Você está na página 1de 43

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kegawatdaruratan endokrinologi yng disebabkan oleh defisiensi insulin relatif
atau absolut. Ketoasidosis diabetik juga merupakan komplikasi akut diabetes militus yang ditandai dengan dehidrasi,
kehilangan alektrilit, danasidosis. Ketoasidosis diabeti ini diakibatkan oleh defisiensi berat insulin dan disertai gangguan
metabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Keadaan ini merupakan gangguan metabolisme yang paling serius pada diabetes
ketergatungan insulin.
Ketoasidosis diabetikum lebih sering terjadi pada usia <65 tahun. Ketoasidosis diabetikum lebih sering terjadi pada
perempuan dibanding laki-laki. Surveillance Diabetes Nasional Program Centers for Disease Control (CDC ) memperkirakan
bahwa ada 115.000 pasien pada tahun 2003 di Amerika Serikat, sedangkan pada tahun 1980 jumlahnya 62.000. di sisi lain
KAD per 100.000pasien diabetes menurun antara tahun 1985 daan 2002 dengan pengurangan kematian terbesar diantara
mereka yang berusia 65 tahun. Kematian di KAD terutama disebabkan oleh penyakit pengendapan yang mendasari dan hanya
jarang komplikasi metabolik hiperglikemia atau ketoasidosis.

Adanya gangguan dalam regulasi insulin dapat cepat menjadi ketoasidosis diabetik manakala terjadi diabetik tipe 1
yang tidak terdiagnosa, ketidaseimbangan jumlah intake makanan dengan insulin, adolescen dan pubertas, aktivitas yang tidak
terkontrol Pda diabetes, dan stress yang berhubungan dengan penyakit, trauma, atau tekanan emosional.
Perawatan pada pasien yang mengalami KAD antara lain meliputi rehidrasi, pemberian kalium lewat infus, dan
pemberian insulin. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi selama pengobatan KAD adalah edema paru,
hipertrigliseridemia, infark miokard akut, dan komplikasi iatrogenik. Komplikasi iatrogenik tersebut ialah hipoglikemia,
hipokalemia, edema otak, dan hipokalsemia.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa definisi ketoasidosis diabetikum (KAD)?
b. Apa etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)?
c. Bagaimana patofisiologi klinik ketoasidosis diabetikum (KAD)?
d. Apa saja manifestasi klinik ketoasidosis diabetikum (KAD)?
e. Bagaimana phatways ketoasidosis diabetikum (KAD)?
f. Apa komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)?
g. Bagaimana penatalaksanaan secara medis klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD)?
h. Bagaimana pengkajian klien ketoasidosis diabetikum (KAD)?
i. Bagaimana analisa data klien ketoasidosis diabetikum (KAD)?
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan ketoasidosis diabetikum
(KAD).
b. Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi ketoasidosis diabetikum (KAD)?
2. Menegetahui etiologi ketoasidosis diabetikum (KAD)?
3. Mengetahui patofisiologi klinik ketoasidosis diabetikum (KAD)?
4. Menyebutkan manifestasi klinik ketoasidosis diabetikum (KAD)?
5. Mengetahui phatways ketoasidosis diabetikum (KAD)?
6. Mengetahui komplikasi dari ketoasidosis diabetikum (KAD)?
7. Mrngrtshui penatalaksanaan secara medis klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD)?
8. Mengetahui pengkajian klien ketoasidosis diabetikum (KAD)?
9. Mengetahui analisa data klien ketoasidosis diabetikum (KAD)?

D. MANFAAT
a. Mendapatkan pengetahuan tentang ketoasidosis diabetikum (KAD).
b. Mendapatka pengetahuan tentang asuhan keperawatan tentang ketoasidosis diabetikum (KAD).
c. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan ketoasidosis diabetikum (KAD).

BAB II

PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Ketoasidosis diabetikum adalah kasus kedaruratan endokrinologi yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau
absolut. Ketoasidosis diabetikum terjadi pada penderita IDDM (DM Tipe 2).
KAD adalah keadaan yang ditandai dengan asidosis metabolik akibat pembentukan keton yang berlebihan, sedangkan
SHH ditandai dengan hiperosmolalitas berat dengan kadar glukosa serum yang biasanya lebih tinggi dari KAD murni
(American Diabetes Association, 2004).
KAD adalah merupakan trias dari hyperglikemia, asidosis, dan ketosis yang terlihat terutama pada pasien dengan
diabetes tipe 1 (Samijean Nordmark,2008).
Salah satu kendala dalam laporan mengenai insidensi, epidemiologi dan angka kematian KAD adalah belum
ditemukannya kesepakatan tentang definisi KAD. Sindroma ini mengndung triad yang terdiri dari hiperglikemia, ketosis dan
asidemia. Konsensus diantara para ahli dibidang ini mengenai kriteria diagnostik untuk KAD adalah Ph arterial < 7,3, kadar
bikarbodat < 15 mEq/L, dan kadar glukosa darah > 250 m g/Dl disertai ketonemia dan ketonuria moderate (Kitabchi dkk,
1994).
B. ETIOLOGI

Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahuimenderita DM untuk pertama kali, pada pasien yang sudah
diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam
pengobatan dan pencegahan ketoasidosisberulang. Tidak adanya insulin atautidak cukupnya jumlah insulinyang nyata, yang
dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Beberapa penyebab terjadinya KAD adalah :
1. Infeksi : pnemunia, infeksi traktus urinarius, dan sepsis diketahui bahwa jumlah sel darah putihmungkin meningkat
2.
3.
4.
5.

tanpa indikasi yang mendasar infeksi


Ketidak patuhan : karena ketidak patuhan dalam dosis
Pengobatan : onset baru diabetes atau dosis insulin tidak adekuat
Kardiovaskuler : infark miokardium
Penyebab lain : hipertirodisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan, kortikosteroid dan adrenergik. (Samijean

Nordmark, 2008).
C. PATOFISIOLOGI KLINIK
Ketoasidosis terjadi bila tubuh sangat kekurangan insulin. Karena dipakainya jaringan lemak untuk memenuhi
kebutuhan energi, maka akan terbentuk keton. Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan

tubuh akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi perencanaan makan,
menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya sakit diabetes militus, mendapat infeksi atau penyakit berat
lainnya seperti kematian otot jantung, struk, dan sebagainya.
Faktor-faktor pemicu

yang paling umum didalam perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi,

infakmilkardial, trauma, ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan metabolik yang ditemukan pada ketoasidosis diabetik
(KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidalangsung dari kekurangan insulin.
Menurunnya transport glukosa kedalam jaringan-jaringan tubuh akan menimbulkan hiperglikemia yang meningkatkan
glukosurya. Meningkatnya lipolisis akan menyebabkan kelebihan produksi sam-asam lemak, yang sebgaian diantaranya akan
dikonfersi (diubah menjadi keton), menimbulkan ketonaemia, asidosis metabolik dan ketonuria.
Muntah-muntah juga biasanya sering terjadi dan akan mempercepat kehilangan air dan elektrolit. Sehingga,
perkembangan KAD adalah merupakan rangkaian dari siklus interlocking vicius yang seluruhnya harus diputuskan untuk
membantu pemulihan etabolisme karbohidrat dan lipid normal.

Apabla jumlah insulin berkurangh, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang juga. Disamping itu produksi
glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali. Kedua faktor ini akan

menimbulkan hiperglikemi. Dalam upaya untuk

menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh, giljal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan
elektrolit (seperti natrium dan kalium). Diuresis osmotik yang ditandai oleh urinasi yang berlebihan (poliuria) akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit. Penderita ketoasidosis diabetik yang berat dapat kehilangan kira-kira 6,5
liter air dan sampai 400-500 mEq natrium, kalium serta klorida selama periode waktu 24 jam. Akibat defisiensi insulin yang
lain adalah pemecahan lemak (lipolisis) menjadi asam-sam lemak bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi
badan keton oleh hati. Pada ketoasidosis diabetik terjadi produksi badan keto yang berlebihan sebagai akibat dari kekurangan
insulin yang secara normal akan mencegah tmbulnya keadaan tersebut. Badan keton bersifat asam dan bila bertumpuk dalam
sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis metabolik.

D. MANIFESTASI KLINIK
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam. Poliuria, polidipsi, dan penurunan berat
badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari menjelang KAD, dan sering disertai mual muntah dan nyeri perut. Nyeri
perut sering diartikan sebagai akut abdomen. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab utama gejala nyeri abdomen,
gejala ini akan menghilang setelah asidosis teratasi.
Sering dijumpai peurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi dan syok hipovelomia (kulit/mukosa kering
dan enurunan turgon, hipotensi dan takikardi), tanda lain adalah nafas cepat dan dalam (kussmaul) yang merupakan
komfensasi hiperpentilasi akibat osidosis metabolik, disertai bau aseton pada nafas nya.
1. Hiperglikemia
2. Glukosurya berat
3. Asidosis metabolik
4. Diuresis osmotik penumpukan keton bodies, dengan hasil akhir dehidrasi dan penurunan elektrolit
5. Hipotensi dan syok
6. Koma/penurunan kesadaran

