Você está na página 1de 29

Asuhan Keperawatan

pada Chepalgia

Oleh :
Muhammad Sulbi Burhanuddin
15.04.024

Defenisi chepalgia

Chepalgia atau sakit kepala adalah salah


satu keluhan fisik paling utama manusia.
Sakit kepala pada kenyataannya adalah
gejala bukan penyakit dan dapat
menunjukkan penyakit organik
(neurologi atau penyakit lain), respon
stress, vasodilatasi (migren), tegangan
otot rangka (sakit kepala tegang) atau
kombinasi respon tersebut (Soemarmo,
2009)

Etiologi chefalgia

Penggunaan obat yang berlebihan


Stress
Masalah tidur
Kegiatan berlebihan
Kafein
Rokok
Alkohol
Penyakit atau infeksi seperti meningitis
(infeksi selaput otak), saraf terjepit di leher
atau bahkan tumor.

Patofisologi chepalgia

sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan


terhadap bagian-bagian di wilayah kepala dan
leher yang peka terhadap nyeri. Bangunanbangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah
otot-otot oksipital, temporal dan frontal, kulit
kepala, arteri-arteri subkutis dan periostium.
Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri.
Bangunan-bangunan intracranial yang peka nyeri
terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan
meninges yang mendindingi sinus venosus serta
arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian
besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri

Tanda dan gejala chepalgia

Nyeri kepala dapat unilateral atau bilateral.


Nyeri terasa di bagian dalam mata atau pada sudut
mata bagian dalam, lebih sering didaerah fronto
temporal .
Nyeri dapat menjalar di oksiput dan leher bagian atas
atau bahkan leher bagian bawah.
Ada sebagian kasus dimulai dengan nyeri yang terasa
tumpul mulai di leher bagian atas menjalar ke depan.
Kadang pada di seluruh kepala dan menjalar ke bawah
sampai muka.
Nyeri tumpul dapat menjadi berdenyut-denyut yang
semakin bertambah sesuai dengan pulsasi dan
selanjutnya konstan.

Penderita pucat, wajah lebih gelap dan bengkak di


bawah mata.
Muka merah dan bengkak pada daerah yang sakit.
Kaki atau tangan berkeringat dan dingin.
Biasanya oliguria sebelum serangan dan poliuria
setelah serangan.
Gangguan gastrointestinal berupa mual, muntah,
dan lain-lain.
Kadang-kadang terdapat kelainan neurologik yang
menyertai, timbul kemudian atau mendahului
serangan.

Pemeriksaan penunjang

Rontgen kepala : mendeteksi fraktur dan penyimpangan


struktur.
Rontgen sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan
mengidentifikasi masalah-masalah struktur, malformasi rahang.
Pemeriksaan visual : ketajaman, lapang pandang, refraksi,
membantu dalam menentukan diagnosa banding.
CT scan Otak : Mendeteksi masa intracranial, perpindahan
ventrikuler atau hemoragi Intracranial.
Sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoldal dan
etmoidal
MRI : Mendeteksi lesi/abnormalitas jaringan, memberikan
informasi tentang biokimia, fisiologis dan struktur anatomi.
Ekoensefalografi : mencatat perpindahan struktur otak akibat
trauma, CSV atau space occupaying lesion.

Elektroensefalografi : mencatat aktivitas otak selama


berbagai aktivitas saat episode sakit kepala.
Angeografi serebral : Mengidentifikasi lesivaskuler.
HSD : leukositosis menunjukkan infeksi, anemia
dapat menstimulasi migren.
Laju sedimentasi : Mungkin normal, menetapkan
ateritis temporal, meningkat pada inflamasi.
Elektrolit : tidak seimbang, hiperkalsemia dapat
menstimulasi migren.
Pungsi lumbal : Untuk mengevaluasi/mencatat
peningkatan tekanan CSS, adanya sel-sel abnormal
dan infeksi.

Komplikasi chepalgia
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien
dengan chepalgia meliputi :
Cidera serebrovaskuler / Stroke
Infeksi intrakranial
Trauma kranioserebral
Cemas
Gangguan tidur
Depresi
Masalah fisik dan psikologis lainnya

Penatalaksanaan chepalgia
Terapi Profilaksis
Menghindari pemicu
Menggunakan obat profilaksis secara teratur
Profilaksis: bukan analgesik, memperbaiki pengaturan
proses fisiologis yang mengontrol aliran darah dan
aktivitas system syaraf
Terapi abortif menggunakan obat-obat penghilang nyeri
dan/atau vasokonstriktor. Obat-obat untuk terapi abortif
Analgesik ringan : aspirin (drug of choice), parasetamol
NSAIDS : Menghambat sintesis prostaglandin, agragasi
platelet, dan pelepasan 5-HT. Naproksen terbukti lebih baik
dari ergotamine. Pilihan lain : ibuprofen, ketorolak

