Você está na página 1de 6

BAB 3

PERKEMBANGAN TEORI KESEIMBANGAN ASAM BASA

3.1 Pendekatan Henderson-Hasselbach


Era modern dari asam basa dimulai pada tahun 1910 dengan usulan Lapworth
bahwa hidrogen merupakan asam universal. Hal ini lebih diperluas oleh penelitian Lowry di
Cambridge dan Brnsted di Copenhagen, yang mendefinisikan asam sebagai sebuah bahan
yang mampu memberikan hidrogen keluar dan basa sebagai bahan yang dapat menerima
hidrogen dari sebuah larutan. Definisi ini membantu menjelaskan aviditas alami dari asam
dan basa dan peran dari asam lemah serta garam mereka dalam pembentukan sistem
buffer. Henderson merupakan orang pertama yang mengenali peran unik tersebut sehingga
sistem buffer asam karbonat-bikarbonat berperan dalam stabilisasi keseimbangan asam
basa pada cairan tubuh.1
Pada pendekatan Henderson-Hasselbach, penentuan pH menggunakan persamaan
pH = pKa + log ( [HCO3-] / [0,03 x pCO2]) dimana nilai pKa pada suhu 37 derajat celsius
adalah 6.11. Pada persamaan ini, pH dapat ditentukan dengan menggunakan parameter
nilai HCO3- dan pCO2. Pendekatan ini mengenal 4 macam gangguan keseimbangan asam
basa. Perubahan pada konsentrasi HCO3- plasma akan menyebabkan gangguan
keseimbangan asam basa metabolik, sedangkan perubahan pCO 2 menyebabkan gangguan
keseimbangan asam basa respiratorik.2
HCO3- dan pCO2 merupakan indikator yang interdependen, sehingga pendekatan ini
tidak mampu menjelaskan gangguan keseimbangan asam basa metabolik yang kompleks
pada pasien-pasien kritis. Kebanyakan pasien pasien kritis mengalami penurunan protein
dan peningkatan anion metabolik, sedangkan indikator indikator tersebut tidak dapat
digunakan dengan menggunakan pendekatan ini. Hal ini dapat terjadi karena pada
pendekatan ini, komponen komponen dapar non bikarbonat tidak diperhitungkan.2

3.2 Pendekatan Stewart


Pendekatan Henderson-Hasselbach telah dikritisasi perihal sifatnya yang lebih
mengarah pada deskriptif dibandingkan dengan mekanistik, dan keterbatasan jangkauannya
sehingga tidak dapat membuat diagnosis yang lengkap pada pasien dengan penyakit
kompleks. Sebaliknya, pendekatan Stewart dipercaya lebih bersifat mekanistik dan
komprehensif, serta dapat mendeteksi gangguan yang tersembunyi.1
Konsep Stewart dimulai dengan adanya konsep ion kuat. Ion ion disosiasi lengkap
yang dalam bentuk terikat hanya ada pada pH fisiologis pada larutan biologis. Pada konsep
ini autoionisasi air dapat menghasilkan ion H+ dan OH-. 3
H2O <--> H+ + OH=
Disosiasi air ini bersifat konstan sehingga apabila [H+] meningkat, [OH-] menurun sebanyak
jumlah yang sama. 3
Kw = [H+] x [OH-]
Pada pendekatan Stewart, terdapat 3 variabel yang menentukan disosiasi air, antara
lain pCO2, Strong Ion Difference, dan konsentrasi asam lemah. Strong Ion Difference (SID)
adalah selisih antara jumlah konsentrasi ion-ion kuat kation yang dapat terukur dalam
plasma dengan jumlah konsentrasi ion-ion kuat anion yang dapat terukur dalam plasma.3
SID = {[Na+] + [K+] + [Ca2+] + [Mg2+]} {[Cl-] + [SO4-] + [laktat]}.
Persamaan diatas dapat juga dikatakan sebagai SID apparent (SIDa). Selain SIDa,
terdapat juga SID effective (SIDe), SIDe merupakan jumlah [HCO3-] plasma, albumin (Alb)
dan fosfat (Pi).3
SIDe = [HCO3-] + [Alb-] + [Pi-].
[Alb-] dan [Pi-] dapat dicari dengan menggunakan persamaan,
[Alb-] = [Alb] x (0,123 x pH 0,631)
[Pi-] = [Pi]/10 x pH 0,47.
Selisih antara SIDa dan SIDe disebut dengan Strong Ion Gap (SIG).