E. PATWAYS
DM I

DM II

Sel pancreas

sel pancreas menurun


Ketoasidosis

Defisiensi insulin
Menigkatnya kadar gula dalam darah

Potensial terjadinya
penyebaran infeksi
(sepsis)

pemyakit diabetes
yang tidak terdeteksi dan
pengobatan/diet
yang tidak epektif

hiperglikemi
Kurangnya
pengetahuan

glukosa intrasel menurun


proses pembentukan
intak kurang
Gangguan
pemenuhan
nutrisi

cemas

energi terganggu

melemahnya aliran darah

10

obstruksi pembuluh
darah

iskemik jaringan

Gangguan
perpusi jaringan

Gangguan rasa
nyaman (nyeri)

Melemahnya jaringan otot


Cedera
Luka

Perubahan bentuk
salah satu anggota tubuh

Nyeri
Gangguan
Gangguan
integritas jaringan

gambaran diri

Keterbatasan

mobilistas fisik

F. KOMPLIKASI
Gangguan pola
tidurKomplikasi dari ketoasidosis diabetikum dapat berupa
1. Ginjal diabetik (Nefropati Diabetik)

11

Nepropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita mencapai stadium nefropati diabetik,
didalam air kencingnya terdapat protein. Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada
kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal ginjal dan harus melakukan cuci darah.
Selain itu sefropati diabetik bisa menimbulkan gagal jantung kongesif.
2. Kebutaan (Ratinopati Diabetik)
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata. Penglihatan menjadi kabur dan dapat
berakhir dengan kebutaan.
3. Syaraf (Neurofati Diabeti)
Neurofti Diabetik adalah akibat kerusakan pada syaraf. Penderita bisa stres, perasaan berkurang sehingga apa yang
dipegang ttidak dapat dirasakan (mati rasa).
4. Kelainan jantung
Tergangguya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada pembuluh darah jantung. Bila diabetes
mempunyai komplikasi jantung koroner dan mendapat serangan kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak
disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
5. Hipohlikemia
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila bila penurunan kadarglukosa darah terjadi sangat cepat,
harus diatasi dengn segera. Keterlambatan dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah
sampai berupa kom dan kejang-kejang.
6. Hipertensi

12

Karena harus membuang kelebihan glukosa darah melalui air seni, ginjal penderita diabetes harus bekerja ekstra berat.
Selain itu tingkat kekentalan darah pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh
kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan signal ke otak untuk menambah tekanan
darah.
G. PENATALAKSANAAN SECARA MEDIS
Tujuan penatalaksanaan
1)
2)
3)
4)

Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan dehidrasi


Menghentikan ketogenesis (insulin).Koreksi gangguan elektrolit
Mencegah komplikasi
Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus

Airway dan Breathing


Oksigenasi / ventilasi
Jalan napas dan pernapasan tetap prioritas utama. Jika dengnan kesadaran / koma (GCS < 8) mempertimbangkan intubasi dan
ventilasi. Pada pasien tersebut sementara saluran napas dapat dipertahankan oleh penyisipan Guedels saluran napas. Pasang

13

oksigen melalui masker hudson atau non-rebreather masker jika ditunjukan. Masukan tabung nasogastrik dan biarkan drainase
jika pasien muntah atau jika pasien telah muntah berulang. Airway, pernapasan dan tingkat kesadaran harus dimonitor
disemua treatment DKA.

Circulation
Penggantian cairan
Sirkulasi adalah prioritas kedua, DKA pada pasien yang menderita dehidrasi berat bisa berlanjut pada syok hivopolemik. Oleh
sebab itu, cairan pengganti harus dimulai segera. Cairan resusitasi bertujuan untuk mengurangi hiperglikemia,
hyperosmolality, dan counterregulatory hormon, terutama dalam beberapa jam pertama, sehingga mengurangi resistensi
terhadap insulin. Terapi insulin paling efektif jika didahului oleh cairan awal dan penggantian elektrolit. Defisit cairan tubuh
10% dari berat badan toal maka lebih dari 6 liter cairan mungkin harus diganti. Resusitasi cairan segera bertujuan untuk
kristaloid, koloid dan bisa digunakan jika pasien dalam syok hivopolemik. Normal saline (NaCl 0.9%) yang pling sesuai.
Idealnya 50% dari total defisit air tubuh harus diganti dalam 8 jam pertama dan 50% lain dalam 24 jam berikutnya. Hati-hati

14

pemantauan status hemodinamik secara teliti (pada pasien yang tidak stabil setiap 15 menit), fungsi ginjal, status mental dan
keseimbangan cairan diperlukan untuk menghindari overload cairan (Elisabeth Eva Oakes, RN. 2007. Diabetic Ketoacidosis
DKA).

