Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
SYOK KARDIOGENIK
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Ners Departemen Medikal
Ruang 5 CVCU RSUD dr. Saiful Anwar
Disusun oleh :
Andini Dian Desita
130070300011088
SYOK KARDIOGENIK
1. KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system
sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi untuk
mempertahankan metabolisme aerobik sel secara normal (Rifki Az, 2013).
Syok kardiogenik adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah
keseluruh tubuh, pada penyakit jantung koroner disebabkan karena adanya kematian
jaringan miokard sehingga jantung tidak dapat memompakan darah secara optimal yang
menyebabkan penurunan perfusi jaringan (Rifki Az, 2013).
Syok kardiogenik adalah syok yang disebabkan karena fungsi jantung yang tidak
adekuat, seperti pada infark miokard atau obstruksi mekanik jantung; manifestasinya
meliputi hipovolemia, hipotensi, kulit dingin, nadi yang lemah, kekacauan mental dan
kegelisahan. (Kamus Kedokteran Dorland, 2009).
Syok kardiogenik merupakan sindrom gangguan patofisiologik berat yang
berhubungan dengan metabolisme seluler yang abnormal, yang umumnya disebabkan
oleh perfusi jarigan yang buruk. Disebut juga kegagalan sirkulasi perifer yang
menyeluruh dengan perfusi jaringan yang tidak adekuat (Tjokronegoro, A., dkk, 2009).
Syok kardiogenik merupakan stadium akhir disfungsi ventrikel kiri atau gagal
jantung kongestif, terjadi bila ventrikel kiri mengalami kerusakan yang luas. Otot jantung
kehilangan kekuatan kontraktilitasnya,menimbulkan penurunan curah jantung dengan
perfusi jaringan yang tidak adekuat ke organ vital (jantung, otak, ginjal). Derajat syok
sebanding dengan disfungsi ventrikel kiri. Meskipun syok kardiogenik biasanya sering
terjadi sebagai komplikasi MI, namun bisa juga terajdi pada temponade jantung, emboli
paru, kardiomiopati dan disritmia. (Brunner & Suddarth, 2009).
Menurut Bakta& Ketut (2009), dari segi hemodinamik syok kardiogenik adalah
kelainan jantung primer yang mengakibatkan hal hal berikut :
a. Tekanan arteri systole kurang dari 90mmHg ( hipotensi absolute ) atau paling tidak 60 mmHg
dibawah tekanan basal ( hipotensi relatif )
b. Gangguan aliran darah ke organ organ penting ( kesadaran menurun, vasokontriksi di
perifer origuria ( urine kurang dari 30 ml/jam )
c. Tidak adanya ganguan preload atau proses nonmiokardial sebagai etiologi syok (aritmia,
asidosis, atau depresan jantung secara farmakologi maupun fisiologik )
d. Adanya gangguan miokardial primer secara klinik dan laboratorik.
Syok dapat dibedakan menjadi :
lebih kecil.
Obat-obatan seperti: beta blokers, calcium channel blokers, dan beberapa obat
kemoterapi
Ketidakseimbangan elektrolit: hypocalcaemia dan hypophosphataemia
Struktural seperti : ventricular hipertropi, kardiomiopati, stenisis aortic, regurgitasi
D. PATOFISIOLOGI
Syok kardiogenik merupakan kondisi yang terjadi sebagai serangan jantung pada
fase termimal dari berbagai penyakit jantung. Berkurangnya ke aliran darah koroner
berdampak pada supply O2 kejaringan khususnya pada otot jantung yang semakin
berkurang, hal ini akan menyababkan iscemik miokard pada fase awal, namun bila
berkelanjutan akan menimbulkan injuri sampai infark miokard. Bila kondisi tersebut tidak
tertangani dengan baik akan menyebabkan kondisi yang dinamakan syok kardiogenik.
Pada kondisi syok, metabolisme yang pada fase awal sudah mengalami perubahan
pada kondisi anaerob akan semakin memburuk sehingga produksi asam laktat
terus
meningkat dan memicu timbulnya nyeri hebat seperti terbakar maupun tertekan yang
menjalar sampai leher dan lengan kiri, kelemahan fisik juga terjadi sebagai akibat dari
penimbunan asam laktat yang tinggi pada darah.
