Você está na página 1de 14

A.

Definisi Diet
Diet adalah pengaturan jenis dan jumlah makanan dengan maksud tertentu
seperti

mempertahankan

kesehatan

serta

status

nutrisi

dan

membantu

menyembuhkan penyakit (Hartono, 2000) setiap diet termasuk makanan, tetapi


tidak semua makanan masuk dalam kategori diet. Dalam diet jenis dan banyaknya
makanan ditentukan dan dikendalikan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia aturan makan khusus untuk
kesehatan dan sebagainya dan biasanya atas petunjuk dokter.
Diet adalah usaha menurunkan berat badan atau mengatur asupan nutrisi. Terdapat
3 klasifikasi dari diet, diet untuk:
1.

Menurunkan berat badan

2.

Meningkatkan berat badan

3.

Pantangan terhadap makanan tertentu


Diet saluran cerna berarti diet yang dilakukan saat terjadi gangguan pada

saluran pencernaan. Adapun gangguan saluran pencernaan itu meliputi falatulensi,


diare, gastrities dan tipoid. Jadi, diet adalah jumlah makanan yang dikonsumsi
oleh seseorang atau organisme tertentu. Jenis diet sangat dipengaruhi oleh latar
belakang asal individu atau keyakinan yang dianut masyarakat tertentu.
B.

Fungsi Diet
Pola diet berfungsi untuk memenuhi 6 nutrisi utama yang dibutuhkan

tubuh, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Pola diet diatur
dengan cara menyesuaikan porsimakan sesuai dengan kebutuhan jenis makanan
yang boleh atau tidak boleh dikonsumsi. Jumlah dan variasi makanan yang tepat
akan memberikan nutrisi yang tepat untuk pemeliharaan kesehatan tubuh dan
mencapai berat badan yang ideal.
Dahulu kita sering mendengar selogan makan 4 sehat 5 sempurna untuk
memenuhi 6 nutrisi utama tersebut diatas. Sekarang, menurut Food Guide
Pyramid ada 6 group makanan utama yang dapat dikonsumsi untuk mencapai
nutrisi seimbang. Makanan tersebut adalah sbb:
1. Roti, sereal, nasi, dan pasta sebagai sumber utama karbohidrat.

2. Daging, unggas, ikan , telur, biji-bijian kering, dan kacang-kacangan


3.
4.
5.
6.

sebagai sumber protein.


Lemak dan minyak sebagai sumber lemak.
Sayur-sayuran.
Buah-buahan.
Susu, yogurt dan keju.

Proporsi dari tiap kelompok makanan disesuaikan berdasarkan umur, jenis


kelamin, dan berat badan.
C.

Faktor Seseorang Melakukan Diet

Ada beberapa alasan seseorang melakukan diet, berikut ini adalah faktor-faktor
yang mempengaruhi seseorang melakukan diet:
1. Kadar lemak tinggi
Apabila kadar lemak seseorang tinggi, maka diperlukan suatu program diet untuk
menurunkan berat tubuh supaya tidak terjadi obesitas. Lemak merupakan zat gizi
yang akan disimpan didalam kulit sebagai cadangan energi, jika lemak tertimbun
banyak, bisa terjadi peningkatan massa tubuh, proses metabolismepun akan
cenderung lebih berat dilakukan oleh tubuh.
2. Hasrat diri
Diet kadang memiliki tujuan dari pribadi untuk meningkatkan atau menurunkan
massa tubuh supaya sesuai dengan rentang normal IMT (indeks massa tubuh).
Hasrat diri untuk melakukan diet ini biasanya dilakukan oleh model atau artis
untuk menjaga bentuk tubuhnya.
3. Tekanan darah
Jika tekanan darah terlalu tinggi (hipertensi), harus ada pantangan-pantangan
untuk makanan tertentu supaya tekanan kembali menjadi normal.
4. Pola makan
5. Diet juga dipengaruhi oleh pola makan, jika seseorang memiliki pola makan
tidak teratur, seseorang tersebut akan berusaha kembali mengatur pola
makannya dengan cara melakukan diet.
6. Gangguan penyakit

Seseorang terkena gangguan seperti gangguan cerna, diabetes dan lainnya


akan melakukan diet untuk menjaga asupan nutrisi agar tidak memperparah
gangguan tersebut.
D.

