Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2
Program Studi Manajemen Rumah Sakit
Diajukan oleh:
DWI JAYANTI
20101030036
INTISARI
Latar balakang : Selama dua dekade lebih, Healthh care-associated infections
(HAIs) menjadi masalah utama tentang keselamatan yang mempengaruhi
pelayanan kesehatan. Infeksi luka operasi dilaporkan sebagai penyakit akibat
HAIs yang tertinggi jumlahnya yaitu sebesar 29,1%. Ruang operasi merupakan
sumber infeksi primer, prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi
mutlak harus diterapkan di ruang operasi. Kepatuhan petugas pelayanan kesehatan
terhadap hand hygiene ini mempunyai pengaruh besar untuk menurunkan angka
terjadinya HAIs. Guideline WHO menganjurkan untuk mengobservasi langsung
bagaimana tingkat kepatuhan dan sarana dari hand hygiene, sehingga diharapkan
data kepatuhan hand hygiene meningkat.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan studi
observasi dan wawancara mengenai hand hygiene di RSUD Datu Sanggul Rantau.
Subjek responden penelitian ini meliputi tenaga kesehatan yang berada di ruang
operasi, yaitu dokter spesialis, penata anastesi, bidan dan perawat di ruang
operasi. Jumlah petugas kesehatan 9 orang. Objek penelitian ini adalah praktek
hand hygiene (handrub, handwash dan surgical hand preparation) pada 5 momen.
Penelitian dilakukan selama 12 hari, tanggal 1 Desember 15 Desember 2015.
Pengambilan data dilakukan bertahap, peneliti melakukan observasi hand hygiene
pada operasi yang dapat diikuti oleh peneliti. Sehingga terkumpul 110 momen
hand hygiene.
Hasil dan pembahasan : Rata-rata kepatuhan hand hygiene petugas kesehatan
ruang operasi RSUD Datu Sanggul Rantau adalah sebesar 62%. Kepatuhan
tertinggi adalah bidan sebesar 72%, dan angka kepatuhan hand hygiene terendah
adalah penata anastesi sebesar 50%. Hal tersebut disebabkan oleh karena
terbatasnya sarana dan prasarana yang disediakan RS, kurangnya pengetahuan
petugas terhadap hand hygiene, kurangnya sosialisasi, kampanye serta posterposter hand hygiene, dan juga tidak adanya audit/ evaluasi terhadap hand hygiene.
Saran : Menambah sarana dan prasarana hand hygiene, serta memberikan
kebijakan, sosialisasi hand hygiene yang lebih efektif dan evaluasi/ audit rutin
hand hygiene, sehingga dapat meningkatkan program pencegahan penularan
infeksi.
PENDAHULUAN
Selama dua dekade lebih, Health care-associated infections (HAIs) menjadi
masalah utama tentang keselamatan yang mempengaruhi pelayanan kesehatan.
HAIs adalah infeksi yang muncul selama seseorang dirawat di rumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala infeksi >48 jam setelah mulai dirawat di rumah
sakit , dimana infeksi ini meningkat setiap tahunnya terutama negara berkembang
>40%. Saat ini HAIs menjadi perhatian utama, dilaporkan penyakit akibat HAIs
di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah sebagai berikut , infeksi
luka operasi 29,1%, infeksi saluran kemih 23,9%, infeksi aliran darah primer
19,1%, ventilator-associated pnumonia 14,8%, dan infeksi lainnya 13,1% (WHO,
2011).
Health care-associated infections (HAIs) atau yang dahulu disebut dengan
infeksi nosokomial merupakan persoalan serius yang dapat menjadi penyebab
langsung maupun penyebab tidak langsung kematian pasien. Kementrian
kesehatan melakukan revitalisasi program Pencegahan dan pengendalian Infeksi
(PPI) di rumah sakit yang merupakan salah satu pilar utama menuju patient
safety (Depkes RI,2011), dimana prosedur tindakan pencegahan dan pengendalian
infeksi mutlak harus diterapkan di rumah sakit termasuk ruang operasi.
Ruang operasi merupakan suatu unit khusus di rumah sakit tempat
melakukan pembedahan. Kegagalan tenaga kesehatan ruang operasi dalam
menerapkan hand hygiene sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dapat
menyebabkan kontaminasi alat, sehingga dapat menginfeksi pasien berikutnya.
