Você está na página 1de 15

ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN DAN ALIH FUNGSI

LAHAN DI KABUPATEN LABUHAN BATU


Asni1, Syaad Afifuddin2,
H.B. Tarmizi3, Wahyu Ario Pratomo4
Abstrak : Studi ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh luas lahan,
tenaga kerja dan modal terhadap produksi padi sawah dan kelapa sawit
rakyat, menganalisis pengaruh jumlah produksi, harga jual, jumlah
tenaga kerja dan modal terhadap pendapatan petani padi sawah dan
kelapa sawit rakyat serta menganalisis pengaruh faktor sosial, faktor
ekonomi dan faktor fisik lahan terhadap alih fungsi lahan padi sawah
menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu. Studi ini
menggunakan data cross section dari 150 responden, yaitu 50 orang
petani padi sawah, 50 orang petani kelapa sawit dan 50 orang petani
yang mengalihfungsikan lahan padi sawah menjadi kelapa sawit. Analisis
data dilakukan menggunakan metode Ordinary Least Square. Hasil studi
yang signifikan mempengaruhi produksi padi sawah adalah luas lahan dan
modal, sedangkan faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi produksi
kelapa sawit adalah luas lahan, tenaga kerja dan modal. Faktor-faktor
yang signifikan mempengaruhi pendapatan petani adalah produksi dan
harga jual (untuk petani padi sawah), serta harga jual dan modal (untuk
petani kelapa sawit). Faktor-faktor yang signifikan mempengaruh alih
fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat pendidikan,
pendapatan petani dan kesempatan menabung. Ada kecenderungan
bahwa lahan padi sawah yang lebih beralih fungsi menjadi perkebunan
kelapa sawit adalah lahan sawah bukan irigasi teknis. Berdasarkan analisa
usahatani, efisiensi usahatani kelapa sawit rakyat lebih tinggi
dibandingkan dengan usahatani padi sawah (B/C ratio padi sawah = 1,41
dan B/C ratio kelapa sawit = 2,54).
Kata kunci : Produksi padi sawah, kelapa sawit, pendapatan petani dan
lahan.

PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya di
dalam perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang
berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas dari peranan sketor
pertanian di dalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan
kerja kepada penduduk, menciptakan pendapatan nasional dan
menyumbangkan pada keseluruhan produk. Berbagai data menunjukkan
bahwa di beberapa negara yang sedang berkembang lebih 75% dari
penduduknya berada di sektor pertanian dan lebih 50% dari pendapatan
nasionalnya dihasilkan dari sektor pertanian serta hampir seluruh
ekspornya merupakan bahan pertanian. (Todaro, 2000).
Pembangunan dan modernisasi pertanian di negara-negara yang sedang
berkembang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan produksi,
peningktaan pendapatan petani dan menyediakan pasar bagi produksi
sektor industri, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan ekspor dan
menciptakan tabungan bagi pembangunan.
Pembangunan pertanian dan pedesaan sesungguhnya mengandung
berbagai dilema. Di satu pihak produksi dan produktivitas pertanian
mesti ditingkatkan. Peningkatan produksi dan produktivitas ini
merupakan keharusan karena merupakan landasan dan prasyarat bagi
proses industrialisasi. Seandainya tingkat pertumbuhan sektor pertanian
yang tinggi itu dapat dicapai, perubahan struktur produksi yang
menurunkan tingkat produktivitas relatif itupun tidak akan bisa dihindari
kecuali jika struktur kesempatan kerja juga dapat diubah mengikuti
perubahan struktur produksi tersebut. Sementara itu, peingkatan
produktivitas mau tidak may mesti dilakukan dengan mempergunakan
jenis teknologi yang lebih efisien, baik teknologi biologis, teknologi
mekanis maupun teknologi sosial. Akan tetapi teknologi ini tentu
mengakibatkan penghematan tenaga kerja di sektor yang bersangkutan.
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang
cukup panjang dan penuh resiko. Anjangnya waktu yang dibutuhkan tidak
sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya
waktu, kecukupan faktor produksi pun turut sebagai penentu pencapaian
produksi. Dari segi waktu, usaha perkebunan membutuhkan periode yang
lebih panjang dibandingkan dengan tanaman pangan dan sebagian
tanaman hortikultura. Masing-masing jenis tanaman juga mempunyai
periodisasi yang berbeda satu sama lain.
Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan
dapat dipenuhi, persyaratan ini lebih dikenal dengan faktor produksi.
Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga
kerja, dan skill atau manajemen. (Daniel, 2002)

Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait


satu sama lainnya. Kalau salah satu faktor tidak tersedia, maka proses
produksi tidak akan berjalan, terutama tiga faktor tersebut diatas.
Faktor-faktor produksi tersebut merupakan sesuatu yang mutlak harus
tersedia yang akan lebih sempurna kalau syarat kecukupan pun dapat
dipenuhi. Faktor produksi modal sebagian dialokasikan untuk
menyediakan input produksi fisik, yaitu bibit, pupuk dan pestisida. Input
produksi tersebut merupakan salah satu unsur penentu kegiatan produksi,
karena tanaman membutuhkannya untuk dapat tumbuh dan berkembang
dengan baik.
Kegiatan produksi merupakan kegiatan dalam lingkup yang agak sempit
dan karenanya membahas aspek mikro. Dalam mempelajari aspek ini,
peranan hubungan input produksi dan output (hasil atau produksi)
mendapatkan perhatian utama. Peranan input bukan saja dapat dilihat
dari segi macamnya atau tersedianya dalam waktu yang tepat, tetapi
juga dapat ditinjau dari segi efisiensi penggunaannya. Karena faktorfaktor inilah yang maka terjadi senjang produktivitas (yield gap) antara
produktivitas yang seharusnya dan produktivitas yang dihasilkan oleh
petani. Dalam banyak kenyataan, sepanjang produktivitas ini terjadi
karena adanya faktor yang sulit untuk diatasi manusia (petani) seperti
adanya teknologi yang tidak dapat dipindahkan dan adanya perbedaan
lingkungan, misalnya iklim. Karena kedua faktor ini sangat sulit diatasi
oleh petani, maka perbedaan hasil yang disebabkan oleh kedua faktor ini
menyebabkan senjang produktivitas dari hasil eksperimen dan dari
potensial suatu usaha tani. (Soekartawi, 1993)
Kabupaten Labuhan Batu dengan ibukota Rantauprapat merupakan salah
satu Kabupaten di Propinsi Sumatera Utara yang berada pada kawasan
pantai Timur Sumatera Utara, terletak pada koordinat 1o26 2o11
Lintang Utara dan 91o01 - 95o53 Bujur Timur. Luas wilayahnya adalah
922.318 Ha (9.223,18 Km2) atau 12,87% dari luar wilayah Propinsi
Sumatera Utara dan merupakan kabupaten nomor 2 terluas setelah
Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kabupaten Labuhan Batu mempunyai kedudukan yang cukup strategis,
yaitu berada pada jalur lintas trans Sumatera Timur tepatnya pada
persimpangan menuju Sumatera Barat dan Riau yang menghubungkan
pusat-pusat perkembangan wilayah di Sumatera dan Jawa serta
mempunyai akses yang memadai ke luar negeri karena berbatasan
langsung dengan Selat Malaka.
Luas persawahan di Kabupaten Labuhan Batu cenderung mengalami
penurunan setiap tahun. Luas persawahan pada tahun 1997 adalah 83.310
Ha menjadi 78.732 Ha pada tahun 2003 dengan rata-rata penurunan luas
lahan 1,83 persen per tahun. Penurunan luas lahan juga menyebabkan