H. PENGKAJIAN
1. Aktivitas / istirahat
Gejala
: Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun, gangguan istirahat / tidur
Tanda
: Takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas, latergi / disorientasi, koma.
2. Sirkulasi
Gejala
: Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan kesemutan pada ekstermitas, ulkus pada kaki,
penyembuhan yag lama, dan takikardi.
Tanda
: Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada, distrimia, krekels, Distensi vena
jugularis, kulit panas, kering, dan kemerahan, bola mata cekung.
3. Integritas / ego
Gejala : stres, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan kondisi.
Tanda : ansietas, peka rangsang
4. Eliminasi

15

Gejala : perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri/terbakar. Kesulitan berkemih (infeksi), ISSK
baru/berulang, nyeri tekan abdomen, diare.
Tanda : urine encer, pucat, kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat),
urine berkabut, bau busuk (infeksi), abdomen keras, adanya asitesis, bising usus lemah dan menururn, hiperaktif (diare)
5. Nutrisi / cairan
Gejala : hilangnnafsu makan,mual/nuntah, tidak mematuhi diet,peningkatan masukan glukosa/ karbohidrat, penurunan
berat badanlebih dari beberapa hari/minggu, haus, penggunaan diuretik (thiazid)
Tanda : kulit kering/bersisik, turgor jelek, kekakuan/distensi abdomen, muntah, pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan
metabolik dengan peningkatan gula darah), bau halistosis/manis, bau buah (napas aseton).
6. Neurosensori
Gejala : pusing/pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan pada otot, parestesia, gangguan penglihatan
Tanda : disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut). Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental,
refleks tendon dalam menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
7. Nyeri atau kenyamanan
Gejala : abdomen yang tegang/nyeri (sedang/berat)
Tanda : wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala : merasa kekurangan oksigen, batuk dengan/tanpa spuntum purulen (tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda : lapar udara, batuk dengan/tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan meningkat
9. Keamanan
Gejala : kulit kering, gatal, ulkus kulit

16

Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi/ulserasi, menurunnya kekuatan umum/rentang erak, parestesia/paralisis otot
termasuk otot-otot pernapasan ( jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10. Seksualitas
Gejala : rebas vagina (cenderung infeksi), masalah inpoten pada pria, kesuitan orgasme pada wanita.
11. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : faktor resiko keluarga DM, jantung, struk, hipertensi, penyembuhan yang melambat, penggunaan obat seperti
steroid, diuretik, dilatin dan venobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa darah). Mungkin atau tidak memerlukan
obat diabetik sesuai pesanan.
Rencana pamulangan : mungkin memerlukan bantuan dalam pengaturan diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan
terhadap glukosa darah.

17

NO
DATA
1.
DS :
DO :

ETIOLOGI
Proses pembentukan energi
terganggu

MASALAH
Gangguan perfusi
jaringan

Melemahnya aliran darah


Obstruksi pembuluh darah

I. ANALISA DATA

Gangguan perfusi jaringan


J.
2.

DS :
DO :

Melemahnya jaringan otot


cedera

Gangguan
integritas jaringan

adanya obstruksi pembuluh darah.


2. Gangguan integritas jaringan

gangguan integritas jaringan


DS :
DO :

Proses pembentukan energi


terganggu

Gangguan rasa
nyaman

Iskemik jaringan
DS :
DO:

Gangguan rasa nyaman


Melemahnya jaringan otot
cedera

berhubungan dengan iskemik jaringan.


4. Keterbatasan mobilitas fisik
Keterbatasan
mobilitas fisik

nyeri
keterbatasan mobilitas fisik
DS :
DO :

Proses pembentukan energi


terganggu
Intak kurang
Gangguan pemenuhan nutrisi

berhubungan dengan rasa nyeri pada


luka.

luka

5.

berhubungan dengan adanya luka pada


ekstermitas.
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri )

Melemahnya aliran darah

4.

dengan melemahnya / menurunnya


aliran darah ke daerah luka akibat

luka

3.

