Você está na página 1de 5

36

RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Kebidanan & Penyakit Kandungan.

ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN ABORTUS IMMINENS
I. TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Istilah abortus digunakan untuk menunjukkan adanya
pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup diluaar
kandungan. Sangat jarang terjadi adanya janin lahir hidup dengan
berat badan lahir dibawah 500 gr mampu mempertahankan
kehidupan. Oleh karena itu abortus ditentukan sebagai pengakhiran
kehamilan sebelum janin mencapai berat badan 500 gr atau kurang
dari 22 minggu. (Sarwono Prawiroharjo, 1994).
Abortus imminens adalah tahap paling awal dari serangkaian
kejadian abortus. Pada keadaan ini abortus belum terjadi, tetapi
tanda-tanda kearah abortus sudah nampak.
B. Patofisiologi
Mula-mula terjadi perdarahan didalam desidua basalis dan
nekrosis jaringan sekitarnya. Embrio terlepas sebagian sehingga
merupakan benda asing yang harus dikeluarkan. Benda asing
tersebut memacu dikeluarkannya prostaglandin yang memacu
kontraksi uterus dan rasa sakit. Dengan kontraksi uterus maka
sedikit demi sedikit perdarahan yang terjadi dikeluarkan.
C. Etiologi
Menurut Sarwono Prawiroharjo, 1994 berbagai hal yang
dapat menimbulkan abortus adalah:
1. Kelainan ovum, zigote, embrio dan pembuahannya.
a. Kelainan kromosom, bertanggung jawab atas 50-60 %
abortus spontan yang terjadi pada kehamilan, yaitu pada
umur kehamilan 4-6 minggu. Kelainan ini berupa monosomi,
trisomi dan poliploidi.
b. Pengaruh zat teratogen seperti radiasi, obat, virus dan zat
kimia lain.
c. Kelainan pertumbuhan placenta.
2. Kelainan ibu
a. Penyakit infeksi:
Akut; misal pneumonia, tiphoid, appendiksitis,
malaria, pielonepritis dan lain-lain. Kronis; misal adanya
infeksi TORCH, toxoplasma, rubella, cytomegallo virus,
herpes simplex virus, myoplasmosis, asymtomatic
bacteriuria dll.
b. Penyakit sistemik lain, misal anemia, undernutrition dll.

37
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Kebidanan & Penyakit Kandungan.

c. Penyakit endokrin, misal diabetes mellitus, hipertiroidisme,


corpus luteum defisiensi dll.
d. Kelainan uterus, retrofleksi, inkarserat, uterus duplek,
subseptus, bikornis, myoma uteri, inkompetensia serviks.
e. Tindakan pembedahan seperti laparotomi atau operasi lain.
f. Trauma abdomen.
g. Penyakit auto imun (anti cardiolipin antibody, anti nuclear
anti body).
D. Tanda dan gejala
Menurut anonim, 1984, gejala-gejal pada abortus imminens
yang sering dijumpai adalah:
1. Riwayat amenorhoe.
2. Pada umumnya pasien mengeluh sakit perut bagian bawah,
dengan sifat hilang timbul dan intensitas tidak terlalu tinggi.
3. Perdarahan pervagina yang bervariasi, dapat berupa flek
kecoklatan sampai merah segar dengan jumlah sedikit.
4. Adanya kontraksi uterus.
5. Pada pemeriksaan dalam (ginekologi) tidak didapatkan adanya
pembukaan serviks.
6. Tidak diketemukan adanya kelainan pada serviks..
7. Urine test kehamilan positif.
E. Pemeriksaan penunjang
Beberapa pemeriksaan penunjang yang mendukung adalah:
1. Pemeriksaan laboratorium yang terdiri dari: kadar haemoglobin,
antal leukosit, masa perdarahan, masa pembekuan, golongan
darah, HbSAg, urine rutin dan PP test.
2. Ultra sonografi; dengan hasil terlihat jelas janin masih hidup
ditandai dengan bentuk yang masih baik, terlihat adanya
gerakan dan denyut jantung janin positif.
F. Komplikasi
Abortus imminens jarang diketemukan adanya kompikasi.
G. Penatalaksanaan
Perawatan abortus imminens dilakukan dengan sangat haithait karena adanya harapan bahwa kehamilan masih dapat
dipertahankan dan berlanjut. Prinsip penanganan abortus imminens
adalah mempertahankan kehamilan. Karena pada keadaan ini
kehamilan masih sangat mungkin dipertahankan.
Penatalaksanaan meliputi:
1. Tirah baring; merupakan unsur penting dalam proses
pengobatan dan perawatan. Dengan upaya tersebut diharapkan
mampu mengurangi rangsangan mekanik.

