Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sejak dari masa awal kemerdekaan, Indonesia telah menganut banyak sistem
pemerintahan. Namun, dari semua sistem pemerintahan, yang bertahan mulai dari era
reformasi 1998 sampai saat ini adalah sistem pemerintahan demokrasi. Meskipun masih
terdapat beberapa kekurangan dan tantangan disana sini. Sebagian kelompok merasa merdeka
dengan diberlakukannya sistem domokrasi di Indonesia. Artinya, kebebasan pers sudah
menempati ruang yang sebebas-bebasnya sehingga setiap orang berhak menyampaikan
pendapat dan aspirasinya masing-masing (Hans, 1984).
Kata demokrasi berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,
dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan
rakyat, atau yang lebih kita kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk
rakyat. Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik.
Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator
perkembangan politik suatu negara. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem
pemerintahan suatu
negara
sebagai
upaya
mewujudkan
kedaulatan
rakyat
(kekuasaan warga negara) atas negara untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan
politik negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga
negara yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama
lain. Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga
lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks
and balances (Mochlisin, 2007).
1. Jhon Locke dari Inggris (1632-1704) yang memberikan tiga rumusan hak-hak dasar
manusia, yaitu hak atas hidup, hak atas kebebasan, dan hak atas kepemilikan(life,
liberty, and property).
2. Montesqueiu dari Prancis (1689-1755) yang memberikan konsep Trias Politika,
yaitu sistem yang dapat menjamin hak-hak politik dengan pembatasan kekuasaan agar
tidak terjadi penyalahgunaan wewenang antarlembaga Negara.
Demokrasi telah melalui era yang sangat panjang sejak awal kemunculannya.
Yunani Kuno di anggap sebagai bangsa pertama yang mempraktekkan demokrasi (abad 5-4
SM). Saat itu, demokrasi yang dijalankan adalah demokrasi langsung, karena
pemerintahannya dilaksanakan secara langsung. Praktek demokrasi langsung ini dapat
dipahami mengingat saat itu Negara Yunani Kuno masih berbentuk kota (wilayah kecil) yang
disebut polis dengan jumlah penduduk ribuan orang sehingga segala aspirasi rakyat dapat
diputuskan secara langsung oleh rakyat dalam Negara yang bersangkutan.
Namun, demokrasi langsung yang diterapkan jaman Yunani Kuno tersebut tidak
relevan lagi diterapkan pada jaman sekarang ini seiring dengan jumlah penduduk serta
wilayah yang semakin banyak. Apa lagi, sekarang ini tersedia bermacam-macam
demokrasi yang biasa diterapkan oleh Negara-negara penganut demokrasi, tentunya
disesuaikan dengan kondisi Negara yang bersangkutan.
Prinsip-Prinsip Demokrasi
Persamaan Diantara Warga Negara, Setiap warga negara memiliki kesetaraan dalam
praktik politik
Ciri Konstitusional, yaitu hal yang berkaitan dengan kepentingan, kehendak, ataupun
kekuasaan rakyat dituliskan dalam konstitusi dan undang-undang negara tersebut.
Ciri Perwakilan, yaitu dalam mengatur negaranya, kedaulatan rakyat diwakilkan oleh
beberapa orang yang telah dipilih oleh rakyat itu sendiri.
Ciri Pemilihan Umum, yaitu suatu kegiatan politik yang dilakukan untuk memilih
pihak dalam permerintahan.
Ciri Kepartaian, yaitu partai menjadi sarana / media untuk menjadi bagian dalam
pelaksaan sistem demokrasi.
Ciri Tanggung Jawab, adanya tanggung jawab dari pihak yang telah terpilih untuk ikut
dalam pelaksaan suatu sistem demokrasi (Abdulkarim, 2008).
Macam-Macam Demokrasi
Secara umum demokrasi yang dipakai dalam suatu negara sangat banyak
macamnya. Jadi saya akan menyampaikan berdasarkan kategori tertentu dalam pembagian
demokrasi ini.
1. Berdasarkan penyaluran kehendak rakyat :
Demokrasi Formal adalah demokrasi yang fokus perhatiannya pada bidang politik
tanpa mengurangi kesenjangan ekonomi.
Demokrasi Liberal, yaitu demokrasi yang didasarkan atas hak individu suatu warga
negara, artinya individu memiliki dominasi dalam demokrasi ini. Pemerintah tidak
banyak ikut campur dalam kehidupan bermasyarakat, yang artinya kekuasaan
pemerintah terbatas. Demokrasi Liberal disebut juga demokrasi konstitusi yang
kekuasaanya hanya dibatasi oleh konstitusi.