DIAGNOSA KEPRAWATAN
1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan

Gangguan
pemenuhan
nutrisi 18

5.
6.
7.
8.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Potensial terjadinya penyebaran infeksi ( sepsis ) brhubungan dengan tigginya kadar gula darah.
Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Kurangnya pengetahuan tentang peroses penyakit, diet, perawatan, dan pengbatan berhubungan degan kurangnya

informasi.
9. Gangguan gambaran diri brhubungan dengan perubahan bentuk salah satu anggota tubuh.
10. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada luka.
K. INTERVENSI
N
O
1.

DIAGNOS
A
Gangguan
perfusi
jaringan
brhubungan
dengan
melemahny
a/
menurunny
a aliran
darah ke
daerah
gangren
akibat
adanya

TUJUAN
Tupan :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
klien
mampun
mempertahan
kan sirkulasi
perifer tetap
normal.
Tupen :

KRITERIA
HASIL
- Denyut
nadi
perifer
teraba kuat
dan
normal.
- Warna
kulit
sekitar
luka tidak
pucat /
sianosis.
- Kulit
sekitar

INTERVENSI
Intervensi mandiri :
- Ajarkan
pasien untuk
melakukan
mobilisasi.

Tinggikan
kaki sedikit
lebih rendah
dari jantung,
hindari
penyilangan

19

RASIONAL

Dengan
mobilisasi
meningkat
kan
sirkulasi
darah

Meningkat
kan
melancark
an aliran
darah
baliksehin

obstruksi
pembuluh
darah.

setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
sirkulasi
prifer teratasi
sebagian.

luka teraba
hangat.
Oedema
tidak
terjadi dan
luka tidak
bertambah
parah.
Sensorik
dan
motorik
membaik.

kaki, hindari
balutan
ketat,
hindari
penggunaan
bantal, di
belakang
lutut dan
sebagainya.
Hindari diet
tinggi
kolesterol,
teknik
relaksasi,
menghentika
n kebiasaan
merokok dan
penggunaan
obat
vasokontriks
i.

20

gga tidak
terjadi
oedema

Kolesterol
tinggi
dapat
memperce
pat
terjadinya
aterosklero
sis,
meroko
dapat
menyebab
kan
terjadinya
vasokontri
ksi
pembuluh
darah,
relaksasi

untuk
menguran
gi efek
dari stres
Intervens
kolaborasi :
- Kerja sama
dengan tim
kesehatan
lain dalam
pemberian
vasodilator,
pemeriksaan
gula darah
secara rutin
dan terapi
oksigen
(HBO).

21

Pemberian
vasodilator
akan
meningkat
kan
dilatasi
pembuluh
darah
ehingga
perfusi
jaringan
dapat
diperbaiki,
sedangkan
pemeriksa
an gula
darah
secara
rutin dapat

mengetahu
i
perkemban
gan dan
keadaan
pasien,
HBO
untuk
memperba
iki
oksigenasi
darah
ulkus /
gangren.
2.

Gangguan
integritas
jaringan
berhubunga
n dengan
adanya
luka pada
ekstermitas
.

Tupan :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
tercapainya
peroses
penyembuha
n uka.

Tupen :

Berkurang
nya
oedema
sekitar
luka.
Pus dan
jaringan
berkurang.
Adanya
jaringan
granulasi.
Bau busuk
luka

Intervensi mandiri:
- Kaji luas
dan keadaan
luka serta
peroses
penyembuha
n.

22

Pengkajian
yng tepat
terhadap
uka dan
peroses
pemyembu
han akan
membantu
dalam
menentuka
n tindakan

setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
luka gangren
teratasi
sebagian.

berkurang.
-

Rawat luka
dengan baik
dan benar,
membersihk
an luka
secara
aseptik
menggunaka
n larutan
yang tidak
iritatif,
angkat sisa
balutan yang
menempel
pada luka
dan
nekrotomi
jaringan
yang mati.

23

selanjutny
a.
Merawat
luka
dengan
teknik
aseptik,
dapat
menjaga
kontamina
si luka dan
larutan
yang
iritatif
akan
merusak
jaringan
granulasi
yang
timbul,
sisa
balutan
jaringan
nekrosis
dapat
menghamb

at peroses
granulasi.

Intervensi
kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan
dokter untuk
pemberian
insulin,
pemeriksaan
kultur pus
pemeriksaan
gula darah
pemberian
anti biotik.

24

Insulin
akan
menurunk
an kadar
gul darah,
pemeriksa
an kultur
pus untuk
mengetahu
i jenis
kuman dan
antibiotik
yang tepat
untuk
pengobata
n,
pemeriksa
an kadar
gula darah
untuk
mengetahu
i

perkemban
gan
penyakit.
3.

