Você está na página 1de 35

ANALISIS BENTUK MUSIK

Studi Kasus: LAGU KANAYA K ARYA DIMAWAN KRISNOWO ADJI


DIMAINKAN OLEH SAUNINE STRING ORCHESTRA
Oleh: Mohammad Tsaqibul Fikri
fikritsaqibul@gmail.com
Ditinjau dari ilmu bentuk, sebuah lagu dapat dipandang sebagai
sejumlah nada yang tersusun dalam ruang-ruang birama. Prier (1996: 2)
menjelaskan bahwa; pada dasarnya bentuk musik form adalah suatu
gagasan/ide yang nampak dalam pengolahan/susunan semua unsur
musik dalam sebuah komposisi (melodi, irama, harmoni dan dinamika)
sehingga menjadi kesatuan musik yang hidup.Tugas dari ilmu bentuk
musik adalah memotong dan memperhatikan detail hal yang terkecil dari
ruang-ruang birama, sehingga melupakan keseluruhan dari sebuah karya
lagu untuk melihat struktur musikalnya.
Analisis bentuk lagu Kanaya ini menggunakan ilmu analisis bentuk
musik ala Karl-Edmund Prier SJ. Ditegaskan bahwa, analisis bentuk
musik ini akan bersifat pengkajian tekstual dengan mengabaikan apapun
dari kajian kontekstual. Perlu dipahami bahwa analisis bentuk musik
untuk membantu pengerjaan sebuah penelitian seni musik secara umum.
Dari analisis bentuk musik, maka peneliti akan dapat mengetahui
identitas dan struktur musikal sebagai pola dan karakterisasi lagu.
Langkah
mentranskrip

pertama
lagu

ke

dalam
dalam

melakukan penulisan
notasi

balok

untuk

ini

adalah

memudahkan

pengerjaannya. Jika penulis memiliki full score lagu, maka hal itu lebih
memudahkan pengerjaan. Pada kasus ini, penulis bukanlah pencipta lagu,
maka jika penulis akan mendapat legalitas/izin penulisan dengan cara
meminta izin kepada pencipta lagu. Salah satu kode etik peneliti seni
adalah menghargai karya sebagai hak pencipta seni.

Gambar 1. Diskusi dan meminta izin dengan pencipta lagu Kanaya


Dokumentasi Pribadi, Moh. Tsaqibul Fikri: 2014

Berkaitan dengan hak paten produksi, maka Dimawan sebagai


pencipta lagu tidak dapat memberikan full score, namun memberikan
bagian intro untuk bahan pertimbangan menulis transkripsi selanjutnya.
Pada transkrip notasi balok yang ditulis ulang oleh penulis, lagu Kanaya
dimainkan dengan format yang sama; yakni string orchestra dengan
penulisan instrumen; violin 1, violin 2, viola, violoncello, contrabass dan
melodi utama pada instrumen english horn. Jumlah birama yang dapat
diketahui penulis berjumlah 65 birama.
Tempo yang digunakan secara keseluruhan adalah Largo (lambat,
lebar dan luas = 44-48) dan Grave (lambat, berat, tenang dan sopan = 4044). Penggunaan tempo pada lagu ini dimaksudkan untuk menegaskan
suasana lagu yang mendalam. Suasana lagu Kanaya juga diperkuat
dengan beragam dinamika dan tempo yang mengalami perubahan sesuai
dengan cerita yang dibangun. Tangga nada (key signature) yang digunakan
adalah F Mayor. Tangga nada ini dianggap sesuai dan nyaman untuk
dimainkan pada instrumen english horn karena F merupakan key natural.

Berbicara masalah harmoni, dapat diartikan sebagai keselarasan


pada sebuah karya seni musik, sedangkan harmonisasi adalah proses
usaha yang ingin membuahkan keindahan suatu melodi. Harmoni
merupakan elemen yang sangat penting dalam teknik pembuatan karya
musik sebagai wadah melodi. Dari beberapa jenis harmoni, lagu Kanaya
menggunakan jenis harmoni lima suara. Harmoni lima suara lazimnya
dipergunakan bagi sajian musik dengan kategori sejenis/sekeluarga,
seperti halnya lagu Kanaya menggunakan keluarga instrumen string
yakni violin 1, violin 2, viola, violoncello, contrabass. Lima instrmuen
inilah yang menjadi harmoni pada lagu Kanaya.

