Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
KARSINOMA KOLON
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Bedah
di RS PKU Muhammadiyah Temanggung
Pembimbing :
dr. Ahmad Aryono, Sp.B, FINACS
Disusun oleh :
Astrid Avidita A
H2A010007
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KOLON
1. ANATOMI
Secara
embriologi,
kolon
kanan
2. HISTOLOGI
Empat lapisan dinding kolon yaitu mukosa, submukosa, lapisan
otot sirkular, dan lapisan otot longitudinal. Permukaan mukosa kolon terdiri
atas epitel kolumner yang terbentuk atas kripte yang teratur dan banyak sel
goblet.
memiliki villi. Muscularis propria dari kolon terdiri atas lapisan sirkular
pada dalam serta lapisan longitudinal di bagian luar. Otot sirkular yang tebal
membentuk lapisan di seluruh sirkumferens kolon. Sementara lapisan otot
longitudinal diluar berkelompok menjadi tiga pita yang disebut taeniae.
Taeniae bermula pada proksimal appendiks dan menghilang secara nyata
pada tingkat diatas rectum. Lapisan otot longitudinal bersatu untuk
membentuk lapisan kontinyu disekitar sirkumferens rectum. Sakulasi yang
terlihat diantara taeniae disebut haustra coli.2
3. FISIOLOGI
Fungsi usus besar ialah menyerap air, vitamin, dan elektrolit,
ekskresi mukosa, serta menyimpan feses, dan kemudian mendorongnya
keluar. Dari 700-1000 ml cairan usus halus yang diterima oleh kolon, hanya
150-200 ml yang dikeluarkan sebagai feses setiap harinya.
Udara ditelan sewaktu makan, minum, atau menelan ludah. Oksigen dan
CO2 di dalamnya diserap di usus, sedangkan nitrogen bersama dengan gas
hasil pencernaan dan peragian dikeluarkan sebagai flatus.1
B. KARSINOMA COLON
1. Definisi
Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel epitel di
mukosa kolon. Insiden kanker kolon terbanyak berada pada daerah
rektosigmoid, sehingga lebih banyak dikenal dengan karsinoma kolorektal.
2. Etiologi
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kanker colorectal
yaitu:
a. Factor genetic
Riwayat Keluarga
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan
riwayat kanker kolorektal pada keluarga terdekat. Seseorang dengan
5
harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan FAP yang diberi 400 mg
celecoxib, dua kali sehari selama enam bulan mengurangi rata rata jumlah
polip sebesar 28%. Tumor lain yang mungkin muncul pada sindrom FAP
adalah karsinoma papillary thyroid, sarcoma, hepatoblastomas, pancreatic
carcinomas, dan medulloblastomas otak. Varian dari FAP termasuk
gardners syndrom dan turcots syndrom.
HNPCC
Pola autosomal dominan dari HNPCC termasuk lynchs sindrom I dan
II. Generasi multipel yang dipengaruhi dengan kanker kolorektal muncul
pada umur yang muda (45 tahun), dengan predominan lokasi kanker pada
kolon kanan. Abnormalitas genetik ini terdapat pada mekanisme mismatch
repair yang bertanggung jawab pada defek eksisi dari abnormal repeating
sequences dari DNA, yang dikenal sebagai mikrosatellite (mikrosatellite
instability). Retensi dari squences ini mengakibatkan ekspresi dari
phenotype mutator, yang dikarakteristikkan oleh frekuensi DNA replikasi
error (RER+ phenotype), dimana predisposisi tersebut mengakibatkan
seseorang memiliki multitude dari malignansi primer. Pasien dengan
HNPCC mungkin juga memiliki adenoma sebaceous, carcinoma
sebaceous,
dan
multipel
keratocanthoma,
Termasuk
kanker
dari
deletion
memungkinkan
perkembangan
dari
formasi
banyak sel dalam satuan waktu, penurunan jumlah kematian sel akibat
gangguan proses apoptosis, dan masuknya kembali populasi sel yang tidak
aktif berproliferasi ke dalam siklus proliferasi. Gabungan mutasi dari
ketiga kelompok gen ini akan menyebabkan kelainan siklus sel akibatnya
sel akan berkembang tanpa kontrol (yang sering terjadi pada manusia
adalah mutasi gen p53). Akhirnya akan terjadi pertumbuhan sel yang tidak
diperlukan, tanpa kendali dan karsinogenesis dimulai.