Semakin menurunnya kondisi pada fase syok otot jantung semakin kehilangan
kemampuan untuk berkontraksi utuk memompa darah. Penurunan jumlah strok volume
mengakibatkan berkurangnnya cardiac output atau berhenti sama sekali. Hal tersebut
menyebakkan suplay darah maupun O2 sangatlah menurun kejaringan, sehingga
menimbulkan kondisi penurunan kesadaran dengan akral dinging pada ektrimitas,
Kompensasi dari otot jantung dengan meningkatkan denyut nadi yang berdampak pada
penurunan tekanan darah Juga tidak memperbaiki kondisi penurunan kesadaran.
Aktifitas ginjal juga terganggu pada penurunan cardiac output,yang berdampak pada
penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR). Pada kondisi ini pengaktifan system rennin,
angiotensin dan aldostreron akan , menambah retensi air dan natrium menyebabkan
produksi urine berkurang (Oliguri < 30ml/ jam) . Penurunan kontraktilitas miokard pada
fase syok yang menyebabkan adanya peningkatan residu darah di ventrikel, yang mana
kondisi ini akan semakin memburuk pada keadaan regurgitasi maupun stenosis
valvular .Hal tersebut dapat mennyebabkan bendungan vena pulmonalis oleh akumulasi
cairan maupun refluk aliran darah dan akhirnya memperberat kondisi edema paru
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Hypotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg
2. Nadi cepat/lemah takipnea
3. Crackles/whezing edema paru
4. Kulit: dingin, pucat, sianosis Kulit: dingin, pucat, sianosi
5. Status mental; letargi, koma
6. Edema , CVP meningkat, aritmia (tidak ada denyut nadi)
7. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan
apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas)
8. Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria).
sebelumnya.
5. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
6. Kateterisasi jantung
Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung
sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri
koroner.
7. Elektrolit
Mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi
diuretic.
8. Oksimetri nadi
Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
9. AGD( analisa gas darah)
Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan
peningkatan tekanan karbondioksida.
10. Enzim jantung
meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,misalnya infark miokard
(Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim
LDH). (Bakta& Ketut, 2009)
G. PENATALAKSANAAN
a. Penatalaksanaan Medis Syok Kardiogenik :
1) Pastikan jalan nafas tetap adekuat, bila tidak sadar sebaiknya dilakukan intubasi.
2) Berikan oksigen 8 - 15 liter/menit dengan menggunakan masker untuk
mempertahankan PO2 70 - 120 mmHg
3) Rasa nyeri akibat infark akut yang dapat memperbesar syok yang ada harus
diatasi dengan pemberian morfin.
4) Koreksi hipoksia, gangguan elektrolit, dan keseimbangan asam basa yang terjadi.
5) Bila mungkin pasang CVP.
6) Pemasangan kateter Swans Ganz untuk meneliti hemodinamik.
b. Medikamentosa :
1) Morfin sulfat 4-8 mg IV, bila nyeri.
Morfin, diberikan untuk mengurangi sesak napas pada asma cardial, hati-hati
depresi pernapasan.
lebih
besar
dari
20
mikrogram/kg
berat
badan/menit,
dopamine
ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients with ST-elevation Myocardial Infarction (2009)
The ACC/AHA guidelines for revascularization in shock, which recommend surgery for
extensive disease. Staged multivessel PCI may be performed if surgery is not an option, and a
single-stage procedure may be considered if the patient remains in shock after PCI of the
infarct-related artery and if the other vessel has a lesion that is flow limiting at rest and supplies
a large risk region.
