Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Nyeri kepala adalah salah satu gangguan yang paling umum dari
sistem saraf. Telah diperkirakan bahwa 47% dari populasi orang dewasa
mengalami nyeri kepala setidaknya sekali dalam tahun lalu pada umumnya.
Nyeri kepala yang berhubungan dengan beban pribadi dan sosial dari rasa
sakit, kualitas cacat, rusak kehidupan dan biaya keuangan. Sebuah minoritas
orang dengan gangguan sakit kepala di seluruh dunia didiagnosis dengan
tepat oleh penyedia layanan kesehatan. (WHO, 2012)
Jenis yang paling umum dari nyeri kepala adalah nyeri kepala tipe
tegang. Data yang tersedia menunjukkan bahwa di negara maju, Tension
Headache Type mempengaruhi dua sampai pertiga dari pria dan lebih dari
80% wanita. Tidak banyak diketahui adalah korban dari nyeri kepala harian
kronis sampai dengan satu orang dewasa di 20 negara memiliki nyeri kepala
setiap atau hampir setiap hari. (WHO, 2012)
Migrain telah dipelajari lebih sering daripada jenis lain dari gangguan
sakit kepala, dan telah menerima banyak perhatian meskipun kurang
umum. Umumnya mulai pubertas, migrain kebanyakan mempengaruhi
mereka yang berusia antara 35 dan 45 tahun, tetapi dapat mengganggu orang
yang jauh lebih muda, termasuk anak-anak. Penelitian di Eropa dan Amerika
telah menunjukkan bahwa 6-8% pria dan 15-18% dari wanita mengalami
migrain setiap tahun. Pola serupa terlihat di Amerika Tengah dan
Selatan. Tingkat yang lebih tinggi pada wanita di mana-mana (2-3 kali lipat
dibandingkan dengan laki-laki) adalah pengaruh dari hormon. (WHO, 2012)
Bagi sebagian besar orang yang menderita nyeri kepala, pengobatan
yang efektif tidak memerlukan peralatan mahal, tes atau spesialis. Nyeri
kepala sebagian besar dikelola dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Definisi Nyeri Kepala
Nyeri kepala adalah perasaan sakit yang terasa tidak nyaman yang
menyerang daerah tengkorak (kepala) mulai dari kening kearah atas dan
belakang kepala serta daerah wajah yang merupakan mekanisme protektif
yang dapat terjadi setiap saat bila ada jaringan manapun yang mengalami
kerusakan. (Ginsberg, 2007)
Nyeri kepala adalah rasa sakit atau rasa yang tidak nyaman antara
daerah orbita dengan kepala yang berasal dari struktur sensitif terhadap rasa
sakit. (Kenneth, 2010)
Nyeri kepala adalah nyeri yang bersifat subjektif yang berlokasi di
atas garis orbitomeatal dengan disertai penyebab yang bersifat intrakranial
(pembuluh darah besar, duramater dasar tengkorak, nervi kraniales V, IX, dan
X, serta saraf spinal servikal bagian atas) maupun ekstrakranial (mata dan
orbita, telinga, sinus paranasal, hidung, mastoid, orofaring, gigi, dan kulit
kepala). (Harsono, 2011)
Nyeri kepala adalah nyeri difus di berbagai bagian kepala yang
bervariasi dalam intensitas, sisi dan durasi. (Hamilton, 2009)
II.2 Epidemiologi Nyeri Kepala
Berdasarkan hasil penelitian multisenter berbasis rumah sakit pada 5
rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi penderita nyeri kepala
sebagai berikut : migren tanpa aura 10%, migren dengan aura 1,8%, Episodik
Tension type Headache 31%, Chronic Tension type Headache (CTTH) 24%,
Cluster Headache 0.5%, Mixed Headache 14% (Sjahrir, 2004).