Menurut WHO tindakan Hand Hygiene harus dilakukan pada saat sebelum kontak
dengan pasien, sebelum tindakan apsepsis, setelah kena cairan tubuh pasien,
setelah kontak dengan pasien dan setelah kontak
pasien.
Hand Hygiene merupakan cara yang paling sederhana dan efektif
menurunkan angka kejadian HAIs yang dapat dilakukan oleh petugas kesehatan
(Longtin et al,2011). Hand Hygiene merupakan tanggung jawab semua individu
yang terlibat dalam penyedia layanan kesehatan. Oleh sebab itu, petugas layanan
adanya anjuran
kepatuhan hand hygiene secara langsung dan temuan bahwa banyak petugas
kesehatan yang belum mengetahui 5 momen hand hygienie, sarana dan prasarana
yang dirasakan masih kurang serta belum adanya sosialisasi mengenai pentingnya
hand hygiene, maka penulis merasa tertarik untuk meneliti tentang evaluasi
kepatuhan hand Hygiene diruang operasi RSUD Datu Sangul Rantau Tapin
mengingat rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit umum daerah dengan
berbagai pelayanan kesehatan
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancang studi
observasi dan wawancara mengenai hand Hygiene di RSUD Datu Sanggul
Rantau. Subjek responden penelitian ini meliputi tenaga kesehatan yang berada di
ruang operasi, yaitu dokter spesialis, penata anastesi, bidan dan perawat di ruang
operasi. Jumlah petugas kesehatan 9 orang. Objek penelitian ini adalah praktek
hand hygiene (handrub, handwash dan surgical hand preparation) pada 5 momen.
Penelitian dilakukan selama 12 hari, tanggal 1 Desember 15 Desember 2015.
Pengambilan data dilakukan bertahap, peneliti melakukan observasi hand hygiene
pada operasi yang dapat diikuti oleh peneliti. Sehingga terkumpul 110 momen
hand hygiene.
Peneliti mengobservasi hand hygiene 5 momen dan ketepatan teknik hand
hygiene yang terjadi di ruang operasi dengan menggunakan checklist observasi
hand hygiene berdasarkan WHO
Hand hygiene yang dilakukan di ruang operasi meliputi 3 teknik hand hygiene
antara lain: (WHO, 2009).
1. Handrub berbasis alkohol
2. Handwash dengan sabun dan air mengalir
3. Surgical hand preparation (dengan sabun antiseptik dan air mengalir)
Rumus angka kepatuhan hand hygiene:
Performa aksi x100
Kepatuhan (%) =
Kesempatan
72%
68%
58%
50%
nilai
1. Dokter Spesialis
3. Bidan
Berdasarkan gambar 4.4 bisa dilihat bahwa kepatuhan hand hygine petugas
kesehatan rata-rata 60%.. Dimana kepatuhan tertinggi ada pada petugas bidan
yang diruang operasi yaitu sebesar 72%, dan angka kepatuhan terendah adalah
penata anastesi sebesar 50%. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nila Kumalasari 2015, bahwa petugas kesehatan perempuan lebih patuh
dalam melaksanakan rekomendasi hand hygiene dibandingkan dengan petugas
kesehatan laki-laki. Jika dibandingkan dengan angka kepatuhan hand hygiene RS
X yang dilaporkan oleh Anita Tri Kusuma, angka kepatuhan Hand Hygiene
petugas kesehatan Datu Sanggul Rantau lebih tinggi. Dari penelitian tersebut
disebutkan bahwa penyebab rendahnya angka kepatuhan hand hygiene antara lain:
terbatasnya sarana dan
Tetapi jika dibandingkan dengan kepatuhan hand hygine RSU Haji Surabaya ratarata kepatuhan adalah 86,5% sehingga angka kepatuhan hand hygiene di RSUD
Datu Sanggul lebih rendah. Hal tersebut disebabkan oleh sarana dan prasaranan
hand hygiene yang kurang memadai serta kurang sosisalisasi tentang pentingnya
hand hygiene.
Tingkat kepatuhan petugas kesehatan RSUD Datu Sanggul Rantau dalam
melakukan hand hygiene berdasarkan 5 momen hand hygiene paling tinggi adalah
momen 2 yaitu sebelum petugas kesehatan melakukan tindakan aseptik sebesar
88,90% dan momen hand hygiene paling rendah adalah momen 5 yaitu pada
momen setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien yaitu sebesar 33,30%.