Terapi Non-farmakologi
Melakukan latihan peregangan leher atau otot bahu
sedikitnya 20 sampai 30 menit.
Perubahan posisi tidur.
Pernafasan dengan diafragma atau metode relaksasi
otot yang lain.
Penyesuaian lingkungan kerja maupun rumah
Pencahayaan yang tepat untuk membaca, bekerja,
menggunakan komputer, atau saat menonton televisi
Hindari eksposur terus-menerus pada suara keras dan
bising
Hindari suhu rendah pada saat tidur pada malam hari

Asuhan keperawatan pada


Ny. M
Identitas klien
Nama : Ny. M
Umur : 49 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan : SLTp
Pekerjaan : IRT
Agama: Kristen
Alamat: Makassar, Jl. Bilawaiyah
Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny. J
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : perempuan
Agama: kristen
Alamat: Makassar
Hubungan Dengan Pasien: Anak

Keluhan utama : nyeri kepala


Riwayat penyakit sekarang : Dialami
sejak 5 tahun yang lalu, memberat
sejak 2 minggu yang terakhir, nyeri
kepala dirasakat berdenyut pada
seluruh bagian kepala dan menjalar
sampai ke tengkuk, tidak ada muntah,
dan trauma kepala.
Riwayat penyakit dahulu : tidak ada

pengkajian
Airway
Jalan nafas paten, tidak ada stridor, tidak ada tanda-tanda hipoksia,
tidak terdapat sekret atau obstruksi pada jalan nafas, tidak ada bunyi
nafas tambahan.
Breathing
Pola nafas teratur, irama normal dengan RR 20x/ menit, tidak ada
penggunaan otot bantu pernafasan, tidak ada nafas cuping hidung
Circulation
Tidak terjadi penurunan kesadaran, akral hangat , capilary refill
kembali <2 detik, tidak ada sianosis, N: 80x/mnt.
Disability
Keadaan umum lemah, Kesadaran: Composmentisr dengan GCS
15(E4M6V5)
Exposure
Keadaan kulit baik, turgor kulit lembab, tidak ada kelainan pada kulit,
tidak ada hambatan pada jalan nafas, tidak ada esi atau benjolan
pada area tubuh, warna kulit tidak sianosis.

Pemeriksaan head to toe

Kepala: bentuk mesochepal, tidak ada kelainan dan lesi, tidak ada
trauma kepala dan oedem, pertumbuhan rambut normal dan merata,
tidak ada ketombe dan kerontokan pada rambut.
Mata: bentuk simetris antara kanan dan kiri, pupil isokor, reaksi
terhadap cahaya positif antara kanan dan kiri dengan ukuran pupil
3mm. konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, klien tidak
menggunakan kacamata/ bantuan dalam penglihatan.
Telinga: bentuk simetris antara kanan dan kiri, bersih, terdapat
serumen dalam batas normal.
Hidung: bentuk simetris, tidak ada polip dan tidak ada nafas cuping
hidung.
Mulut: keadaan mulut bersih, tidak ada stomatitis, keadaan gigi
masih utuh, membran mukosa lembab, tidak ada gangguan
menelan.
Tenggorokan: bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran
kelenjar limfe pada leher dan tidak ada peningkatan JVP

Pernafasan (dada)
Inspeksi: bentuk simetris kanan dan kiri, pergerakan dinding
dada simetris antara kanan dan kiri dan simetris saat
inspirasi maupun eksparasi, tidak ada lesi ataupun trauma.
Palpasi: vocal fremitus kanan dan kiri sama, tidak ada nyeri
tekan
Perkusi : suara paru sonor pada batas sebelah kanan ICS 3
dan batas sebelah kiri ICS 5.
Auskultasi : Suara paru bersih vesikuler dan tidak ada suara
tambahan lainnya.
Sirkulasi (jantung)
Tidak ada keluhan

Abdoment
Inspeksi : Tidak ada benjolan, tidak ada lesi, bentuk simetris, tidak
ada bekas luka, pertumbuhan kulit normal, tidak ada bendungan
versa, tidak ada distensi pada abdomen.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hati dan limpa, tidak ada nyeri
tekan
Genitourinaria: tidak ada nyeri tekan, tidak ada kelainan pada
inguinal, tidak ada hemoroid, tidak ada gangguan pada saluran
kencing
Neurologi: Keadaan Umum: Lemah, tingkat kesadaran
Composmentis dengan total GCS:15 (E4M6V5), terdapat
peningkatan tanda- tanda TIK seperti pasien sering mengeluh
pusing cekot-cekot sampai ke leher, kadang disertai mual dan
muntah, pandangan terlihat kabur ketika pusing muncul, dan
badan terasa lemas dan klien hanya bisa tidur.