SID normal pada plasma adalah 40-42 mmol/l dengan tegangan positif. Perubahan
pada SID plasma sangat berpengaruh pada disosiasi air melalui hukum netralitas elektrik
dan konservasi massa.3
Peningkatan konsentrasi kation kuat pada plasma akan meningkatkan SID.
Peningkatan level SID mengurangi pelepasan H+ dari air, sehingga mengurangi ion hidrogen
plasma dan meningkatkan pH. Penurunan level serum SID akibat peningkatan konsentrasi
anion, dapat meningkatkan disosiasi air sehingga terjadi peningkatan ion hidrogen dan
penurunan pH.4
Pendekatan Stewart meliputi asam lemah non volatil (ATOT) sebagai komponen
mayor dalam gangguan asam basa. ATOT plasma meliputi fosfat inorganik, albumin dan
protein plasma yang lain.4
Albumin berlaku sebagai asam lemah pada plasma protein yang sangat berpengaruh
pada nilai pH dan peningkatannya dapat mengakibatkan asidosis. Normalnya level serum
fosfat

sangat

rendah

sehingga

perubahannya

tidak

terlalu

berpengaruh

pada

4 gangguan asam basa. Namun, pada pasien gagal ginjal, hiperfosfatemia dapat
menyebabkan asidemia.4
Pada keadaan normal, SIG sama dengan nol. Pada asidosis organik, SIDa tidak
berubah, namun pada asidosis hiperkloremik mengalami penurunan. SIDe mengalami
penurunan pada kedua tipe asidosis metabolik. SIG sama dengan nol pada asidosis
hiperkloremik, namun meningkat pada asidosis organik.4
Cara lain yang lebih mudah adalah menghitung Base Deficit-Excess Gap (BEG).
Perhitungan ini memungkinkan kalkulasi ulang Base Deficit Excess (BDE) menggunakan
parameter ion-ion kuat, air bebas, dan albumin. Hasil kalkulasi BEG ini mencerminkan nilai
SIG. Persamaan pertama dimulai dengan menghitung BDE dari NaCl.4
BDENaCl = ([Na+] [Cl-]) 38
Untuk setiap kenaikan 1 mEq/L natrium dari 140, base excess meningkat sebanyak +1,
sedangkan untuk setiap penurunan 1 mEq natrium dari 140, base deficit meningkat
sebanyak -1. Untuk setiap peningkatan 1 mEq/L korida dari 102, base deficit meningkat

sebanyak -1, sedangkan untuk setiap penurunan 1 mEq/L klorida dari 120, base excess
meningkat sebanyak +1. Setelah itu persamaan kedua adalah menghitung BDE dari
albumin.4
BDEAlb = 0,25(42 albumin g/L)
Untuk setiap penurunan 0,4 g/dL pada albumin dari 4,0, maka ada peningkatan base
excess sebanyak +1. Kemudian persamaan berikutnya adalah menghitung BDE kalkulasi.4
BDEcalc = BDENaCl BDEAlb
Persamaan yang terakhir adalah menghitung BDE gap untuk mengetahui efek dari anion
maupun kation yang tidak terukur.4
BDE gap = BDE - BDEcalc
Penggunaan klinis dari pendekatan Stewart dalam diagnosis gangguan asam basa
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.1 Klasifikasi gangguan asam basa primer1

Selain itu, perbedaan utama antara pendekatan Stewart dan pendekatan tradisional yang
lain adalah penggunaan SID dan SIG dibandingkan bikarbonat dan anion gap dalam
diagnosis gangguan asam basa. Hal ini dibuktikan dengan studi Fencl et al pada tahun 2000
yang menemukan gangguan asidosis metabolik dengan pendekatan Stewart pada 20
pasien dengan BE normal dan 22 pasien dengan bikarbonat normal.5