Demokrasi Komunis, yaitu demokrasi yang didasarkan atas hak pemerintah dalam
suatu negara, artinya pemerintah memiliki dominasi dalam demokrasi ini. Demokrasi
komunis dapat dikatakan kebalikan dari demokrasi liberal. Kekuasaan tertinggi
dipegang oleh penguasa tertinggi, kekuasaan pemerintah tidak terbatas. Kekuasaan
pemerintah tidak dibatasi dan bersifat totaliter, sehingga hak individu tidak
berpengaruh terhadap kehendak pemerintah.
Kesetaraan hak membuat setiap masyarakat dapat berpartisipasi dalam sistem politik
Kekurangan Demokrasi :
Kesetaraan hak dianggap tak wajar karena oleh beberapa ahli, karena pengetahuan
politik setiap orang tidak sama
Fokus pemerintah yang sedang menjabat akan berkurang saat menjelang pemilihan
umum berikutnya
Pengadaan pemimpin oleh partai belum tersedia yang sesuai dengan kebutuhan tidak
ada
Bahkan negara yang tidak menjalankan prinsip-prinsip demokrasi pun tidak mau apabila
negaranya disebut sebagai negara yang tidak demokratis. Hal ini membuktikan bahwa paham
demokrasi sudah menjadi paham yang dianut oleh negara-negara di dunia. Kehidupan yang
demokratis seakan-akan menjadi sosok idola dalam masyarakat. Demokrasi menjadi idola
dan dianut oleh banyak negara karena didalamnya terdapat banyak sisi baik (positive),
diantaranya:
1. Hukum Publik Yang Demokratis
Biasanya diterima bahwa demokrasi memerlukan potensi-potensi substantive
tertentu dalam bentuk hak-hak sipil dan politik yang pokok. Dengan hak-hak sipil dan politik
ini dimaksudkan secara khas semua hak-dari kebebasan berbica, kebebasan pers dan
kebebasan berkumpul sampai hak untuk memberikan suara dalam suatu pemilihan yang
bebas dan jujur serta membentuk partai-partai politik oposisi yang diperlukan agar
warganegara bisa memerintah diri mereka sendiri. Hak-hak tersebut merupakan paket hakhak yang berasal dari hak untuk pemerintahan yang demokratis. Tanpa hak untuk berbicara
secara bebas, mengkritik yang lain, memobilisasi oposisi dan berpartisipasi dalam proses
6
politik dimana pemberian suara disediakan secara sama dikalangan warganegara, maka tidak
mungkin ada proses politik yang demokratis.
2. Demokrasi Dapat Melindungi Kebebasan Individual
Kebebasan merupakan sifat dasar untuk perkembangan personalitas umum.
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang menjamin kebebasan individual. Didalam
Negara demokrasi kebebasan berpikir, berasosiasi dan kebebasan pers terjamin. Demokrasi
menjamin setiap keinginan seseorang didalam komunitas, bahkan akan menjadi
pertimbangan. Begitu pula dengan keputusan atau ketetapan pemerintah tidak luput dari
sokongan bersama
3. Demokrasi Dapat Membatasi Pemakaian Kekerasan Sampai Minimum
Golongan-golongan minoritas, yang sedikit banyak akan terkena paksaan, akan
lebih menerima bila diberi kesempatan untuk turut serta dalam diskusi-diskusi yang terbuka
dan kreatif. Mereka dapat lebih terdorong untuk memberikan dukungan sekalipun bersyarat.
4. Demokrasi Menjamin Persamaan Hak
Demokrasi
memperjuangkan
persamaan
hak.
Demokrasi
mendalilkan
pertimbangan persamaan hak untuk setiap individu dan golongan masyarakat. Ia juga
memberikan persamaan hak atas segala jenis, dimana terlepas dari kasta, keyakinan, ras,
agama, sek dan lain lain. Demokrasi tidak mengakui hak istimewa khusus. Negara demokrasi
rakyat miskin dan konglomerat memiliki persamaan hak dalam mengusulkan pendapat
mereka. Didalam Negara demokrasi semua sama didepan mata hukum, dan semuanya
memiliki persamaan hak didalam berpolitik.
5. Demokrasi Mampu Menyelesaikan Perselisihan Dengan Damai Dan Secara
Melembaga
Dalam setiap masyarakat terdapat perselisihan pendapat serta kepentingan
dianggap wajar untuk diperjuangkan dalam alam demokrasi. Perselisihan-persilihan itu harus
dapat diselesaikan melalui perundingan serta dialog yang terbuka dalam usaha untuk
mencapai kompromi, konsensus atau mufakat.
6. Demokrasi Menciptakan Ketepatgunaan Yang Baik
sebagainya. Aspek yang kedua yaitu demokrasi substansial, aspek ini lebih tinggi
tingkatannya daripada demokrasi procedural (Notonagoro, 1997).