terjadinya penurunan produksi padi sawah, yaitu dari 368.467 ton pada
tahun 1997 menjadi 313.285 ton pada tahun 2003 dengan rata-rata
penurunan produksi padi sawah 2,37 persen per tahun.(BPS Labuhan
Batu, 2003)
Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan Dan Produksi Padi Sawah Dan Kelapa
Sawit Rakyat Di Kabupaten Labuhan Batu, 1997 2003
Tahun Padi Sawah Kelapa Sawit Rakyat.
Luas Lahan (Ha) % Pertumbuhan Produksi (ton) % Pertumbuhan Luas Lahan
(Ha) % Petum uhan Produksi % Pertum buhan
1997 83.31 - 368.467 - 64.758 - 615.955 1998 78.99 -5,31 342.352 -7,09 65.060 0,47 641.955 4,22
1999 88.53 12,23 387.024 13,05 65.410 0,54 662.256 3,16
2000 80.18 -9,43 348.926 -9,84 78.931 20,67 755.389 14,06
2001 77.03 -3,93 325.392 -6,74 79.031 0,13 962.416 27,41
2002 67.13 -12,85 306.188 -5,90 79.508 0,60 1.067.139 10,88
2003 72.73 8,34 313.285 2,32 82.879 4,24 1.089.355 2,08
Rata-Rata -1,83 -2,37 4,44 10,30
Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu, 2003
Gambar 1. Grafik Produksi Padi Sawah dan Kelapa Sawit Rakyat di
Kabupaten Labuhan Batu, 1997 2003
Sedangkan luas lahan kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahun,
yaitu 64.758 Ha pada tahun 1997 menjadi 82.879 Ha pada tahun 2003
dengan rata-rata peningkatan luas lahan 4,44 persen per tahun. Jumlah
produksi pada tahun 1997 sebanyak 615.955 ton meningkat menjadi
1.089.355 ton pada tahun 2003 dengan rata-rata peningkatan produksi
10,30 persen per tahun. Peningkatan luas lahan dan produksi perkebunan
kelapa sawit rakyat terus juga akan terus meningkat pada tahun-tahun
mendatang. (BPS Labuhan Batu, 2003)
Komoditas kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu merupakan
komoditas andalan yang memberikan pendapatan masyarakat yang lebih
baik dan terjamin dibandingkan dengan komoditas pertanian lain seperti
karet, kopi dan juga tanaman padi. Oleh karena itu, setiap tahun terjadi
alih fungsi lahan pertanian tersebut menjadi kelapa sawit, khususnya di
kalangan petani. Selain alih fungsi lahan, juga terjadi peralihan sistem
pertanian dari tradisionil menjadi pertanian semi intensif. Perlaihan
sistem usahatani tersebut menyebabkan penggunakan modal dalam
sistem pertanian semakin intensif, karena dalam perkebunan kelapa

sawit, aktivitas kegiatan lebih tinggi dibandingkan dengan padi sawah.


Pendapatan petani dipengaruhi oleh produksi usahatani, dalam hal ini
padi dan kelapa sawit rakyat. Selain dipengaruhi oleh jumlah produksi,
pendapatan petani juga dipengaruhi oleh harga jual produksi tersebut,
juga dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja yang digunakan dan modal
yang dialokasikan petani dalam usahatani tersebut. Keinginan petani
untuk meningkatkan pendapatan serta menjamin rutinitas pendapatan
setiap bulan, menyebabkan sebagian petani mengalihfungsikan lahan
padi sawah menjadi kelapa sawit.
Menurut Hadi (2004), kini ancaman penurunan produksi padi di Indonesia
semakin serius karena petani mulai meninggalkan tanaman kebutuhan
pokok itu. Mereka beralih ke tanaman perkebunan, kelapa, dan kelapa
sawit. Keinginan petani mengkonversi lahannya dari sawah menjadi lahan
perkebunan, khususnya kelapa sawit, sulit dibendung, karena lebih
menjanjikan pendapatan yang lebih tinggi.
PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh secara
signifikan terhadap produksi padi sawah dan kelapa sawit rakyat di
Kabupaten Labuhan Batu
2. Apakah jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah
dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
3. Apakah faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan
berpengaruh secara signifikan terhadap alih fungsi lahan padi sawah
menjadi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
TUJUAN STUDI
1. Menganalisis pengaruh luas lahan, tenaga kerja dan modal terhadap
produksi padi sawah dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
2. Menganalisis pengaruh jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga
kerja dan modal terhadap pendapatan petani padi sawah dan kelapa
sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
3. Menganalisis pengaruh faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik
lahan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat
di Kabupaten Labuhan Batu.