Penelitian berbasis populasi menggunakan kriteria Internasional
Headache Society untuk Migrain dan Tension Type Headache (TTH), juga
penelitian Headache in General dimana Chronic Daily Headache juga
disertakan. Secara global, persentase populasi orang dewasa dengan
gangguan nyeri kepala 46%, 11% Migren, 42% Tension Type Headache dan
3% untuk Chronic daily headache. (Stovner, 2007)
Di Amerika Serikat orang yang mengalami nyeri kepala tanpa sebab
setiap tahun 90-95%. Nyeri kepala merupakan alasan nomor satu dalam
mencari asuhan kesehatan di negara ini. Tiga puluh lima persen sampai
empat puluh persen pasien yang mencari terapi menderita nyeri kepala
harian kronis (chronic daily headache, CDH), yang berarti menderita nyeri
kepala paling tidak 4 jam perhari selama paling tidak 25 hari perbulan.
Banyak pasien CDH menderita nyeri kepala tipe migrain dan tipe tension.
(Brashers, 2007)
Prevalensi nyeri kepala tipe migren adalah 18% pada wanita, dan 6%
pada pria, prevalensi ini semakin meningkat setiap tahun. Onset sering
terjadi di usia belasan sedangkan pada prevalensi puncak pada usia 35
sampai 40 tahun. Lebih dari tujuh puluh persen pasien migrain memiliki
riwayat keluarga positif menderita migrain, dengan kemungkinan hubungan
dengan DNA mitokondrial dan kromosom 19. (Brashers, 2007)
Tipe tension merupakan sakit kepala primer yang paing umum
dengan prevalensi keseluruhan nyeri kepala episodic adalah tiga puluh
delapan koma tiga persen termasuk empat puluh tujuh persen wanita berusia
30 sampai 39 tahun, insidensi meningkat sesuai dengan tingginya tingkat
pendidikan. (Brashers, 2007)
Cluster jauh lebih jarang dari migrain atau tipe tension dengan
insidensi kurang dari satu persen sedangkan insidensi tertinggi pada akhir
usia 20 tahun dan awal 30 tahun dan rasio pria dan wanita sebanyak 5 :1.
(Brashers, 2007)
intrakranial
tanpa
adanya
lesi
massa
yang
mungkin
meliputi
gangguan
absorpsi
cairan
temporalis
superfisialis,
tetapi
juga
dapat
intrakranial.
hiperkapnia,
Gangguan
dan
metabolik,
hipoglikemia
misalnya
dapat
juga
Migren dapat
Panitia
Klasifikasi
Sakit
Kepala
dari
10
atau
oftalmoplegia,
dengan
tanda
struktural,
misalnya
aneurisma,
telah
mendasari
gejala
otonom
yang
terjadi
bersamaan dengan nyeri kepala ini. Pasien biasanya lakilaki, onset usia 20-60 tahun. Pasien merasakan serangan
11
dapat
berlangsung
mencetuskan
selama
serangan.
berhari-hari,
Pola
ini
berminggu-minggu
banyak
neurologi
lebih
suka
12
kelainan.
(Perdossi, 2011)
Nyeri kepala dirasakan seperti kepala berat, pegal, seperti diikat
tali yang melingkari kepala, kencang dan menekan. Kadang-kadang
disertai nyeri kepala yang berdenyut. Bila berlangsung larna, pada
palpasi dapat diketemukan daerah-daerah yang membenjol, keras dan
nyeri tekan. (Perdossi, 2011)
Dapat disertai gejala mual, kadang-kadang muntah, vertigo, lesu,
sukar tidur, mimpi buruk, sering terbangun menjelang pagi dan sulit
tidur kembali, hiperventilasi, perut kembung, singultus berlebihan,
sering flatus, berdebar-debar, kadang-kadang sesak, parestesia pada
ekstremitas, sulit konsentrasi, mudah tersinggung, cepat marah, sedih,
hilangnya kemauan untuk belajar atau bekerja, anoreksia, dan keluhan
depresi yang lain. (Perdossi, 2011)
II.4.2 Migren Tanpa Aura
Migren ini tidak jelas penyebabnya (idiopatik), bersifat kronis
dengan manifestasi serangan nyeri kepala 4-72 jam, sangat khas yaitu
nyeri kepala unilateral, berdenyut-denyut, dengan intensitas sedang
sampai berat disertai mual, fotofobia atau fonofobia. Nyeri kepala
dlperberat dengan aktivitas fisik. Gejala-gejala tambahan meliputi
nyeri kepala pada waktu menstruasi dan berhenti pada waktu hamil.
