Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
Kanker payudara/karsinoma mamma adalah penyakit neoplasma ganas yang berasal
dari parenkim payudara.1 Kanker payudara merupakan suatu masalah kesehatan global,
khususnya bagi wanita diseluruh dunia dengan angka kejadian tertinggi nomor satu di negara
maju dan nomor dua setelah kanker serviks di negara berkembang. 2,3 Di Amerika Serikat
kanker payudara merupakan kanker yang paling sering dialami wanita dan merupakan
penyebab kematian kedua karena kanker secara keseluruhan.2
Insidensi kanker payudara terus meningkat seiring perubahan gaya hidup dan
kurangnya pengetahuan masyarakat akan kanker payudara. Pada tahun 2005 di Amerika
Serikat, didapatkan kasus baru kanker payudara adalah sebanyak 212.930 kasus, dengan
40.870 kasus meninggal dan pada tahun 2012 angka kejadian kanker payudara meningkat
menjadi 226.870 kasus baru dengan 39.510 kematian akibat kanker ini.2,3. Terdapat variasi
insidensi dari kanker payudara dengan insidensi tertinggi berada di Amerika Serikat dan
Eropa barat, serta insiden terendah berada di Afrika dan Asia.2
Di Indonesia sendiri, kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian
tertinggi nomor dua setelah kanker serviks dan terdapat kecenderungan peningkatan kasus
dari tahun ke tahun. Berdasarkan data registrasi berbasis patologi, didapatkan angka insidensi
kanker payudara adalah 11-12 kasus per 100.000 penduduk berisiko. 4 Muhclis Ramli dkk
pada penelitiannya di RSCM tahun 2010 mendapatkan pasien biasanya datang berobat setelah
mengalami stadium lanjut, yaitu stadium IIIA/IIIB sebanyak 43,4%, dan stadium IV sebanyak
14,3%. Hal ini berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak
pada stadium dini.3
Gejala dini dari kanker payudara biasanya tidak disadari oleh para penderita,
kurangnyanya informasi, pendidikan, dan alat diagnosis serta masifnya iklan tentang
pengobatan alternatif akan kanker payudara tentunya akan menyebabkan peningkatan
mortalitas dan morbiditas penderita.2,3 Sehingga sebagai dokter umum, kita dituntut untuk
terampil dalam mendiagnosis dan dapat menatalaksana hingga melakukan rujukan ke dokter
yang lebih ahli mengingat kejadian kanker payudara terus mengalami peningkatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi Payudara
Payudara (mamma) merupakan kelenjar asesoris kulit yang berfungsi menghasilkan
air susu. Pada umumnya, payudara terdiri dari dua tipe jaringan, yaitu jaringan kelenjar
(glandular) dan jaringan penopang (stroma). Jaringan kelenjar mencakup kelenjar susu
(lobulus) dan saluran susu (the milk passage dan milk duct). Papilla mammaria kecil
dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap, disebut aerola payudara. Jaringan
payudara tersusun atas sekelompok kecil sistem saluran yang terdapat di dalam jaringan
penyambung dan bermuara di daerah areola.5
Payudara wanita dewasa membentang dari iga ke-2 sampai iga ke-6, sisi sternum
sampai linea mid-aksilaris. Payudara terdiri dari kulit, jaringan subkutaneus, dan jaringan
payudara termasuk epitel dan elemen stroma. Epitel membentuk 10-15% dari massa payudara.
Tiap payudara terdiri dari 15-20 lobus yang didukung oleh jaringan fibrous, tersusun sirkuler
dan berpusat pada papilla mammaria. Ruang antar lobus terisi oleh jaringan lemak. Jaringan
lemak yang membungkus lobus ini memberikan variasi bentuk dan ukuran payudara. 2
Jaringan payudara didukung oleh ligamentum suspensorium cooper. Ligamen ini berjalan
sepanjang parenkim dari deep fascia dan melekat ke dermis. Tidak terdapat otot dalam
payudara, otot terletak di bawah payudara dan menutup iga.3
Vaskularisasi payudara berasal dari cabang perforantes dari arteri mamaria interna,
rami pektoralis arteri thorakoakromialis, arteri torakalis lateralis yang bercabang dari arteri
aksilaris, dan arteri interkostalis. Selain itu, terdapat pembuluh vena, yaitu cabang perforantes
vena mammaria interna, cabang vena aksilaris (vena torako-akromialis, vena thorako-dorsalis,
vena thorako lateralis), dan vena-vena kecil yang bermuara pada vena interkostalis. Persarafan
kulit payudara dipersarafi oleh cabang pleksus servikalis dan nervus interkostalis. Jaringan
kelenjar payudara sendiri dipersarafi oleh saraf simpatik. Terdapat nervus interkostobrakialis
dan nervus kutaneus brakius medialis yang mempersarafi sensibilitas daerah aksila dan bagian
medial lengan atas. Pada diseksi aksila, saraf ini sedapat mungkin disingkirkan sehingga tidak
terjadi mati rasa di daerah tersebut. Saraf nervus pektoralis yang mempersarafi muskulus
pektoralis mayor dan muskulus pektoralis minor, nervus thorakodorsalis yang mempersarafi
muskulus latisimus dorsi, dan nervus thorakalis longus yang mempersarafi muskulus serratus
anterior sedapat mungkin dipertahankan pada mastektomi dengan diseksi aksila.6
Aliran limfe payudara melalui pleksus limfatikus superfisial dan deep. Lebih dari 95%
aliran limfe mengalir menuju nodus limfa aksila. Nodus limfa aksila dibagi menjadi 3 level
berdasarkan hubunganya dengan otot pektoralis minor (gambar 2.3). Nodus sentinel aksila
biasanya terdapat pada level 1 nodus aksila. Nodus mammaria interna terletak pada ruang
interkosta ke-6, 3 cm dari tepi sternum. Dengan nodus mamaria interna terbanyak berada pada
interkosta ke-3.2 Kelompok kelenjar limfatik pada payudara, yaitu aksila dan mammaria
interna. Terdapat enam kelompok KBG aksila, yaitu mammaria eksterna (superior dan
inferior), skapula, sentral (central nodes), interpektoral (Rotters nodes), KGB vena aksilaris,
dan subklavikula. Surgical level (Bergs level) dari kelenjar getah bening payudara
dikelompokkan pada tiga level. Level I adalah kelompok KGB yang berada di lateral otot
pektoralis minor yang meliputi kelompok KGB mammaria eksterna dan KGB vena aksilaris.