HIPOTESIS
1. Luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi padi sawah dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten
Labuhan Batu.
2. Jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah
dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
3. Faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan berpengaruh
secara signifikan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa
sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi
Cobb-Douglas, sebagai bentuk aljabar fungsi produksi yang akan diduga.
Secara matematis, model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis
sebagai berikut : (Gujarati, 2003)
Y = 0x11 x 22 .... xnnv
atau dalam bentuk linear logaritma dapat ditulis :
log Y = log 0 + 1 logx1 + 2log x2 + ... + nlogn + v
Y = output (produksi) yang dihasilkan
X1...Xn = input produksi yang digunakan
0 = konstanta atau intersept
1.....n = koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi
V =disturbance term
Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini
pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha
pertanian. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai
usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Sebaliknya
pada luasan lahan yang sempit, upaya pengusahaan terhadap penggunaan
faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan
tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian
seperti ini sering lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu
kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. (Soekartawi,
1993)
Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang
didasarkan pada tinggi tempat. Untuk tanah-tanah di Indonesia,
pembagian lahan menurut tinggi tempat (topografi) sering dikategorikan

sebagai lahan dataran partai, dataran rendah dan dataran tinggi.


Pembagian klasifikasi menurut topografi ini juga menggambarkan macam
usaha pertanian yang diusahakan oleh penduduk bertempat tinggal di
lokasi itu. (Soekartawi, 1993)
Kesuburan lahan pertanian juga menentukan produktivitas tanaman.
Lahan yang subur akan menghasilkan produktivitas yang lebih tinggi
daripada lahan yang tingkat kesuburannya rendah. Kesuburan lahan
pertanian biasanya berkaitan dengan struktur dan tekstur tanah, struktur
dan tekstur tanah ini pada akhirnya juga menentukan macam tanah.
Mislanya tanah liat, grumosol, alluvial dan sebagainya.
MODEL ANALISIS
Faktor produksi terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu luas lahan, tenaga kerja
dan modal. Faktor yang mempengaruhi pendapatan petani diasumsikan
terdiri dari 4 (empat) faktor, yaitu jumlah produksi, harga jual, jumlah
tenaga kerja dan modal. Hubungan faktor yang mempengaruhi produksi
dan pendapatan diasumsikan dengan menggunakan fungsi produksi CobbDouglas.
Fungsi produksi cobb-Douglas pengaruh faktor-faktor produksi terhadap
produksi padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut :
Y = 0 x11 x22 x33 u
Melalui transfer logaritmik persamaan tersebut diubah menjadi bentuk
linear dengan menggunakan model persamaan Ordinary Least Square
(OLS) sebagai berikut :
In Y1 = In 0+1 In x11+2 In x12+3 In x13 + u1
Dimana :
Y1 = total produksi padi sawah (ton)
X11 = luas lahan (Ha)
X12 = tenaga kerja (HKP)
X13 = modal (Rp.)
1 - 3 = koefisien regresi
U1 = variabel gangguan (error term)
Model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan petani padi sawah adalah sebagai berikut :
In Y2= In 0+1 Inx21+2 Inx22+3 Inx23+4 Inx24+u2

Dimana :
Y2 = total pendapatan padi sawah (Rp.)
X21 = jumlah produksi (ton)
X22 = harga jual (Rp./kg)
X23 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X24 = Modal (Rp.)
1-4 = koefisien regresi
U2 = variabel gangguan (error term)
Model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kelapa sawit rakyat adalah sebagai berikut :
In Y3 = In 0+ 1 In x31+2 In x32+3 In x33 + u3
Dimana :
Y3 = total produksi kelapa sawit (Rp.)
X31 = luas lahan (Ha)
X32 = tenaga kerja (HKP)
X33 = modal (Rp.)
1-3 = koefisien regresi
U3 = variabel gangguan (error term)
Selanjutnya model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan petani kelapa sawit adalah sebagai
berikut :
InY4 = In0+1 Inx41+2 Inx42+3 Inx43+4 Inx44+u3
Dimana :
Y4 = total pendapatan kelapa sawit (Rp.)
X41 = jumlah produksi (ton)
X42 = harga jual (Rp./kg)
X43 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X44 = modal (Rp.)
1-4 = koefisien regresi
U4 = variabel gangguan (error term)