Secara histologi polip diklasifikasikan sebagai neoplastik dan non
neoplastik. Non neoplastik polip tidak berpotensi maligna, yang termasuk
polip non neoplastik yaitu polip hiperplastik, mukous retention polip,
hamartoma (juvenile polip), limfoid aggregate dan inflamatory polip.
Neoplastik polip atau adenomatous polip berpotensial
berdegenerasi maligna; dan berdasarkan WHO diklasifikasikan sebagai
tubular adenoma, tubulovillous adenoma dan villous adenoma. Tujuh
puluh persen dari polip berupa adenomatous, dimana 75%-85% tubular
adenoma, 10%-25% tubulovillous adenoma dan villous adenoma dibawah
5%.
e. Colitis ulserosa
Colitis ulserosa dimulai dengan mikroabses pada kripta mukosa colon dan
beberapa abses bersatu membentuk ulkus. Pada stadium lanjut timbul
pseudopolip yaitu penonjolan mukosa colon yang ada diantara ulkus.
Perjalanan penyakit yang sudah lama, berulang-ulang, dan lesi luas
disertai adanya pseudopolip merupakan resiko tinggi terhadap karsinoma.
Pada kasus demikian harus dipertimbangkan tindakan kolektomi.
Tujuannya adalah mencegah terjadinya karsinoma (preventif) dan
menghindari penyakit yang sering berulang-ulang. Karsinoma yang timbul
sebagai komplikasi colitis ulserosa sifatnya lebih ganas, cepat tumbuh dan
metastasis.2
3. Patofisiologi
10
akumulasi
kerusakan
genetik
yang
menghasilkan
keganasan. Tambahan mutasi pada jalur ini ialah aktivasi onkogen K-ras
dan hilangnya gen supresi tumor DCC dan p53.
K-ras adalah proto onkogen karena mutasi 1 alel siklus sel. Gen Kras menghasilkan produk G protein yang akan menyebabkan transduksi
signal intraceluler. Ketika aktif, K-ras berikatan dengan guanosine
triphosphate (GTP) yang dihidrolisis menjadi guanosis diphosphate (GDP)
kemudian menginaktivasi G protein. Mutasi K-ras menyebabkan
ketidakmampuan dalam hidrolisis GTP yang menyebabkan G protein aktif
11
secara permanen. Hal ini yang menyebabkan pemecahan sel yang tidak
terkontrol.
DCC ialah gen supresi tumor dan kehilangan semua alelnya
diperlukan untuk degenerasi keganasan, mutasi DCC terjadi pada lebih
dari 70% kasus karsinoma kolorektal dan memiliki prognosis negatif. Gen
supresi tumor p-53 sudah banyak dikarakteristikan dalam banyak
keganasan. Protein p53 penting untuk menginisiasi apoptosis dalam sel
pada kerusakan genetik yang tidak dapat diperbaiki.
Terdapat 2 jalur utama dalam inisasi dan progesi dari tumor yaitu
jalur LOH dan jalur replication error (RER). Jalur LOH dikarakteristikan
dengan delesi pada kromosom dan tumor aneuploidi. 80% dari karsinoma
kolorektal merupakan mutasi dari jalur LOH, sisanya merupakan mutasi
jalur RER yang dikarakteristikan dengan kesalahan pasangan sewaktu
replikasi DNA. Beberapa gen sudah diidentifikasi sebagai sesuatu yang
penting dalam mengenali dan memperbaiki kesalahan replikasi. Kesalahan
pencocokan gen yaitu include hMSH2, hMLH1, hPMS1, hPMS2, dan
hMSH6/GTBP. Mutasi satu dari beberapa gen ini merupakan predisposisi
dalam mutasi sel yang dapat terjadi pada proto onkogen ataupun gen
supresi tumor.
Jalur RER berhubungan dengan instabilitasi mikrosatelit. Tumor
dengan instabilitas mikrosateliti memiliki karakteristik yang berbeda dari
jalur LOH. Tumor ini lebih banyak terdapaat pada bagian kanan dan
memiliki prognosis yang lebih baik. Tumor yang berasal dari LOH terjadi
pada kolon distal dan berprognosis lebih buruk.