Level II KGB di posterior pektoralis minor yaitu KGB sentral. Level III KGB di sebelah
medial pektoralis minor sampai dengan ligamentum Halsted yaitu kelompok KGB
subklavikula.3
Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior aksila, kelompok
sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang melewati sepanjang vena aksilaris dan yang
berlanjut langsung ke kelenjar servikal bagian kaudal dalam fosa supraklavikuler. Jalur limfe
lainnya berasal dari daerah sentral dan medial yang selain menuju ke kelenjar sepanjang
pembuluh mammaria interna, juga menuju ke aksila kontralateral, ke muskulus rektus
abdominis melewati ligamentum falsiparum hepatis ke hati, pleura, dan payudara
kontralateral.
Payudara pria hanya terdiri dari duktus dan tidak memiliki asinus. Walaupun demikian,
payudara pria dapat merespon terhadap hormon seks wanita, membengkak dan membesar. Hal
ini dikenal dengan ginekomastia, yaitu kelainan payudara pria yang sama dengan perubahan
fibrokistik pada payudara wanita. Payudara yang membesar terdiri dari duktus-duktus yang
membesar, dilapisi oleh epitel-epitel hiperplastik yang berlapis-lapis. Stroma terdiri dari
fibroblast yang tersusun longgar. Stroma tampak edematous dan mirip dengan stroma
intralobulus pada payudara wanita. Secara makroskopik pembesarannya berbentuk seperti
tombol (button like) yang timbul di bawah areola, biasanya mengenai kedua payudara,
walaupun terkadang hanya mengenai satu. Ginekomastia sering timbul saat pubertas dan pada
usia sangat lanjut.7
2.3 Kanker Payudara
2.3.1 Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan
mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak
terkendali.2 Kanker payudara/karsinoma mamma adalah penyakit neoplasma ganas yang
berasal dari parenkim payudara.1 Kanker payudara merupakan keganasan pada payudara yang
paling umum terjadi di negara maju dan nomor dua setelah kanker serviks di negara
berkembang.8
2.3.2 Epidemiologi
Insidensi kanker payudara terus meningkat seiring perubahan gaya hidup dan kurangnya
pengetahuan masyarakat akan kanker payudara. Pada tahun 2005 di Amerika Serikat,
didapatkan kasus baru kanker payudara adalah sebanyak 212.930 kasus, dengan 40.870 kasus
meninggal dan pada tahun 2012 angka kejadian kanker payudara meningkat menjadi 226.870
kasus baru dengan 39.510 kematian akibat kanker ini. 2,3. Terdapat variasi insidensi dari kanker
payudara dengan insidensi tertinggi berada di Amerika Serikat dan Eropa barat, serta insiden
terendah berada di Afrika dan Asia.2
Di Indonesia sendiri, kanker payudara merupakan kanker dengan angka kejadian
tertinggi nomor dua setelah kanker serviks dan terdapat kecenderungan peningkatan kasus
dari tahun ke tahun. Berdasarkan data registrasi berbasis patologi, didapatkan angka insidensi
kanker payudara adalah 11-12 kasus per 100.000 penduduk berisiko. 4 Muhclis Ramli dkk
pada penelitiannya di RSCM tahun 2010 mendapatkan pasien biasanya datang berobat setelah
mengalami stadium lanjut, yaitu stadium IIIA/IIIB sebanyak 43,4%, dan stadium IV sebanyak
14,3%. Hal ini berbeda dengan negara maju dimana kanker payudara ditemukan lebih banyak
pada stadium dini.3 Berdasarkan data registrasi berbasis patologi di Indonesia, didapatkan
angka insidensi kanker payudara adalah 11-12 kasus per 100.000 penduduk berisiko.4
2.3.3 Faktor Risiko
Penyebab pasti dari kanker payudara belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat
beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara,
yaitu:
Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga menderita kanker payudara merupakan salah satu faktor
risiko, akan tetapi hanya 5-10% wanita yang mengalami payudara benar-benar
memiliki predisposisi genetik. 1,5-3 kali risiko akan meningkat bila ibu kandung atau
saudara perempuan penderita juga mengalami kanker payudara. Tingginya risiko ini
dipengaruhi juga oleh jumlah anggota keluarga yang menderita kanker payudara, sejak
usia berapa mereka menderita kanker dan hubungan mereka terhadap individu
tersebut. Kanker familial ini cenderung terjadi pada usia lebih muda dan bilateral.