Gagal jantung
LDL
Ventrikel kiri
tidak mampu
memompa darah
Plak
halus
Aktifasi faktor VII
dan X
Protombin Trombin
Fibrinogen Fibrin
Ruptur plak
Pembuluh darah
mengecil
Trombus
Tekanan dalam
sirkusirkulasi
paru
Suplai darah ke
Miokard
IMA
Enzim troponin me
CKMB
Sklerosis
penyempitan
koroner
TD
Sistol <90
mmHg
Amiloid (protein)
tertimbun dalam
sel
Massa otot
bertambah
(septum)
Menghambat
aliran darah ke
ventrikel kiri
Miokarditis
Inflamasi otot
jantung
Trombus dalam
dinding jantung
Aliran darah
terganggu
Kematian sel
Angina pectoris
stabil
Unstabil/ste
mi
Delusi coroner
stemi
Aliran darah
Kematian sel
Kardiomiopati
Nikrosis
Miokard
Kerusakan otot
jantung
Gangguan kontraktilitas
miokard
Disfungsi ventrikel
kiri
Jantung tidak kuat
memompa
Sistem
pemompaan
terganggu
volume
sekuncup
Stimulasi saraf
simpatis
tahanan
vaskuler
Ventrikel kiri
membesar
Mengalami gagal
memompa
MRS
SYOK
KARDIOGENIK
Suplai darah ke
sistemik
sesak
Pecurah
jantung
Aliran darah arteri
Percampuran
coroner/aorta
Asupan
oksigen ke
darah kaya O2
jantung
dan CO2
Hipoksemia Ggg.perfusi jaringan
Hipoksia
perifer
Miokardium
Akral dingin
Mekanisme
Anaerob
Sianosi
O2 di
s
Penggunaan
otot dada (+)
Kelemahan
dan kelahan
karena
energy
Intoleransi
aktivitas
tubuh
Pola nafas
tidak
efektif
Nyeri dada
otak
Kesadaran
Sel otak
mati
Kejang
Nyeri
akut
Hipoksia &
laktat
PO2,PCO2
Asidosis
respiratorik
Kerusakan
pertukaran gas
Ggg. Pertukaran
gas
Pasien
Anak
Suami
&Keluarga
Tanda :
Nutrisi
Gejala : mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, nyeri abdominal, sangat kehausan.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, perubahan berat badan
Eliminasi
Gejala : Oliguri
Tanda : Produksi urin < 20 mL/jam
Gerak dan aktifitas
Gejala :
Kelemahan
Kelelahan
Pola hidup menetap
Tanda :
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aktifitas
Gelisah
Meringis
Nyeri hebat, berlangsung lebih dari jam, tidak menghilang dengan obatobatan nitrat.
Lokasi : Biasanya di daerah subternal. Nyeri menjalar ke leher, rahang, lengan, dan
punggung.
Kualitas : Rasa seperti ditekan, diperas, seperti diikat, rasa seperti dicekik.
Sosialisasi
Gejala :
-
Stress
Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah tekanan darah.
Tanda :
-
Tekanan darah
Penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya
berat.
Bunyi jantung
S1 terdengar
lembut
(soft).
Dapat
juga
terdengar
suara
jantung
abnormal (abnormal heart sounds), misalnya: S3 gallop, S4, atau murmur dari
-
Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukosa atau bibir
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan umum (inspeksi) :
Pasien tampak pucat, diaforesis (mandi keringat), gelisah akibat aktivitas
simpatis berlebih.
Pasien tampak sesak/sulit bernapas.
Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat dicurigai kuat
adanya stemi.
Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
b. Denyut nadi dan tekanan darah (palpasi):
- Sinus takikardi (> 100 x/menit) terjadi pada sepertiga pasien.
- Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi dari infark
- Nadi teraba lemah dan cepat
- Tensi turun < 80-90 mmHg.
c. Pemeriksaan jantung (auskultasi):
- Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop, Penurunan intensitas bunyi jantung
-
sementara.
Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
3. Pemeriksaan Diagnostik
1) Electrocardiography (elektrokardiografi)
Elevasi segmen ST dapat terobservasi. Right-sided leads dapat menunjukkan
suatu pola infark ventrikel kanan, yang mengindikasikan terapi yang berbeda dari
Saat tekanan diastolik akhir ventrikel kiri (left ventricular end-diastolic pressures)
meningkat, akumulasi cairan interstitial ditunjukkan secara radiografis dengan
adanya gambaran fluffy margins to vessels, peribronchial cuffing, serta garis
Curley A dan B. Dengan tekanan hidrostatik yang sangat tinggi, cairan dilepaskan
(exuded) ke alveoli, menyebabkan diffuse fluffy alveolar infiltrates.
Gambaran foto/rontgen dada (chest x-ray) lainnya yang mungkin tampak pada
sebelumnya.
3) Bedside echocardiography
Ini berguna untuk menunjukkan:
Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function).
Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity).
Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade.
4) Laboratorium
Penemuan laboratorium :
Hitung leukosit secara khas meningkat disertai dengan left shift.
Tidak adanya prior renal insufficiency, fungsi ginjal pada mulanya normal,
namun blood urea nitrogen (BUN) dan creatinine meningkat secara cepat (rise
progressively).
Hepatic transaminases
hypoperfusion).
Perfusi jaringan yang buruk (poor tissue perfusion) dapat menyebabkan anion
gap acidosis dan peningkatan (elevation) kadar asam laktat (lactic acid level).
Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan
jelas
meningkat
karena
hipoperfusi
hati
(liver
MB
2.
No
Dx
1.
Intervensi
n
Penurunan
curah
jantung b.d
kontraktilita
NOC
s miokard
1. Cardiac care.
1.1
P
astikan level aktivitas yang tidak mempengaruhi kerja
TT
Kelelahan
1.3
Ti
ngkatkan secara bertahap aktivitas ketika kondisi klien
1.4
Sianosis
Keterangan Penilaian :
1
kelelahan.
1.7
range.
In
strusikan pasien untuk melaporkan adanya
ketidaknyamanan di dada.
1.8
L
akukan penilaian sirkulasi perifer (edema, CRT, warna,
range.
4
At
ur periode aktifitas dengan istirahat untuk menghindari
normal range.
3
1.6
range.
2
1.5
In
strusikan pasien dan keluarga tentang pembatasan dan
Diagnosa
Keperawatan
x
2
Intervensi
Gangguan
perubahan
jaringan.
Ventilation Assistance
1. Pertahankan kepatenan airway
2. posisikan klien untuk mengurangi
dispnea
3. posisikan untuk meringankan
membrane kapiler
NOC
1. Cardiopulmonary Status.
2. Respiratory status
No
1 RR
2
Indikator
Saturasi Oksigen
saturasi Oksigen
5. auskultasi suara nafas
6. monitor otot bantu nafas.
7. monitor status respirasi dan
oksigen
8. ajarkan teknik pursed lip-breathing
9. ajarkan pola nafas efektif.
TT
Tekanandarah
sistole dan diastole
Keterangan Penilaian :
1
N
o
Diagnosa
Keperawatan
x
3
Intervensi
Intoleransi aktifitas
b.d
Activity Theraphy
1.1 Monitoring kemampuan pasien untuk
ketidakseimbanga
NOC
n pemenuhan O2
terhadap
kebutuhan tubuh.
1. activity tolerance
No
Indikator
1 TD
2
RR
Nadi dengan
TT
aktifitas
4.
Kemampuan
2. Energy management
2.1
Monitor status fisiologis pasien seperti
TTV (nadi, TD, RR) yang
beraktifitas
Keterangan Penilaian :
1
mengindikasikan kelelahan.
2.2
Monitor respon kardio respirasi terhadap
aktivitas seperti adanya takikardi,
disritmia, gelompang EKG, dispeneu,
sesak, RR
DAFTAR PUSTAKA
Abrutyn, E. Fauci et Al Ed . 2009. Harrisons Principles of internal Medicine. 17 th. Ed.
America : McGrawHill
Antman, EM; Anbe, DT; Armstrong, PW; Bates, ER; Green, LA; Hand, M; Hochman, JS;
Krumholz, HM; Kushner, FG; Lamas, GA; Mullany, CJ; Ornato, JP; Pearle, DL; Sloan,
MA; Smith, SC. 2009. ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients with STelevation
Myocardial
Infarction:
Report
of
the
American
College
of
1.
DEFINISI IABP
merupakan
alat bantu
pasien dengan
dengan
Intra
resistensi
ejeksi
augmentasi secara bertahap mulai dari 1:2 sampai 1:3 setelah lebih dari 6-12 jam.
EFEK FISIOLOGIS IABP
Efek Mekanik
IABP menggunakan prinsip counterpulsation yang dicapai sewaktu inasi dan
deasi balon yang berada di aorta desendens (efek mekanik). In asi balon
menyebabkan berpindahnya sejumlah darah di aorta, ke depan dan ke belakang.
Tekanan dari balon didistribusikan ke sistem pembuluh darah yang menyebabkan
peningkatan tekanan diastolik aorta (diastolic augmentation).
Efek mekanik dari inasi dan deasi balon adalah perubahan gambaran kurva
tekanan arteri.
a.
normal
b.
c.
d.
ventrikel dan sebelum fase ejeksi (kontraksi isotonik) untuk menghasilkan tekanan
negatif intraaorta. Efek tersebut disebabkan oleh kembalinya gas dari balon yang diikuti
dengan pengisian darah di aorta. Titik terendah dari kurva tekanan darah terjadi
sewaktu deasi balon sewaktu katup aorta terbuka (akhir dari kontraksi isometrik).