Gambar 2. Harmoni lima suara sekeluarga


Penggunaan tanda sukat (time signature) juga sangat penting dalam
sebuah lagu. Tanda sukat digunakan untuk menunjukkan perhitungan
ketukan pada tiap birama, agar progresi-progresi irama menjadi beragam.
Dalam lagu ini menggunakan tanda sukat sederhana jenis simple quadruple
time lipat empat, yaitu 4/4 yang artinya dalam satu birama dibagi

menjadi 4 ketukan dan setiap ketukannya memiliki nilai nada 1/4. Pada
lagu Kanaya menggunakan ritme berupa not penuh, setengah (1/2),
seperdelapan (1/8), sepernambelasan (1/16), seper tiga dua (1/32) dan
triol. Sedangkan teknik biola pada lagu Kanaya menggunakan teknik arco
cara main biola dengan digesek, sedangkan pada bagian A pemain
string melafalkan hamming dengan melodi utamanya. Pada lagu Kanaya
ini dapat diidentifikasikan menjadi 5 tema yakni introduction, bagian A,
bagian B, bagian A dan bagian B.

Gambar 3. Melodi Pokok cantus firmus lagu Kanaya


Transkripsi Moh. Tsaqibul Fikri: 2014

Susunan nada yang merupakan satu kesatuan yang terkecil adalah


motif. Prier (1996: 26) menjelaskan bahwa motif dapat diartikan sebagai
potongan lagu/sekelompok nada yang merupakan suatu kesatuan
dengan memuat arti dalam dirinya sendiri. Sebuah motif biasanya akan
dimulai pada nada hitungan ringan atau irama gantung dan menuju pada
nada dengan hitungan berat, tapi perlu diingat bahwa nada berat tidak
selalu menjadi nada akhir sebuah motif. Nada berat dapat diartikan;
adanya rasa koma atau berhenti sekejap pada sebuah jalinan melodi.
Sebuah motif terdiri dari setidak-tidaknya dua nada dan paling
banyak memenuhi dua ruang birama. Bila dalam satu motif memenuhi
birama, maka bisa juga disebut sebagai motif birama. Adapun jika bentuk
motif tersebut hanya memenuhi satu hitungan saja, maka motif tersebut
bisa disebut sebagai motif mini atau motif figurasi. Berikut dapat
dijabarkan secara detail bentuk musik pada lagu Kanaya sebagai berikut :
1. Introduction
Introduction (introduksi) merupakan pengantar/pembuka sebelum
masuk pada bagian inti lagu. Tanda sukat yang digunakan pada bagian
ini adalah 4/4. Pada bagian introduction terdapat pada birama 1-20 dan
Dimawan sebagai principal pemain utama/pemain kesatu dalam formasi
orkestra, memainkan cellonya dengan teknik artificial harmonic atau nadanada yang dihasilkan dari akibat sentuhan ringan diberbagai posisi. Intro
pada lagu Kanaya dimainkan dengan ketukan tempo rubato1 . Nada-nada
yang dibunyikan pada bagian intro adalah nada-nada berat/nada rendah.

Kebebasan tempo bagi s eorang pemain guna penyajian ekspresi yang meyakinkan.

Pada awal birama 1-7, lagu terkesan/bernuansa suasana misterius


dengan menggunakan tempo lambat atau largo: 45, diberikan tanda
fermata 2 =

untuk menambah kesan misterius. Pemilihan Instrumentasi

pada birama 1-7 terdiri dari instrumen violin 1, violin 2 dan viola dengan
dinamika pianissimo (Pp) yang berarti lembut, sedangkan intensitas nada
dimainkan secara bervariasi baik dari crescendo:
semakin keras) maupun decrescendo:

(semakin

lama

(semakin lama semakin lembut).

Teknik permainan string yakni arco dengan tanda legato:

(cara

bermain secara bersambung dan tidak diputus-putus). Dapat dijabarkan


sebagai berikut :

Gambar 4. Birama 1-7 pada bagian introduction

Pada birama 8-20 suasana baru diciptakan dengan melodi utama


yang dimainkan oleh instrumen violoncello dan dilanjutkan secara
bergantian oleh viola, violin 2 dan violin 1. Pada birama 19, adalah birama
terakhir bagian introduction yang berisi melodi sebagai penutup kalimat
jawab dengan membunyikan melodi secara bersama-sama. Pada birama 820 ini baru dapat diidentifikasi motif bagian terkecil dari suatu kalimat
lagu dan frasering frase/kalimat.

tanda atau perintah perpanjangan nada dengan panjang tak terten tu, sesuai dengan
keinginan pemimpin orkestra/conductor
2