3.3 Pendekatan Lain pada Gangguan Asam Basa


Secara garis besar, analisis asam basa dapat dilakukan dengan dua pendekatan,
yaitu pendekatan yang berpusat pada bikarbonat dan pendekatan ion kuat. Pendekatan
yang berpusat pada bikarbonat diprakarsai oleh pendekatan Hendersen-Hasselbalch.
Setelah itu, muncul dua pendekatan berikutnya, yaitu pendekatan Copenhegen yang
mengusulkan persamaan base excess dan pendekatan Boston yang mengusulkan
persamaan HCO3/PaCO2. Pendekatan ion kuat diprakarsai terlebiih dahulu oleh SingerHastings Buffer base, kemudian muncul persamaan ion kuat milik Stewart dan kemudian
Constable simplified Strong ion equation.6
Pendekatan Boston dibuat oleh Schwartz dan Relman. Pendekatan ini secara
keseluruhan berdasarkan persamaan Henderson-Hasselbalch. Pendekatan ini memprediksi
sifat dari gangguan asam basa. Pendekatan ini mudah digunakan pada pasien stabil yang
menunjukkan gangguan asam basa sederhana. H+ terkait pada CO2 pada gangguan
respiratori, sedangkan CO2/HCO3-- pada gangguan metabolik. Namun, [HCO 3] bervariasi
dengan perubahan PaCO2, tingkat keparahan dari komponen metabolik dari gangguan
asam basa dan sifat dari asam selain karbonik sulit dinilai. Pendekatan CO 2/HCO3, nama
lain pendekatan Boston, paling banyak diaplikasikan untuk menentukan PaCO 2 istirahat
pada pasien dengan gagal napas kronis.7
Pendekatan Copenhagen dibuat oleh Singer dan Hasting pada tahun 1948.
Pendekatan ini merupakan sebuah alernatif selain persamaan Henderson-Hasselbalch.
Mereka mengusulkan bahwa basa buffer dari whole blood dapat digunakan untuk kuanifikasi
komponen metabolik. Kelemahan dari penggunaan pengukuran berbasis buffer ini adalah
pendekatan tersebut tidak dapat meliputi perubahan pada kapasitas buffering yang
berhubungan dengan perubahan pada konsentrasi hemoglobin.7

Daftar Pustaka
1. Rastegar A. Clinical utility of Stewart's method in diagnosis and management of acid-base
disorders. Clin J Am Soc Nephrol. 2009 Jul;4(7):1267-74.
2. Sawuta P, Gliska-Suchocka K. Comparison of the utility of the classic model (the
Henderson-Hasselbach equation) and the Stewart model (Strong Ion Approach) for the
diagnostics of acid-base balance disorders in dogs with right sided heart failure. Pol J Vet
Sci. 2012;15(1):119-24.
3. Morgan TJ. The Stewart Approach One Clinicians Perspective. Clin Biochem Rev. 2009
May; 30(2): 4154.
4. Story DA, Poustie A, Bellomo R. Estimating unmeasured anions in critically ill patients:
Anion-gap, base-deficit, and strong-ion-gap. Anaesthesia. 2002 Nov;57(11):1109-14.
5. Fencl V, Jabor A, Kazda A, Figge J: Diagnosis of metabolic acid-base disturbances in
critically ill patients. Am J Respir Crit Care Med 162: 2246 2251, 2000
6. Krutz I, Kraut J, Ornekian V, Nguyen MK. Acid base analysis: a critique of the Stewart and
bicarbonate-centered approaches. Am J Physiol Renal Physiol 2008; 294:F1009-F1031
7. Kishen R, Honor PM, Jacobs R, Joannes-Boyau O, De Waele E, De Regt J, Van Gorp V,
Boer W, Spapen H. Facing acid-base disorders in the third millennium - the Stewart
approach revisited. Int J Nephrol Renovasc Dis. 2014 Jun 4;7:209-17.

Você também pode gostar