Kesalahan pelaksanaan demokrasi di Indonesia adalah
1. Dalam demokrasi substansial, demokrasi bukan hanya selesai dengan terpenuhinya
prosedur-prosedur untuk disebut sebagai sistem demokrasi tapi juga harus menyentuh
substansi dari prosedur demokrasi itu sendiri, misalnya adanya parpol yang memenuhi
standar, adanya pemilu yang berkualitas dan lain sebagainya. Di Indonesia sendiri
demokrasi berjalan baru sebatas demokrasi prosedural, belum masuk ke tahap demokrasi
substansial. Secara prosedur, Indonesia memang sudah bisa disebut sebagai negara
demokrasi karena prosedur-prosedur standar demokrasi sudah terpenuhi, misalnya :
adanya kebebasan untuk mendirikan parpol dan itu sudah diatur dalam undang-undang,
adanya pemilu, bahkan sejak kemerdekaan sudah 10 kali pemilu diadakan di Indonesia,
tiga diantaranya di era reformasi.adanya lembaga penyelenggara pemilu (KPU) dan
adanya perangkat-perangkat demokrasi yang lain sehingga secara procedural Indonesia
sudah bisa disebut sebagai negara demokrasi. Tapi sayang, demokrasi yang berjalan di
Indonesia baru sebatas tataran prosedural, belum sampai pada tataran substansi. Dalam
prakteknya, masih banyak substansi-substansi demokrasi yang belum terpenuhi dalam
sistem demokrasi Indonesia. Masih banyak catatan-catatan buruk yang perlu dicarikan
solusinya kedepan.
2. Pemilu, dari 10 kali pemilu diadakan praktis belum ada pemilu yang benar-benar
demokratis. Di setiap pemilu selalu saja dipenuhi masalah dan anehnya permasalahannya
selalu berulang, mulai dari masalah kecurangan yang dilakukan parpol, money politic,
DPT yang bermasalah dan masalah-masalah lainnya. KPU, sejauh ini belum ada KPU
yang benar-benar idealis dalam menjalankan tugasnya sebagai penyelenggara pemilu.
KPU terkesan sarat dengan tarik-menarik kepentingan politik, lebih jauh KPU terkesan
sebagai perpanjangan tangan parpol yang sedang berkuasa sehingga dalam bekerja pun
jauh dari netralitas. Beberapa permasalahn diatas hanyalah sebagian dari banyak
permasalahan lainnya yang timbul dalam demokrasi Indonesia. Jelas sistem yang
bermasalah ini perlu segera diperbaiki bahkan perlu digugat. Kita harus segera belajar
dan menemukan konsep demokrasi yang benar-benar ideal untuk Indonesia agar tidak
ada lagi penolakan-penolakan terhadap demokrasi dan demokrasi dapat berjalan sesuai
dengan tujuannya (Smith, 2003).
9
BAB II
PEMBAHASAN
10
Ada banyak alternatif sistem yang bisa dipakai untuk mencapai sebuah konsep
kesejahteraan, namun harus disadari bahwa hanya Demokrasi lah yang memungkinkan kita
untuk mengontrol praktek kekuasaan. Lantas, jangan terburu-buru untuk berpaling ke sistem
lain, tapi tidak menutup kemungkinan untuk menciptakan sebuah sistem yang lebih baik yang
lebih sulit disalahgunakan.
1. Perbaikan Sistem Pemilu
Pasal 252 Undang-Undang Pemilu mengatur tentang tindak pidana pemilu
sebagai pelanggaran pemilu yang mengandung unsur pidana. Yang dimaksud dengan
perselisihan hasil pemilu menurut pasal 258 Undang-Undang Pemilu adalah perselisihan
antara KPU dan peserta pemilu mengenai penetapan jumlah perolehan suara hasil pemilu
secara nasional. proses pelaksaan pesta demokrasi yakni pemilihan umum, pemerintah telah
membentuk lembaga khusus yang menangani pelaksanaan pemilihan umum baik
administratif maupun teknis. Lembaga pemerintah tersebut adalah KPU yaitu komisi
pemilihan umum yang ada diseluruh Indonesia baik ditingkat daerah ataupun nasional. KPU
bertugas merencanakan dan melaksanakan pemilihan umum untuk eksekutif dan legislatif
baik presiden, gubernur, bupati, DPR RI, DPD, dan DPRD. Dalam rangka mencegah
terjadinya pelanggaran-pelanggaran yang terjadi dalam pelaksanaan Pilkada, dipandang perlu
untuk meningkatkan kesadaran hukum dan kematangan dalam kehidupan demokrasi yang
dapat dilakukan melalui permasyarakatan.
