Você está na página 1de 19

ABORTUS

I.

Pendahuluan
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin

dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.1,2
Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan,
sedangkan abortus yang terjadi dengan sengaja dilakukan tindakan disebut abortus
provokatus. Abortus provokatus dibagi menjadi 2 kelompok yaitu abortus
provokatus kriminalis dan abortus provokatus medisinalis. Disebut medisinalis
bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu. Disini
medisinalis bila didasarkan pada pertimbangan dokter untuk menyelamatkan ibu.
Disini pertimbangan dilakukan minimal oleh 3 dokter spesialis yaitu Kebidanan
dan Kandungan, spesialis Penyakit Dalam, spesialis Jiwa. Bila perlu ditambah
pertimbangan tokoh agama terkait. Setelah dilakukan terminasi kehamilan, harus
diperhatikan agar ibu dan suaminya tidak terkena trauma psikis dikemudian hari. 1
Angka kejadian abortus sukar ditentukan karena abortus provokatus
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali bila sudah terjadi komplikasi. Abortus
spontan dan tidak jelas umur kehamilannya, hanya sedikit memberikan gejala atau
tanda sehingga biasanya ibu tidak melapor atau berobat. Sementara itu, dari
kejadian yang diketahui 15-20% merupakan abortus spontan atau kehamilan
ektopik. Sekitar 5% dari pasangan yang mnecoba hamil akan mengalami 2

keguguran yang berurutan, dan sekitar 1% dari pasangan mengalami 3 atau lebih
keguguran yang berurutan. 1
Rata-rata terjadi 114 kasus abortus perjam. Sebagian besar studi
menyatakan kejadian abortus spontan antara 15-20% dari semua kehamilan. Kalau
dikaji lenih jauh kejadian abortus sebenarnya bisa mendekati 50%1
II.

Etiologi
Penyebab abortus bervariasi dan sering diperdebatkan. Umumnya lebih

dari satu penyebab. Usia kehamilan saat terjadinya abortus bisa member gambaran
tentang penyebabnya. Sebagai contoh, antiphospholipid syndrome (APS) dan
inkompetensi serviks sering terjadi setelah trimester pertama. Penyebab terbanyak
diantaranya adalah sebagai berikut. 1

Faktor genetik :
Sebagian abortus disebabkan oleh kelainan kariotip embrio. Paling sedikit
50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik.
Bagaimanapun, gambaran ini belum termasuk kelainan yang disebabkan oleh
gangguan gen tunggal atau mutasi pada beberapa lokus yang tidak terdeteksi
dengan pemeriksaan kariotip. 1
Kejadian tertinggi kelainan sitogenetik konsepsi terjadi pada awal
kehamilan. Kelainan sitogenetik embrio biasanya berupa aneuploidi yang
disebabkan oleh kejadian sporadis. Separuh dari abortus karena kelainan
sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Triploidi
ditemukan pada 16% kejadian abortus, dimana terjadi fertilisasi ovum normal
haploid oleh 2 sperma (dispermi) sebagai mekanisme patologi primer. Trisomi
timbul akibat dari nonisjunction meiosis selama gametogenesis pada pasien

dengan karotip normal. Untuk sebagian besar trisomi, gangguan meiosis


maternal bisa berimplikasi pada gametogenesis. Insiden trisomi meningkat
dengan bertambahnya usia. Trisomi 16 ,sedang kejadian sekitar 30% dari
seluruh trisomi, merupakan penyebab terbanyak. Semua kromosom trisomi
berakhir abortus kecuali pada trisomi kromosom 1. Sindroma Turner
merupakan penyebab 20-25% kelainan sitogenetik pada abortus. Sepertiga
dari fetus dengan Sindroma Down bisa bertahan. 1
Pengelolaan standar menyarankan untuk