Peningkatan risiko sebagian besar disebabkan oleh pewarisan gen-gen yang
mempredisposisi kanker payudara.2
Faktor Genetik
Mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 diakui berhubungan dengan peningkatan risiko
terjadinya kanker payudara dan kanker ovarium, serta 5-10% dari keseluruhan kanker
Mutasi ini bersifat autosomal dominan, 26-85% akan meningkatkan risiko terjadinya
kanker payudara dan 10-63% akan meningkatkan risiko terjadinya kanker ovarium
(16-63% pada mutasi BRCA1 dan 10-27% pada mutasi BRCA2). Suatu studi populasi
menemukan bahwa mutasi BRCA1 terjadi pada 12 dari 193 wanita (6,2%) yang
terkena kanker payudara sebelum usia 35 tahun dan pada 15 dari 208 wanita (7,2%)
dengan riwayat kanker payudara pada anggota keluarga tingkat pertama (first-degree
relatives). Wanita dengan mutasi BRCA1 memiliki risiko grade kanker yang tinggi
dan tidak adanya ekspresi dari estrogen receptor (ER), progesterone receptor (PR),
dan overekspresi human epidermal growth factor receptor 2 (HER2). Terdapat
perbedaan untuk wanita keturunan Yahudi Ashkenazi, dimana perbandingan mutasi
BRCA 1 (187delAG, 5385 ins C) dan BRCA2 (617delT) pada kelompok ini adalah
1:40, dibandingkan populasi umum, yaitu 1:500 sehingga diperlukan konseling
genetik.2
Kanker lain yang juga berhubungan dengan mutasi BRCA1/BRCA2 adalah
kanker payudara pada laki-laki, kanker tuba fallopi, dan prostat kanker. Pembawa sifat
mutasi BRCA2 juga dapat meningkatkan risiko terjadinya melanoma dan kanker
lambung. Managemen untuk mengurangi risiko mutasi BRCA1/2 adalah dengan
surveilans intensif, kemopreventif dengan selective estrogen receptor modulator
(SERM) dan profilaksis (pengangkatan payudara atau salpingo-ovarian). Mutasi gen
lainnya yang juga berhubungan dengan peningkatan risiko kanker payudara adalah
TP53, PTEN, dan CDH1. Wanita muda dengan mutasi TP53 (Li-Fraumeni syndrome)
memiliki kecenderungan lebih besar untuk mengalami kanker payudara dengan HER2
positif.2 Presentase risiko kanker payudara sesuai mutasi gen dapat dilihat pada
gambar 2.5
Adapun hubungan mutasi beberapa gen dengan terjadinya risiko kanker payudara
dapat dilihat pada tabel 2.1
Faktor Hormonal
Menstruasi dan proses reproduksi menunjukkan peran hormon seks dalam
perkembangan kanker payudara. Menarche <12 tahun, nullipara, menopause terlambat
(>55 tahun) akan meningkatkan risiko kanker payudara. Hormon seks akan
menstimulasi proliferasi sel-sel dan jaringan payudara serta meningkatkan
karsinogenesis payudara.2,3 Menarche kurang dari 12 tahun akan meningkatkan 1,7-3,4
kali risiko kanker payudara dibandingkan dengan wanita dengan menarche yang
datang pada usia normal atau lebih dari 12 tahun, menopause setelah umur 55 tahun
risikonya 1,5 kali lebih tinggi, tidak menikah/nullipara atau tidak pernah melahirkan
anak akan meningkatkan 2-4 kali risiko kanker dibandingkan wanita yang kawin dan
10
punya anak. Melahirkan anak pertama setelah umur 35 tahun risikonya 2 kali lebih
besar, dan tidak pernah menyusui anak risikonya juga lebih tinggi untuk mendapat
kanker payudara.3
Faktor Usia
Semakin bertambahnya usia akan meningkatkan terjadinya risiko kanker
payudara. Wanita paling sering terserang kanker payudara adalah usia di atas 40 tahun.
Wanita berumur di bawah 40 tahun juga dapat terserang payudara, namun risikonya
lebih rendah dibandingkan wanita di atas 40 tahun. Perbedaan insiden berdasarkan
usia ini diinterpretasikan sebagai efek dari hormon ovarium pada perkembangan
penyakit.3
Densitas Payudara
Wanita dengan kepadatan jaringan payudara >75% memiliki risiko 4,7 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang memiliki kepadatan payudara >10%.2
Jenis Kelamin
Insiden kanker payudara pada pria dibandingkan dengan wanita adalah 1:100.
Alasan utamanya adalah karena pada wanita, sel-sel pada payudara lebih sering
terekspose oleh hormon-hormon estrogen dan progesteron yang mempengaruhi
pertumbuhan sel-sel pada payudara. Angka kejadian kanker payudara pada laki-laki
hanya 1 %. Kanker payudara pada pria (male breast cancer) jarang terjadi. Kanker
payudara pria paling sering terjadi pada pria antara usia 60 dan 70 tahun.3
11
Faktor Radiasi
Paparan radiasi, seperti pada pengobatan limfoma hodgkin sebelum usia 15
tahun akan meningkatkan risiko kanker payudara Paparan radiasi, seperti pada
pengobatan limfoma hodgkin sebelum usia 15 tahun akan meningkatkan risiko kanker
payudara.2 Radiasi pada usia di bawah 16 tahun mempunyai risiko 100 kali, radiasi
sebelum umur 20 tahun mempunyai risiko 18 kali. Pada usia 20-29 tahun risiko 6 kali
dan setelah usia 30 tahun risko tidak bermakna. 3 Besar risiko terjadinya kanker
payudara dapat dilihat pada tabel 2.2
Risiko Rendah
Menarche
Risiko Sedang
One first-degree relative
Risiko Tinggi
Mutasi BRCA 1 atau
BRCA 2
Menopause terlambat
Nullipara
Mutasi CHEK2
Usia > 35 tahun pertama
LCIS
Hiperplasia atipikal
Paparan radiasi < 30 tahun
Estrogen + Progesteron
kali melahirkan
Proliferative breast
Alkohol
Obesitas posmenopause
disease
Densitas mammografi
2.3.4 Patofisiologi
Faktor risiko utama yang berhubungan dengan perkembangan kanker payudara adalah
faktor hormonal dan genetik (riwayat keluarga). Kanker payudara juga bisa terjadi secara
sporadis, berkaitan dengan paparan hormonal, kasus herediter, dan riwayat mutasi germ sel
pada keluarga. Dari faktor genetik, kasus terbanyak berkaitan dengan mutasi gen BRCA 1
pada kromosom nomor 17q21 dan BRCA 2 pada kromosom nomor 13q12. Adanya mutasi
pada gen BRCA1 akan menyebabkan penurunan atau terhentinya produksi dari protein
BRCA1. Mutasi BRCA1 sangat erat kaitannya dengan kejadian kanker payudara herediter
dan sindrom kanker ovarium. Secara umum, ditemukannya gen BRCA1 akan menyebabkan
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara sebesar 26-85% dan risiko terjadinya kanker
ovarium sebesar 16-63%, sedangkan gen BRCA2 berhubungan dengan kanker payudara pada
laki-laki dan memiliki risiko terkena kanker ovarium sebesar 10-27%. Penyebab kanker
payudara termasuk multifaktorial, yaitu banyak faktor yang terkait satu dengan yang lain.