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Seseorang Gagal Diet

Ada beberapa faktor yang umumnya menyebabkan kegagalan diet yaitu :


a. Kurang motivasi
Faktor motivasi sangat memegang peranan dalam berhasilnya sebuah program
diet. Seseorang yang sedang jatuh cinta dan ingin memiliki berat badan ideal agar
menarik perhatian orang yang dicintainya memiliki motivasi yang lebih kuat
dibandingkan orang yang ingin memiliki berat badan ideal karena ingin
menggunakan sebuah gaun dengan model tertentu
b. Tidak disiplin atau tidak konsisten
Banyak orang yang menjalankan program diet dengan tidak disiplin. Ketika diet
menjauhi makanan habis-habisan, begitu angka timbangan turun segera
merayakannya dengan makan secara berlebihan akibatnya beratnya selalu
bertambah setelah dietnya berhasil, bahkan lebih gemuk dibandigkan sebelum
diet.
c. Ganti kata-kata negatif dengan kata positif
Otak kita diciptakan tidak menerima kata-kata negatif artinya bila anda
berkata ;aku tidak lapar program yang diterima oleh otak adalah aku lapar. Ini
sebabnya orang yang tengah menjalankan program diet justru sering merasa lapar.
Sebaiknya anda berkata pada tubuh anda aku kenyang.

d. Tidak mau berubah

Bila anda ingin merubah berat badan anda rubah dulu kebiasaan buruk anda. Ganti
kebiasaan ngemil dengan berolahraga. Ganti makanan yang banyak mengandung
karbohidrat dan lemak dengan makanan berserat tingi.
e. Tidak dibarengi dengan berolahraga
Diet harus selalu dibarengi dengan berolahraga karena olahraga membantu
membakar kalori dan mengencangkan kulit anda ketika anda sudah mendapatkan
berat badan ideal. Setelah berolahraga anda akan merasa sangat lapar hal ini
disebabkan karena tubuh anda sudah banyak membakar kalori dan sedang mencari
sumber kalori pengganti. Bila sehabis olahraga anda makan maka tubuh akan
menyerap seluruh kalori dari makan tersebut karena itu makanlah dua jam setelah
berolahraga. Pada saat itu tubuh sudah membakar cadangan karbohidrat dan tidak
menyerap habis karbohidrat dari makanan yang sedang anda makan.
Pada dasarnya tubuh kita pelit, dia tidak mau melepaskan cadangan kalori
ketika dibutuhkan, dia lebih suka mencari kalori baru dengan mengirimkan sinyal
lapar pada otak. Bila kebutuhan kalori yang dicarinya tidak ditemukan barulah dia
akan membakar cadangan kalori yang ada. Itu sebabnya orang yang telah
berolahraga namun tetap tidak turun barat badannya atau malahan beratnya
bertambah. Bila anda tidak tahan dengan rasa lapar minumlah jus buah atau
sereal.
f. Buat perencanaan diet yang terukur dan ada batas waktunya
Tentukan berapa berat yang ingin anda turunkan dan berapa lama anda ingin
mencapai berat tersebut misalnya, anda ingin menurunkan berat badan sebanyak
12 kg dalam waktu 6 bulan. Hal yang harus anda lakukan adalah membagi target
tersebut lebih kecil yaitu anda harus menurunkan berat badan sebanyak 2 kg per
bulan. Anda perkecil lagi target yang harus dicapai dengan menargetkan berat
badan anda harus turun 0,5 kg per minggu. Maka dalam 6 bulan berat badan anda
akan turun 12 kg.

Kolaborator dengan Tim kesehatan lain

Peran Perawat sebagai kolaborator: Peran ini dilakukan karena perawat bekerja
melalui tim kesehatan yang terdiri dari dokter, fisioterapis, ahli gizi dan lain-lain
dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan
selanjutnya.
I.

