Você está na página 1de 5

A.

Gambaran Lokasi
Industri rumahan pengolahan Tahu berada di daerah Sambirejo Rt 05
Prenggan Kota Gede Yogyakarta, dengan batasan- batasan lokasi sebagai berikut :
Timur
: Rumah Penduduk
Barat
: Sungai GajahWong
Utara
: Rumah Penduduk
Selatan
: Rumah Penduduk
Letak industri rumahan ini berada di daerah padat penduduk, dimana
posisi rumah satu dengan yang lainnya sangat dekat, kurang lebih hanya berjarak
1 meter. Tidak banyak pepohonan didaerah tersebut, dikarenakan tidak ada lahan
yang luas. Sedangkan tempat produksi berukuran sekitar 6 x 8 meter dan kurang
lebih hanya berjarak 8 meter dari pinggir sungai.
Industri Tahu ini sudah berdiri sejak tahun 2002 sampai sekarang, meski industri
ini rumahan tapi setiap harinya mampu memproduksi kedelai hingga 100 kg.
Dibantu dengan 3 orang karyawan, industri ini beroprasi selama 3 jam yaitu
dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 08.00 11.00 WIB.
B. Ciri Bahan Pencemar
Dari

produksi pengolahan Tahu menghasilkan limbah berupa limbah

cair,dan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan dari proses perebusan dan
pencucian kedelai. Air yang digunakan untuk merebus dan mencuci kedelai
berasal dari air sumur dan untuk sekali proses produksi membutuhkan air
sebanyak 5000 Liter. Untuk Limbah padat berupa kulit kedelai dimanfaatkan
warga untuk pakan Itik / Angsa. Sedangkan limbah cairnya langsung dibuang ke
sungai tanpa mengalami pengolahan terlebih dahulu. Jika limbah tersebut
langsung dibuang keperairan maka dalam waktu yang relative singkat akan
menimbulkan bau busuk dari gas H2S, amoniak ataupun fosfin sebagai akibat dari
terjadinya fermentasi limbah organik tersebut (Wardojo,1975). Limbah cair Tahu
mengandung zat-zat organik yang cenderung membusuk jika dibiarkan tergenang
sampai beberapa hari di tempat terbuka. Hal ini merupakan proses yang paling
merugikan, karena adanya proses dimana kadar oksigen di dalam air buangan
menjadi nol maka air buangan berubah menjadi warna hitam dan busuk. Ini dapat
mengurangi nilai estetika dan apabila berada di sekitar sumber air (sumur), maka
kemungkinan akan merembes dan sumur tercemar atau tidak termanfaatkan lagi.

Sehingga Limbah cair yang dihasilkan dari produksi Tahu tersebut dinyatakan
dalam BOD.
Uji BOD merupakan parameter yang sering digunakan untuk mengetahui
tingkat pencemaran bahan organik , baik dari industri ataupun dari rumah tangga
(Greyson, 1990, Welch 1992). Secara fisik air limbah buangan yang dihasilkan
berwarna coklat-kekuningan dan agak keruh. Air limbah bekas cucian kedelai
hanya sedikit berwarna coklat-kekuningan agak keruh itu disebabkan karena
kotoran yang terdapat pada kedelai mentah. Sedangkan limbah yang dihasilkan
pada saat proses perebusan akan berwarna lebih coklat dan sangat keruh juga
berbau kurang sedap. Kedelai adalah biji- bijian yang merupakan bahan organik,
maka dari proses pengolahan tersebut yang dengan menggunkan air akan
mengakibatkan air menjadi keruh.
C. Gambaran Umum
a. Kondisi Lingkungan
Industri rumahan pembuatan Tahu ini berada di bantaran sungai
Gajahwong dengan daerah padat penduduk. Sungai Gajahwong memiliki
lebar kurang lebih 5 meter dengan arus aliran yang lumayan deras dan
tidak pernah mengalami kekeringan walaupun musim kemarau. Sehingga
sungai ini digunakan oleh masyarakat sekitar untuk mengalirkan limbah
hasil kegiatan rumah tangga penduduk sekitar, khususnya industri
rumahan. Disekitar bantaran sungai Gajahwong tidak hanya terdapat satu
industri rumahan Tahu saja tetapi masih ada beberapa industri rumahan
Tempe.
Air di sungai Gajahwong berwarna coklat dan keruh, namun semua
itu bukan sepenuhnya akibat dari imbah industri Tahu. Diseberang sungai
tepat didepan rumah produksi Tahu tersebut banyak tumpukan sampah
baik organik maupun anorganik dan jika arus deras maka sampah tersebut
akan hanyut terbawa dan akan mengakibatkan sungai bertambah keruh.
b. Rona Lingkungan

Sebelum ada kegiatan


Kualitas air sungai Gajahwong belum tercemar berat karena belum
banyak terkontak oleh limbah cair dari Industri Tahu tersebut
Sesudah ada kegiatan
Sungai Gajahwong yang berada di sebelah barat pabrik mengalami
penurunan kualitas air, hal ini ditunjukkan dengan semakin sedikitnya
biota air yang ditemui, seperti plankton dan bentos yang digunakan
sebagai indicator dari sehat/tidaknya suatu perairan.

