Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
I.
Tujuan
Tujuan dari praktikum isolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit adalah untuk
melatih keterampilan menyusun peralatan yang umum dipakai untuk proses
pemurnian, mampu memahami prinsip kerja alat distilasi, pemurnian dan identifikasi
senyawa pada kunyit.
II.
Prinsip
Prinsip dari praktikum isolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit berdasarkan pada
perbedaan kelarutan.
III.
Dasar Teori
Indonesia memiliki kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa, yaitu
sekitar 40.000 jenis tumbuhan, daru jumlah tersebut sekitar 1300 diantaranya
digunakan sebagai obat tradisional. Salah satu jenis tumbuhan yang banyak digunakan
oleh masyarakat sebagai obat trandisional adalah kunyit (Curcuma longa L), yang
berasal dari keluarga jahe (Zingiberaceae family). Di dalam kunyit mengandung
senyawa kurkumin berada pada kesetimbangan antara diketo dan keto-enol.
Kurkumin (1,7-bis-4 (4-hidroksi-3-metoksi fenil) hepta-1,6-diene-3,5- dion
dikenal sebagai bahan alam yang memiliki aktivitas biologis dengan spektrum luas,
seperti: antioksidan, antiinflamasi, antikanker dan antimutagen. Kurkumin dapat kita
peroleh dari bahan alam, yaitu Curcuma longa L, Curcuma domestica maupun
Curcuma xanthorrhiza R, yang oleh masyarakat zat warna kuning dari tanaman
kurkuma ini sering digunakan sebagai bahan tambahan makanan, bumbu atau obatobatan dan tidak menunjukkan efek toksik.
Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial)
yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Asia
Selatan khususnya India, Cina, Taiwan, Indonesia (Jawa) dan Filipina. Tanaman ini
tumbuh bercabang dengan tinggi 40 - 100 cm. Batang merupakan batang semu, tegak,
bulat membentuk rimpang dengan warna hijau kekuningan dan mempunyai pelepah
daun . Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan dan daging buah merah jingga
kekuning-kuningan. Tanaman kunyit siap dipanen pada umur 8-18 bulan, dimana saat
panen terbaik adalah pada umur tanaman 11-12 bulan (Rismunandar, 1994).
Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia
kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan pH
lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana asam,
sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam suasana basa atau
pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama dapat mengalami proses
disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan feruloilmetan.
Warna kuning coklat feruloilmetan akan mempengaruhi warna merah dari kurkumin
yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting adalah kestabilannya
terhadap cahaya (Tonnesen, 1985; Van der Good, 1997). Adanya cahaya dapat
menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut. Hal ini karena adanya
gugus metilen aktif (-CH2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut.
Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh
manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari
sedangkan untuk tikus 5 g/hari (Rosmawani dkk, 2007)(Rahayu, 2010).
Sifat-sifat kurkumin adalah sebagai berikut(Wahyuni, 2004):
Berat molekul : 368.37 (C = 68,47 %; H = 5,47 %; O = 26,06 %)
Warna
: Light yellow
Melting point : 183C
Larut dalam alkohol dan asam asetat glasial
Tidak larut dalam air
Kurkumin dapat ditemukan pada dua bentuk tautomer, yaitu bentuk keto dan
bentuk enol. Struktur keto lebih stabil atau lebih banyak ditemukan pada fasa padat,
sedangkan struktur enol lebih dominan pada fasa cair atau larutan (Yudha, 2009).
Rumus struktur kurkumin adalah sebagai berikut:
lemak 1-3%, karbohidrat 3%, protein 30%, pati 8%, vitamin C 45-55%, dan garamgaram Mineral (Zat besi, fosfor, dan kalsium) (Sharma R.A, A.J. Gescher, W.P.
Steward, 2005).
Salah satu cara pengambilan kurkumin dari rimpangnya adalah dengan cara
ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan berdasarkan perbedaan
kelarutan. Secara umum ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemisahan dan
isolasi dari zat padat atau zat cair. Dalam hal ini fraksi padat yang diinginkan bersifat
larut dalam pelarut (solvent), sedangkan fraksi padat lainnya tidak dapat larut. Proses
tersebut akan menjadi sempurna jika solut dipisahkan dari pelarutnya, misalnya
dengan cara distilasi/penguapan (Wahyuni, 2004).
Ekstraksi padat cair digunakan untuk memisahkan analit yang terdapat pada
padatan menggunakan pelarut organik. Padatan yang akan di ekstrak dilembutkan
terlebih dahulu, dapat dengan cara ditumbuk atau dapat juga di iris-iris menjadi
bagian yang tipis-tipis. Kemudian peralatan ekstraksi dirangkai dengan menggunakan
pendingin air. Ekstraksi dilakukan dengan memanaskan pelarut organik sampai semua
analit terekstrak ( Khamidinal, 2009).
keluar dalam fase cair. Kemudian pelarut masuk ke dalam selongsong berisi padatan.