pemeriksaan

genetik

amniosentesis pada semua ibu hamil dengan usia yang lanjut, yaitu diatas 35
tahun. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1:80, pada usia di atas 35 tahun
karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah
usia 35 tahun. 1
Kelainan lain umumnya berhubungan dengan fertilisasi abnormal
(tetraploidi, triploidi). Kelainan ini tidak bisa dihubungkan dengan
kelangsungan kehamilan. Tetraploidi terjadi pada 8% kejadian abortus akibat
kelainan kromosom, di mana terjadinya kelainan pada fase sangat awal
sebelum proses pembelahan. 1
Struktur kromosom merupakan kelainan ketiga. Kelainan structural terjadi
pada sekitar 3% kelainan sitogenetik pada abortus. Ini menunjukkan bahwa
kelainan struktur kromosom sering diturunkan dari ibunya. Kelainan struktur
kromosom pada pria bisa berdampak pada rendahnya konsenrasi sperma,
infertilitas, dan bisa mengurangi peluang kehamilan dan terjadinya keguguran.
Kelainan sering juga berupa gen yang abnormal, mungkin karena adanya
mutasi gen yang bisa mengganggu proses implantasi bahkan menyebabkan
abortus. 1

Gangguan jaringan konektf lain, misalnya Sindrom Marfan. Juga pada


perempuan dengan sickle cell anemia beresiko tinggi mengalami abortus. Hal
ini karena adanya mikroinfark pada plasenta. Kelainan hematologic lain yang
menyebabkan abortus misalnya disfibrinogenemi, defesiensi faktor XIII, dan

hipofibrinogenemi afibrinogenemi kongenital. 1


Kelainan kongenital uterus.
Defek anatomi uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetric,
seperti abortus berulang, prematuritas, serta malpresentasi janin. Insiden
kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan. Pada
perempuan dengan riwayat abortus, ditemukan anomaly uterus pada 27%
pasien. 1
Penyebab terbanyak abortus karena kelainan anatomic uterus adalah
septum uterus, kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis.
Mioma uteri bisa menyebabkan baik infertilitas maupun abortus berulang.
Risiko terjadinya antara 10-30% pada perempuan usia reproduksi. Sebagian
besar mioma tidak memberikan gejala, hanya yang berukuran bersar atau yang
memasuki kavum uteri (submukosum) yang akan menimbulkan gangguan. 1
Sindroma Asherman bisa menyebabkan gangguan tempat implantasi serta
pasokan darah pada permukaan endometrium. Risiko abortus 25-80%,
bergantung pada berat ringannya gangguan. Untuk mendiagnosis kelainan ini

bisa digunakan HSG dan USG. 1


Autoimun
Terdapat hubungan yang nyata antara abortus berulang dan penyakit
autoimun. Misalnya pada SLE dan aPA (antiphospolipid antibodies). aPA

merupakan antibody spesifik yang didapati pada perempuan denga SLE. 1


Faktor hormonal

Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi


yang baik system pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu
perhatian langsung terhadap system hormon secara keseluruhan, fase luteal,

dan gambaran hormon setelah konsepsi terutama kadar progesterone. 1


Infeksi
Beberapa jenis organism tertentu diduga berdampak pada kejadian abortus
antara lain : 1
1. Bakteri (Listeria Monositogenesis, Klamidia Trakomatis, Ureaplasma

Urealitikum, Mikoplasma Hominis, Bakterial Vaginosis)


2. Virus (Sitomegalovirus,Rubella, Herpes Simpleks Virus, Parvovirus, HIV)
3. Parasit (Toksoplasmosis Gondii, Plasmodium Falsiparum)
4. Spirokaeta (Treponema Pallidum)
Hematologik
Beberapa kasus abortus berulang ditandai dengan defek plasentasi dan
adanya mikrotrombi pada pembuluh darah plasenta. Berbagai komponen
koagulasi dan fibrinolitik memegang peranan penting pada implantasi embrio,
invasi

trofoblas,

dan

plasentasi.

Pada

kehamilan

terjadi

keadaan

hiperkoagulasi diakrenakan : 1
- Peningkatan kadar faktor prokoagulan
- Penurunan faktor antikoagulan
- Penurunan aktivitas fibrinolitik
Lingkungan
Diperkirakan 1-10% malformasi janin akibat dari paparan obat, bahan
kimia, atau radiasi dan umumnya berakhir dengan abortus, misalnya paparan
terhadap buangan gas anestesi dan tembakau. Rokok diketahui mengandung
ratusan unsur toksik, antara lain nikotin yang telah diketahui mempunyai efek
vasoaktif sehingga menghambat sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida
juga menurunkan pasokan oksigen ibu dan janin serta memacu neurotoksin.
Dengan adanya gangguan pada system sirkulasi fetoplasenta dapat terjadi
gangguan pertumbuhan janin yang berakibat terjadinya abortus. 1
5

III.