Komunikasi dengan Tim kesehatan lain


Perawat menjalankan peran yang membutuhkan interaksi dengan berbagai

anggota tim pelayanan kesehatan. Unsur yang membentuk hubungan perawat


klien juga dapat diterapkan dalam hubungan sejawat, yang berfokus pada
pembentukan lingkungan kerja yang sehat dan mencapai tujuan tatanan klinis.
Komunikasi ini berfokus pada pembentukan tim, fasilitasi proses kelompok,
kolaborasi, konsultasi, delegasi, supervisi, kepemimpinan, dan manajemen.
Dibutuhkan banyak keterampilan komunikasi, termasuk berbicara dalam
presentasi, persuasi, pemecahan masalah kelompok, pemberian tinjauan performa,
dan penulisan laporan. Didalam lingkungan kerja, perawat dan tim kesehatan
membutuhkan interaksi sosial dan terapeutik untuk membangun kepercayaan dan
meperkuat hubungan. Semua orang memilki kebutuhan interpribadi akan
penerimaan, keterlibatan, identitas, privasi, kekuatan dan kontrol, serta perhatian.
Perawat membutuhkan persahabatan, dukungan, bimbingan, dan dorongan dari
pihak lain untuk mengatasi tekanan akibat stress pekerjaan dan harus dapat
menerapkan komunikasi yang baik dengan klien, sejawat dan rekan kerja. (Potter
& Perry, 2009).
Agar efektif sebagai profesional keperawatan, itu tidak cukup untuk sangat
berkomitmen untuk klien. Pada akhirnya, iklim perusahaan tempat kerja akan
memiliki efek pada hubungan yang terjadi antara perawat dan klien pribadi.
Kegagalan dalam komunikasi antara penyedia layanan kesehatan adalah salah satu
faktor yang paling umum. Komitmen untuk kolaborasi dalam hubungan kerja
dengan para profesional lain membantu mempertahankan kualitas tinggi dari
perawatan klien. Keberhasilan kelompok bergantung pada hubungan baik
diantara tim, terutama pemimpin tim dengan anggota tim yang lain. Untuk

mendorong terjadinya komunikasi, pemimpin tim harus selalu mengamati prinsip


komunikasi menurut WHO, 1999 :
Seluruh anggota tim harus bebas mengemukakan dan menjelaskan
pandangan mereka dan harus didorong untuk bertindak seperti itu.
Sebuah pesan atau komunikasi, baik lisan maupun tertulis harus dinyatakan
dengan jelas dan dalam bahasa atau ungkapan yang dapat dimengerti. Komunikasi
mempunyai 2 unsur yaitu mengirim dan menerima, bila pesan yang dikirim tidak
diterima komunikasi tidak berjalan. Dengan demikian pemimpin tim harus selalu
meggunakan suatu cara untuk memeriksa apakah efek yang diharapkan terjadi.
Perselisihan atau pertentangan adalah normal dalam hubungan antar manusia, hal
ini sudah diatur sedemikian sehingga dapat mencapai hasil yang konstruktif.
II.

KONSEP UMUM
Sebagai anggota tim kesehatan yang dituntut untuk dapat bekerja

samadengan tenaga kesehatan lain ( Collaborator ) Perawat bekerjasama dengan


tim kesehatan lain dan keluarga dalammenentukan rencana maupun pelaksanaan
asuhan keperawatan guna memenuhikebutuhan kesehatan pasien.

1.

Konflik dalam berkomunikasi


Tujuan utama dalam menangani konflik di tempat kerja adalah untuk

menemukan kualitas tinggi dan solusi yang dapat diterima bersama. Dalam
banyak contoh, berbagai jenis hubungan dapat berkembang melalui penggunaan
teknik komunikasi manajemen konflik. Pada situasi klinis sebagai suatu proses
kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dengan mengikuti langkah :
1. Memperoleh data faktual : Mendapatkan semua informasi yang relevan
tentang isu-isu spesifik yang terlibat dan sekitar respon perilaku klien
untuk masalah perawatan kesehatan.
2. Pertimbangkan sudut pandang lain: Memiliki beberapa ide tentang apa
masalah mungkin relevan dari sudut pandang orang lain, memberikan
informasi penting tentang pendekatan interpersonal yang terbaik untuk
digunakan.
3. Intervensi awal : Buat forum untuk komunikasi dua arah , sebaiknya
bertemu secara berkala dengan tim kesehatan lain mencakup permasalahan
klien.

2.

