibat melarutnya Cu 2O karena oksida Mo dapat
diukur kadar glukosanya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 660 nm. Dalam penentuan kadar glukosa darah, protein yang juga
terkandung dalam darah harus diendapkan atau didenaturasi terlebih dahulu. Setelah
proses tersebut barulah darah mengalami proses pemanasan dan penambahan reagen
Cu alkanis dan reagen fosfomolibdat untuk memberikan warna biru secara bervariasi
tergantung konsentrasi dari molekul. Hal ini perlu dilakukan (penambahan
fosfomolibdat) agar pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
spektrofotometri UV/Vis karena Cu+ memiliki warna yang sangat kurang kuat
(merah) sehingga kuran sensitif yang dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran
menjadi besar. Variasi warna tersebut kemudian diukur absorbannya dengan
spektrofotometer untuk menentukan konsentrasi yang terbentuk. penentuannya cukup
mudah, yaitu dengan menggunakan kurfa kalibrasi dari Absorbansi Cu alkanis yang
terukur.
Penentuan kadar selanjutnya dilakukan dengan cara
spektrofotometri. Untuk mengukur absorbansinya
maka ditambahkan Cu alkanis dan juga fosfomolibdat.
Absorbansi ini sebanding dengan konsentrasi glukosa
yang akan diukur. Makin biru pekat warna larutan
maka makin besar konsentrasi glukosa yang
terkandung.
Kadar glukosa yang diketahui ini bisa
membantu kita memprediksi metabolisme
yang mungkin terjadi dalam sel dengan kandungan gula yang tersedia. Jika
kandungan lglukosa dalam tubuh sangat berlebih maka glukosa tersebut akan
mengalami reaksi katabolisme secara enzimatik untuk menghasilkan energy. Namun
jika kandungan glukosa tersebut dibawah batas minimum,maka asam piruvat yang
dihasilkan dari proses katabolisme bisa mengalami proses enzimatik secara
anabolisme melalui glukoneogenesis untuk mensintesis glukosa dan memenuhi kadar
normal glukosa dalam darah ( dalam serum atau plasma darah ) yaitu 65-110 mg/dL
(3,6-6,1 mmol/L).
C. Kreatinin Darah
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi
di otot yang merupakan zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang
ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan normal. Sejumlah besar kreatinin yang
terdapat dalam sirkulasi darah akan ditapis keluar bersama dengan urin, dan tidak
diserap kembali ke dalam darah. Kreatin adalah asam organic bernitrogen yang
terdapat secara alami di dalam hewan vertebrata. Kreatin dapat membantu
menyediakan cadangan energi bagi jaringan otot dan saraf.
Laporan Praktikum Biokimia Klinis
Page 5
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Laporan Praktikum Biokimia Klinis
Page 6
Page 7
BAHAN
4
2
2
2
1.1
Page 8
1.2
I
0,034
0,252
0,019
II
0,043
0,226
0,020
Kiri
: Larutan
standar
Kanan : Larutan
III
0,022
0,225
0,026
x 0,2 x
x 100
= - 6,5 mg/dL
1.3
Blanko
Standar
Uji
I
0,049
0,057
0,253
Page 9
Kiri
: Larutan
Blanko
Tengah
: Larutan
Standar
x (5 x 0,006) x
= 45,9 mg/dL
PEMBAHASAN
Pada praktikum biokimia klinis kali ini, kami melakukan pembuatan filtrat darah bebas
protein, penetapan kadar gula darah dan kreatinin melalui metode folin-wu. Metode ini
merupakan metode yang digunakan untuk membuat filtrat darah bebas protein dengan
pengendapan protein oleh pembentukan asam tungstat. Endapan terjadi akibat adanya
kombinasi anion asam dengan bentuk kationik dari protein. Metode ini memiliki beberapa
keuntungan, antara lain hanya dibutuhkan dua pelarut, filtrat yang terbentuk lebih netral, dan
proses filtrasi lebih cepat.
Laporan Praktikum Biokimia Klinis
Page 10
Pertama-tama dibuat terlebih dahulu filtrat darah bebas protein dengan cara
mencampurkan darah, aquades, Na-Tungstat 10% dan H2SO4 2/3 N kedalam tabung kemudian
diamkan selama 5 menit dan saring sampai mendapatkan filtrat bebas protein. Fungsi aquades
adalah untuk mengencerkan darah sehingga albumin dalam darah akan larut oleh aquades.
Albumin adalah protein yang dapat larut dalam air serta dapat terkoagulasi oleh panas.
Albumin terdapat dalam serum darah dan putih telur. Na-Tungstat 10% berfungsi untuk
mengendapkan protein, dan H2SO4 sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi pengendapan
protein oleh Na-Tungstat. Hasil filtrat kemudian di uji dengan pereaksi bluret yaitu larutan
CuSO4 0,1 N dan NaOH 10% untuk mengetahui apakah filtrat yang dihasilkan masih terdapat
protein atau tidak. Setelah pengujian didapatkan hasil filtrat berwarna bening yang menandakan
bahwa filtrat tidak lagi mengandung protein. Hasil filtrat darah bebas protein ini selanjutnya
akan digunakan untuk menguji kadar glukosa dalam darah dan kadar kreatinin darah.