38
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Kebidanan & Penyakit Kandungan.

2. Menghindar aktifitas seksual sangat dianjurkan karena disamping


secara mekanis coitus dapat menyebabkan penekanan pada
rahim, sperma juga mengandung prostaglandin yang dapat
memacu kontraksi uterus.
3. Dianjurkan menghindari makanan yang pedas, karena dapat
memacu kontraksi.
4. Pemberian hormon progesteron; terapi substitusi untuk
mengurangi kerentanan otot-otot rahim, misal gestanon.
5. Pemberian sedatif ringan, misal diasepam diberikan bila disertai
rasa nyeri maupun adanya kontraksi uterus.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian ditujukan untuk mendapatkan data baik primer
maupun sekunder atau obyektif maupun subyektif. Hal yang perlu
dikaji meliputi:
1. Wawancara
a. Identitas pasien dan keluarga
b. Riwayat kesehatan yang meliputi riwaat kesehatan sekarang,
riwayat kesehatan dahulu dan riwayat kesehatan keluarga.
c. Riwayat kesehatan reproduksi yang meliputi riwayat
mensruasi, riwayat perkawinan, riwayat obstetri dan riwayat
keluarga berencana.
d. Data fisiologi dasar yang meliputi nutrisi, cairan dan elektrolit,
eliminasi, oksigenasi, sirkulasi dan aktifitas dan istirahat.
e. Aspek mental, intelektual, sosial dan spiritual.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis cephalo
caudal, untuk mengetahui status kesehatan fisik klien.
3. Observasi dan studi dokumentasi, tentang keadan klien maupun
hasil pemeriksaan penunjang.
Beberapa data yang yang mungkin muncul pada klien dengan
abortus imminens adalah :
1. Data obyektif, meliputi :
a. Ada pembesaran uterus, baik didapatkan melalui palpasi
abdomen maupun pemeriksaan ginekologis.
b. Ada perdarahan pervagina.
c. PP tes positif.
d. Melalui pemeriksaan ginekologis, osteum uteri eksternum
tertutup.
e. Hasil pemeriksaan ultrasonografi, menunjukkan janin terlihat
hidup ditandai bentuk yang masih baik, ada gerakan serta
denyut jantung janin positif.

39
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Kebidanan & Penyakit Kandungan.

2. Data subyektif, meliputi :


a. Ada riwayat amenorhoe.
b. Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, dengan
intensitas tidak terlalu tinggi, serta sifat nyeri hilang timbul.
c. Pasien mengeluh mengeluarkan darah pervagina.
B. Diagnosa dan Perencanaan Keperawatan.
No

Diagnosa keperawatan

Gangguan rasa nyaman


nyeri akut berhubungan
dengan adanya kontraksi
uterus dalam kehamilan
mu da .

Kecemasan
berhubungan d en ga n
akan kehilangan janin.