(Perdossi, 2011)
Serangan nyeri kepala berlangsung antara 4-72 jam (tidak
diobati atau pengobatan tidak cukup) dan di antara serangan
13
diduga ada
14
15
Peregangan
atau
pergeseran
pembuluh
darah
intrakranium
atau
ekstrakranium
Traksi pembuluh darah
Kontraksi otot kepala dan leher (kerja otot yang berlebihan)
Peregangan periosteum (nyeri lokal)
Sistem saraf simpatis pada dasarnya bertanggung jawab atas pengendalian
neural pembuluh darah intrakranium dan ekstrakranium. (Sylvia, 2003)
Nyeri kepala timbul karena perangsangan terhadap bangunan-
bangunan di daerah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Sedangkan
nyeri wajah pada umumnya disebabkan oleh perangsangan terhadap serabutserabut nervus trigeminus. (Sylvia, 2003)
Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka
darah
(a.frontalis,
a.temporalis
superfasialis,
n.trigeminus
16
sebagai
akibat
perangsangan
bangunan
intrakranial
akan
17
dan muskular akan dapat menambah unsur-unsur nyeri yang lain. (Harsono,
2009)
II.5.1 Patofisioiogi Migren
II.5.1.1 Patofisiologi Migren dengan Aura
Mekanisme migren dengan aura merupakan manifestasi
dari penekanan aktivitas neuron yang tersebar disertai dengan
pengurangan aliran darah, terbanyak dibagian posterior
hemisfer serebri. Hipoperfusi (pengurangan aliran darah) ini
secara perlahan menyebar ke depan pada permukaan korteks
serebri sampai ke daerah dekat otak. Perubahan vaskular
disertai
dengan
perubahan
fungsi,
misalnya
daerah
18
yang
penting,
misalnya
tak
ada
fase
19
pada
inti-inti
pembuluh
darah
ini
otak
menyebabkan
sesisi
dan
20
mungkin
dipicu
oleh
proses-proses
yang
dan
serotonin)
menyebabkan
hilangnya
membebaskan
berbagai
neuropoptida
yang
21
intrakranial.
Inflamasi
ini
melibatkan
22
dapat dirasakan di tempat yang jauh dari titik tersebut. Penemuan ini
membuktikan adanya hubungan antara nyeri kepala dengan ketegangan otot. (Harsono, 2009)
Akhir-akhir ini, ketegangan otot sebagai faktor penyebab
tunggal munculnya nyeri kepala tegang otot mulai disangsikan. Pikoff
(1984) mengumpulkan 17 hasil penelitian, 9 di antaranya mendukung
adanya hubungan ketegangan otot-otot perikranial dengan nyeri
kepala dan sisanya tidak menemukan adanya hubungan tersebut.
Banyak juga peneliti yang percaya bahwa nyeri kepala tegang otot
berhubungan dengan masalah-masalah psikologik. Haber (1985)
misalnya menemukan adanya hubungan yang erat antara nyeri kepala
tegang otot dengan faktor psikofisiologik pada sebagian penderita.
(Harsono, 2009)
Memperhatikan hasil-hasil penelitian yang masih kontroversial
tersebut maka The International Headache Society membagi nyeri
kepala tegang otot menurut klasifikasi di atas dengan tujuan untuk
merangsang penelitian lebih lanjut. Jadi sampai sekarang patogenesis
yang pasti belum jelas benar. (Harsono, 2009)
II.5.3 Patofisiologi Nyeri Kepala Tipe Cluster
Tidak terdapat perubahan aliran darah serebral yang konsisten
yang menyertai serangan nyeri, Mungkin bukti terkuat yang menunjuk
kepada mekanisme sentral adalah periodisitasnya yang memperkuat
kesimpulan ini adalah observasi gejala autonomik yang menyertai nyeri
bersifat bilateral, lebih hebat pada sisi yang nyeri. Hipotalamus bisa
merupakan tempat aktivasi pada gangguan ini. (Harrison, 2005)
Hipotalamus posterior mengandung sel-sel yang mengatur
fungsi autonomik dan hipotalamus anterior mengandung sel-sel (nukles
suprakiasmatik) yang berfungsi sebagai pacu sirkadian utama pada
mamalia. Aktivasi keduanya diperlukan untuk menjelaskan gejala
cluster headache. Pacu tersebut dimodulasi secara serotonergik melalui
proyeksi rafe dorsalis. Kesimpulan tentatif bisa dicapai bahwa baik
23
migren maupun cluster headache dapat disebabkan oleh neurotransmisi serotonergik abnormal, meskipun pada lokus yang berbeda.