Gngguan
rasa
nyaman
(nyer )
berhubunga
n dengan
niskemik
jaringan.

Tupan :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
rasa nyeri
hilang.
Tupen :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
rasa nyeri
berkurang.

Penderita
Intervensi mandiri :
- Kaji tingkat,
secara
verbal
frekuensi,
mengataka
dan reaksi
n
nyeri yang
mengataka
dialami
n nyeri
pasien.
menghilan
g/
- Jelaskan
berkurang.
pada pasien
Penderita
tentang
dapat
sebab-sebab
melakukan
timbulnya
metode
nyeri.
atau
tindakan
untuk
mengatasi
atau
mengurang
i nyeri.
Pergerakan
penderita
bertambah

25

Untuk
mengetahu
i seberapa
berat rasa
nyeri yang
dialami
oleh
pasien.
Pemahan
pasien
tentang
penyebab
nyeri yang
terjadi
akan
menguran
gi
keteganga
n pasien
dan
memudahk
an pasien

luas
Tidak ada
keringat
dingin,
tanda vital
dalam
batas
normal.

untuk
diajak
bekerjasa
ma dalam
melakukan
tindakan.

Ciptakan
lingkungan
yang tenang.
-

Rangsanga
n yang
berlebuhan
dari
lingkunga
n akan
memperbe
rat rsa
nyeri.

Teknik
relaksasi
dan
distraksi
akan
menguran
gi rasa
nyeri yang
dirasakan
oleh

Ajarkan
teknik
relaksasi dan
distraksi.

Atur posisi
pasien

26

senyaman
mungkin
sesuai
keinginan
pasien.

Intervensi
kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan
dokter untuk
pemberian
analgesik.

4.

Gangguan
mobilisasi
fisik

Tupan :
setelah
dilakukan

Pergerakan Intervensi mandri:


- Kaji dan
pasien
bertambah
identifikasi

27

pasien.
-

Posisi
yang
nyaman
akan
membantu
memberik
an
kesempata
n pada otot
untuk
relaksasi
seoptimal
mungkin.

Obat-obat
analgsik
dapat
membantu
menguran
gi nyeri
pasien.

Untuk
mengetahu

berhubunga
n dengan
rasa nyeri
pada luka.

tindakan
keperawatan
3x24 jam
pasien dapat
mencapai
tingkat
kemampuan
aktivitas
yang optimal.
Tupen :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
pasien mulai
bisa
braktivitas.

luas
Pasien
dapat
melakukan
aktivitas
esuai
dengan
kemampua
nya.
Rasa nyeri
berkurng.
Pasien
dapat
memenuhi
kebutuhan
sendiri
secara
bertahap
sesuai
dengan
kemampua
n.

tingkat
kekuatan
otot pada
pasien.

Berikan
penjelasan
tentang
pentingnya
melakukan
aktivitas
untuk
menjaga
kadar gula
darah dalam
keadaan
normal.

Anjurkan
pasien untuk
menggerakk
an /
mengangkat
ekstermitas
bawah

i derajat
kekuatan
otot-otot
paien.
-

Pasien
mengerti
pentingnya
aktivitas
sehingga
dapat
kooperatif
dalam
tindakan
keperawat
an.

Untuk
melatih
otot-otot
shingga
shingga
berfungsi
dengan
baik.
Agar

28

sesuai
kemampuan.
Bantu pasien
dalm
memenuhi
kebutuhanny
a.

Intervensi
kolaborasi :
- Kerja sama
dengan tim
kesehatan
lain, dokter
dalam
pemberian
analgesik,
dan tenaga
fisioterapi.

29

kebutuhan
pasien
tetap dapat
terpenuhi

Analgesik
dapat
membantu
menguran
gi rasa
nyeri,
fisioterapi
untuk
melatih
pasien
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
dan benar.

5.

Gangguan
pemenuhan
nutrisi
kurang dari
kebutuhan
tubuh
berhubunga
n dengan
intake
makanan
yang
kurang.

Tupan :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
kebutuhan
nutrisi pasien
terpenuhi.
Tupen :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
kebutuhan
nutrisi pasien
terpenuhi
sebagian

Berat
badan dan
tinggi
badan
ideal.
Pasien
mematuhi
dietnya.
Kadar gula
darah
dalam
batas
normal.
Tidak ada
tandatanda
hiperglike
mia/hiperg
likemia.

Intervensi mandiri :
- Kaji setatus
nutrisi dan
kebiasaan
makan.