Komunikasi antara perawat-dokter


Hubungan perawat-dokter adalah satu bentuk hubungan interaksi yang

telah cukup lama dikenal ketika memberikan bantuan kepada pasien. Perawat
bekerja sama dangan dokter dalam berbagai bentuk. Perawat mungkin bekerja di
lingkungan di mana kebanyakan asuhan keperawatan bergantung pada instruksi
medis. Perawat diruang perawatan intensif dapat mengikuti standar prosedur yang
telah ditetapkan yang mengizinkan perawat bertindak lebih mandiri.
Perawat dapat bekerja dalam bentuk kolaborasi dengan dokter. Contoh :
Ketika perawat menyiapkan pasien yang baru saja didiagnosa diabetes pulang
kerumah, perawat dan dokter bersama-sama mengajarkan klien dan keluarga
begaimana perawatan diabetes di rumah.Selain itu komunikasi antara perawat
dengan dokter dapat terbentuk saat visit dokter terhadap pasien, disitu peran
perawat adalah memberikan data pasien meliputi TTV, anamnesa, serta keluhankeluhan dari pasien,dan data penunjang seperti hasil laboraturium sehingga dokter
dapat mendiagnosa secara pasti mengenai penyakit pasien.Pada saat perawat
berkomunikasi dengan dokter pastilah menggunakan istilah-istilah medis,
disinilah perawat dituntut untuk belajar istilah-istilah medis sehingga tidak terjadi
kebingungan saat berkomunikasi dan komunikasi dapat berjalan dengan baik serta
mencapai tujuan yang diinginkan.
Komunikasi antara perawat dengan dokter dapat berjalan dengan baik
apabila dari kedua pihak dapat saling berkolaborasi dan bukan hanya menjalankan
tugas secara individu, perawat dan dokter sendiri adalah kesatuan tenaga medis
yang tidak bisa dipisahkan. Dokter membutuhkan bantuan perawat dalam
memberikan data-data asuhan keperawatan, dan perawat sendiri membutuhkan
bantuan dokter untuk mendiagnosa secara pasti penyakit pasien serta memberikan
penanganan lebih lanjut kepada pasien. Semua itu dapat terwujud dwngan baik
berawal dari komunikasi yang baik pula antara perawat dengan dokter.
Tips untuk permintaan kejelasan kepada dokter:

1. 1. Mengidentifikasi semua nama (Sebutkan nama dokter, sebutkan nama


dan posisi, mengidentifikasi

klien dan diagnosis klien atau orang-

orang lain yang terlibat dalam masalah dengan nama.


2. Meringkas masalah (data faktual singkat tentang masalah),
3. Menyatakan tujuan ,
4. Menyarankan solusi pemecahan masalah yang relevan sesuai dengan
praktek klinik,
5. Menulis kesimpulan (menjelaskan siapa yang akan bertanggung jawab
untuk pelaksanaan, mengklarifikasi informasi terutama jika ini percakapan
telepon, menentukan kerangka waktu pelaksanaan). (Arnold & Boogs,
2007).
3.

Komunikasi antara Perawat dengan Perawat


Dalam memberikan pelayanan keperawatan pada klien komunikasi antar tenaga

kesehatan terutama sesama perawat sangatlah penting. Kesinambungan informasi


tentang klien dan rencana tindakan yang telah, sedang dan akan dilakukan perawat
dapat tersampaikan apabila hubungan atau komunikasi antar perawat berjalan
dengan baik.Hubungan perawat dengan perawat dalam memberikan pelayanan
keperawatan dapat diklasifikasikan menjadi hubungan profesional, hubungan
struktural dan hubungan intrapersonal.
Hubungan profesional antara perawat dengan perawat merupakan hubungan
yang terjadi karena adanya hubungan kerja dan tanggung jawab yang sama dalam
memberikan pelayanan keperawatan.Hubungan sturktural merupakan hubungan
yang terjadi berdasarkan jabatan atau struktur masing- masing perawat dalam
menjalankan tugas berdasarkan wewenang dan tanggungjawabnya dalam
memberikan pelayanan keperawatan.
Laporan perawat pelaksana tentang kondisi klien kepada perawat primer,
laporan perawat primer atau ketua tim kepada kepala ruang tentang perkembangan
kondisi klien, dan supervisi yang dilakukan kepala ruang kepada perawat
pelaksana merupakan contoh hubungan struktural.Hubungan interpersonal
perawat dengan perawat merupakan hubungan yang lazim dan terjadi secara
alamiah. Umumnya, isi komunikasi dalam hubungan ini adalah hal- hal yang tidak
terkait dengan pekerjaan dan tidak membawa pengaruh dalam pelaksanaan tugas
dan wewenangnya.

4.

Komunikasi antara perawat dengan Ahli terapi.