Kanker kolon dan rectum terutama (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat
menjadi ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas
ke dalam struktur sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer
dan menyebar ke dalam tubuh yang lain (paling sering ke hati).2
Neoplasma primer adenokarsinoma
12
Secara makroskopik terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu :
1. Tipe polipoid atau vegetatif yang tumbuh menonjol kedalam lumen
usus, berbentuk kembang kol dan ditemukan terutama di daerah
sekum dan kolon asendens.
2. Tipe skirus mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan
gejala obstruksi, terutama ditemukan di daerah kolon desendens,
sigmoid dan rektum.
3. Bentuk ulseratif terjadi karena nekrosis di bagian sentral terdapat di
rektum. Pada tahap lanjut sebagian besar karsinoma kolon mengalami
ulserasi menjadi tukak maligna.
4. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala dari kanker kolon sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Keluhan utama pasien dengan kanker kolorektal berhubungan dengan besar
dan lokasi dari tumor.
Kolon kanan memiliki kaliber yang besar, tipis dan dinding
distensi serta isi fecal ialah air. Karena fitur anatomisnya, karsinoma kolon
kanan dapat tumbuh besar sebelum terdiagnosa. Pasien sering mengeluh
lemah karena anemia. Darah makroskopis sering tidak tampak pada feses
tetapi dapat mendeteksi tes darah samar. Pasien dapat mengeluh
ketidaknyamanan pada kuadran kanan perut setelah makan dan sering salah
diagnosa dengan penyakit gastrointestinal dan kandung empedu. Jarang
sekali terjadi obstruksi dan gangguan berkemih.
Kolon kiri memiliki lumen yang lebih kecil dari yang kanan dan
konsistensi feses ialah semisolid. Tumor dari kolon kiri dapat secara gradual
mengoklusi lumen yang menyebabkan gangguan pola defekasi yaitu
konstipasi atau peningkatan frekuensi BAB. Pendarahan dari anus sering
namun jarang yang masif. Feses dapat diliputi atau tercampur dengan darah
merah atau hitam. Serta sering keluar mukus bersamaan dengan gumpalan
darah atau feses.
Pada kanker
rektum,
gejala
utama
yang
terjadi
ialah
13
14
Aspek klinis
Nyeri
Kolon kanan
Kolitis
Karena
Kolon kiri
Obstruksi
Obstruksi
Rektum
Proktitis
Obstruksi
Defekasi
penyusupan
Diare/diare
Konstipasi
Tenesmi terus
Obstruksi
Darah pada
berkala
Jarang
Samar
progresif
Hampir selalu
Samar/makroskopi
menerus
Hampir selalu
Makroskopik
feses
Feses
Normal/diare
k
Normal
Perubahan bentuk
Dispepsia
Anemia
Memburukny
berkala
Sering
Hampir selalu
Hampir selalu
Jarang
Lambat
Lambat
Jarang
Lambat
Lambat
a keadaan
umum
Diagnosis
karsinoma
kolorektal
ditegakkan
berdasarkan
15
5. Diagnosis banding
Divertikulitis
Terutama divertikulitis yang terjadi di daerah sigmoid atau kolon
descendens, dimana pada kolon dan divertikulitis sama-sama ditemukan
feces yang bercampur dengan darah dan lendir.
Colitis Ulcerative
Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir,
tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada colitis ulserativa terdapat
diare sedangkan pada tumor kolon biasanya feces berbentuk kecil-kecil
seperti kotoran kambing.
Appendicitis Infiltrat
Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan
tumor sekum stadium lanjut (tumor sekum pada stadium awal bersifat
mobile).
Haemoroid
Pada haemoroid, feces juga bercampur darah namun pada haemoroid
darah keluar sesudah feces keluar baru kemudian bercampur. Sedangkan
pada tumor kolon darah keluar bersamaan dengan feces.
