Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
: Karsinoma Nasofaring
Tanggal kasus
: 19 Desember 2014
Tanggal presentasi
: 16 Januari 2015
Presenter
Pendamping
: dr. Harmawati
Tempat presentasi
Obyektif Presentasi
Deskripsi
Tujuan
Bahan bahasan
: Kasus
Cara membahas
Data Pasien :
Nama
Tn. S
No. MR
26.13.68
Usia
36 Tahun
Alamat
Agama
Islam
Pekerjaan
Swasta
Jenis Kelamin
Laki-Laki
Tanggal masuk RS
19 Desember 2014
21 Desember 2014
Pemeriksaan Fisik:
STATUS GENERALIS :
Kepala
Mata
: Eksoftalmus (-), konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pupil isokor, reflek
cahaya normal, pergerakan bola mata ke segala arah baik, lapangan penglihatan
luas.
Leher
Paru-paru
: Pergerakkan nafas normal simetris kanan = kiri. Otot bantu pernafasan (-),
Sn.Vesikuler +/+ , ronkhi -/-, wheezing -/- .
Jantung
Abdomen
: Cembung, NT/NL : -/-, hepar dan lien tidak ada pembesaran, bising usus (+)
normal
Ekstremitas
: Ekstremitas atas & bawah : Akral hangat, oedem (-), sianosis (-)
Pemeriksaan laboratorium:
Darah Rutin
Hb
Ht
Leukosit
Eosinofil
Trombosit
: 15,9 g/dl
(14-18 g/dl)
: 46 vol%
(42-52 vol%)
3
: 9,9/mm
(4,8-10,8)
: 0,49/mm3 (0,00 0,70) / 5,0 % ( 0,0 - 3,0)mm3
: 322.000/mm3(142.000-424.000/mm3)
Kimia Klinik
Ureum
Creatinin
SGOT
SGPT
PTT
APTT
: 26 mg/dl
: 1,00 mg/dl
: 18,6 g/dl
: 20,0 mg/dl
: 11,3 detik
: 37,0 detik
(10-50 mg/dL)
(0,6-1,2 mg/dL)
(< 40,0 U/L)
(<41,0 U/L)
( 98-12,1 )
( 25,0 - 40,0)
Daftar Pustaka:
Munir M. Keganasan di bidang telinga hidung tenggorok. Dalam: Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher, ed 6,
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2007. 162.
Vokes EE, Liebowitz DN, Weichselbaum RR. Nasopharyngeal carcinoma.
Lancet 1997; 350: 1087-1091. 5
3
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Karsinoma Nasofaring dengan diagnosis tambahan
Rhinosinusitis & Otitis Media Efusi (OME)
2. Mengenali gejala awal dan pemeriksaan fisik diagnose Carcinoma
Nasofaring
3. Mengetahui diagnosis banding Carsinoma Nasofaring
4. Mengetahui Efesiensi radio dan kemoterapi pada pasien Carsinoma
Nasofaring
hasil
endoskopi
nasofaring.
Pada
dan
biopsy
kasus
ini,
mendukung
diagnosis
diagnosis
ditegakkan
berdasarkan :
i. Gejala klinis : Keluhan utama berupa telinga kanan dirasa penuh
dan buntu (seperti ada yang menyumbat) sejak 3 minggu yang
lalu. Telinga kanan dirasa buntu tanpa disertai keluar cairan dari
telinga dan pasien tidak demam. Pasien juga mengaku
pendengaran di telinga kanannya semakin lama dirasakan semakin
berkurang sejak 2 minggu terakhir ini.
ii. Hasil pemeriksaan fisik :
Clinical Pathway
Pertanyaan :
1. (Oleh dr. Aji Prabowo) : Bagaimana rencana terapi selanjutnya pada
pasien ini? Lalu bagimana prognosis nya? Dan jika sendainya penyakit
ini sudah timbul komplikasi misalnya ke saraf, apakah bisa kembali lagi
(sembuh sempurna) .?
Regard :
Setelah di ketahui diagnose pasti Ca-Nasofaring dari hasil
biopsy, maka Pasien ini selanjutkan akan menajalankan
radioterapi yang kami refer ke Sulawesi, hal ini karena memang
kebetulan pasien berasal dari sulawesi, sehingga radioterapi
hidung)
Gejala Perdarahan hidung (epitaksis) :
o Angiofibroma (perdarahan banyak berasal dari
pembuluh darah)
o Massa carcinoma (masa rapuh dan mudah berdarah )
Gejala Sumbatan telinga :
o OMA (Demam, terlihat gendang telinga bulging dan
hiperemis)
o OME (tidak demam, gendang telinga retraksi dan
airbuble +)
o Massa nasofaring (tidak demam, gendang telinga
retraksi )
10
TINJAUAN PUSTAKA
CARSINOMA NASOFARING
A. Anatomi Nasofaring
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang berbentuk mirip
kubus, terletak dibelakang rongga hidung. Diatas tepi bebas
palatum molle yang berhubungan dengan rongga hidung dan ruang
telinga melalui koana dan tuba eustachius. Atap nasofaring
dibentuk oleh dasar tengkorak, tempat keluar dan masuknya saraf
otak
dan
pembuluh
darah.