Gambar 5. Melodi utama pada bagian introduction

Beberapa hal yang perlu diingat dan akan selalu digunakan pada
tulisan ini mengenai penandaan, sebagai berikut;
= Kalimat tanya (antecedent)

= Kalimat jawab (consequent)

= Motif dalam kalimat tanya

= Motif dalam kalimat jawab

Penggunaan nama motif didasarkan pada keterangan sebagai berikut :


Motif 1
Menunjukkan urutan motif

Motif 1
Tanda aksen dibelakang angka ( ) menunjukkan
kepemilikan kalimat jawab

2. Bagian A
Pada bagian A terdapat pada birama 21-35 dengan memiliki 9 motif
dan 2 frase/kalimat (kalimat tanya dan kalimat jawab) membentuk 1
bagian yakni A. Sebelum memasuki birama 21, melodi sudah terlebih
masuk pada birama 20 dengan posisi menggantung.

Gambar 6. Bagian A
Bagian A dapat dijabarkan sebagai berikut :
a. Motif A1

Gambar 7. Motif A1

Motif A1 merupakan motif asli dari lagu Kanaya dengan nada


sebagai berikut : [ C A G A Bb A G F ]. Motif A1 dapat dikatakan sebagai
motif asli karena pada motif A1 berdiri sendiri dan berada diawal
penulisan, jadi motif A1 tidak meniru/tidak mengalami pengulangan
motif. Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 8. Pergerakan motif A1

Dasar untuk sebuah komposisi musik adalah persatuan/keutuhan


lagu. Hal ini antara lain dicapai melalui ulangan motif pada saat dan
dengan cara tertentu. Namun ulangan-ulangannya membawa serta
bahaya bosan, maka dalam musik sebuah persatuan/ulangan harus
diimbangi dengan pokok kedua yakni dengan pola variasi, hadirnya
setidak-tidaknya dua motif yang berbeda/kontras menjamin kesegaran
dalam sebuah lagu.

b. Motif A2

Gambar 9. Motif A2
Motif A2 dapat digolongkan sebagai ulangan pada sekuens tingkat
lain dari motif A1 dan mengalami pemerkecilan nilai nada. Jenis
sekuensnya adalah sekuens naik yakni sebuah motif yang diulang pada
tingkat nada yang lebih tinggi, diiringi dengan pemindahan kedudukan
nada dan disesuaikan dengan tangga nada/harmoni lagu, sehingga satu
atau beberapa interval mengalami perubahan. Meskipun demikian, motif
asli dengan mudah dapat dikenal kembali. Sedangkan pemerkecilan nada
dapat diartikan iramanya berubah (berkurang nilai nadanya).

Gambar 10. Sekuens naik pada motif A2

Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 11. Pergerakan motif A2


c. Motif A3

Gambar 12. Motif A3


Motif A3 dapat digolongkan sekuens turun yakni sebuah motif
yang A2 diulang pada motif A3 dengan tingkat nada yang lebih rendah
sehingga satu atau beberapa interval mengalami perubahan. Meskipun
demikian, motif asli dengan mudah dapat dikenal kembali.

Gambar 13. Sekuens turun pada Motif A3

Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 14. Pergerakan Motif A3


d. Motif A4

Gambar 15. Motif A4


Motif A4 merupakan motif panjang karena melebihi dari 2 birama.
Motif panjang terjadi karena beberapa motif berkaitan menjadi satu
kesatuan dan tidak dapat dipisahkan. Motif panjang juga biasa disebut
motif ekstrim. Motif A4 ini juga menutup kalimat tanya dengan perasaan
menggantung terasa belum selesai.
Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 16. Pergerakan Motif A4

e. Motif A1

Gambar 17. Motif A1


Motif A1 dapat dikatakan sebagai motif yang mengalami
pemerkecilan nada (diminuation of the value) yakni nada-nada melodi asli
tetap sama, namun irama nadanya dibagi dua sehingga tempo melodinya
dipercepat, sedangkan hitungan/ketukannya tetap sama. Pada motif A1
ini juga terdapat nada hiasan/ornament (satu atau beberapa nada yang
memperindah suatu melodi) dengan jenis appogiatura yang memiliki arti
nada yang terkena appogiatura tersebut diulang dengan nilai nada yang
sama.