Maka untuk Pilkada Yang Akan Datang yaitu perlu penataan kembali UU No. 32
Tahun 2004 pasal-pasal yang menyangkut Pilkada. Bagi daerah yang sedang (dan akan)
melakukan Pilkada, amat tepat bila KPUD menciptakan aturan hukum berupa Keputusan
KPUD yang dapat mengurangi suap, seperti transparansi pencalonan dan penjaringan di
tingkat partai politik dan pengaturan yang lebih jelas masalah dana kampanye. Upaya
mengatasi suap pada pilkada tidak saja menjadi peran dari para aparat penegak hukum untuk
mengatasi problematika ini. Dibutuhkan peran semua pihak, khususnya dalam pihak-pihak
yang berwenang dalam merumuskan sistem dan aturan hukum Pilkada yang dapat
meminimalisir terjadinya suap.
2. Sosialisasi Pengumuman Hasil dari TPS
Sosialisasi pengumuman hasil dari Tiap TPS yang dipublikasikan melalui media
massa lokal dan nasional serta media online merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas
11
demokrasi kita. Dan alangkah lebih baiknya masuk dalam aturan regulasi KPU/KPUD baik
ditingkat nasional dan lokal daerah pada tataran Juklak dan Juknisnya. Jika SNMPTN saja
dapat dipublikasikan melalui media massa lokal dan nasional, masa iya KPU/KPUD tidak
mampu mengumumkan hasil suara per TPS ? Sosialisasi lainnya adalah DPT (Daftar Pemilih
Tetap) dan DCT (Daftar Calon Tetap) yang telah dipublikasikan sebelumnya melalui situs
media on line yg dimiliki KPU/D, sehingga masyarakat dapat mengetahui lebih awal dan
cross chek mengenai siapa yang berhak memilih dan dipilih. Mengenai seleksi pada saat awal
mengenai DCT tentunya peraturan perundangan yang berlaku harus menjamin asas legalitas
formal yang memiliki kepastian hukum yang kuat. Pengalihan terjadinya konflik seleksi
tahap awal melalui pengadilan setempat, khususnya Pemilu dan Pilkada juga sangat bagus
selama bukan merupakan desentralisasi konflik dan pusat lepas tangan.
3. Berpikir bebas
Kita sebagai manusia diberikan akal pikiran untuk berpikir bebas apa saja,
termasuk memikirkan bagaimana solusi atau cara yang tepat untuk memperbaiki system
demokrasi yang ada di Indonesia
4. Memperluas kapasitas diskursif untuk memunculkan gagasan-gagasan alternatif
tentang demokrasi yang membumi
5. Jangan terjebak oleh gagasan-gagasan yang dianggap mapan
6. Berbagi gagasan, berbagi pembelajaran
7. Membangun jejaring epistemik komunitas yang sepaham untuk memperkuat
gagasan dan mengoperasionalkan gagasan
8. Mengembangkan nasionalisme
Nasionalisme telah menjadi pemicu kebangkitan kembali dari budaya yang telah
memberi identitas sebagai anggota dari suatu masyarakat bangsa-bangsa . Secara umum,
nasionalisme dipahami sebagai kecintaan terhadap tanah air, termasuk segala aspek yang
terdapat didalamnya. Dari pengertian tersebut ada beberapa sikap yang bisa mencerminkan
sikap nasionalisme, yaitu :
a. Menggunakan barang-barang hasil bangsa sendiri, karena bisa menambah rasa
cinta dan bangga akan hal yang di buat oleh tangan-tangan kreatif
penduduknya.
b. Menghargai perjuangan para pahlawan dalam mempertahankan bangsa ini,
bisa dilakukan dengan beberapa perbuatan misalkan membaca, menonton,
mengunjungi hal-hal yang berkaitan tentang sejarah bangsa ini lahir. Hal ini
12
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari semua sistem pemerintahan di Indonesia, yang bertahan mulai dari era
Kelemahan sistem demokrasi di Indonesia yaitu adil dan makmur belum tercapai
Manfaat suatu Negara menggunakan sistem demokrasi yaitu :
- Negara akan berumur panjang
- Negara akan sehat
- Negara akan jauh dari masalah atau konflik
3.2. Saran
Saran yang dapat diberikan terhadap kurang nya sistem demokrasi di Indonesia
adalah diharapkan masyarakat lebih menyadari pentingnya sifat demokrasi dalam diri
generasi penerus bangsa. Diharapkan informasi ini dapat tersebar luas ke masyarakat agar
mengetahui pentingnya sifat demokrasi sebagai tonggak kemajuan Negara.
DAFTAR PUSTAKA
Smith, Anthony D. 2003. Sejarah Nasionalisme dan Teori Ideologi. Jakarta : Erlangga
16