Tumor Ovarium
Pada tumor ovarium dan tumor kolon kiri sama-sama sering ditemukan
gangguan konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran
abdomen namun tumor ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama
feces. Selain itu tumor ovarium menyebabkan gangguan pada miksi
berupa peningkatan frekuensi di mana hal ini tidak dijumpai pada tumor
kolon.
6. Pemeriksaan penunjang
Pada pasien dengan gejala keberadaan kanker kolorektal dapat
dikenali dari beberapa tanda seperti : anemia mikrositik, hematozesia,
nyeri perut, berat badan turun atau perubahan defekasi oleh sebab itu perlu
segera dilakukan pemeriksaan endoskopi atau radiologi. Temuan darah
samar di feses memperkuat dugaan neoplasma namun bila tidak ada darah
samar tidak dapat menyingkirkan lesi neoplasma.
Laboratorium
16
ialah
carcinoembryonic
antigen
(CEA)
yaitu
sebuah
Bilamana
ada
lesi
yang
mnecurigakan
pemeriksaan
17
19
(hepatomegali dan gangguan pada hati) atau 20-30 bulan (nodul kecil di hati
yang ditandai oleh peningkatan CEA dan gambaran CT-scan).
T Tumor primer
M Metastase jauh
20
Stadium
TNM
Derajat
Deskripsi histopatologis
Dukes
A
T1N0M0
(%)
>90
B1
T2N0M0
mukosa/submukosa
Kanker mencapai
85
II
muskularis
Kanker cenderung masuk
70-80
B1
C
D
T3N0M0
Bertahan
5 tahun
21
22
8. Tatalaksana
Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif adalah tindakan bedah. Tujuan
utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna baik bersifat
kuratif maupun non kuratif dengan mengangkat karsinoma dan kemudian
memulihkan kesinambungan usus. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif
dan tidak memberikan manfaat kuratif. Tindakan bedah terdiri dari reseksi
luas karsinoma primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah terjadi
metastase jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah
obstruksi, perdarahan, anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.
a. Terapi primer
Terapi utama untuk tumor kolon adalah operatif. Tindakan operatif
yang dilakukan tergantung dari letak tumor kolon tersebut. Tehnik
pembersihan mesenterium dan keadaan patologi (benigna atau maligna)
menentukan berapa panjang kolon yang harus direseksi.
Tindakan yang paling sering dilakukan adalah hemikolektomi
kanan, kolektomi transversal, hemikolektomi kiri atau reseksi anterior, dan
reseksi abdominoperineal. Pembedahan sangat berhasil bila dilakukan
pada pasien yang tidak mengalami metastasis. Pemeriksaan tindak lanjut
dengan antigen embrionik adalah penanda yang sensitif untuk rekurensi
tumor yang tidak terdeteksi. Daya tahan hidup 5 tahun adalah sekitar 50%.
Indikasi untuk hemikolektomi adalah tumor di caecum, kolon
ascenden, kolon transversum, tetapi lesi di fleksura lienalis dan kolon
descenden di atasi dengan hemikolektomi kiri. Tumor di sigmoid dan
rectum proksimal dapat diangkat dengan tindakan LAR (Low Anterior
Resection). Angka mortalitas akibat operasi sekitar 5% tetapi bila operasi
dikerjakan secara emergensi maka angka mortalitas menjadi lebih tinggi.
Reseksi terhadap metastasis di hati dapat memberikan hasil 25-35% ratarata masa bebas tumor (disease free survival rate).
23
b. Terapi paliatif
Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau
mengatasi obstruksi atau menghentikan pendarahan supaya kualitas hidup
penderita lebih baik. Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat dilakukan
bedah pintas atau anus preternaturalis.
Pada metastasis di hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat
dipertimbangkan eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui arteri
hepatika, yaitu perfusi secara selektif, kadang lagi disertai terapi
embolisasi, dapat berhasil menghambat pertumbuhan sel ganas.
c. Kemoterapi
Kemoterapi diberikan apabila ada metastasis ke kelenjar regional (Dukes
C), tumor telah menembus muskularis propria (Dukes B), atau tumor setelah
dioperasi kemudian residif kembali.
24
DAFTAR PUSTAKA
1
De Jong, Wim dan Sjamsyuhidayat, R. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2.
Abdullah, Murdani. 2006. Tumor Kolorektal dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit
25