Gambar 18. Sekuens dan ornamentasi pada Motif A1


Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 19. Pergerakan motif A1

f. Motif A2

Gambar 20. Motif A2


Motif A2 merupakan ulangan harafiah dari motif A2. Ulangan
harafiah ini maksudnya bersifat lebih-lebih sebagai ingatan kembali.
Ulangan harafiah pada motif A2 ini juga bermaksud untuk menegaskan
suatu pesan yang ingin disampaikan oleh pencipta.
Motif A2

Motif A2

Ul ang an harafiah

Gambar 21. Ulangan harafiah Motif A2


Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 22. Pergerakan motif A2


g. Motif A3

Gambar 23. Motif A3


Motif A3 dapat digolongkan sebagai ulangan pada tingkat lain
(sekuens) dari motif A2 dan mengalami pemerkecilan nilai nada. Jenis
sekuensnya adalah sekuens turun. Meskipun demikian, motif A3 dengan

mudah dapat dikenal kembali. Sedangkan pemerkecilan nada dapat


diartikan iramanya berubah (berkurang nilai nadanya).

Gambar 24. Sekuens Motif A3


Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 25. Pergerakan motif A3

h. Motif A4

Gambar 26. Motif A4


Bentuk motif A4 hampir sama dengan motif A4 yakni motif
panjang karena melebihi dari 2 birama, adapun perbedaan yakni
penggunaan triol pada birama 34.

Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 27. Pergerakan motif A4


i. Motif A5

Gambar 28. Motif A5


Pada motif A5 ini merupakan motif asli yang tidak ada bentuk
pengulangannya pada motif sebelumnya. Motif A5 banyak menggunakan
not 1/16 (not berbendera 2) dan sebagai pengakhir kalimat jawab pada
bagian A. Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 29. Pergerakan motif A5

i.

Melodi
Berikut penjabaran pola melodi pada instrumen english horn yang

pada dasarnya memiliki pergerakan yang sama pada bagian A.

Gambar 30. Pola melodi bagian A


Pada birama 30 terdapat lead in yang berfungsi sebagai penghantar
sebelum memasuki melodi utama. Lead in terdapat pada instrumen
violoncello. Dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 31. Lead In Violoncello pada bagian A

ii.

Irama atau Ritme


Irama atau ritme pada dasarnya adalah suatu pola pengulangan

tekanan dan pelepasan. Pergantian ritme nampak pada berlalunya waktu


dalam musik berupa tempo. Ritme juga dapat digambarkan melalui
pergantian nada dalam melodi seperti contoh sebagai berikut :

Gambar 32. Penggalan melodi pada bagian A

Gambar 33. Bentuk pola ritme yang dominan pada bagian A

Bunyi/nada/not yang sering digunakan pada notasi irama ada 2


jenis yakni not (perempat

) dan 1/8 (perdelapan

). Adapun

irama atau ritme yang berbeda karana panjangnya pola motif yaitu pada
motif A4 dan A4 dengan perjalanan melodi yang juga berbeda sebagai
berikut :

Gambar 34. Penggalan melodi pada motif A4

Gambar 35. Bentuk pola ritme pada motif A4


1) Tempo
Tempo pada bagian A adalah Grave (lambat, berat, tenang dan
sopan

= 40-44). Pada birama 19 tempo yang digunakan adalah

= 43,

selanjutnya pada birama 25 ketukan ke-2 mengalami Meno Moso


(kecepatan berkurang, perintah/petunjuk untuk mengurangi kecepatan
dengan hati-hati agar perubahan tempo tidak terlalu terlihat) menuju
tempo

= 42. Pada birama 26 diketukan ke-2 mengalami Meno Moso

kembali menuju tempo

= 41 hingga kalimat tanya pada bagian A

selesai.
Pada birama 27 mengalami accelerando/accel. (semakin cepat)
menuju tempo

= 42 sampai akhir motif A1. Selanjutnya pada motif A2

mengalami perubahan tempo menjadi


kembali pada motif A3 menjadi

= 44 dan mengalami perubahan

= 43 dan mengalami Meno Moso pada

birama 33 pada ketukan ke 2. Pada birama 34 pada ketukan ke-3 ada


tanda fermata

(berhenti sejenak sesuai keinginan solois atau conductor)

dan kembali mengalami accel. menuju bagian B.