Perencanaan keperawatan
Tujuan dan kriteri
Rencana tindakan
hasil
Tujuan:
1. Ka ji ra sa n ye ri da n
Rasa nyeri berkurang
karakteristiknya, kualitas,
a ta u hila n g.
f reku en si, lo ka si d an
intensitas.
Kriteria hasil:
2. Observasi tanda vital.
S et e lah t iga ha ri 3. Ajarkan tehnik relaksasi
bebas perdarahan :
un tu k m en gu ran gi rasa
nyeri.
Pasien
menyatakan rasa 4. Brikan posisi nyaman.
nyeri pada perut 5. Ko lab o ra si d en ga n tim
medis.
b a gian ba wa h
sudah berkurang
/ hilang.
Tidak ada kontraksi
uterus.
K l i e n kelihatan
tenang.
Tujuan :
Rasa cemas berkurang
atau hilang setelah
diberi penjelasan.
Kriteria :
Klien
menyatakan rasa
cemas berkurang
/ hilang.
Pasien kelihatan
tenang.

Keterbatasan aktifitas
da lam p em en uh a n
kebutuhan sehari-hari
berhubungan dengan
tirah baring.

Tujuan : kebutuhan
seh a ri- ha ri da pa t
t e rpe nu h i se t e lah
diberikan perawatan
selama tirah baring.
Kriteria :
Klien menyatakan
kebutuhan seharihari te rp en uh i.

1. Ad a ka n
p en de kat an
dengan klien dengan cara
me ma ha m i d an mendengarkan keluhan klien.
2. Kaji tingkat cemas klien.
3. Be ri p en je la sa n serta
tanggapan positif.
4. Libatkan keluarga dalam
mengatasi masalah klien.
5. An ju rkan klien un tu k
me nd e ka t ka n d iri pada
Tuhan.
1. Kaji kebutuhan klien yang
t id a k d ap at te rpe n uh i
secara mandiri.
2. Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari.
3. Jelaskan kepada klien halha l ya n g t id a k b o le h
dilakukan se lam a t irah
baring.

40
RS Marga Husada ; Standar Asuhan Keperawatan Kebidanan & Penyakit Kandungan.

G an ggu a n / r i s i k o
ga n ggu a n
p e rf usi
jaringan berhubungan
dengan perdarahan.

Risiko tinggi yerjadi


infeksi be rh ub u n ga n
dengan adanya pengeluaran pervagina.

Risiko t in ggi terjadi


gangguan eliminasi :
konstipasi berhubungan dengan immobilsasi
dan pemberian sedativa.

Klien
kelihatan
rapi, bersih, dan
segar.
Tujuan :
Pe rf u si
ja rin ga n
te rp en uh i se lam a
diberi perawatan.

Tujuan :
Tidak terjadi infeksi
se la ma ad a pengeluaran pervaginam.
Kriteria :
Suhu tubuh 3637C
Nadi 70-80 X/
menit.
Tida k a da pen ge lu a ran perva gin a m ya n g
berbau busuk.
Tujuan :
Tidak terjadi konstipasi
selama perawatan.
Kriteria :
BA B 1 -2 ha ri
se ka li d en ga n
konsistensi lunak.
Pasien
menyatakan
perut tidak sebah.

1 . Kaji keadaan kehamilan.


2 . K a j i a k t i f i t a s ya n g
d ila ku ka n.
3 . Kaji tanda-tanda vital.
4 . Monitor perdarahan, catat
jumlah dan karakteristik
perdarahan.
5 . O b se rva si t an da -tanda
syok.
6 . O b se rva si pe nu run a n
t e ka na n da rah , denyut
nadi, pengeluaran urine,
adanya kulit dingin, pucat
dan sakit kepala.
1. Kaji adanya tanda-tanda
infeksi.
2. Beri penjelasan tentang
p en t in gn ya nu t risi da n
kebersihan diri.
3. B an tu pa sien un tu k
menjaga kebersihan diri.
4. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk
pemberian
diet
TKTP.

1. beri asupan cukup cairan.


2. Mo n ito r B AB m elip u t i
frekuensi, konsistensi dan
volume.
3. Kolaboasi ahli gizi untuk
p em be ria n eksra d ie t
tinggi serat.

Você também pode gostar