Ahli terapi respiratorik ditugaskan untuk memberikan pengobatan yang

dirancang untuk peningkatan fungsi ventilasi atau oksigenasi klien.Perawat


bekerja dengan pemberi terapi respiratorik dalam bentuk kolaborasi. Asuhan
dimulai oleh ahli terapi (fisioterapis) lalu dilanjutrkan dengan dievaluasi oleh
perawat. Perawat dan fisioterapis menilai kemajuan klien secara bersama-sama
dan mengembangkan tujuan dan rencana pulang yang melibatkan klien dan
keluarga. Selain itu, perawat merujuk klien ke fisioterapis untuk perawatan lebih
jauh. Contoh : Perawat merawat seseorang yang mengalamai penyakit paru berat
dan merujuk klien tersebut pada ahli terapis respiratorik untuk belajar latihan
untuk menguatkaan otot-otot lengan atas, untuk belajar bagaimana menghemat
energi dalam melakukan aktivitas sehari-hari, dan belajar teknik untuk
mempertahankan bersihan jalan nafas.
5.

Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Farmasi


Seorang ahli farmasi adalah seorang profesional yang mendapat izin

untuk merumuskan dan mendistribusikan obat-obatan. Ahli farmasi dapat bekerja


hanya di ruang farmasi atau mungkin juga terlibat dalam konferensi perawatan
klien atau dalam pengembangan sistem pemberian obat. Perawat memiliki peran
yang utama dalam meningkatkan dan mempertahankan dengan mendorong klien
untuk proaktif jika membutuhkan pengobatan. Dengan demikian, perawat
membantu klien membangun pengertian yang benar dan jelas tentang pengobatan,
mengkonsultasikan setiap obat yang dipesankan, dan turut bertanggung jawab
dalam pengambilan keputusan tentang pengobatan bersama tenaga kesehatan
lainnya. Perawat harus selalu mengetahui kerja, efek yang dituju, dosis yang tepat
dan efek smaping dari semua obat-obatan yang diberikan. Bila informasi ini tidak
tersedia dalam buku referensi standar seperti buku-teks atau formula rumah sakit,
maka perawat harus berkonsultasi pada ahli farmasi.
Saat komunikasi terjadi maka ahli farmasi memberikan informasi
tentang obat-obatan mana yang sesuai dan dapat dicampur atau yang dapat
diberikan secara bersamaan. Kesalahan pemberian dosis obat dapat dihindari bila

baik perawat dan apoteker sama-sama mengetahui dosis yang diberikan. Perawat
dapat melakukan pengecekkan ulang dengan tim medis bila terdapat keraguan
dengan kesesuaian dosis obat. Selain itu, ahli farmasi dapat menyampaikan pada
perawat tentang obat yang dijual bebas yang bila dicampur dengan obat-obatan
yang diresepkan dapat berinteraksi merugikan, sehingga informasinini dapat
dimasukkan dalam rencana persiapan pulang. Seorang ahli farmasi adalah seorang
profesional yang mendapat izin untuk merumuskan dan mendistribusikan obatobatan. Ahli farmasi dapat bekerja hanya di ruang farmasi atau mungkin juga
terlibat dalam konferensi perawatan klien atau dalam pengembangan sistem
pemberian obat.
6.

Komunikasi antara Perawat dengan Ahli Gizi.


Kesehatan dan gizi merupakan faktor penting karena secara langsung

berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Pelayanan gizi di RS


merupakan hak setiap orang dan memerlukan pedoman agar tercapai pelayanan
yang bermutu.
Agar pemenuhan gizi pasien dapat sesuai dengan yang diharapkan maka
perawat harus mengkonsultasikan kepada ahli gizi tentang obat-obatan yang
digunakan pasien, jika perawat tidak mengkonunikasikannya maka dapat terjadi
pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa saja menghambat absorbsi dari obat
tersebut. Jadi diperlukanlah komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah
pihak.
Peran Tim Asuhan Gizi
Dalam upaya pelayanan gizi yang optimal di rumah sakit diperlukan kerja
sama dan keterlibatan berbagai profesi yang terkait dalam penerapan asuhan gizi.
Berbagai profesi tersebut terlibat dalam satu tim yang disebut sebagai tim asuhan
gizi. Setiap anggota tim akan memberikan kontribusi sesuai dengan keahlian
masing-masing. Setiap anggota tim diharapkan saling melengkapi satu sama lain
sehingga terlaksana asuhan gizi yang optimal. Tim asuhan gizi tersebut dibentuk
di setiap rawat inap di rumah sakit.