(Harrison, 2005)
II.6 Penegakkan Diagnosis
II.6.1 Anamnesis
Penyebab nyeri kepala sangat beragam. Di samping itu
gambaran klinik nyeri kepala juga sangat bervariasi, hal demikian
ini diperkaya lagi oleh istilah-istilah awam yang berlatar belakang
bahasa
sehari-hari
yang
digunakannya.
Dengan
demikian
24
25
biasanya
terjadi
pada
perdarahan
intrakranial.
26
benigna. Nyeri kepala yang timbul pada saat dalam posisi berdiri
tegak dan segera mereda pada saat berbaring adalah khas untuk
suatu kebocoran CSS yang dapat terjadi secara spontan.
Nyeri kepala selama koitus, teristimewa selama atau
segera sesudah orgasmus, bersifat benigna apalagi apabila
sebelumnya terjadi aktivitas seksual beberapa kali. Dalam
keadaan ini dapat terjadi nyeri kepala tunggal, langsung bersifat
berat hal demikian ini harus dicurigai adanya kemungkinan
perdarahan subaraknoidal.
6. Lokasi dan Evolusi
Penderita diminta untuk menunjuk lokasi nyeri dengan
ujung
jarinya.
Hal
ini
akan
sangat
membantu
proses
27
hemisferik
misalnya
hemiparesis,
parestesia,
dan
28
akan
berkurang
dengan
penekanan
lokal
atau
obat
(diminum,
suntikan),
dan
lamanya
29
dokter
namun
tidak
kunjung
sembuh.
Dalam
berhubungan
dengan
keluhan
nyeri
kepala
perlu
ditanyakan pula.
II.6.2 Pemeriksaan Fisik Nyeri Kepala
cahay,
pemeriksaan
visus
dan
lapang
pandang
30
disebabkan
oleh
kekurangan
hormon
tiroid.
Perhatikan letak bola mata di dalam orbita. Kadangkadang anda perlu mengukur letak mata jarang jarang
anda bahkan harus mengauskultasi mata.
Bola mata dibatasi oleh tulang-tulang orbita
dirangkul oleh otot-otot ekstraokuler pada sisi-sisinya,
nervus optikus dan bantalan lemak di bagian posterior, dan
konjungtiva di bagian anterior. Kelainan salah satu
struktur ini dapat mengubah posisi bola mata di dalam
orbita. Posisi ini dapat diukur.
Letakkan sebuah penggaris pada ujung lateral sudut
orbita dan lihatlah dan sisi di seberang pinggir depan
kornea. Pasien menderita eksoftalmus jika jarak dan sudut
tersebut ke pinggir anterior kornea melebih 16 mm.
Jarang-jarang, pada auskultasi bola mata dapat terdengar
bising kontinu yang khas yang disebabkan oleh fistula
arteriovenosa,
sampai
sejauh
arteri
karotis. Untuk
31
Gambar 1.1
Judul : Pemeriksaan Kelopak Mata
Dikutip : (Rosen P. Sterabach GI. Atlas of Emergency Medicine, 1979)
Biasanya inspeksi biasa sudah cukup. Kadangkadang anda perlu memeriksa permukaan dalam kelopak
mata atas. Letakkan kapas lidi kira-kira pada Sepertiga
bawah kelopak mata atas. bulu mata ke bawah dan ke luar
dan balikkanlah kelopak mata pada lidi tersebut untuk
memperlihtkan konjungtiva palpebra.