Pada pengukuran kadar gula dalam darah, terlebih dahulu disiapkan 4 buah tabung yang
mana tabung pertama dan kedua merupakan larutan uji, tabung ketiga sebagai larutan standar,
dan tabung keempat sebagai larutan blanko. Masukkan filtrat bebas protein kedalam tabung
pertama dan kedua, standar glukosa 0,1 g/ml kedalam tabung ke tiga dan aquadest kedalam
tabung keempat. Tambahkan tembaga alkalis (Cu2O) kedalam masing-masing tabung dan
panaskan dalam air 100C selama 8 menit kemudian dinginkan selama 3 menit. Pemanasan
ini berfungsi untuk menambah laju reaksi Cu 2O, sementara pendinginan dimaksudkan untuk
menghentikan laju reaksi dari Cu2O itu sendiri. Setelah pendinginan, masing-masing larutan
uji, blanko dan standar ditambahkan 2 ml asam fosfomolibdat lalu diencerkan hingga 25 ml
yang selanjutnya dibaca pada alat sepktrofotometer UV-Vis 420 nm. Pada penambahan
tembaga Alkalis, ion kupri (Cu+) akan direduksi oleh gula menjadi kupro (Cu 2+) dan
mengendap sebagai Cu2O (kuprooksida). Dengan menambahkan pereaksi fosfomolibdat,
kuprooksida melarut lagi dan warna larutan akan berubah menjadi biru kehijauan disebabkan
oleh adanya oksidasi Mo. Intensitas warna larutan adalah ukuran banyaknya gula yang ada di
dalam filtrat.
Nilai serapan (absorbansi) dari uji adalah 0,021, nilai absorbansi blanko adalah 0,034
dan nilai absorbansi standar glukosa adalah 0,234. Sehingga kadar glukosa yang didapat
adalah -6,5 mg/dl. Kadar glukosa yang didapat ini menunjukkan angka yang tidak rasional.
Kesalahan pegukuran ataupun prosedur kerja memungkinkan terjadinya hasil yang tidak
bagus. Kemungkinan yang paling besar adalah pada saat pengeceran larutan uji sebelum
dilakukan pembacaan pada spektorfotometri Uv-Vis, aquadest yang ditambahkan mungkin
sedikit berlebih sehingga larutan uji menjadi lebih encer. Hal seperti ini mungkin yang
mengakibatkan absor bansi uji menunjukkan nilai serapan yang tidak sesuai dengan
semestinya. Sehingga hasil perhitungan kadar gula darah menjadi sangat rendah (-6,5 mg/dl)
dibandingkan dengan standar kadar gula darah normal yaitu 80-120 mg/dl.
Pada pengujian kreatinin memanfaatkan reaksi Jaffe dengan menggunakan filtrat bebas
protein yang telah dibuat sebelumnya. Pada dasarnya hal yang dilakukan sama dengan uji
gula darah yang membedakanya pada uji ini tidak menggunakan tembaga alkalis (Cu2O) tapi
menggunakan larutan pikrat alkalis, yang berperan untuk mengikat kreatin secara tautomer
Laporan Praktikum Biokimia Klinis
Page 11
sehingga menciptakan warna merah yang dapat dideteksi pada alat spektrofotometri UV-Vis
pada panjang gelombang 520 nm.
Nilai serapan (absorbansi) uji adalah 0,253; absorbansi blanko adalah 0,049; absorbansi
standar adalah 0,057. Sehingga kadar keratinin yang didapat adalah 45,9 mg/dl. Hasil yang
diperoleh sangat besar, melebihi batas normal yaitu 0,7 1,5 mg/dl. Kadar kreatinin dalam
darah adalah 1 mg/dl (Ganong, 2008). Kadar kreatinin dalam darah tergantung dari asupan
makanan dan air yang dikonsumsi, kadar kreatin tinggi menunjukkan terjadinya kerusakan
salah satu organ tubuh, yakni ginjal yang berperan dalam proses metabolisme.
BAB V
KESIMPULAN
Dalam pembuatan filtrat bebas protein dilakukan dengan metode Folin-Wu dan
menghasilkan filtrat berupa cairan yang sudah bebas dari protein dan berwarna
bening.
Setelah dilakukan pengujian menggunakan pereaksi biuret ( CuSo4 + NaOH) filtrat
yang dihasilkan tidak berwarna bening, dan hasilnya adalah negative. yang
Page 12
menandakan filtrat yang dihasilkan bebas dari protein dan dapat digunkan untuk
penetapan kadar gula darah dan kadar kreatinin.
Pada penentuan kadar gula darah didapatkan kadar gula darah sebesar - 6,5 mg/dL..
Pada pengujian menggunakan UV-VIS, hasil yang didapat tidak terlalu bagus
disebabkan karena filtrat kemungkinan masih mengandung protein dan protein
tersebut mengganggu absorbansi.
Pengujian kreatinin dilakukan dengan metode Jaffe
Kadar kreatinin yang diperoleh dari pengujian adalah sebesar 45,9 mg/dL.
DAFTAR PUSTAKA
Page 13
Page 14