Rendahnya kepatuhan hand hygiene pada momen 5 mungkin dipengaruhi oleh
ketidaktauan dan ketidakpedulian petugas kesehatan tentang penyebaran HAIs
melalui alat-alat kesehatan ataupun lingkungan sekitar pasien.
Wawancara yang telah dilakukan pada 3 responden (key infoman person)
yaitu kepala ruangan operasi, tim PPIRS, dan tenaga kesehatan di ruang operasi
memiliki jawaban yang nyaris sama selective coding sebagai berikut: Program
sosialisasi hand hygiene dirasakan belum berhasil, terlihat dari masih banyaknya
tenaga kesehatan yang belum mengetahui pentingnya hand hygiene. Sarana dan
prasarana hand hygiene yang disediakan rumah sakit masih sangat terbatas, dan
juga kebijakan rumah sakit yang belum memberlakukan reward dan punishment,
sehingga nantinya diharapkan memotivasi tenaga kesehatan untuk melakukan
hand hygiene dengan benar. Faktor pendukung hand hygiene antara lain adalah
sarana dan prasarana seperti cairan berbasis alkohol, sabun antiseptik, handuk/tisu
sekali pakai, poster-poster pengingat hand hygiene. Selain sarana dan prasarana
hand hygiene yang tidak kalah penting adalah pengetahuan tentang pentingnya
hand hygiene, sosialiasi yang edukatif dan efektif akan meningkatkan praktik
hand hygiene dengan baik dan benar. Kendala petugas kesehatan dalam
melakukan hand hygiene yaitu kurangnya pengetahuan tentang pentingnya hand
hygiene, kurangnya kesadaran petugas kesehatan dalam melakukan hand hygiene,
sosialisasi yang kurang efektif, kebijakan rumah sakit yang kurang, dan sarana
prasarana hand hygiene di rumah sakit.
KESIMPULAN
1. Kepatuhan petugas kesehatan terhadap pelaksanaan hand hygiene tertinggi
berbasis alkohol yang tertinggi adalah tangan tidak kotor sebesar 90,9%
dan yang terendah adalah pada langkah waktu sekitar 20-30 detik yaitu
sebesar 57%.
5. Tingkat membasahi tangan dengan air mengalir sebesar 88,9%, dan
tingkat membilas tangan hingga bersih sebesar 93,35, sedangkan
yang
terendah
pada
penggunaan
langkah
mengeringkan
tangan
DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Kesehatan RI. (2012). Program Pencegahan Dan Pengendalian
Infeksi Nosokomial Merupakan Unsur Patient Safety, Depkes RI, Jakarta:
www.depkes.go.id, diakses pada tanggal 13 februari 2013, Yogyakarta.
2. Longtin, Y et all. (2011). Hand Hygiene. The New England Journal of
Medicine, 364:e24.
3. Kleinpell, R.M, Munro, C.L, Giuliano, K.K. (2008). Targeting Health Care
Associated Infections: Evidence-Based Strategies. National Center for
Biotechnology Information (NCBI) Bookshelf. A service of the National
Library of Medicine, National Institutes of Health.
4. Komite PPI RSU Haji Surabaya, 2015. Laporan Kepatuhan Hand Hygiene
Rumah Sakit Umum Haji Surabaya Bulan Januari Maret 2015.
5. Krediet, A.C et all. (2011). Hand-hygiene practices in the operating theatre:
an observational study. British Journal of Anaesthesia hh 1 6.
6. Kumalasari, Nila (2015). Efektivitas Simulasi Dalam Meningkatkan
Kepatuhan Hand hygiene Perawat (Studi Kasus DI RS PKU Muhammadiyah
Unit II Gamping Yogyakarta). Yogyakarta : UMY.
7. Kusuma, Anita Tri (2015). Evaluasi Kepatuhan Hand Hygiene Pada Petugas
Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari. Yogyakarta: UMY.
8. Marjadi, B & Mclaws, M-L. (2010). Hand hygiene in rural Indonesian
healthcare workers: barriers beyond sinks, hand rubs and in-service training.
Journal of Hospital Infection 76 (2010), hh 256 260.
9. World Health Organization (2009) Guidelines for Safe Surgery. Safe Surgery
Saves Lives, WHO, Geneva.
10. WHO. (2011). Report on the Burden of Endemic Health Care-Associated
10