Sudut yang terbentuk di bagian medial dan lateral
oleh pertemuan kelopak mata atas dan bawah disebut
32
33
Ujung
kertas
tersebut
dengan
hati-hati
refleks
konsensual.
Kedua
tindakan
mi
34
Mintalah
pasien
untuk
memusatkan
mendekati
pasien
dan
sentuhlah
hidungnya.
35
4.
Pemeriksaan
Tajam
Penglihatan
dan
Lapangan
Penglihatan
Kalau semua struktur-struktur ini berfungsi dengan
baik, hasil akhirnya adalah penglihatan. Setiap gangguan
pada tempat ini dapat mengurangi kemampuan untuk
melihat, tajam penglih atan. Lintasan akhir nervus optikus
ke lobus oksipital melengkapi mekanisme yang rumit mi.
Dalam keadaan normal, mata manus ia mendeteksi
benda-benda yang memb entuk sudut 5 menit. Kartu
Snellen terdiri dan huruf-huruf dengan ukuran yang makin
mengecil. Angka pada tiap deret huruf menunjukkan jarak
(dalam kaki) di mana huruf-huruf tadi akan berada dalam
sudut 5 menit jadi 200 berarti bahwa pada jarak 200 kaki
36
Gambar 1.2
Judul : Kartu Snellen
37
Ingatlah
untuk
memeriksa
tiap
mata
secara
diperiksa
den
gan
konfrontasi.
Anda
38
5. Pemeriksaan Oftalmoskopik
Oftalmoskopik
adalah
sumber
cahaya
yang
yang
berbeda-beda.
Kebanyakan
oftalmoskop
39
40
Gambar 1.3
Judul : Pemeriksaan Oftalmoskopik
Di kutip dari : (MC Glynn Burnside adam. Diagnosis Fisik,1995)
Gambar 1.4
Judul : Pemeriksaan Oftalmoskop
Di kutip dari : (Mc Glynn Brnside adam. Diagnosis Fisik, 1995)
41
tetapi
pandangannya
harus
tetap
ada
pantulan
kornea
yang
berarti.
Kedua,
Gambar 1.5
42
Beritahukanlah
pasien
bahwa
anda
akan
langsung
ke
sumber
cahaya. Anda
akan
memeriksa
mata
kanan,
peganglah
43
hubungan
yang
erat.
Biasanya
menyebabkan
peningkatan
tekanan
44
kepala pada
umumnya
tidak
perlu
lesi
pada
kalvarium,
kelainan
pertumbuhan
di
daerah
dan
45
Atas
pertimbangan
tertentu,
setelah
melalui
khusus,
terutama
tentang
kontra-indikasinya.
(Perdossi, 2011)
3. Elektro-ensefalografi
Walaupun elektro-ensefalografl
(EEG)
hampir
tidak
46
perimetri
dan
tekanan
dengan
penderita.
Kadang
kala,
observasi
ini
47
Makin banyak yang kita ketahui tentang migren maka kemungkinan untuk membebaskan penderita dari serangan inigren
makin besar. Namun demikian, sampai saat ini kita belum mampu
sepenuhnya untuk menanggulangi migren ini. Memang, migren
tidak mengancam jiwa seseorang tetapi sangat mengganggu
aktivitas sehari-hari. Dengan demikian terapi migren harus benarbenar efektif. (Harsono, 2009)
1. Terapi medikamentosa
Tujuan terapi ini adalah untuk membantu penyesuaian
psikologik dan fisiologik penderita, mencegah berlanjutnya
dilatasi arteri ekstra-kranial tanpa mengurangi aliran darah ke
otak, serta menghambat aksi mediator humoral misalnya
serotonin dan histamin, dan mencegah vasokonstriksi arteri
intrakranial untuk memperbaiki aliran darah otak, yang
kesemuanaya sangat berperan dalam proses terjadinya sindrom
migren. Terapi medikamentosa dapat dilaksanakan pada tahap
akut dan dapat pula dilakasanakan sebagai pencegahan
terjadinya serangan nyeri. (Harsono, 2009)
2. Terapi tahap akut
Tujuan pengobatan pada tahap akut ini adalah untuk
mengatasi rasa nyeri akibat terjadinya dilatasi arteri di kulit
kepala yang terjadi pada saat serangan migren.