Pada bagian A bahkan disetiap bagian terdapat beragam


perubahan tempo dan banyaknya penggunaan Meno Moso, accel. dan rit.
merupakan keinginan pencipta untuk menggambarkan ketegangan dan
kelegaan pada setiap detail bagiannya.
2) Metrum atau Sukat
Pada bagian A sukat yang digunakan adah 4/4 dengan ketukan
metrum mengikuti permainan dari solo melodi instrumen english horn.
Penggunaan sukat dapat dilihat dari jumlah ketukan dalam 1 birama yang
bisa dirasakan melalui perjalanan melodi dan pergantian akord dalam 1
birama. Pada lagu kanaya terdapat 4 ketuk dalam 1 biramanya dan not
penuh dipecah menjadi 4 menjadi dalam setiap ketukannya.

1/8 +1/8

1/8 +1/8

= 4/4

Gambar 36. Metrum/sukat pada bagian A

iii.

Chord Progression
Chord progression (progresi akord) adalah gerak perubahan dari satu

akord ke akord lainnya. Pada pembahasan ini bukan menggunakan


harmoni karena pada dasarnya analisis harmoni bisa dilakukan apabila
partitur/full score yang diteliti adalah partitur asli dari pencipta lagu
Kanaya, namun sebaliknya karena apabila partitur yang dibuat oleh
peneliti dengan mentode transkrip itu dianalisis, maka tingkat validitas
datanya akan diragukan. Persoalan harmoni maka dialihkan pada
pembahasan progresi akord karena didalam harmoni bahasan utamanya
adalah akord (sejumlah nada/paling sedikit 3 nada yang dibunyikan
secara bersama).

Progres akord bagian A secara modern dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 37. Progres akord pada bagian A


iv.

Dinamika
Dinamika pada lagu Kanaya digunakan untuk menyatakan keras

dan lembutnya permainan string orchestra yang berbentuk tanda dinamika


sebagai penentu ketegangan dan kelegaan dalam menggambarkan sebuah
pesan melalui lagu. Pada birama 21, string orchestra sebagai pengiring
melodi dan pembawa suasana harmoni menggunakan tanda dinamik
sangat lembut = Pp (pianissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi
utama terlihat jelas. Sedangkan pada melodi utama menggunakan tanda
dinamik sangat keras = Ff (fortissimo) dengan sangat ekspresif (expressivo)
mengalun dan manis (dolce).
Pada birama 22, 26 dan 29 mengalami tanda perubahan dinamik
yaitu cresscendo =
=

(semakin lama semakin keras) dan decrsescendo

(semakin lama semakin lembut) secara bersamaan dan puncak

dari cresscendo pada ketukan ke-3 dan 4. Pada birama ke-32 mengalami
cresscendo sehingga kesan yang timbul menjadi tegas dan mengalami
decrsescendo sebelum memasuki bagian B.

3. Bagian B
Pada bagian B terdapat pada bar 36-40 dengan memiliki 4 motif
(motif B1, B2 dan B1, B2) dan 2 frase (kalimat tanya dan kalimat jawab)
membentuk 1 bagian yakni B. Sebelum memasuki birama 36, melodi pada
violoncello sudah terlebih masuk pada birama 35 dengan posisi
menggantung. Pada bagian ini instrumen english horn berhenti sementara
(tacet) atau tidak memainkan nada apapun.

Gambar 38. Bagian B lagu Kanaya


4.
Adapun penjelasan motif pada bagian B sebagai berikut :
a. Motif B1

Gambar 39. Motif B1

Motif B1 merupakan motif asli dari bagian B yang terdapat pada


instrumen violoncello dengan nada-nada sebagai berikut : [ F E F D E C ].
Motif B1 dapat dikatakan sebagai motif asli karena pada motif B1 berdiri
sendiri karena tidak meniru motif lain dan motif B1 merupakan motif
pertama pada bagian B, jadi motif ini berdiri sendiri.

Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 40. Pergerakan motif B1


b. Motif B2

Gambar 41. Motif B2


Motif B2

dapat digolongkan sebagai

motif ulangan yang

mengalami pemerkecilan interval (diminuation of the ambitus) yakni


interval yang digunakan pada motif B2 berbeda dengan motif B1
meskipun bentuk ulangannya sama. Permasalahan pada pemerkecilan
interval hanya ditekankan pada perbedaan jarak interval namun dengan
susunan melodi yang tetap sama dari motif B1. Motif B2 juga mengalami
pemerkecilan nilai nada.

Gambar 41. Motif B2

Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 42. Pergerakan motif B2

c. Motif B1

Gambar 43. Motif B1


Motif B1 merupakan ulangan harafiah dari motif B1, namun terjadi
pemerbesaran nilai nada (augmentation of the value). Ulangan harafiah ini
maksudnya bersifat lebih-lebih sebagai ingatan kembali. Ulangan harafiah
pada motif B1 ini juga bermaksud untuk menegaskan suatu pesan yang
ingin disampaikan oleh pencipta.