Tim asuhan gizi ini dipimpin oleh seorang dokter dengan anggota yang
terdiri dokter, nutritionis/dietisien, perawat dan tenaga kesehatan lain. Tim ini
menyelenggarakan

pelayanan

gizi

paripurna

kepada

klien/pasien

yang

membutuhkan terapi gizi baik rawat jalan maupun rawat inap.


Adapun profesi yang terlibat dalam tim asuhan gizi sebagai berikut:
1. Dokter
Dokter berperan sebagai ketua tim asuhan gizi yang bertanggung jawab dalam
aspek gizi yang terkait dengan kondisi klinis klien/pasien. Menentukan diet
klien/pasien bersama nutritionis/dietisien. Memberikan penjelasan kepada
pasien/klien & keluarga tentang peranan terapi gizi. Merujuk pasien/klien untuk
konseling/terapi gizi. Melakukan pemantauan dan evaluasi berkala bersama
anggota tim selama masa perawatan.
2. Nutritionis/Dietisien
Dietisien adalah orang yang punya keahlian khusus tentang hubungan antara
makanan, zat-zat gizi, kesehatan dan penyakit. Mengkaji status gizi klien/pasien
berdasarkan

data

rujukan.

Melakukan

anamnesa

diet

klien/pasien.

Nutritionis/Dietisien akan menerjemahkan rencana diet ke dalam bentuk makanan


yang disesuaikan dengan kebiasaan makan untuk keperluan terapi. Memberikan
saran kepada dokter berdasarkan pemantauan/evaluasi terapi gizi. Memantau
masalah yang berhubungan asuhan gizi bersama perawat. Memberikan
penyuluhan, motivasi dan konseling gizi pada klien/pasien dan keluarga.
Nutritionis/Dietisien memberikan masukan kepada dokter tentang produk-produk
diet atau suplementasi gizi baik yang berkaitan dengan ketersediaan, komposisi,
kegunaan dan kesesuaiannya untuk keadaan tertentu.

3. Perawat

Perawat melakukan kerja sama dengan dokter dan nutritionis/dietisien dalam


memberikan pelayanan gizi kepada klien/pasien. Perawat merupakan penghubung
utama antara pasien dengan anggota tim lainnya, karena adanya kontak secara
terus menerus dengan pasien. Membantu klien/pasien pada waktu makan.
Melakukan pengukuran antropometri untuk menetukan dan mengevaluasi status
gizi klien/pasien. Memantau masalah asuhan gizi bersama nutritionis/dietisien.
Pemantauan, mencatat dan melaporkan asupan makanan dan respon klinis
terhadap diet yg diberikan. Perawat bertanggung jawab dalam pemberian
makanan per oral, enteral, maupun parenteral dan memberikan laporan secara
lisan/tertulis tentang kemungkinan akibat yang kurang baik karena pemberian
makanan tersebut.
4. Farmakolog
Farmakolog adalah orang yang bertanggung jawab terhadap obat-obatan dan
cairan parenteral yang dibutuhkan. Melaksanakan permintaan obat dan cairan
parenteral berdasarkan resep dokter. Mendiskusikan hal-hal penting dengan tim
(interaksi obat & kesehatan). Membantu mengawasi dan mengevaluasi
penggunaan obat dan cairan parenteral bersama perawat. Pemantauan interaksi
obat dan makanan bersama perawat, nutritionis/dietisien dan dengan tim tenaga
kesehatan lain (Rontgen, Laboratorium dll yang sesuai kebutuhan).
5. Tenaga Kesehatan Lain (Ahli patologi klinik, rontgen, Laboratorium dll yg
sesuai kebutuhan)
Tim kesehatan lainnya seperti ahli patologi klinik bertanggung jawab terhadap
pemeriksaan biokimia yang dilakukan terhadap pasien. Begitupun dengan tenaga
kesehatan lainnya. Mereka bertanggung jawab sesuai dengan profesi dan keahlian
masing-masing bekerja bersama-sama yang tujuannya adalah mendukung proses
asuhan gizi.

DAFTAR PUSTAKA

https://evilprincekyu.wordpress.com/2013/03/18/komunikasi-perawat-dengantenaga-kesehatan/
http://gizidietetik.com/peran-tim-asuhan-gizi/
http://davidsaputra1994.blogspot.co.id/2015/10/peran-perawat-dalampelaksanaan-diet.html

Você também pode gostar