Ergotamin tartrat telah digunakan sejak 60 tahun yang
lalu dan efektif untuk mengatasi nyeri kepala migren akut.
Ergotamin menghambat pengambilan kembali norepinefrin
bebas; norepinefrin ini sangat erat hubungannya dengan
reseptor adrenergik alfa yang bertanggung jawab untuk
melakukan
vasokonstriksi.
Efektivitas
ergotamin
pada
48
suatu
derivat
ergotamin,
juga
suatu
obat
yang
berefek
antiserotonln,
dapat
49
50
51
Gambar 1.6
Judul : Gejala Karekteristik migren dan obat-obat
yang digunakan untuk mengobati migren
Di kutip dari : (Katzung, 2010)
52
53
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Nyeri kepala merupakan nyeri subjektif yang berlokasi di atas garis
orbitomeatal. Nyeri kepala merupakan salah satu jenis gangguan yang
paling sering ditemukan di seluruh dunia dan gangguan ini berhubungan
erat dengan status social ekonomi. Berdasarkan hasil penelitian multisenter
berbasis rumah sakit pada 5 rumah sakit di Indonesia, didapatkan prevalensi
penderita nyeri kepala sebagai berikut : Migren tanpa aura 10%, Migren
dengan aura 1,8%, Episodik Tension type Headache 31%, Chronic Tension
type Headache (CTTH) 24%, Cluster Headache 0.5%, Mixed Headache
14% .
Nyeri kepala dibagi menjadi dua yaitu nyeri kepala primer dan nyeri
kepala sekunder. Sekitar 90% pasien nyeri kepala mengalami migraine,
Nyeri kepala cluster ,nyeri kepala tipe tegangan, atau kombinasi keduanya.
Beberapa mekanisme umum yang tampaknya bertanggung jawab memicu
nyeri kepala adalah :
ekstrakranium
Traksi pembuluh darah
Kontraksi otot kepala dan leher (kerja otot yang berlebihan)
Peregangan periosteum (nyeri lokal)
Sistem saraf simpatis pada dasarnya bertanggung jawab atas
54
III.2 SARAN
Dari penjelasan diatas kami sebagai penulis menyarankan kepada
pembaca untuk mengetahui bagaimana cara dan
penanganan berbagai
klasifikasi nyeri kepala tersebut. semoga dengan referat ini pembaca akan
lebih memahami tentang nyeri kepala yang dapat menyebabkan penyakit
lain.
55
DAFTAR PUSTAKA
Adam, G. 1997. Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6. EGC. Jakarta. 153-159
Hal
Brasher, V. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi edisi 2. EGC. Jakarta. 257 -258 Hal
Hamilton, C. 2009. Obstetri dan Ginekologi edisi 2. EGC. Jakarta. 202 Hal
Harrison, T. 2005. Harrisons Internatl Medicine. McGraw-Hill Companies. United
states of Amerika. 85-93 Hal
Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi edisi 2. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. 237-263 Hal
Harsono, 2011. Buku Ajar Neurologi Klinis Ikatan dokter Spesialis Saraf
Indonesia. UGM. Yogyakarta. 271-283 Hal
Kenneth, W. Headache Neurology and Neurosurgery Illustrated. Churchill
Livingstone. London. 66 Hal
Lionel, G. 2007. Lecture Notes Neurologi. Erlangga. Jakarta. 69-76 Hal
Price, Sylvia dan Lorraine.2003. Patofisiologi edisi 6. EGC. Jakarta.
Sidharta, P. 2010. Tata Pemeriksaan Klinis Dalam Neurologi. Dian Rakyat. Jakarta.
32-36 Hal
Mc, Glynn Burnside adam. 1995 Diagnosis Fisik. Edisi 17. EGC. Jakarta. 117-119
Hal