Anjurkan
pasien untuk
mematuhi
diet yang
telah di
programkan.

30

Untuk
mengetahu
i tentang
keadaan
dan
kebutuhan
nutrisi
pasien
shingga
dapat
diberikan
tindakan
dan
pengaturan
diet yang
adekuat
Kepatuhan
terhadap
diet dapat
mencegah
komplikasi
terjadinya
hipoglike
mia /
hiperglike

Timbang
berat badan
tiap
seminggu
sekali.

mia.
Mengetah
ui
perkemban
gan berat
badan
pasien
( berat
badan
merupaka
salah satu
indikasi
untuk
menentuka
n diet.

Identifikasi
perubahan
pola makan.

31

Mengetah
ui apakah
pasien
telah
melaksana
kan
program
diet yang
ditetapan.

Intervensi
kolaborasi :
- Kerjasama
dengan tim
kesehatan
lain untuk
pemberian
insulin dan
diet diabetik.

32

Pemberian
insulin
akan
meningkat
kan
pemasuka
n glukosa
ke dalam
jaringan
sehingga
gula darah
menurun,
pemberian
diet yang
sesuai
dapat
memperce
pat
penurunan
gula darah

dan
mencegah
komplikasi
.
6.

Potensial
terjadinya
penyebaran
infekasi
(sepsis)
berhubunga
n dengan
tinggi
kadar gula
darah.

Tupan :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
tidak terjadi
penyebaran
infeksi
(sepsis).
Tupen :
setelaah
dilkukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
penyebaran
infeksi
(sepsis)
teratasi

Tandatanda
infeksi
tidak ada.
Tandatanda vital
dalam
batas
normal.
Keadaan
luka baik
dan kadar
gula darah
normal.

Intervensi mandiri :
- Kaji adanya
tanda-tanda
penyebaran
infeksi pada
luka.

Anjurka
kepada
pasien dan
keluarga
untuk selalu
menjaga
kebersihan
diri selama

33

Pengkajian
yang tepat
tentang
tandatanda
penyebara
n infeksi
dapat
membantu
menentuka
n tindakan
selnjutnya.
Kebersiha
n diri yang
baik
merupakan
salah satu
cara untuk
mencegah
infeksi

sebagian.
-

perawatan.
Lakukan
perawatan
secara
aseptik.

Anjurkan
pada pasien
agar menaati
diet, latihan
fisik,
pengobatan
yang
ditetapkan.

34

kuman.
Untuk
mencegah
kontamina
si luka dan
penyebara
n infeksi.
Diet yang
tepat,
latihan
fisik yang
cukup
dapat
meningkat
kan daya
tahan
tubuh,
pengobata
n yang
tepat,
memperce
pat
penyembu
han
sehingga
memperke

Intervensi
kolaborasi :
- Kolaborasi
dengan
dokter untuk
pemberian
antibiotik
dan insulin.

7.

Cemas
Tupan :
berhubunga setelah
n dengan
dilkukan

Pasien
Intervensi mandiri :
- Kaji tingkat
dapat
mengidenti
kecemasan

35

cil
kemungki
nan terjadi
penyebara
n infeksi.

Antibiotik
dapat
membunu
h kuman,
pemberian
insulin
akan
menurunk
an kadar
gula dalam
darah
sehimgga
memperce
pat proses
penyembu
han.

Untuk
menentuka

kurangnya
pengetahua
n tentang
penyakitny
a.

tindakan
keperawatan
3x24 jam
rasa cemas
menghilang.
Tupen :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
rasa cemas
pada pasien
berkurang.

fikasi
penyebab
kecemasan
.
Emosi
setabil,
pasien
tenang.
Istirahat
cukup.

yang dialami
oleh pasien.

Gunakan
komunikasi
terapetik.

36

n tingkat
kecemasan
yang
dialami
pasien
sehingga
perawat
bisa
memberik
an
intervensi
yang tepat
dan cepat.
Agar
terbina
rasa saling
percaya
antara
perawat
dan pasien
shingga
pasien
kooperatif
dalam
tindakan
keperawat

Beri
informasi
yang akurat
tentang
peroses
penyakit dan
anjurkan
pasien untuk
ikut serta
dalam
tindakan
keperawatan
.

Berikan
keykinan
pada pasien
bahwa
perawat,
dokter, dan
tim
kesehatan
lain selalu

37

an.
Informasi
yang
akurat
tentang
penyakitny
a dan
keikutserta
an pasien
dalam
melakukan
tindakan
dapat
menguran
gi beban
pikiran
pasien.
Sikap
positif dari
tim
kesehatan
akan
membantu
menurunk
an
kecemasan

8.