Motif B1
Motif B1
Pemerbesaran nilai nada

Gambar 44. Pemerbesaran nilai nada pada Motif B1

Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 45. Pergerakan motif B1


d. Motif B2'

Gambar 46. Motif B2


Pada motif B2 ini merupakan motif asli yang tidak ada
pengulangannya pada motif sebelumnya dan termasuk motif panjang
karena melebihi dari 2 birama. Motif B2 banyak menggunakan not 1/16
(not berbendera 2) dan sebagai pengakhir kalimat jawab pada bagian B.
Adapun gerak melodinya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 47. Pergerakan motif B2

i.

Melodi
Berikut penjabaran pola melodi pada instrumen violoncello pada

kalimat tanya yang hampir sama dengan pola kalimat jawab :

Gambar 48. Pola melodi bagian B


Adapun counter melody arah gerakan melodi yang saling
berlawanan pada bagian B, terjadi pada instrumen violin 1 untuk
memperkuat suasana dapat dilihat sebagai berikut :
Violin 1
4.
Gambar 49. Counter melodi pada violin 1 bagian B
ii.

Irama atau Ritme


Irama atau ritme pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 50. Penggalan melodi pada bagian B


4.

Gambar 51. Bentuk Ritme yang dominan pada bagian B


4.

Nilai nada yang sering digunakan pada notasi irama ada 2 jenis
yakni not 1/16 (perenambelas

) dan 3/16 (tiga perenambelas

).

1) Tempo
Tempo pada bagian B adalah Grave (lambat, berat, tenang dan
sopan = 40-44). Pada birama 36 tempo yang digunakan adalah

= 43,

selanjutnya pada birama 40 mengalami riiardando/rit. hingga kalimat


jawab pada bagian B selesai. Pada tempo bagian B kesan yang
ditimbulkan adalah tegas dalam arti tetap dan konstan.
2) Metrum atau Sukat
Pada bagian B sukat yang digunakan tidak berubah yakni 4/4
dengan ketukan metrum mengikuti permainan dari solo melodi
instrumen violoncello. Penggunaan sukat dapat dilihat dari jumlah ketukan
dalam 1 birama violoncello yang bisa dirasakan melalui perjalanan melodi
dan pergantian akord dalam 1 birama.

3/8

= 4/4

Gambar 52. Metrum/sukat pada bagian B


iii.

Chord Progression

Progresi akord pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 53. Progres akord bagian B

iv.

Dinamika
Pada bagian B permainan string orchestra menjadi dominan. Pada

instrumen violoncello

menggunakan dinamika

sangat keras =

Ff

(fortissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi utama terlihat jelas.


Sedangkan pada pengiring melodi utama yakni violin 1, violin 2, viola
dan contrabass menggunakan tanda dinamik keras = F (forte) dengan
maksud untuk mempertegas kesan yang dibuat oleh melodi. Pada birama
40 mengalami tanda perubahan dinamik yaitu decrsescendo

(semakin lama semakin lembut) sehingga kesan yang timbul semula tegas
menjadi lembut. Kesan yang dibangun pencipta adalah kerumitan cinta
Kanaya yang mulai pasrah dalam keadaannya.
4. Bagian A
Penyebutan nama A pada bagian ini didasarkan pada bentuk
pengulangan bagian yang hampir sama pada bagian A, adanya perbedaan
pengembangan dalam bentuk variasi aransemen dan melodi terletak pada
hamming (suara vokal seperti bunyi hemm). Hamming tersebut bersifat
unison (satu suara) dan dinyanyikan oleh pemain string orchestra itu
sendiri secara bersamaan (tutti). Bagian A terdapat pada birama 41-56
dengan memiliki 11 motif dan 2 frase/kalimat (kalimat tanya dan kalimat
jawab) membentuk 1 bagian yakni A. Sebelum memasuki birama 41,
melodi

sudah

terlebih

masuk

pada

birama

40

dengan

posisi

menggantung.
Pada analisis motif bagian A dianggap sama dengan bagian A,
maka tidak akan dilakukan analisis untuk tidak mengulangi perkejaan
sebelumnya.Jika dilihat dari struktur dan pergerakan melodinya juga
memiliki kemiripan. Untuk pembahasan pada bagian A dilihat dari
keunikan counter melody pada instrumentasi english horn. Untuk dapat
melihat kemiripan pola melodi dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 54. Kemiripan bagian A dan Bagian A