Klasifikasi Abortus
Abortus dapat dibagi atas dua golongan :
-

Abortus spontan, adalah abortus yang

terjadi dengan tidak didahului

faktor-faktor mekanis atau pun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh


-

faktor-faktor alamiah. 5
Abortus Provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai
obat-obatan maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi : 5
Abortus medisinalis, adalah abortus karena tindakan kita sendiri,
dengan alas an bila kehamilan dilanjutkan dapat membahayakan jiwa
ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan

2 sampai 3 dokter ahli.


Abortus kriminalis, adalah abortus yang terjadi oleh karena tindakantindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

Abortus Spontan :
Abortus Iminens
Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.1,3

Abortus Insipiens
Abortus yang sedang mengancam yang ditandai dengan serviks telah
mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam
kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. 1,3

Abortus Kompletus
Abortus komplit biasanya diawali dengan keluhan perdarahan pervaginam
pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Seluruh hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri pada kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang
dari 500 gram.1,3

Abortus Inkompletus
Sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus
dimana pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba
jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum. 1,3

Missed Abortion
Missed abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus
telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil
konsepsinya seluruhnya masih tertahan dalam kandungan. Sesudah 20 minggu
biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu dan
seterusnya. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi
kematian janin dalam rahim. Kematian janin dalam rahim (IUFD) adalah
kematian janin dalam uterus yang beratnya 500 gram atau lebih dan usia
kehamilan telah mencapai 20 minggu atau lebih. 1,3

Abortus Habitualis
Abortus habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih
berturut-turut. Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk
menjadi hamil kembali, tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran/abortus
secara berturut-turut. 1
Penyebab abortus selain faktor anatomis banyak yang mengaitkannya
dengan reaksi imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte
trophoblast cross reactive (TLX). Bila reaksi terhadap antigen ini rendah atau
tidak ada, maka akan terjadi abortus. Kelainan ini dapat diobat dengan transfuse
leukosit atau heparinisasi. 1
Salah satu penyebab yang sering dijumpai ialah inkompetensia serviks
yaitu keadaan di mana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap
bertahan menutup setelah kehamilan melewati trimester pertama, dimana ostium
serviks akan membuka (inkompeten) tanpa disertai rasa mules/kontraksi rahim
dan akhirnya terjadi pengeluaran janin. Kelainan ini sering disebabkan oleh
trauma serviks pada kehamilan sebelumnya, misalnya pada tindakan usaha

pembukaan serviks yang berlebihan, robekan serviks yang luas sehingga diameter
kanalis servikalis sudah melebar. 1
Diagnosis inkompetensia serviks tidak sulit dengan anamnesis yang
cermat. Dengan pemeriksaan dalam/inspekulo kita bisa menilai diameter kanalis
servikalis dan didapati selaput ketuban yang mulai menonjol pada saat mulai
memasuki trimester kedua. Diameter ini melebihi 8 mm. Untuk itu, pengelolaan
penderita inkompetensia serviks dianjurkan untuk periksa hamil seawal mungkin
dan bila dicurigai adanya inkompetensia serviks harus dilakukan tindakan untuk
memberikan fiksasi pada serviks agar dapat menerima beban dengan
berkembangnya umur kehamilan. Operasi dilakukan pada umur kehamilan 12-14
minggu dengan cara Shirodkar atau McDonald dengan melingkari kanalis
servikalis dengan benang sutera/Mersilene, yang tebal dan simpul baru dibuka
setelah umur kehamilan aterm dan bayi siap dilahirkan. 1
Abortus Infeksiousus, Abortus Septik
Abortus infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia.
Abortus septic adalah abortus yang disertai penyebaran infeksi pada peredaran
darah tubuh atau peritoneum (septicemia atau peritonitis). 1
Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus yang
paling sering terjadi apalagi bila dilakukan kurang memperhatikan asepsis dan
antisepsis. 1
Abortus infeksious dan abortus septic perlu segera mendapatkan
pengelolaan yang adekuat. Karena dapat terjadi infeksi yang lebih luas selain

10

disekitar alat genitalia juga ke rongga peritoneum, bahkan dapat keseluruh tubuh
(sepsis, septicemia) dan dapat jatuh dalam keadaan syok septik. 1

IV.

Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

penunjang.

Abortus iminens
Diagnosis abortus iminens biasanya diawali dengan keluhan perdarahan

pervaginam pada umur kehamilan kurang dari 20 minggu. Penderita mengeluh


mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama sekali kecuali perdarahan pervaginam.
Ostium uteri masih tertutup besarnya uterus masih sesuai dengan umur kehamilan
dan tes kehamilan urin masih positif. untuk menentukan prognosis abortus
iminens dapat dilakukan dengan melihat kadar hormone Hcg pada urin dengan
cara melakukan tes urin kehamilan menggunakan urin tanpa pengenceran dan
pengenceran 1/10. Bila tes urin masih positif keduanya maka prognosisnya adalah
baik, bila pengenceran 1/10 hasilnya negative maka prognosisnya buruk.
Pengelolaan pernderita ini sangat bergantung pada informed consent yang
dberikan. Bila ibu masih menghendaki kehamilan tersebut, maka pengelolaan
harus maksimal untuk mempertahankan kehamilan ini. Pemeriksaan USG
diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui
keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum. Diperhatikan ukuran
biometri janin/kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan berdasarkan
HPHT. Denyut jantung janin dan gerakan janin diperhatikan disamping ada

11

tidaknya hematoma retroplasenta atau pembukaan kanalis servikalis. Pemeriksaan


USG dapat dilakukan baik secara transabdominal maupun transvaginal. Pada USG
transabdominal jangan lupa pasien harus tahan kencing terlebih dahulu untuk
mendapatkan acoustic window yang baik agar rincian hasil USG dapat jelas. 1,2,6

Abortus insipiens
Penderita akan terasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,

perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan umur


kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes urin
kehamilan yang masih positif. pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran
uterus yang masih sesuai dengan umur kehamilan, gerak janin dan gerak jantung
janin masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat
penipisan serviks uterus atau pembukaannya. Perhatikan pula ada tidaknya
pelepasan plasenta dari dinding uterus. 1,2,6

Abortus komplit
. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah menutup,

uterus sudah mengecil sehingga perdarahan sedikit. Besar uterus tidak sesuai
dengan umur kehamilan. Pemeriksaan USG tidak perlu dilakukan bila
pemeriksaan secara klinis sudah memadai. Pada pemeriksaan tes urin biasanya
masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus.1,2,6

Abortus Inkomplit
Pada pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka dan teraba

jaringan dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium uteri eksternum.
Perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya pun bisa banyak atau sedikit

12

bergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan sebagian placental site
masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus. Pasien dapat jatuh dalam
keadaan anemia atau syok hemoragik sebelum sisa jaringan konsepsi dikeluarkan.
Pemeriksaan USG hanya dilakukan bila kita ragu dengan diagnosis secara klinis.
Besar uterus sudah lebih kecil dari umur kehamilan dan kantong gestasi sudah
sulit dikenali, dikavum uteri tampak massa hiperekoik yang bentuknya tidak
beraturan. 1,2,6

Missed Abortion
Penderita missed abortion biasanya tidak merasakan keluhan apa pun

kecuali merasakan pertumbuhan kehamilannya tidak seperti yang diharapkan. Bila


kehamilan diatas 14 minggu sampai 20 minggu penderita justru merasakan
rahimnya semakin mengecil dengan tanda-tanda kehamilan sekunder pada
payudara mulai menghilang. 1
Kadangkala missed abortion juga diawali dengan abortus iminens yang
kemudian merasa sembuh, tetapi pertumbuhan janin terhenti. Pada pemeriksaan
tes urin kehamilan biasanya negative setelah satu minggu dari terhentinya
pertumbuhan kehamilan. Pada pemeriksaan USG akan didapatkan uterus yang
mengecil, kantong gestasi yang mengecil, dan bentuknya tidak beraturan disertai
gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda kehidupan. Bila missed abortion
berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan terjadinya
gangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogenemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase. 1

13

Abortus Infeksiosa
Diagnosis ditegakkan dengan anamnesis yang cermat upaya tindakan

abortus yang tidak menggunakan peralatan yang asepsis dengan didapat gejala
dan tanda panas t.inggi, tampak sakit dan lelah, takikardia, perdarahan
pervaginam yang berbau, uterus yang membesar dan lembut, serta nyeri tekan.
Pada labortatorium didapatkan tanda infeksi dengan leukositosis. Bila sampai
terjadi sepsis dan syok, penderita akan tampak lelah, panas tinggi, menggigil, dan
tekanan darah turun. 1
V.