12
Dengan adanya mutasi genetik ditambah dengan faktor-faktor risiko lain akan menyebabkan
peningkatan kasus kanker payudara.2
Serangkaian proses berkembangnya kanker disebut karsinogenesis. Karsinogenesis
adalah suatu proses terjadinya kanker melalui mekanisme multitahap yang menunjukkan
perubahan genetik dan menyebabkan transformasi progresif sel normal menjadi sel malignan.
Mekanisme karsinogenesis merupakan sekumpulan perubahan pada sejumlah gen yang
terlibat dan berperan dalam sistem sinyal sel, pertumbuhan, siklus sel, differensiasi,
angiogenesis, dan respon atau perbaikan terhadap kerusakan pada DNA. Perubahan pada
sejumlah gen ini dapat berupa mutasi gen atau perubahan susunan pada DNA yang
menyebabkan terjadinya perubahan fungsi suatu gen, seperti protoonkogen menjadi onkogen;
dan mutasi atau dilesi DNA yang menyebabkan hilangnya fungsi suatu gen, seperti gen
penekan tumor (tumor suppressor gene).2
Terdapat mekanisme ADN repair (perbaikan DNA) yang terjadi pada fase tertentu
dalam siklus sel. Pada fase G1 (gap 1) terdapat check point yaitu suatu tempat dimana
susunan DNA akan dikoreksi dengan teliti oleh enzim polymerase. Apabila ada kesalahan, sel
mempunyai dua pilihan yang dapat dijalankan. Pertama, kesalahan tersebut diperbaiki dengan
cara mengaktifkan ADN repair. Namun, apabila kesalahan yang ada sudah tidak mampu lagi
ditanggulangi, sel memutuskan untuk mengambil pilihan kedua yaitu mematikan sel dengan
susunan DNA yang salah tersebut melalui proses apoptosis. Sel dengan DNA normal akan
meneruskan perjalanan untuk melengkapi siklus yang tersisa yaitu S (sintesis), G2 (gap 2) dan
M (mitosis).
Target utama kerusakan genetik pada karsinogenesis yaitu tiga gen yang berperan
penting pada pengaturan mekanisme penandaan faktor pertumbuhan dan siklus sel, yaitu: (1)
protoonkogen, (2) tumor suppressor gene, dan (3) gen-gen yang memperbaiki DNA.
Protoonkogen adalah gen yang menstimulasi faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan
mutasi dengan tujuan untuk mengganti jaringan yang rusak dengan selsel yang baru. tumor
suppressor gene, di mana berfungsi menekan pertumbuhan sel dengan mengevaluasi tingkat
pembelahan sel, memperbaiki ketidakcocokan DNA dan mengendalikan kematian sel
(apoptosis). Gen yang memperbaiki DNA berfungsi dalam memperbaiki setiap kesalahan
replikasi DNA. Bila ada kerusakan yang tidak sempat diperbaiki saat terjadi mutasi, hal ini
akan menyebabkan perkembangan kanker. Proses ini pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahap
utama yaitu inisiasi, promosi, dan progresi.
Tahap Inisiasi
13
Merupakan tahap dimana terjadi perubahan spesifik pada DNA sel target yang
menuntun pada proliferasi abnormal sebuah sel. Pada tahap inisiasi sudah terjadi
perubahan permanen di dalam genom sel akibat kerusakan DNA yang berakhir pada
mutagenesis. Sel yang telah berubah ini tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan sel
normal di sekitarnya. Pada tahap ini proses mutasi mengubah fungsi proto-onkogen
dan tumor suppressor gene. Dengan adanya mutasi gen ditambah zat karsinogenesis
lainnya seperti bahan kimia, radiasi, dan virus akan menyebabkan sel-sel normal
berubah menjadi sel terinisiasi. Namun, sel-sel terinisiasi ini tidak akan berkembang
menjadi sel kanker tanpa adanya pemicu dari agen-agen promotor di dalam tubuh
Tahap Promosi
Tahap promosi merupakan perkembangan awal sel yang terinisiasi melalui
pembelahan (proliferasi), berinteraksi melalui komunikasi sel ke sel, stimulasi
mitogenik, faktor diferensiasi sel, dan proses mutasi dan non mutasi (epigenetik) yang
berperan dalam tahap awal pertumbuhan lesi pra-kanker, merupakan proses yang
reversibel. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh tahap
promosi. Pada tahap ini, terjadi percepatan abnormal sel dan abnormal replikasi, oleh
karena adanya perubahan tambahan dalam genom akibat zat promotor (merasangsang
pembelahan) seperti estrogen dan progesteron.
Tahap Progresi
Progresi merupakan suatu tahap ketika klon sel mutan mendapatkan
karaktristik neoplasma, seiring perkembangan tumor, sel menjadi lebih heterogen
akibat mutasi tambahan, termasuk menjadikannya lebih infiltratif dan mampu
bermetastasis. Mekanisme perkembangan kanker dapat dilihat pada gambar 2.6.