Penggunaan nama motif didasarkan pada Bagian A :

i. Melodi
Pada bagian ini, melodi utamanya menggunakan vokal hamming
dengan unison dan dinyanyikan secara bersama-sama. Tingkat kerumitan
disini adalah sambil memainkan instrumen biola masing-masing, player
melafalkan hamming secara bersama-sama dengan pola ritme dan melodi
yang sama. Dibutuhkan kekompakan dan keseimbangan antara otak
kanan untuk membaca partitur dan otak kiri untuk menghafal nyanyian,
sedikit kesalahan atau adanya perbedaan pola melodi yang dilafalkan
oleh player maka akan mengurangi keindahan lagu tersebut. Adapun pola
melodi pada umumnya yang dinyanyikan pada lagu Kanaya sebagai
berikut :

Gambar 55. Pola melodi pada bagian A


Adapun lead in dari violoncello pada birama 42 berfungsi sebagai
penghantar sebelum memasuki melodi utama. Lead in terdapat pada
instrumen violoncello. Dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 56. Pola melodi pada bagian A

Instrumen english horn pada birama 41-47 berhenti sesuai dengan


notasi yang ditulis (tacet), namun pada birama 48-54 english horn menjadi
counter melody pada bagian ini.
Counter melody intrumen english horn

Gambar 71. Counter melody instrumen englis horn


Gambar 57. Counter melody instrumen english horn
ii. Irama atau Ritme
Pola ritme yang sering digunakan dalam melodi tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 58. Penggalan melodi pada bagian A

Gambar 59. Bentuk Pola Ritme yang dominan pada bagian A


1) Tempo
Tempo pada bagian A adalah Grave (lambat, berat, tenang dan
sopan = 40-44). Pada birama 41 tempo yang digunakan adalah

= 43,

selanjutnya pada birama 46 ketukan ke-2 mengalami riiardando/rit.


(semakin melambat) menuju tempo

= 41. Pada birama 49 diketukan ke-

2 mengalami rit. menuju tempo

= 40. Pada birama 53 mengalami

perubahan kembali rit. menuju tempo

= 39 dan ada tanda fermata

(berhenti sejenak sesuai keinginan solois atau conductor) dan kembali


mengalami accel. menuju bagian B.

2) Metrum atau Sukat


Pada bagian A sukat yang digunakan adah 4/4 dengan ketukan
metrum mengikuti permainan dari hamming. Penggunaan sukat dapat
dilihat dari jumlah ketukan dalam 1 birama yang bisa dirasakan melalui
perjalanan melodi dan pergantian akord dalam 1 birama.
1/8 +1/8

1/8 +1/8

= 4/4

Gambar
60. Metrum/sukat pada bagian A
iii. Chord Progression

Progresi akord pada bagian A dapat sebagai berikut :

Gambar 61. Progres akord pada bagian A


iv.

Dinamika
Dinamika pada bagian A hampir sama dengan penempatan pada

bagian A. Pada birama 41 string orchestra sebagai pengiring melodi dan


pembawa suasana harmoni menggunakan tanda dinamik sangat lembut =
Pp (pianissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi utama dari vokal
hamming terlihat jelas dan counter melodi (melodi yang dimainkan secara
bersamaan dengan melodi utama yang lebih menonjol) pada instrumen
english horn dengan sangat ekspresif (expressivo) mengalun dan manis
(dolce). sedangkan pada melodi utama menggunakan tanda dinamik keras
= F (forte).

Pada birama 42 dan 49 mengalami tanda perubahan dinamik yaitu


cresscendo (semakin lama semakin keras) dan decrsescendo (semakin lama
semakin lembut) secara bersamaan dan puncak dari cresscendo pada
ketukan ke-3 dan 4. Pada birama ke-44 mengalami cresscendo dan pada
birama 46 kembali mengalami decrsescendo sehingga kesan yang timbul
menjadi tegas dan terdapat tekanan pada bagian 44-46. Begitu pula terjadi
pada birama 52-53. Pada birama 55 string orchestra mengalami cresscendo
untuk mencapai klimaks pada bagian B sedangkan vokal hamming dan
english horn mengalami decrescendo.
5. Bagian B
Pada bagian B terdapat pada bar 56-65 dengan memiliki 8 motif
diantaranya adalah motif B1, B2, B1, B2, B1.1, B2.2, B1.1, B2.2 dan
4 phrase (frase/kalimat) diantaranya adalah 2 kalimat tanya dan 2 kalimat
jawab membentuk 1 bagian yakni B. Melodi utama dimainkan oleh violin
1. Sebelum memasuki birama 56, melodi pada violin 1 sudah terlebih
masuk pada birama 55 dengan posisi menggantung. Pada bagian ini
instrumen english horn sebagai counter melody sehingga terasa manis dan
menimbulkan kelegaan hingga akhir lagu.