D. Proses Pencemaran
1. Jalur
Air limbah yang dihailkan dari produksi Tahu berupa limbah cair
langsung dialirkan ke sungai Gajahwong dengan melalui pipa. Karena
lokasi industri Tahu tepat ditepi sungai Gajahwong maka pipa yang
ditujukan kesungai tidak melalui pemukiman penduduk .
2. Konsentrasi
Air limbah yang dihasilkandari proses perebusan dan pencucian
kedelai pada pengolahan Tahu cukup banyak, atau tergantung dengan
jumlah produksi Tahu. Air limbah yang dihasilkan berwarna coklat
keruh, sehingga pada saat dibuang ke sungai maka akan mengubah
kualitas fisik sungai warna sungai akan berubah menjadi agak keruh.
3. Durasi
Industri Tahu ini berproduksi selama kurang lebih 3 jam ( awal
akhir), namun waktu yang dibutuhkan saat menghasilkan limbah cair
yaitu hanya pada saat dilakukan proses pencucian dan penyaringan
hasil rebusan. Jadi air limbah menuju sungai kurang lebih hanya
sekitar 5 menit.
4. Transport pencemaran
Air bekas cucian kedelai dan perebusan.
Setelah proses pencucian kedelai mentah maupun perebusan
kedelai air akan dituang/ disaring. Air dituang begitu saja di
lokasi produksi yang tersedia yang nantinya disalurkan kepipa.
Pada saat pertama kali air limbah ini dihasilkan warna coklat-

kekuningan

dan keruh masih sanggat jelas serta bau yang

kurang sedap sangat terasa.


Mengalir menuju pipa
Pipa yang dihubungkan dari tempat pembuangan air dilokasi
menuju sungai berada dibawah tanah. Aliran pipa tanpa melalui
rumah- rumah penduduk.
Mengalir kesungai
Ujung pipa berada ditepi sungai, maka jika air limbah itu
mengalir maka air akan langsung jatuh kesungai dan bercampur
dengan air sungai.
Aliran Sungai
Limbah yang sudah bercampur dengan air sungai tersebut akan
mengalir mengikuti arah aliran sungai. Pada saat pertama
limbah tersebut masuk kedalam sungai, pada bagian tepi sungai
yang langsung terkana limbah berwarna agak

coklat-

kekuningan dan keruh. Setelah berjalannya arus sungai warna


coklat-kekuningan akan pudar/ hilang kurang lebih pada jarak
15 meter dari output pipa.
E. Gambaran Demografi
Limbah cair yang dihasilkan dari produksi Tahu akan berwarna coklatkekuningan

dan sangat keruh. Setelah dibuang ke sungai warna coklat-

kekuningan tersebut bercampur dengan air sungai dan menyebar dipinggiran


sungai saja kurang lebih 1-2 meter dari pipa buangan (outlet) limbah.
Pinggiran air pada sungai tersebut akan terlihat sangat keruh jika limbah
masih mengalir terus- menerus.
Air sungai akan mengalir membawa limbah yang berwarna keruh
coklat-kekuningan tersebut, sehingga sepanjang perjalanan aliran air akan
berubah

warna menjadi

keruh coklat-kekuningan

pula. Berdasarkan

pengamatan yang dilakukan warna coklat-kekuningan

masih sangat jelas

terlihat pada jarak 5 meter, kemudian pada jarak 8 meter warna coklatkekuningan dari limbah Tahu tersebut sudah agak memudar dan warna air

sungai sesungguhnya akan nampak pada jarak kurang lebih 15 meter dari
outlet pipa . Dengan jarak tempuh kurang dari 10 menit.
F. Dampak ( Simpul IV )
1. Penurunan indek keanekaragaman hayati
Semakin sulitnya biota air yang ditemui, seperti plankton dan bentos yang
menunjukkan bahwa terjadi penurunan kualitas air
2. Terganggunya ekosistem perairan
Pembuangan limbah dan sampah hasil kegiatan manusia ke aliran sungai
dapat menyebabkan ekosistem yang berada di dalam air terganggu, karena
limbah yang mengandung racun. Akibatnya beberapa populasi yang
berada di air mati.Selain itu juga mempengaruhi keseimbangan dalam
ekosistem sehingga jumlah populasi makhluk hidup tidak dapat dikontrol
3. Gangguan kesehatan pada manusia
Warga sekitar yang memanfaatkan air sungai yang sudah tercemar oleh
limbah tersebut akan menimbulkan masalah penyakit seperti gatal-gatal.
Serta jika dikonsumsi dapatmenimbulkan penyakit seperti diare.

Você também pode gostar