Pelarut akan membasahi sampel dan tertahan dialam selongsong sampai tinggi pelarut
dalam pipa sifone sama dengan tinggi pelarut di selongsong. Kemudian pelarut
seluruhnya akan menggerojok masuk kembali ke dalam labu didih dan begitu
seterusnya.
Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia
ditempatkan dalam klonsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan
penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dikondensasikan
oleh kondensor bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam
klonsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai
permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa
kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak
berwarna, tidak tampak noda jika di KLT, atau sirkulasi telah mencapai 20-25 kali.
Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.
Ratna (2009) melakukan ekstraksi kunyit menggunakan ekstraktor Soxhlet.
Hasil penyarian 300 gram serbuk simplisisa rimpang kunyit dengan menggunakan
pelarut etanol 96% diperoleh ekstrak kental yang telah diuapkan dengan vacuum
evaporator dan di freeze dryer sebanyak 106,34 gram (rendemen 35,44%).
Kromatografi adalah suatu nama yang diberikan untuk pemisahan tertentu.
Cara ini dikenalkan oleh TSWETT, ia telah menggunakan untuk pemisahan senyawasenyawa yang berwarna, dan nama kromatografi diambillkan dari senyawa yang
berwarna. Meskipun demikian pembatasan untuk senyawa- senyawa yang berwarna
tak lama dan hampir kebanyakan pemisahan-pemisahan secara kromatografi sekarang
diperuntukkan pada senyawa- senyawa yang tak berwarna (Sastrohamidjojo, 1985).
Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit
dalam sampel terdistribusi antara dua fase yaitu fase diam dan gerak. Fase diam dapat
berupa bahan padat dalam bentuk molekul kecil atau dalam bentuk cairan yang
dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak
dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak maka prosesnya
dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi
lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair (Rohman, 2009).
Kromatografi melibatkan pemisahan terhadap campuran berdasarkan
perbedaan - perbedaan tertentu yang dimiliki oleh senyawanya. Perbedaan yang dapat
dimanfaatkan meliputi kelarutan dalam berbagai pelarut serta sifat polar.
Kromatografi biasanya terdiri dari fase diam (fase stationer) dan fase gerak (fase
mobil). Fase gerak membawa komponen suatu campuran melalui fase diam, dan fase
diam akan berikatan dengan komponen tersebut dengan afinitas yang berbeda-beda.
Laporan Praktikum Isolasi Kurkumin dan Derivatnya dari Kunyit | 4
Jenis kromatografi yang berlainan bergantung pada perbedaan jenis fase, namun
semua jenis kromatografi tersebut berdasar pada asas yang sama (Bresnick, 2004).
Kromatografi kertas merupakan kromatografi cairan-cairan dimana sebagai
fasa diam adalah lapisan tipis air yang diserap dari lembab udara oleh kertas jenis fasa
cair lainnya dapat digunakan. Teknik ini sangat sederhana.
Prinsip dasar kromatografi kertas adalah partisi multiplikatif suatu senyawa
antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi
antara kompleks selulosa-air dan fasa mobil yang melewatinya berupa pelarut organik
yang sudah dijenuhkan dengan air atau campuran pelarut.
Cara melakukannya, ciplikan yang mengandung campuran yang akan
dipisahkan diteteskan/diletakkan pada daerah yang diberi tanda di atas sepotong
kertas saring dimana ia akan meluas membentuk noda yang bulat. Bila noda telah
kering kertas dimasukkan dalam bejana tertutup yang sesuai dengan satu ujung,
dimana tetesan cuplikan ditempatkan, tercelup dalam pelarut yang dipilih sebagai fasa
bergerak (jangan sampai noda tercelup karena berarti senyawa yang akan dipisahkan
akan terlarut dari kertas).
Pelarut bergerak melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan menggerakkan
komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak dalam arah aliran pelarut.
Bila permukaan pelarut telah bergerak sampai jarak yang cukup jauhnya atau setelah
waktu yang telah ditentukan, kertas diambil dari bejana dan kedudukan dari
permukaan pelarut diberi tanda dan lembaran kertas dibiarkan kering. Jika senyawasenyawa berwarna maka mereka akan terlihat sebagai pita atau nodayang terpisah.
Jika senyawa tidak berwarna harus dideteksi dengan cara fisika dan kimia. Yaitu
dengan menggunakan suatu pereaksi-pereaksiyang memberikan sebuah warna
terhadap beberapa atau semua dari senyawa-senyawa. Bila daerah dari noda yang
terpisah telah dideteksi, maka perlu mengidentifikasi tiap individu dari senyawa.