Gambar 62. Bagian B

Bagian B dianggap penulis mirip dengan bagian B, maka penulis


tidak melakukan analisis secara mendalam. Ditegaskan kembali bahwa
pada tulisan ini, penamaan B juga didasarkan karena tanda ( )
menandakan

pengulangan/adanya

kemirapan

pada

bagian

lagu

sebelumnya. Penggunaan nama motif didasarkan pada :

Sedangkan violin 2 menjadi counter melody pada bagian B dapat


dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 63. Counter melody violin 2


i.

Irama atau Ritme


Irama atau ritme pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 63. Bentuk Irama yang dominan pada bagian B

Nilai nada yang sering digunakan pada notasi irama ada 2 jenis
yakni not 1/16 (perenambelas

) dan 1/32 (tigapuluhdua

).

1) Tempo
Tempo pada bagian B adalah Largo : lambat, lebar, dan luas ( 4448). Pada birama 56 tempo yang digunakan adalah
pada birama 59 mengalami riiardando/rit. menuju

= 47, selanjutnya
= 45, pada birama 63

ketukan ke-2 mengalami riiardando/rit. hingga akhir lagu selesai. Pada


tempo bagian B kesan yang ditimbulkan adalah tegas-lembut dalam arti
tetap dan konstan.
2) Metrum atau Sukat
Pada bagian B sukat yang digunakan tidak berubah yakni 4/4
dengan ketukan metrum mengikuti permainan dari solo melodi
instrumen violin 1. Penggunaan sukat dapat dilihat dari jumlah ketukan
dalam 1 birama violin 1 yang bisa dirasakan melalui perjalanan melodi
dan pergantian akord dalam 1 birama.

3/8

= 4/4

Gambar 64. Metrum/sukat pada bagian B

ii.

Chord Progression
Progresi akord pada bagian B dapat dijabarkan sebagai berikut :

Gambar 91. Progres Akord pada bagian B

iii.

Dinamika
Pada bagian B permainan string orchestra menjadi dominan. Pada

instrumen violin 1 menggunakan tanda dinamika sangat keras = Ff


(fortissimo). Hal tersebut dimaksudkan agar melodi utama terlihat jelas.
Sedangkan pada pengiring melodi utama yakni violin 2, viola, violoncello
dan contrabass menggunakan tanda dinamik keras = F (forte) dengan
maksud untuk mempertegas kesan yang dibuat oleh melodi. Pada bagian
B terdapat counter melody yang dimainkan oleh violin 2 dan ada juga
penebelan melodi utama oleh english horn dengan tanda dinamika Ff
dimulai pada birama 58-65.
Pada birama 64 mengalami tanda perubahan dinamik yaitu
crsescendo = (semakin lama semakin keras)

dan pada birama 65

mengalami tanda perubahan dinamik yaitu decrsescendo = (semakin lama


semakin lembut) sehingga kesan yang timbul semula tegas menjadi
lembut. Kesan yang dibangun pencipta adalah akhir kisah Kanaya dengan
Kara yang menemukan cinta sejatinya.

KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas maka dapat disimpulkan bahwa lagu
Kanaya memiliki bentuk lagu dua bagian, yakni lagu dengan dua
kalimat/periode yang berlainan. Pada lagu Kanaya ini terdapat 2 bagian
dengan pengulangan yang sama namun memiliki perbedaan variasi.
Dapat dijabarkan sebagai berikut :
[ A (ax) B (by) | A (ax) B (by by) ]
Bagian 1

Bagian 2

Pengulangan

Keterangan :
A

= menunjukkan bagian 1

= menunjukkan bagian 2

= menunjukkan pengulangan bagian 1 dengan variasi

= menunjukkan pengulangan bagian 2 dengan variasi

= pertanyaan kalimat A

= jawaban kalimat A

= pertanyaan kalimat B

= jawaban kalimat B

= pertanyaan kalimat A

= jawaban kalimat A

= pertanyaan kalimat B

= jawaban kalimat B

Você também pode gostar