Penatalaksanaan
Abortus Iminens
Penderita diminta untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan

berhenti. Bisa diberi spasmolitik agar uterus tidak berkontraksi atau diberi
tambahan hormone progesterone atau derivatnya untuk mencegah terjadinya
abortus. Obat-obatan ini walaupun secara statistic kegunaannya tidak bermakna,
tetapi efek psikologis kepada penderita sangat menguntungkan 1,4
Jika perdarahan berhenti lakukan asuhan antenatal seperti biasa. Lakukan
penilaian jika perdarahan terjadi lagi. Jika perdarahan terus berlangsung, nilai
kondisi janin (uji kehamilan atau USG). Lakukan konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain. Perdarahan berlanjut, khususnya jika ditemui uterus yang
lebih besar dari yang diharapkan, mungkin menunjukkan kehamilan ganda atau
mola. 4
Penderita boleh dipulangkan setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan
khusus tidak boleh berhubungan seksual dulu sampai lebih kurang 2 minggu. 1
Abortus Insipiens
14

Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan


perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi/pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan
banyak. Pada umur kehamilan di atas 12 minggu, uterus biasnaya sudah melebihi
telur angsa tindakan evakuasi dan kuretase harus hati-hati, kalau perlu dilakukan
evakuasi dengan cara digital yang kemudian disusul dengan tindakan kurease
sambil diberikan uterotonika. Hal ini diperlukan untuk mencegah terjadinya
perforasi pada dinding uterus. Pascatindakan perlu perbaikan keadaan umum,
pemberian uterotonika, dan antibiotika profilaksis. 1
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus
dengan aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan
4

:
-

Berikan ergometrin 0,2 mg IM (dapat diulang 15 menit jika perlu)


atau misoprostol 400 mcg per oral (dapat diulang sesudah 4 jam

jika perlu)
Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari
uterus

Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu 4 :


-

Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-

sisa hasil konsepsi


Jika perlu lakukan infuse 20 unit oksitosin dalam 500 ml cairan IV
(garam fisiologis atau larutan RL) dengan kecepatan 40 tetes per
menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.

Pastikan untuk tetap memantau kondisi ibu setelah penanganan.4

Abortus Komplit

15

Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia


perlu diberikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 2 minggu bila anemia sedang
dan transfuse darah bila terjadi anemia yang berat dan dianjurkan supaya
makanannya mengandung banyak protein, vitamin dan mineral. Kemudian
biasanya hanya diberi roboransia atau hematenik bila keadaan pasien
memerlukan. Uterotonika tidak perlu diberikan. 1,2,4

Abortus Inkomplit
Pengelolaan pasien harus diawali dengan perhatian terhadap keadaan

umum dan mengatasi gangguan hemodinamik yang terjadi untuk kemudian


disiapkan untuk tindakan kuretase. Bila terjadi perdarahan yang hebat, dianjurkan
segera melakukan pengeluaran sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan
yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus segera dikeluarkan, kontraksi uterus
dapat berlangsung baik dan perdarahan bisa berhenti. Selanjutnya dilakukan
tindakan kuretase. Tindakan kuretase harus dilakukan secara hati-hati sesuai
dengan keadaan umum ibu dan besarnya uterus. Tindakan yang dianjurkan ialah
dengan karet vakum menggunakan kanula dari plastic. Pascatindakan perlu
diberikan uterotonika parenteral ataupun per oral dan antibiotika. 1

Missed Abortion
Pengelolaan missed abortion perlu diutarakan kepada pasien dan

keluarganya secara baik karena risiko tindakan operasi dan kuretase ini dapat
menimbulkan komplikasi perdarahan atau tidak bersihnya evakuasi/kuretase
dalam sekali tindakan. Faktor mental penderita perlu diperhatikan, karena