Pada jantung yang normal, kontraksi isometrik berakhir setelah terbukanya katup
aorta. Untuk deasi balon intraaorta yang tepat, diperlukan tekanan dari ventrikel kiri
untuk membuka katup yang akan ditandai dengan penurunan sistolik (systolic
unloading).
Beberapa faktor yang memengaruhi efek mekanik dari IABP antara lain :
Volume gas yang masuk ke dalam balon
Elastisitas dinding aorta
Volume sekuncup (stroke volume)
Tekanan darah intraaorta
Resistensi vaskular sistemik (systemic vascular resistance)
Ritme dan laju nadi
Lokasi balon
Ukuran balon dan panjang kateter
Inasi IABP menyebabkan :
a. Peningkatan tekanan perfusi koroner
b. Peningkatan tekanan perfusi sistemik
c. Peningkatan pemenuhan oksigen baik ke
b. pembuluh darah koroner maupun jaringan
a. Penurunan s! mulasi simpa! s yang
c. menyebabkan penurunan denyut nadi,
d. penurunan resistansi vaskular sistemik, dan
e. peningkatan fungsi ventrikel kiri.
Deasi IABP menyebabkan :
a. Pengurangan aferload yang selanjutnya menyebabkan pengurangan konsumsi
b.
b.
c.
d.
Efek hemodinamik dari IABP sebagian besar dipengaruhi oleh fase-fase dari
gagal jantung. Beberapa perubahan hemodinamik penting yang terjadi pada
penggunaan IABP antara lain :
a. Perubahan sewaktu sistolik
Tekanan sistolik arteri
Efek IABP terhadap tekanan darah sistolik pada denyut jantung yang ! dak dibantu
(non-assisted beats) dibandingkan dengan tekanan darah sistolik pada pasien yang
menggunakan IABP menurun sebesar 5-10%. Rentang penurunan tersebut
bergantung pada dua faktor: yang pertama awal tekanan sistolik yang pengaruhnya
berbanding terbalik dengan penurunan puncak tekanan sistolik sewaktu IABP. Oleh
karena itu jika tekanan darah sistolik awal rendah (<100 mmHg) penurunannya
akan minimal dan jika tekanan tekanan darah sistolik awalnya normal (>100 mmHg)
penurunan tekanan darah rentangnya lebih besar. Faktor yang kedua adalah ! ! k
deasi. Interval waktu yang lebih pendek antara deasi balon dan membukanya
katup aorta akan menyebabkan penurunan tekanan sistolik yang lebih besar.
Tekanan aorta presistolik (akhir diastolik)
Dengan waktu pengisian balon yang tepat akan menyebabkan penurunan tekanan
darah aorta presistolik (akhir diastolik) sebesar 20-30%. Rentang penurunan
tekanan presistolik dikontrol oleh perubahan titik deasi. Praktisnya tekanan aorta
presistolik dipertahankan di atas 45 mmHg atau kurang dari 15-20 mmHg di bawah
nilai kontrol (awal tekanan diastolik aorta).
Interval waktu sistolik
IABP menyebabkan penurunan interval waktu sistolik. Parameter tersebut
dikalkukasi melalui pengawasan secara simultan dari ekokardiogra dan tekanan
darah arteri atau pulsasi karotis.
Fraksi ejeksi (ejection fraction)
Studi intraoperatif menunjukkan bahwa fraksi ejeksi ventrikel kiri meningkat secara
signikan sewaktu penggunaan IABP.
b. Perubahan sewaktu diastolik
Tekanan diastolik aorta
Tekanan diastolik aorta meningkat
sewaktu
penggunaan
IABP.
Rentang
peningkatan tekanan diastolik tersebut sebanding dengan volume gas yang masuk
ke dalam balon dan fungsi dari ventrikel kiri.
Efek hemodinamik dari IABP secara umum dapat adalah sebagai berikut :
3.
5.
MENGONTROL IABP
Triggering
Untuk mendapatkan efek optimal dari counter-pulsation, inasi dan deasi
memerlukan memerlukan waktu yang tepat sesuai dengan siklus jantung pasien. Hal itu
dapat dicapai dengan menggunakan EKG pasien, gelombang arteri, atau ritme pompa
intrinsik. Metode paling umum yang digunakan untuk triggering IABP adalah dari
gelombang R pada EKG pasien. Inasi balon diatur secara otomatis, mulai pada
pertengahan dari gelombang T dan deasi sewaktu akhir dari komplekd QRS.