Dasar
nasofaring
dibentuk
oleh
sebagai
muara
tuba
eustachius
dengan
batas
oleh
saraf
sensoris
yang
terdiri
dari
nervus
terdiri
dari
pembuluh
getah
bening
yang
saling
sebuah
lembah
yang
berbentuk
tabung
dengan
usia,
tapi
umumnya
menyerang
usia
30-60
tahun
C. Etiologi
Terjadinya karsinoma nasofaring mungkin multifaktorial, proses
karsinogenesisnya mencakup banyak tahap. Faktor yang diduga
terkait dengan timbulnya karsinoma nasofaring adalah:
a. Kerentanan genetik
Walaupun karsinoma nasofaring bukan tumor genetik,
kerentanan
terhadap
kanker
nasofaring
pada
kelompok
22
helai
autosom
genom
manusia.
Dengan
tinggi
kanker
nasofaring
berdialek
Guangzhou
di
propinsi
berhubungan.
Artik
dengan
karsinoma
nasofairng
mempunyai
garamnya.
Sebaliknya,
beberapa
studi
menyatakan
pembuat sepatu. Atau zat yang sering kontak dengan zat yang
14
dianggap
karsinogen
adalah
antara
lain:
Benzopyrene,
kecil
disertai
jaringan
nekrotik.
kranial
(II.III,IV,V,VI)
yang
menimbulkan
kelainan
neurologik.
Nodular
Biasanya berbentuk anggur atau polipoid tanpa adanya
ulserasi tetapi kadang- kadang terjadi ulserasi kecil. Lesi
terbanyak
muncul
di
area
tuba
eustachius
sehingga
dari
menimbulkan
nekrosis dan
atap,
penyumbatan
mengisi
hidung.
kavum
Tumor
nasi
ini
dan
mudah
secara perlahan.
Perubahan patologik pada mukosa nasofaring Reaksi radang
Radang akut dan kronis sering dijumpai pada mukosa
nasofaring.
E. Histopatologi
Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi
atas 3 tipe, yaitu :
1) Karsinoma
sel
skuamosa
(KSS)
berkeratinisasi
(Undifferentiated
16
dengan
gangguan
pendengaran.
Gejala
ini
pendengaran
Gejala Hidung:
Epistaksis Dinding tumor biasanya rapuh sehingga
oleh
rangsangan
dan
sentuhan
dapat
terjadi
berulang-ulang,
jumlahnya
sedikit
dan
17
kadang-kadang
disertai
dengan
gangguan
pilek
kronis,
sinusitis
dan
lainlainnya.
Sel-sel
kanker
dapat
ikut
untuk
menunjukkan
kemajuan
dalam
mendeteksi
karsinoma
19
melihat
jelas
tumornya
(blind
biopsy)..
Biopsi
tumor
nasofaring
bersifat
radioresponsif
sehingga
umumnya
berupa
kombinasi
karena
dapat
lebih
antara
lain
cisplatin,
5-Fluorouracil
methotrexate,
pasien
mengatasi
dilakukan
kemungkinan
radioterapi.
Tujuannyauntuk
metastasis
jauh
dan
mendapat
terapi
utamanya
yang
maksimal
keganasan
tinggi.
(oleh
karena
tingginya
resiko
mudah
ditangani
dengan
radiasi.
Kemoterapi
perjalanan penyakit
ini
dapat
disingkirkan
karena
akan
terjadi
infus. Setelah
ditambah 20 mg deksametason.
Kemoterapi concurrent : Kemoterapi diberikan bersamaan
dengan
radiasi.
Umumnya
dosis
kemoterapi
yang
atau
pada
keadaan
relaps.
Hasil
penelitian
terdapat
sisa
kelenjar
paska
radiasi
atau
adanya
bersih
yang
dibuktikan
melalui
pemeriksaan
Daftar Pustaka:
Munir M. Keganasan di bidang telinga hidung tenggorok. Dalam: Buku
ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala leher, ed 6,
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2007. 162.
Vokes EE, Liebowitz DN, Weichselbaum RR. Nasopharyngeal carcinoma.
Lancet 1997; 350: 1087-1091. 5
Prasetyo A, Wiratno. Kanker kepala leher berdasarkan diagnosis
patologi anatomi di RSUP Dr. Kariadi tahun 2002. 2006. Prosiding Konas
Perhati- KL; 2007; Surabaya. 6
Syafril A. Epidemiologi tumor ganas telinga , hidung dan tenggorokan.
Dalam: Tumor telinga, hidung dan tenggorokan, Diagnosis dan
penatalaksanaan, Jakarta: Balai Penerbit FKUI;1989.1-9. 7
Asroel HA. Penatalaksanaan Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring.
USU digital library 2002. 8
M Abduh Firdaus; Jon Prijadi, Kemoterapi Neoadjuvan pada
Karsinoma Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga- Hidung-Tenggorok Kepala
Leher edisi keenam.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.
182-187. 13. Desen, W., 2008.
24