VARIABEL PENELITIAN
1. Produksi
Sebagai variabel terikat (dependent variabel) dalam hal ini adalah total
produksi pertanian (Y), yaitu produksi padi sawah (Y1) dan produksi
kelapa sawit (Y3), sedangkan variabel bebas (independent variabel
adalah luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan modal (X3).
2. Pendapatan
Sebagai variabel terikat (dependent variabel) adalah total pendapatan
petani (Y), yaitu pendapatan petani padi sawah (Y2) dan pendapatan
petani kelapa sawit (Y4), sedangkan variabel bebas (independent
variabel) adalah jumlah produksi (X1), harga jual (X2), tenaga kerja (X3),
dan modal (X4).
3. Alih fungsi lahan
Sebagai variabel terikat (dependent variabel, Y) dalam hal ini adalah
total luas lahan padi sawah yang beralih fungsi menjadi perkebunan
kelapa sawit (Y5), sedangkan variabel bebas (independent variabel, X)
adalah pendidikan petani (X1), minat petani (X2), pendapatan petani per
bulan (X3), kemampuan menabung (X4), kesesuaian lahan (X5) dan
ketersediaan air (X6).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN
PETANI PADI SAWAH
1. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi
Sawah
Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka
dilakukan estimasi dengan model Ordinary Least Square (OLS) untuk data
cross-section dari 50 petani responden dengan menggunakan Program
Eviews 4.1. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Estimasi OLS Produksi Padi Sawah
LY1 = -6,62 + 0,437LX11 + 0,008LX12 + 0,535 LX13
t-stat (2,72) (0,158) (3,31)
R2 = 0,9464 F-stat = 289,236
Koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9464 berarti bahwa
variabel luas lahan, tenaga kerja dan modal mampu menjelaskan variasi
produksi padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu sebesar 94,64%.

Sedangkan sisanya sebesar 5,36%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model estimasi.
2. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Padi
Sawah
Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh petani padi sawah
setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produksi
padi sawah. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut
Tabel 3. Hasil Estimasi OLS Pendapatan Petani Padi Sawah
LY2 = -23,079+ 4,12LX21+4,513 LX22+0,018LX23+0,289 LX24
t-stat (2,034) (4,465) (0,283) (1,644)
R2 = 0,9577 F-stat = 278,079
Koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9577 berarti bahwa
variabel jumlah produksi, harga jual, tenaga kerja dan modal mampu
menjelaskan variasi pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Labuhan
Batu sebesar 95,77%. Sedangkan sisanya sebesar 4,23%, dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
Dilihat dari F-statistik, yaitu sebesar 278,079 yang signifikan pada tingkat
keyakinan 99% (F-tabel (db = 4 : 45) = 3,77), berarti bahwa bersamasama (serentak) jumlah produksi, harga jual, tenaga kerja dan modal
akan mempengaruhi variasi dari pendapatan petani padi sawah di
Kabupaten Labuhan Batu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN
PETANI KELAPA SAWIT
1. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa
Sawit
Analisis regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan data cross-section dari 50 petani responden.
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit
rakyat di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Estimasi OLS Produksi Kelapa Sawit Rakyat


LY3 = -8,646 + 0,137LX31 + 0,436LX32 + 0,662 LX33
t-stat (3,160) (3,484) (7,31)
R2 = 0,9864 F-stat = 1188,91
Berdasarkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,9864 berarti
variabel luas lahan, tenaga kerja dan modal mampu menjelaskan variasi
produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu sebesar 98,64%.
Sedangkan sisanya sebesar 1,36%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model estimasi.
Dilihat dari nilai F-statistik yaitu sebesar 1188,91 yang signifikan pada
tingkat keyakinan 99% (F-tabel (db = 3 : 46) = 4,24); berarti bahwa secara
bersama-sama (serentak) luas lahan, tenaga kerja dan modal akan
mempengaruhi variasi dari produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten
Labuhan Batu.
2. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Kelapa
Sawit.
Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh petani dari hasil
produksi perkebunan kelapa sawit rakyat yang diusahakannya dikurangi
biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produksi. Hasil estimasi
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani kelapa sawit rakyat
di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut :
Tabel 5. Hasil Estimasi Ols Pendapatan Petani Kelapa Sawit
LY4 = -3,899+ 0,221LX41+0,721 LX42+0,072LX43+0,940 LX44
t-stat (1,509) (2,339) (0,504) (6,475)
R2 = 0,9878 F-stat = 994,003
Nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9878 berarti bahwa
variabel jumlah produksi, harga jual, tenaga kerja dan modal mampu
menjelaskan variasi pendapatan petani kelapa sawit di Kabupaten
Labuhan Batu sebesar 98,78%. Sedangkan sisanya sebesar 1,22%,
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model
estimasi.
Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 994,003 yang signifikan pada
tingkat keyakinan 99% (F-tabel (db = 4 : 45) = 3,77), berarti bahwa secara
bersama-sama (serentak) jumlah produksi, harga jual, tenaga kerja dan
modal akan mempengaruhi variasi dari pendapatan petani kelapa sawit di