Takiaritmia, fungsi pacemaker jantung, dan gambaran EKG yang kurang baik dapat
menyebabkan gangguan sinkronisasi ketika gambaran EKG yang digunakan.
Timing dan Weaning
Inasi IABP terjadi sewaktu permulaan dari diastolik yang pada gelombang arteri
terlihat pada dicrotic notch. Deasi balon terjadi segera setelah
arterial up-stroke.
Sinkronisasi balon biasanya dimulai dengan rasio 1:2. Rasio tersebut membandingkan
antara denyut ventrikel pasien sendiri dan penambahan denyut untuk menentukan
waktu IABP yang ideal. Kesalahan penentuan waktu mengakibatkan perbedaan
karakteristik gelombang dan efek siologis yang bervariasi :
a.
Inasi dini (early balloon inlation)
Kesalahan tersebut menyebabkan penutupan prematur dari katup aorta yang dapat
menyebabkan gangguan pengosongan ventrikel, pengurangan stroke volume dan
peningkatan pulmonary artery wedge pressure. Inasi dini berbahaya karena dapat
mengakibatkan kegagalan perfusi, iskemik miokard dan edema paru.
dicro! c notch
terlihat. Hal tersebut menyebabkan penambahan tekanan diastolik kurang op! mal
dan mengurangi periode penambahan perfusi ke serebral, koroner dan sirkulasi
sistemik. Kesalahan ini tidak berbahaya tetapi pasien tidak menerima manfaat
maksimal dari IABP.
c.
d.
6.
dari
IABP
dapat
dilakukan jika :
Tanda hipoperfusi sampai dengan low output syndrome tidak ada
Produksi urine dapat dipertahankan lebih dari 30 cc/jam
Kebutuhan terhadap obat inotropik minimal
Laju nadi kurang dari 100 kali per menit
Ventricular ectopic beats kurang dari 6 kali per menit dan unifokal
Cardiac index 2 l/min/m2 atau lebih dan penurunannya tidak lebih dari 20%
Tidak ada angina
KOMPLIKASI DAN FAKTOR RISIKO
Komplikasi IABP dapat terjadi sewaktu pemasangan kateter, inasi, dan deasi
balon serta sewaktu pencabutan kateter dengan insidens rata-rata bervariasi antara 646%. Beberapa diantaranya :
During Insertions
Aortic dissection, Dislodgement of plague or obstruction of the femoral artery
cathether, Arterial perforation.
During Pumping
Limb ischemia (most frequent complication), Systemic or cerebral embolization of
gas, plaque, or cathether thrombi, Thrombocytopenia, Local or systemic infection,
Aortic rupture, Helium emboli from the intraaortic balloon or central lumen of the
cathether, Air emboli from inadvertent entry of air during ushings of the central
lumen when used for blood draws (practice discouraged), Intensive care unitinduced patient psychosis, Bleeding at the insertion site , Hemodynamic
compromise resulting from poor balloon ination or deation timing, Obstruction of
major vessels (renal, left subclavian) by a malpositioned intraaortic balloon,
Compartment syndrome.
During or After Cathether Removal
Dislodgement and embolization of plaque or cathether thrombus, Site bleeding,
Intraaortic balloon entrapment, Infection.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar A, Mooney MR, Sterzer SH. Intra-aortic bal-loon counterpulsation
support for elective coronary angioplasty in the settng of poor left ventricular function:
A two center experience. J.Invas.Cardiol. 2009;4:175.
Bolooki H. Physiology of balloon pumping. In: Cinical application of intra-aortic
ballon pump. Mount Kisco, NY, Futura Publishing; 2009,p 57-88.
Bolooki H. Emergency cardiac procedures in patients in cardiogenic shock due
to complications of coronary artery disease. Circula! on. 2009;79:1-13
Christenson JT. Intra aor! c balloon counterpulsation in coronary artery disease:
indications, complications and current practice. Kuwait Medical Journal. 2011;34:18394.
Darovic GO. Intraaor! c balloon pumping counter-pulsation. Handbook of
Hemodinamik Monitoring. 2012;14:194-208.
Khir AW, Price S, Henein MY, Parker KH, Pepper JR. Intra-aortic balloon
pumping: eects on left ventricular diastolic function.
Eur J Cardiothorac
Surg.2010;24:277-82.
Peterson JC, Cook DJ. Systematic review: intra-aortic balloon counterpulsation
pump therapy: a critical appraisal of the evidence for patients with acute myocardial
infarction. Critical Care. 2009;2:3-8.