16

penderita umumnya merasa gelisah setelah tahu kehamilannya tidak tumbuh atau
mati. Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat
dilakukan secara langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks
uterus memungkinkan. Bila umur kehamilan di atas 12 minggu atau kurang dari
20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih kaku dianjurkan untuk
melakukan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin atau mematangkan
kanalis servikalis. Beberapa cara dapat dilakukan antara lain dengan pemberian
infuse intravena cairan oksitosin dimulai dari dosis 10 unit dalam 500 cc dekstrose
5% tetesan 20 tpm dan dapat diulangi sampai total oksitosin 50 unit dengan
tetsesan dipertahankan untuk mencegah terjadinya retensi cairna tubuh. Jika tidak
berhasil penderita diistirahatkan satu hari dan kemudian induksi diulangi biasanya
maksimal 3 kali. Setelah janin atau jaringan konsepsi berhasil keluar dengan
induksi ini dilanjutkan dengan tindakan kuretase sebersih mungkin. 1
Pada

decade

belakangan

ini

banyak

yang

telah

menggunakan

prostaglandin atau sintesisnya untuk melakukan induksi missed abortion. Salah


satu cara yang banyak disebutkan adalah dengan pemberian misoprostol secara
sublingual sebanyak 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak 6 jam.
Dengan obat ini akan terjadi pengeluaran hasil konsepsi atau terjadi pembukaan
ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat dikerjakan untuk
mengosongkan kavum uteri. Kemungkinan penyulit pada tindakan missed
abortion ini lebih besar mengingat jaringan plasenta yang menepel pada dinding
uterus biasanya sudah lebih kuat. Apabila terdapat hipofibrinogenemia perlu

17

disiapkan transfuse darah segar atau fibrinogen. Pascatindakan kalau perlu


dilakukan pemberian infuse intravena cairan oksitosin dan pemberian antibiotika. 1

Abortus Infeksiosa
Pengelolaan pasien ini harus mempertimbangkan keseimbangan cairan

tubuh dan perlunya pemberian antibiotika yang adekuat sesuai dengan hasil kultur
dan sensitivitas kuman yang diambil dari darah dan cairan fluksus/flour yang
keluar pervaginam. Untuk tahap pertama dapat diberikan penisilin 4 x 1,2 juta unit
atau ampisilin 4 x 1 gram ditambah gentamisin 2 x 80 mg dan metronidazol 2 x 1
gram. Selanjutnya antibiotic disesuaikan dengan hasil kultur. 1
Tindakan kuretase dilakukan bila keadaan tubuh sudah membaik minimal
6 jam setelah pemberian antibiotika. Jangan lupa saat tindakan uterus dilindungi
dengan uterotonika. 1
Antibiotic dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam dan bila dalam waktu 2
hari pemberian tidak memberikan respons harus diganti dengan antibiotic yang
lebih sesuai. Apabila ditakutkan terjadi tetanus, perlu ditambah dengan injeksi
ATS dan irigasi kanalis vagina/uterus dengan H2O2 kalau perlu histerektomi total
secepatnya. 1

VI.

Komplikasi 2,5

Komplikasi yang dapat terjadi pada abortus ialah


a. Perdarahan
b. Infeksi

18

c. Perforasi ; sering terjadi sewaktu dilatasi dan kuretase yang dilakukan oleh
tenaga yang tidak ahli seperti bidan dan dukun
d. Syok, pada abortus dapat disebabkan oleh : perdarahan yang banyak
disebut syok hemoragik, dan infeksi berat atau sepsis disebut syok septik atau
endoseptik.
VII.

Pencegahan 2,6

Pemeriksaan rutin antenatal

Makan makanan yang bergizi (sayuran, susu,ikan, daging,telur).

Menjaga kebersihan diri, terutama daerah kewanitaan dengan tujuan


mencegah infeksi yang bisa mengganggu proses implantasi janin.

Hindari rokok, karena nikotin mempunyai efek vasoaktif sehingga


menghambat sirkulasi uteroplasenta.

Apabila terdapat anemia sedang berikan tablet sulfas ferosus 600 mg/hari
selama 2 minggu, bila anemia berat maka berikan transfusi darah.

19

Você também pode gostar