Adapun penyebabran kanker dapat terjadi secara hematogen, limfogen, dan
perkontuinatum
14
2.3.5 Klasfikasi
Berdasarkan WHO Histological Classification of Breast yang didasarkan atas pola
pertumbuhan dan gambaran sel tumor invasif, klasifikasi kanker payudara dapat dilihat pada
tabel 2.3
Tabel 2.3 Klasifikasi Histologi Kanker Payudara 8
1.
Non-invasif
2.
Invasif
3.
Pagets disease
15
Jenis kanker murni tubular, mucinous, papillary, atau cribiform memiliki prognosis
lebih baik daripada jenis lain. Terdapat pembagian derajat differensiasi berdasarkan grading
histologi. Grading histologi mengelompokan kanker payudara berdasarkan penilaian dari (1)
pembentukan tubulus; (2) pleomorfisme nuklear; dan (3) aktivitas mitotik. Sistem gradasi
oleh Elston dan Ellis, modifikasi Bloom dan Richardson membagi gradasi histologis sebagai
berikut2
1. Grade 1
2. Grade 2
3. Grade 3
: differensiasi baik
: differensiasi sedang
: differensiasi buruk
Adapun klasifikasi berdasarkan sistem TNM (Tumor, Nodus, dan Metastasis) oleh
AJCC (American Joint Committee on Cancer) tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 2.4
Tabel 2.4 Klasifikasi TNM Kanker Payudara2
16
Terdapat perbedaan sistem klasifikasi dari sebelumnya, dimana pada sistem klasifikasi
2010 dimasukkan kelompok pasien setelah terapi neoadjuvan dan kategori M0(i+), yaitu
kelompok pasien yang didapatkan tumor pada sistem sirkulasi, tumor di sumsung tulang, atau
terdeteksi adanya deposit tumor di jaringan lain yang ukurannya tidak melebihi 0,2 mm.
Pasien dalam kategori ini tidak diklasifikaskan dalam grade IV.2
17
Pengelompokan ini penting sehubungan dengan prognosis dan terapi yang akan
diberikan. Selain itu, juga terdapat faktor lain yang mempengaruhi jenis pengobatan dan
prognosis yaitu:
Jenis sel kanker
Gambaran kanker
Respon kanker terhadap hormon: kanker yang memiliki reseptor estrogen tumbuh
secara lebih lambat dan lebih sering ditemukan pada wanita pasca menopause
Ada atau tidaknya gen penyebab kanker payudara
2.3.6 Patologi
Karsinoma payudara invasif merupakan tumor yang secara histologik heterogen.
Mayoritas tumor ini adalah adenokarsinoma yang tumbuh dari terminal duktus. Terdapat lima
varian histologik yang sering dari adenokarsinoma payudara.
1.
18
19
biasanya
memiliki
ER
dan PR positif
serta
HER2/neu negatif.
LCIS
4.
Karsinoma medular merupakan 5-7% dari kanker payudara. Secara histologis lesi
ditandai oleh inti dengan differensiasi buruk, a syncytial growth pattern, batas tegas,
banyak infiltrasi limfosit dan plasma sel, dan sedikit atau tanpa DCIS. Prognosis
untuk pasien yang murni karsinoma meduller adalah baik, tetapi bila bercampur
dengan komponen duktal invasif prognosisnya sama dengan karsinoma duktal.3
5.
20
Anamnesis
aksila, supraklavikula)
Edema lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila ipsilateral
Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis)
Nyeri tulang terus menerus dan semakin berat
Rasa sakit, penuh di ulu hati
Batuk kronis dan sesak nafas
Sakit kepala hebat, muntah, dan gangguan sensorium
Keluhan utama, meliputi benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa
-
rasa nyeri (awal pertumbuhan kanker payudara tidak menimbulkan rasa nyeri)
Faktor-faktor risiko
Identitas
Usia penderita
Usia melahirkan anak pertama (> 35 tahun risiko semakin tinggi)
Paritas
Riwayat laktasi (tidak laktasi akan sedikit meingkatkan risiko)
Riwayat menstruasi (menarche pertama/menopause terlambat)
Pemakaian obat-obatan hormonal (pil KB, HRT) dalam jangka panjang
Riwayat keluarga dengan kanker payudara dan kanker ovarium
Riwayat operasi tumor kanker ovarium
Riwayat radiasi di daerah dada/payudara pada usia muda Keluhan lain berupa
perubahan bentuk puting (retraksi nipple atau terasa nyeri terus menerus),
puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge)
Pemeriksaan Fisik4
Status
generalis
dihubungkan
dengan
performance
Status:
21
Pemeriksaan penunjang4
Diharuskan
Mammografi dan USG mamma
Foto thoraks
USG abdomen (hati)
Atas indikasi
Bone scanning (diameter kanker > 5 cm, T4, klinis dn sitologi mencurigakan)
Bone survey
CT scan
MRI (evaluasi volume tumor)
Mamografi
Mamografi memegang peran dalam mendeteksi kanker payudara, lesi
berukuran 2 mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi. Akurasi untuk predileksi
malignansi 70-80%. Namun akurasi pada pasien usia muda (<30 tahun) dengan
payudara padat kurang akurat. Terdapat 2 tipe pemeriksaan: skrining dan diagnosis.