Metoda identifikasi yang paling mudah adalah berdasarkan pada kedudukan dari noda
relatif terhadap permukaan pelarut, menggunakan harga Rf.
Harga Rf merupakan parameter karakteristik kromatografi kertas dan
kromatografi lapis tipis. Harga ini merupakan ukuran kecepatan migrasi suatu
senyawa pada kromatogram dan pada kondisi konstan merupakan besaran
karakteristik dan reprodusibel.
Harga Rf didefinisikan sebagai perbandingan antara jarak senyawa dari titik
awal dan jarak tepi muka pelarut dari titik awal. Rf = Jarak titik tengah noda dari titik
awal / Jarak tepi muka pelarut dari titik awal.
IV.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
IV.2.
V.
Bahan
1. Rimpang kunyit
2. Alkohol 96 %
3. Kloroform
4. Air
Cara Kerja
V.1.
Cara Kerja Ekstraksi
V.2.
VI.
Data Pengamatan
5.1. Isolasi Kurkumin
N
o
1.
Perlakuan
Persiapan sampel
- Kunyit dicuci sampai bersih
-
2.
Dikupas
Diiris tipis-tipis
Di keringkan
Ditimbang
Dimasukkan kedalam timbel
Proses ekstraksi
- Timbel yang berisi kunyit
Pengamatan
Menghilangkan sisa-sisa
kotoran
Mempermudah pengeringan
Menghilangkan kadar air
Massa = 137,163 gram
Untuk dilakukan ekstraksi
dimasukkan ke ekstraktor
suhu 60C
soxhlet
Regulasi pertama
Regulasi kedua
Regulasi ketiga
44 detik
Pada waktu 57 menit 11 detik
Pada waktu 58 menit 47
detik, terjadi sedikit
kesalahan karena etanol yang
diuapkan mengalami
kehabisan jadi ditambahkan
3.
Regulasi keempat
Volume etanol yang dipakai
untuk ekstraksi
- Suhu akhir setelah ekstraksi
Setelah ekstraksi
- Menghitung volume etanol
62C
setelah diekstraksi
Menghitung berat kunyit
dikeringkan beratnya
setelah di ekstraksi
Pengamatan
-
Sampel kental
2.
VII.
Kloroform
- Sampel cair
- Sampel kental
Pengolahan Data
- Isolasi kurkumin
Dik : - Berat kunyit setelah ekstraksi dan dikeringkan = 126 gram
- Volume etanol setelah diekstraksi
= 668 ml
Dit : % b/ v = .?
Jawab
% b/v = berat kunyit setelah diekstraksi dan dikeringkan x 100%
volume etanol setelah diekstraksi
= 126 gram / 668 ml x 100%
= 0,188 g/ ml x 100%
= 18,8%
Jadi, % b/v adalah 18,8%
-
Kromatografi Kertas
Pada etanol dengan sampel cair :
Dik : - Jarak tempuh zat terlarut = 7,5 cm
- Jarak tempuh zat pelarut = 10 cm
Dit : Rf = .?
Jawab
Rf = Jarak tempuh zat terlarut
Laporan Praktikum Isolasi Kurkumin dan Derivatnya dari Kunyit | 8
Pembahasan
Pada praktikum isolasi kurkumin dan derivatnya dari kunyit, kami melakukan
2 percobaan yaitu percobaan ekstraksi kunyit dengan etanol sebagai zat pelarutnya,
dan kromatografi kertas. Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat
tahunan (perenial) yang tersebar di seluruh daerah tropis. Kata Curcuma berasal dari
bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Kunyit (curcuma domestic) termasuk
salah satu rempah yang telah luas penggunaannya di masyarakat sebagai bumbu
masakan dan bahan obat tradisional. Dalam rimpang kunyit kering mengandung
kurkuminoid sekitar 10% yang terdiri dari kurkumin (1-5%) dan sisanya dimetoksi
kurkumin dan bis-metoksi kurkumin. Disamping itu juga mengandung minyak atsiri
(1-3%), lemak (3%), karbohidrat (30%), protein (8%), pati (45-55%) dan sisanya
terdiri dari vitamin C, garam-garam mineral seperti zat besi, fosfor dan kalsium.