Muskuloskeletal
Kekuatan otot:
Ekstermitas atas 5 5
Ekstermitas bawah 5 5
Interpretasi: 5: bergerak bebas dan dapat
melawan tahanan
Tidak terdapat oedem baik pada ekstermitas atas
maupun bawah
Terpasang infus Rl 20 tpm pada tangan kanan
tanggal 16 desember 2013
Kulit: keadaan kulit bersih, Integritas kulit baik,
tidak ada lesi, turgor kulit lembab, akral hangat

Kasi pemeriksaan MRI


Kesan, Lesi CPA dextra sesuai Arachnoid
Medikasi
1. Infus RL 20 tpm
2. Injeksi ketorolac 30 mg/8 jam
3. Injeksi Ranitidin 50 mg/8 jam
4. Injeksi Neurobion 500/24 jam
5. Ceftriaxone 1 gr/12 jam/iv
6. KSR 500 mg/12 jam/oral
7. Dexamethasone 1 vial/12 jam/ iv

Analisa data
Interpretasi Data
No.

Klasifikasi Data

dan Kemungkinan

Masalah

Penyebab
1.

Peningkatan TIK

DS :
Klien mengatakan sakit pada
bagian kepala
Klien sering merasakan pusing
Klien

mengatakan

sakitnyasering muncul tiba-tiba


DO :
Klien nampak meringis
Kline

nampak

dahinya
Klien nampak pucat
Skala nyeri 3-4 (VAS)

memegang

Nyeri Kronis

Interpretasi Data
No.

Klasifikasi Data

dan Kemungkinan

Masalah

Penyebab
1.

DS :

Klien mengatakan susah untuk


tidur

Pada saat tidur sakit kepala


terkadang muncul

DO :

Klien nampak pucat

Klien nampak lemas

Nyeri kronis

Gangguan pola tidur

Diagnosa keperawatan

Nyeri kronis berhubungan dengan agen


penyebab nyeri ( peningkatan TIK)
Gangguan pola tidur berhubungan
denga nyeri kronis

Intervensi keperawatan
Dx Nyeri kronis berhubungan dengan agen
penyebab nyeri (peningkatan TIK)
Kriteria : klien tidak mengeluh nyeri, gangguan
pola tidur membaik.
1. Lakukan pengkajian nyeri
2. Jelaskan kepada pasien penyebab nyeri
3. Ajarkan tekhnik relakasasi
4. Monitor kepuasaan psien terhadap
manajemen nyeri
5. Kolaborasi pemberian analgetik

Dx Gangguan pola tidur berhubungan


dengan nyeri kronis
Kriteria hasil : jumlah jam tidur dalam batas
normal
1. Kaji hal-hal yang mengganggu pola tidur
2. Jelaskan pentingnya tidur yang adekuat
3. Ciptakan lingkungan yang nyaman
4. Monitor kepuasan pasien terhadap
penanganan pola tidur

Implementasi keperawatan
Dx Nyeri kronis berhubungan dengan agen
penyebab nyeri (peningkatan TIK)
Kriteria : klien tidak mengeluh nyeri, gangguan
pola tidur membaik.
1. Melakukan pengkajian nyeri
2. Menjelaskan kepada pasien penyebab nyeri
3. Mengajarkan tekhnik relakasasi
4. Memonitor kepuasaan psien terhadap
manajemen nyeri
5. Bekolaborasi pemberian analgetik

Kriteria hasil : jumlah jam tidur dalam


batas normal
1. Mengkaji hal-hal yang mengganggu
pola tidur
2. Menjelaskan pentingnya tidur yang
adekuat
3. Menciptakan lingkungan yang nyaman
4. Memonitor kepuasan pasien terhadap
penanganan pola tidur

Evaluasi asuhan
keperawatan
Dx Nyeri kronis berhubungan dengan agen
penyebab nyeri (peningkatan TIK)
S : klien mengatakan nyeri pada bagian
kepala, selalu muncul tiba-tiba
O : klien nampak pucat, klien nampak lemas,
A : masalah nyeri kronis belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Kaji nyeri klien
Lanjutkan pemberian analgetik

Dx Gangguan pola tidur berhubungan dengan


nyeri kronis
S : klien mengatakan masih sering terbangun
pada malam hari, sakit kepalanya muncul
saat sedang tidur
O : klien nampak pucat. Klien nampak lemas
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
Menjelaskan tentnang tidur yang adekuat
Menciptakan lingkungan yang nyaman.

TERIMA KASIH

Você também pode gostar