Skrining dilakukan pada wanita asimptomatik. Skrining mamografi direkomendasikan
1 kali sebagai basal mamogram untuk wanita usia 35-39 tahun, setiap 2 tahun untuk
wanita usia 40-49 tahun, setiap 1 tahun untuk wanita usia 50-60 tahun, dan setiap 1
22
tahun untuk wanita > 60 tahun (compliance rendah) Pada konsisi tertentu
direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (wanita dengan keluarga tingkat pertama
penderita kanker payudara). Skrining mamografi dibuat dalam posisi cranio-caudal
(CC) dan medio-lateral oblique (MLO). Mamografi diagnosis dilakukan pada wanita
yang simptomatik. Lebih rumit dan waktu lebih lama dibandingkan mamografi
skrining dan untuk mementukan ukuran tepat, lokasi abnormalitas, evaluasi jaringan
serta kelenjar getah bening sekitar. Mammografi diagnosis foto diambil dalam posisi
cranio-caudal (CC), medio-lateraloblique (MLO) ditambah latero-medial (LM) atau
medio-lateral (ML).3,4
Pemeriksaan mamografi untuk dilakukan untuk tumor yang berukuran 3 cm, 8
namun MD. Anderson Cancer Center menganjurkan mamografi dengan ukuran
berapapun yang bertujuan untuk skrining lesi non palpable pada kedua payudara
(ipsilateral dan kontralateral) dan untuk mengevaluasi resiko malignansi lesi tumor.
Gambaran mamografi untuk lesi ganas dibagi atas tanda primer dan sekunder.
Tanda primer berupa :
1. Densitas meninggi pada tumor
2. Batas tidak teratur karena proses infiltrasi ke jaringan sekitarnya atau batas tidak tegas
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
(comet sign)
Gambaran translusen disekitar tumor
Gambaran stelata
Adanya mikrokalsifikasi sesuai kriteria Egan
Ukuran klinis lebih besar dari radiologis
Tanda sekunder:
Retraksi kulit
Bertambahnya vaskularisasi
Perubahan posisi puting
KGB aksila (+)
Keadaan daerah tumor dan jaringan fibroglandular tidak teratur
Kepadatan jaringan subareolar yang berbentuk utas
Gambaran kalsifikasi yang diduga ganas menurut kriteria Egan adalah
kalsifikasi dengan lokasi di parenkim payudara, ukuran < 0,5 mm, jumlah > 5 dan
bentuk stelata. Pada lesi nonpalpable gambaran mamografi dibagi 2 kategori:
mikrokalsifikasi dan perubahan densitas. Mikrokalsifikasi dapat berkelompok
(clustered) atau menyebar (scattered). Perubahan densitas mencakup masa terpisahpisah (discrete masses). Gambaran mamografi paling prediktif untuk malignansi
adalah massa berspekula (stelata), mikrokalsifikasi berkelompok dan mikrokalsifikasi
di dalam massa. Sistem pelapora hasil mamografi mengacu pada sistem ACR
(American Collage of Radiology) atau BIRADS (Breast Imaging Reporting and Data
23
System). Sistem pelaporan ini disamping memberikan informasi hasil juga tentang
tindakan yang sesuai. Negatif palsu menurut data Breast Cancer Detection
Biopsi
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi.
Beberapa teknik biopsi, antara lain fine needble biopsy aspiration (FNA), core needle
biopsy, dan biospi eksisi. Teknik biopsi tertutup (FNA/core biopsy) lebih disukai
karena biayanya yang lebih murah dan efek kosmetiknya lebih baik dibanding biopsi
eksisi.2 FNA lebih mudah dilakukan namum membutuhkan ahli patologi anatomi (PA)
yang terlatih dan memiliki kelemahan untuk diagnosis DCIS. Core biopsy memiliki
beberapa keuntungan daripada FNA, namun membutuhkan spesimen histologi yang
tepat untuk diinterpretasi oleh ahli PA. Hasil negatif palsu dapat terjadi pada teknik
biopsi tertutup.3 Masa persisten atau rekuren setelah aspirasi berulang adalah indikasi
untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi). Namun, FNA merupakan biopsi yang
24
memberikan informasi sitologi, belum menjadi standar baku (gold standart) untuk
diagnosis definitif.
Dianjurkan triple diagnosis (klinis, mamografi, FNA). Biopsi yang
memberikan informasi histopatologi adalah biopsi core, biopsi insisi, biopsi eksisi,
potong beku dan ABBI (advance breast biopsy instrument).
merupakan standar baku untuk diagnosis dan terapi. Masingmasing biopsi ini
mempunyai keuntungan dan kerugian. Biopsi eksisi direkomendasikan untuk tumor
ukuran kurang dari 3 cm. Biopsi insisi dilakukan pada tumor operable dengan ukuran
lebih dari 3 cm atau inoperable. Ketika terdapat ketidaksesuaian antara diagnosis FNA
atau core biopsy, serta tidak didapatkannya hasil dari pemeriksaan klinis dan imaging,
diperlukan sampel tambahan biopsi eksisi.2 Potong beku dilakukan saat operasi, teknis
pengambilan spesimen bisa insisi atau eksisi. Dari biopsi ini dapat sekaligus dilakukan
pemeriksaan immunohistokimia dari estrogen reseptor (ER), progesteron reseptor
(PR), CerbB2, p53 dan cathepsin D. Disamping diagnosis histopatologi ditentukan
juga grading histopatologi kanker payudara Biopsi pada payudara memberikan
informasi sitologi atau histopatologi.3
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium rutin dan kimia dilakukan untuk pengobatan dan
informasi kemungkinan adanya metastasis (transaminase, alkali-fosfatase, kalsium
darah, penanda tumor CA 15-3 dan CEA. Kadar transaminase yang tinggi dalam darah
mengindikasikan adanya metastasis ke liver, sedangkan alkali fosfatase dan kalsium
darah rutin untuk memprediksi adanya metastasis ke tulang. Tumor marker CA 15-3
dan CEA penting gunanya untuk menentukan rekurensi kanker payudara, merupakan
pemeriksaan sensitif tapi tidak spesifik oleh karena itu dianjurkan untuk follow up.4
25
2.3.8
untuk kanker payudara stadium awal. Mastektomi adalah operasi pengangkatan payudara.