Kurkumin merupakan senyawa aktif golongan polifenol yang ditemukan pada
kunyit. Kurkumin dapat memiliki dua bentuk tautomer yaitu keton dan enol. Struktur
keton lebih dominan dalam bentuk padat, sedangkan struktur enol ditemukan dalam
bentuk cair. Kurkumin dikenal karena sifat antitumor dan antioksidan yang
dimilikinya, berikut struktur dari kurkumin :
VIII.1.
membersihkan kotoran yang menempel pada kunyit. Selain dicuci kunyit juga
dikupas kulitnya untuk menghilangkan kotoran-kotoran pada kunyit agar tidak
mengganggu selama isolasi. Kunyit yang sudah dikupas kemudian diiris tipis-tipis
untuk memperbesar permukaan kunyit sehingga mempermudah proses pengeringan
dan ekstraksi. Setelah dikeringkan kemudian kunyit ditimbang, pada penimbangan
tersebut kita ketahui bahwa berat kunyit kering sebesar 250 gram, tetapi yang dipakai
untuk ekstraksi adalah sebanyak 137,163 gram.
Isolasi ekstrak kunyit dilakukan proses ekstraksi soxhlet yaitu mengekstrak
senyawa kurkumin dan turunannya dalam sampel kunyit kering, kemudian
dibungkus dengan kertas saring dan ditempatkan dalam timbel dengan sedemikian
rupa, kemudian dirangkai peralatan ekstraksi soxhlet, selanjutnya cairan etanol yang
berada dalam labu alas bulat ditambahkan batu didih dan dipanaskan dengan suhu
60C sehingga etanol dapat menguap. Menggunakan suhu 60C karena titik didih
etanol ialah 61,1C. Pada waktu etanol menguap, maka akan terjadi kondensasi
antara uap etanol dengan udara dingin dari kondensor sehingga uap etanol akan
menjadi molekul-molekul cairan yang jatuh kedalam timbel bercampur dengan
sampel kunyit dan bereaksi. Jika etanol telah mencapai permukaan sifone, seluruh
cairan etanol akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa penghubung, hal
inilah yang dinamakan proses sirkulasi. Senjutnya etanol akan menguap kembali dan
terjadi kondensi sehingga terjadi sirkulasi kembali, begitu juga seterusnya. Ekstraksi
sempurna ditandai apabila cairan disifone tidak berwarna. Proses ekstraksi ini
dilakukan sebanyak 4 kali sirkulasi, semakin banyak sirkulasi maka semakin banyak
pula ekstrak yang diperoleh. Seharusnya kami melakukan ekstraksi sebanyak 8 kali
tetapi karena waktunya tidak cukup maka kami melakukan ekstraksi sebanyak 4 kali
dan hasil yang terjadi adalah cairan dalam sifone berwarna kekuningan hal itu
menandakan masih banyak ekstrak kurkumin yang belumdiekstraksi.
Ekstraksi ini menggunakan pelarut etanol 96% yang bersifat polar karena
kurkumin yang akan diisolasi bersifat nonpolar, sehingga senyawa yang polar akan
larut dalam etanol sedangkan senyawa lain tidak larut dalam etanol tersebut. Setelah
4 kali sirkulasi dimungkinkan senyawa yang akan diekstrak yaitu kurkumin dan
derivatnya sudah terekstrak sempurna dalam pelarut etanol. Ekstrak dalam labu alas
bulat hasil dari proses ekstraksi ini masih bercampur dengan etanol (pelarut) oleh
karena itu untuk mendapatkan ekstraknya saja, maka pelarut harus diuapkan.
Kurkumin yang telah di ekstraksi kemudian dimbil sampelnya sebanyak 5 ml
Dimana O pada etanol menyerang H alfa pada kurkumin yang terletak antara
gugus keton, selanjutnya C yang ditinggal H menjadi karbanion, karbanion itu
memberikan muatannya kepada ikatan yang ada disampingnya sehingga ikatan
rangkap pada O memberikan ikatannya pada O sehingga muatan O menjadi negatif,
selanjutnya O yang karbanion tersebut menyerang H pada etanol yang kelebihan H
(karbokation) sehingga O yang karbanion tadi mengikat H menjadi OH, H pada OH
yang dihasilkan tadi menjadi tarik menarik antara O yang ada disebelahnya sehingga
namanya enol-.sedangkan keto- merupakan struktur awal dari kurkumin yang mana
kurkumin itu mengandung gugus keton.
Perhitungan % b/v dari isolasi kurkumin adalah sebagai berikut :
Dik : - Berat kunyit setelah ekstraksi dan dikeringkan = 126 gram
- Volume etanol setelah diekstraksi
= 668 ml
Dit : % b/ v = .?
Jawab
% b/v = berat kunyit setelah diekstraksi dan dikeringkan x 100%
volume etanol setelah diekstraksi
= 126 gram / 668 ml x 100%
= 0,188 g/ ml x 100%
= 18,8%
Jadi, % b/v adalah 18,8%
Rf =
Proses
Pemisahan
Sentrifugal
(Sentrifugasi)
(Online),
Asisten Praktikan
2. Kromatografi Kertas