Kabupaten Labuhan Batu.


3. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Alih Fungsi Lahan
Padi Sawah Menjadi Perkebunan Kelapa Sawit
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan padi
sawah menjadi perkebunan produksi kelapa sawit di Kabupaten Labuhan
Batu adalah sebagai berikut :
Tabel 6. Hasil Estimasi PLS Alih Fungsi Lahan Padi Sawah
LY5=-6,694+0,689LX51+0,467LX52+0,567LX53+0,675LX54+0,261X550,121X56
t-stat (4,725) (1,452) (6,821) (2,143) (1,319) (-1,128)
R2 = 0,8293 F-stat = 40,673
Berdasarkan nilai koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,8293
berarti bahwa pendidikan, minat, pendapatan petani, kemampuan
menabung, kesesuaian lahan dan ketersediaan air mampu menjelaskan
variasi luas lahan padi sawah yang beralih fungsi menjadi kelapa sawit
rakyat di Kabupaten Labuhan Batu sebesar 82,93%. Sedangkan sisanya
sebesar 17,07%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan
dalam model estimasi.
Dilihat dari nilai F-statistik, yaitu sebesar 40,673 yang signifikan pada
tingkat keyakinan 99% (F-statistik > F-tabel (db = 5:44) = 3,46), berarti
bahwa secara bersama-sama (serentak) pendidikan petani, minat,
pendapatan, kemampuan menabung, kesesuaian lahan dan ketersediaan
air akan mempengaruhi variasi dari luas lahan padi sawah yang beralih
fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan
Batu. Dengan demikian, faktor sosial (yaitu pendidikan dan minat), faktor
ekonomi (yaitu pendapatan dan kemampuan menabung), dan faktor fisik
lahan (yaitu kesesuaian lahan dan ketersediaan air) berpengaruh secara
signifikan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit.
Secara parsial faktor yang berpengaruh signifikan terhadap alih fungsi
lahan padi sawah menjadi kelapa sawit adalah faktor sosial dan faktor
ekonomi.
Berdasarkan analisis diketahui bahwa variabel ketersediaan air (X56)
menunjukkan nilai yang negatif, hal ini berarti bahwa lahan-lahan padi
sawah yang lebih banyak beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit
rakyat di Kabupaten Labuhan Batu adalah lahan-lahan non irigasi teknis.
Hasil analisis juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan
petani, maka luas lahan padi sawah yang beralih fungsi menjadi