Berbagai jenis operasi pembedahan pada kanker payudara adalah sebagai berikut
a. Classic Radical Mastectomy (CRM)/Halstedt Radical Mastectomy
CRM adalah operasi pengangkatan seluruh jaringan payudara beserta tumor, nipple
areola komplek, kulit diatas tumor, otot pektoralis mayor dan minor serta diseksi aksila level
I-III. Operasi ini dilakukan bila ada infiltrasi tumor ke fasia atau otot pektoral tanpa ada
metastasis jauh.4
b. Modified Radical Mastectomy (MRM)
-
Radioterapi
26
Radioterapi merupakan terapi loko-regional dan pada umumnya eksternal dengan Co60
ataupun terapi dengan sinar X. Radioterapi dapat dilakukan sebagai berikut:4
Radioterapi neoadjuvant
Radioterapi adjuvant
Radioterapi paliatif
Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostatiska) untuk mengahancurkan
sel kanker. Kemoterapi diberikan sebagai kombinasi, kombinasi kemoterapi yang
menjadi standar adalah CMF, CAF;CEF, T-A, Gapacitabine dan beberapa kemoterapi
lain, seperti Navelbine, Gemcitabine (+cisplatinum) digunakan sebagai kemoterapi lapis
ke-3. Pemberian kemoterapi dapat dilakukan: neoadjuvan, adjuvant, paliatif, terapeutik,
dan metronomic (anti angiogenesis).4
Lama kemoterapi
-
Kemoterapi neoadjuvant
: 3 siklus
Kemoterapi adjuvant
: 6 siklus
Kemoterapi paliatif
Kemoterapi terapeutik
diberikan
sampai
metastasis
hilang/intoksikasi
Respon terhadap kemoterapi didefinisikan dalam:3
1. Complete response
Seluruh kanker atau tumor menghilang, tidak terlihat lagi adanya kanker maupun
metatstatis. Tumor marker turun ke angka normal. Respon ini bertahan lebih dari satu
bulan.
2. Partial response
Volume kanker mengecil lebih dari 50%, tidak ada lesi baru ataupun metastatis. Tumor
marker angkanya menurun, tapi penyakit ini masih ada dan respon bertahan lebih dari
satu bulan.
3. Stable disease/minimal response
Volume kanker mengecil kurang dari 25% atau kanker tidak mengecil, tidak tumbuh
membesar. Tumor marker juga tidak berubah secara signifikan.
4. Disease progression
27
Terapi hormonal4
Pemberian terapi hormonal terutama pada penderita kanker payudara dengan reseptor
hormonal yang positif, terutama ER (estrogen receptor) dan PR (progesteron receptor)
positif. Beberapa obat yang dipergunakan dalam terapi hormonal adalah: tamoxifen,
aromatase inhibitors (letrozole, anastrozole & exemestan), dan GnRH (gonadotropin
releasing hormon)
Pemberian terapi hormonal dapat bersifat
Additive (tambahan)
Obat-obatan Target4
Dipakai bila ada indikasi, yaitu adanya ekspresi protein tertentu pada jaringan kanker,
seperti
-
Mastectomy + Reconstruction
2. Stadium II
Stadium II A
-
Her2 inhibtors
28
Stadium III A
-
Stadium III B
-
Radioterapi
Stadium III C
-
Radioterapi
2.3.9 Pencegahan
Usaha pencegahan kanker payudara dapat berupa pencegahan primer, pencegahan
sekunder, dan pencegahan tertier.
a. Pencegahan Primer
Membiasakan pola hidup sehat sejak dini dan menjauhi faktor risiko changeable
(dapat diubah) kejadian kanker payudara, antara lain:3
1. Perbanyak konsumsi buah dan sayuran, klorofil yang bersifat antikarsinogenik dan
radioprotektif, serta antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas
2. Hindari makanan yang berkadar lemak tinggi, berpengawet, perasa, pemanis, dan
pewarna buatan
3. Pengontrolan berat badan dengan berolah raga dan diet seimbang
4. Hindari alkohol, rokok, dan stres
5. Hindari paparan radiasi yang berlebihan
6. Melakukan skrining (mammografi, ultrasonografi, dan MRI)
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan diagnosis dini terhadap penderita
kanker payudara dan biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker
payudara agar dapat dilakukan pengobatan dan penanganan yang tepat. Dilakukan dengan
SADARI dan pemeriksaan fisik oleh dokter.4
29
Besar atau diameter serta letak dan batas tumor dengan jaringan sekitarnya
Hubungan kulit dengan tumor apakah masih bebas atau ada perlengketan
Hubungan tumor dengan jaringan di bawahnya apakah bebas atau ada perlengketan,
Kelenjar limfe di aksila, infraklavikular, dan supraklavikular.
Adanya tumor satelit
Penderita diperiksa dengan badan bagian atas terbuka
Posisi
Posisi berbaring
30
Penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas
lapangan dada, jika perlu bahu atau punggung diganjal dengan bantal kecil
terutama pada penderita yang payudaranya besar. Palpasi dilakukan dengan
mempergunakan falang distal dan falang medial jari II, III dan IV yang dikerjakan
secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga kedua sampai ke distal setinggi iga
keenam, juga dilakukan pemeriksaan daerah sentral subareolar dan papil. Palpasi
juga dapat dilakukan dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di daerah papil.
Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah
sekitar papil. Pemeriksaan dengan rabaan halus akan lebih teliti daripada dengan
rabaan kuat karena rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan massa
payudara. Pada pemeriksaan ini ditentukan lokasi tumor berdasarkan kuadran
payudara (lateral atas, lateral bawah, medial atas, medial bawah, dan daerah
sentral), ukuran tumor (diameter terbesar), konsistensi, permukaan, bentuk dan
batas-batas tumor, jumlah tumor serta mobilitasnya terhadap jaringan sekitar
payudara, kulit, muskulus pektoralis dan dinding dada. Pemeriksaan kelenjar getah
bening regional.