Kurangnya
pengetahua
n tentang
peroses
penyakit,
diet,
perawatan,
dan
pengobatan

Tupan :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
3x24 jam
pasien
memperoleh
informasi

Pasien
mengetahu
i tentang
peroses
penyakit,
diet,
perawatan,
dan
pengobata

berusaha
memberikan
pertolongan
yang terbaik
dan
seoptimal
mungkin.
Ciptakan
lingkungan
yang tenang
dan nyaman.

Intervensi mandiri:
- Kaji
kemampuan
pasien dan
keluarga
tentang
penyakinya.
- Kaji latar
belakang

38

yang di
rasakan
oleh
pasien.

Lingkunga
n yang
tenang dan
nyaman
dapat
membantu
menguran
gi rasa
cemas
pasien.

Untuk
memberik
an
informasi
pada
pasien/kel
uarga.pera
wat perlu

berhubunga
n dengan
kurangnya
informasi.

yang jelas
dan benar
tentang
penyakitnya.
Tupen :
setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
1x24 jam
klien mulai
memahami
informasi
yang jelas
dan benar
tentang
penyakitnya.

n dan
dapat
menjelaska
n kembali
bila
ditanya.
Pasien
dapat
melakukan
perawatan
diri
senddiri
berdasarka
n
pengetahu
an yang
diperoleh.

pendidikan
pasien.
Jelaskan
tentang
peroses
penyakit,

39

mengetahu
i sejauh
mana
informasi
atau
pengetahu
an yang
diketahui
pasien atau
keluarga
Agar
perawat
dapat
memberik
an
penjelasan
dengan
mengguna
kan katakata dan
kalimat
yang dapat
dimengerti
pasien
sesuai
tingkat

9.

Gangguan
gambaran
diriberhubu
ngan
dengan
perubahan
bentuk
salah satu
anggota
tubuh

Pasien dapat
menerima
perubahan
bentuk salah
satu anggota
tubuhnya
secara positif

Pasien
Intervensi mandiri :
- Kaji
mau
berinteraks
perasaan
i dan
atau persepsi
beradaptas
pasien
i dengan
tentang
lingkungan
perubahan
tanpa rasa
gambaran
malu dan
diri
rendah diri
berhubungan
Pasien
dengan
yakin akan

40

pendidikan
pasien
Agar
informasi
dapat
diterima
dengan
mudah dan
tepat
sehingga
tidak
menimbul
kan
kesalahpah
aman
Mengetah
ui adanya
rasa
negatif
pasien
terhadap
dirinya

kemampua
n yang
dimiliki

10. Gangguan
pola tidur
berhubunga
n dengan
rasa nyeri
pada luka
di kaki

Gangguan
pola tidur
pasien akan
teratasi

Pasien
mudah
tidur
dalam
waktu 3040 menit
Pasien

keadaan
anggota
tubuhnya
yang kurang
berfungsi
secara
normal
- Lakukan
pendekatan
dan bina
hubungan
saling
percaya
dengan
pasien
- Tunjukan
rasa empati
perhatian dn
penerimaan
pada pasien
Intervensi mandiri:
- Ciptakaan
lingkungan
yang
nyaman dan
tenang
- Kaji tentang

41

Memudah
kan dalam
menggali
perasaan
pasien

Pasien
akan
merasa
dirinya
dihargai

Lingkunga
n yang
nyaman
dapat
membantu
meningkat

tenang dan
wajah
segar
Pasien
mengungk
apkan
dapat
beristirahat
denghan
cukup

kebiasaan
tidur pasien
dirumah
Kaji adanya
faktor
penyebab
gangguan
pola tidur
yang lain
cemas efek
obat-obatan
dn suasana
ramai
Kaji tandatanda
kurangnya
pemenuhan
kebutuhan
tidur pasien

42

kan
tidur/istira
hat
Mengetah
ui
perubahan
dari halhal yang
merupakan
kebiasaan
pasien
ketika
tidur akan
mempenga
ruhi pola
tidur
pasien
Mengetah
ui faktor
penyebab
gangguan
pola tidur
yang lain
dialami
dan
dirasakan

43

pasien
Untuk
mengetahu
i terpenuhi
atau
tidaknya
kebutuhan
tidur
pasien
akibat
ganggua
pola tidur
sehingga
dapat
diambil
tindakan
yang tepat.

Você também pode gostar