Pemeriksaan fisik payudara harus dikerjakan secara halus, tidak boleh kasar dan keras.
Tidak jarang palpasi yang keras menimbulkan perdarahan atau nyeri yang hebat dari
penderita, tumor ganas tidak boleh dilakukan pemeriksaan fisik yang berulang-ulang karena
kemungkinan dapat mempercepat penyebaran.
c. Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier dapat dilakukan dengan perawatan paliatif dengan tujuan
mempertahankan kualitas hidup penderita dan memperlambat progresivitas penyakit dan
31
mengurangi rasa nyeri dan keluhan lain serta rehabilitasi dan perbaikan di bidang psikologis,
sosial, dan spiritual.4
-
Hari 1-2
o
Latihan lingkup gerak sendi sekitar/ipsilateral daerah operasi (sendi siku, bahu
secara bertahap)
Aktif mobilisasi
Hari 3-5
o
Latihan relaksasi
Bebas gerakan
Edukasi untuk tetep mempertahankan lingkup gerak sendi dengan berlatih secara
teratur
Tahun 1 dan 2
Tahun 3 s/d 5
Tahun > 5
6 bulan pertama
> 5 tahun
Pemeriksaan meliputi4
32
Pemeriksaan imaging
Usia ( 35 tahun)
Ukuran tumor
Staging
Keterlibatan kelenjar limfe
Derajat kanker secara histologis.
Status reseptor estrogen (ER) dan reseptor progesteron (PR). Penderita tumor dengan
reseptor positif memiliki resiko kekambuhan yang lebih rendah dan harapan hidup yang
Stage
0
I
IIA
IIB
33
IIIA
IIIB
IIIC
IV
67%
41%
49%
15%
BAB III
KESIMPULAN
Kanker payudara/karsinoma mamma adalah penyakit neoplasma ganas yang berasal
dari parenkim payudara.1 Kanker payudara merupakan suatu masalah kesehatan global,
khususnya bagi wanita diseluruh dunia dengan angka kejadian tertinggi nomor satu di negara
maju dan nomor dua setelah kanker serviks di negara berkembang. 2,3 Insidensi kanker
payudara terus meningkat seiring perubahan gaya hidup dan kurangnya pengetahuan
34
masyarakat akan kanker payudara. Pada tahun 2005 di Amerika Serikat, didapatkan kasus
baru kanker payudara adalah sebanyak 212.930 kasus, dengan 40.870 kasus meninggal dan
pada tahun 2012 angka kejadian kanker payudara meningkat menjadi 226.870 kasus baru
dengan 39.510 kematian akibat kanker ini.2,3 Di Indonesia sendiri, kanker payudara
merupakan kanker dengan angka kejadian tertinggi nomor dua setelah kanker serviks dan
terdapat kecenderungan peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Berdasarkan data registrasi
berbasis patologi, didapatkan angka insidensi kanker payudara adalah 11-12 kasus per
100.000 penduduk berisiko.4
Diagnosis kanker payudara dibuat berdasarkan pada tripple diagnostic procedures
(clinical, imaging and pathology/cytology or histopathology). Lebih detail dijabarkan menjadi
pemeriksaan-pemeriksaan:
Pemeriksaan
klinis
(anamnesis
dan
pemeriksaan
fisik),
aksila, supraklavikula)
Edema lengan disertai adanya benjolan di payudara atau aksila ipsilateral
Keluhan di tempat lain (berhubungan dengan metastasis)
Nyeri tulang terus menerus dan semakin berat
Rasa sakit, penuh di ulu hati
Batuk kronis dan sesak nafas
Sakit kepala hebat, muntah, dan gangguan sensorium
Keluhan utama, meliputi benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa
-
rasa nyeri (awal pertumbuhan kanker payudara tidak menimbulkan rasa nyeri)
Faktor-faktor risiko
Identitas
Usia penderita
Usia melahirkan anak pertama (> 35 tahun risiko semakin tinggi)
35
Paritas
Riwayat laktasi (tidak laktasi akan sedikit meingkatkan risiko)
Riwayat menstruasi (menarche pertama/menopause terlambat)
Pemakaian obat-obatan hormonal (pil KB, HRT) dalam jangka panjang
Riwayat keluarga dengan kanker payudara dan kanker ovarium
Riwayat operasi tumor kanker ovarium
Riwayat radiasi di daerah dada/payudara pada usia muda Keluhan lain berupa
perubahan bentuk puting (retraksi nipple atau terasa nyeri terus menerus),
Status:
performance
36
kemoterapi, terapi hormonal, dan terapi target. Prognosis dihtung berdasarkan five-year
survival rate
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Devita, V.T, Hellman, and Rosenberg, S.A. Cancer Principles & Practice of Oncology
2015. 10th ed. Wolters Kluwer Health; 2015. Part V Section 6, Cancer of The Breast;
P.1107-52.
3.
Suyanto dan Pasaribu, E. T. Bedah Onkologi: Diagnosis dan terapi. Jakarta: Sagung
Seto; 2010. Bab 2, Kanker Payudara; hal.35-81.
4.
5.
Snell, R.S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran. Ed ke-6. Jakarta: EGC;
2006. H.70.
6.
Brunicardi, C.F. Schwartzs Principles of Surgery. 9th ed. United States: McGraw-Hills;
2010.
7.
Sjamsuhidayat, R. dan Jong, W.D. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed ke-2. Jakarta: EGC; 2004.
8.
Albar, Z.A., Tjindarbumi, D., Ramli, M., Lukitto, P., Reksoprawiro, S., Handojo, D.,
Darwis, I., Suardi, D.R., dan Achmad, D. Protokol PERABOI 2003. Jakarta: Sagung
Seto; 2004. H.2-15.
38