perkebunan kelapa sawit juga semakin meningkat, demikian juga dengan


pendapatan dan kesempatan menabung. Pendidikan yang lebih tinggi
memungkinkan petani dapat lebih menerima suatu inovasi atau teknologi
budidaya baru dalam usahataninya, termasuk alih fungsi lahan ke
komoditi yang lebih bernilai ekonomis. Dalam hal ini, komoditi kelapa
sawit mempunyai nilai ekonomis yang lebih tinggi dari padi sawah, yang
dapat dilihat dari analisis usahatani, dimana nilai B/C perkebunan kelapa
sawit lebih tinggi dari padi sawah.
Komditas kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu merupakan komoditas
andalan yang memberikan pendapatan masyarakat yang lebih baik dan
terjamin dibandingkan dengan komoditas pertanian lain seperti tanaman
padi. Nilai ekonomi kelapa sawit yang lebih tinggi meningkatkan minat
petani untuk mengusahakan kelapa sawit, dibandingkan dengan padi
sawah. Berdasarkan analisis usahatani, dapat diketahui opportunity cost
dari alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit. Biaya (cost) yang
dikeluarkan petani padi sawah setiap tahun adalah Rp. 3.447.330,- per
Ha dengan pendapatan Rp. 1.387.577,- per Ha/tahun. Biaya (cost) yang
dikeluarkan petani kelapa sawit setiap tahun adalah Rp. 3.999.528,86,per Ha dengan pendapatan Rp. 5.735.202,47,- per Ha/tahun. Dengan
demikian selisih biaya (cost) antara usahatani kelapa sawit dan padi
sawah per Ha adalah Rp. 552.198,86,- dan selisih pendapatan sebesar Rp.
4.347.625,47,-. Artinya dengan penambahan biaya sebesar Rp.
552.198,86,- dari usahatani padi sawah, petani akan memperoleh
tambahan pendapatan sebesar Rp. 4.347.625,47 dari usahatani kelapa
sawit. Dengan demikian, opportunity cost alih fungsi lahan padi sawah
menjadi kelapa sawit sebesar Rp. 4.347.62,47,- (313,325).
Alih fungsi lahan padi sawah akan berdampak terhadap berbagai aspek,
khususnya ketersediaan beras atau pangan secara nasional. Apabila alih
fungsi lahan pertanian tidak terkendali, sangat mungkin mengakibatkan
Indonesia tertimpa kelaparan. Oleh karena itu, penyelamatan sawah
irigasi teknis subur yang pembangunannya menelan investasi sangat besar
perlu dilakukan dengan serius, komprehensif dan terencana oleh semua
pihak.
Sehubungan dengan hal tersebut, agar Peraturan Daerah No. 39 Tahun
1988 tentang Pemanfaatan dan Pengaturan Lahan Sawah Dalam
Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu dapat diterapkan dengan
efektif, Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu hendaknya memperbaiki
dan memperluas pelayanan jaringan irigasi, sehingga sawah-sawah yang
kurang mendapat air dapat memperoleh air dengan teratur.

KESIMPULAN
1. Luas lahan, tenaga kerja dan modal secara bersama-sama berpengaruh
terhadap produksi padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu. Secara
parsial, variabel luas lahan dan modal berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi padi sawah, dimana yang paling besar pengaruhnya
adalah modal.
2. Pendapatan petani padi sawah nyata dipengaruhi oleh variabel jumlah
produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal secara bersama.
Secara parsial, pendapatan petani padi sawah dipengaruhi oleh jumlah
produksi dan harga jual.
3. Luas lahan, tenaga kerja dan modal secara bersama-sama berpengaruh
terhadap produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
Secara parsial, semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi kelapa sawit, dimana yang paling besar pengaruhnya adalah
modal.
4. Jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga krja dan modal secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan petani kelapa sawit
rakyat di Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, harga jual dan modal
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit, dan
yang paling besar pengaruhnya adalah modal.
5. Faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan berpengaruh
terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat di
Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, faktor yang mempengaruhi luas
lahan yang beralih fungsi adalah faktor pendidikan, pendapatan petani
dan kesempatan menabung. Ada kecenderungan bahwa lahan padi sawah
yang lebih banyak beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit adalah
lahan sawah bukan irigasi teknis.
6. Berdasarkan analisa usahatani, nilai B/C ratio usahatani padi sawah
adalah 1,41 dan B/C ratio usahatani kelapa sawit adalah 2,54. Hal ini
berarti bahwa efisiensi usahatani kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan
dengan usahatani padi sawah.
SARAN
1. Produktivitas padi sawah di wilayah Kabupaten Labuhan Batu masih
lebih rendah dari produksi Sumatera Utara, oleh karena itu dalam usaha
meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi sawah, dapat
dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi dan
modal.
2. Dalam usahatani kelapa sawit rakyat, terlihat bahwa faktor modal
lebih tinggi pengaruhnya dalam meningkatkan produksi maupun

pendapatan petani kelapa sawit, oleh karena itu dalam upaya


meningkatkan produksi dan pendapatan tersebut, dapat diupayakan
dengan penyediaan modal usaha bagi petani.
3. Sehubungan dengan masalah alih fungsi lahan padi sawah menjadi
kelapa sawit yang semakin meningkat, kepada Pemda Kabupaten Labuhan
Batu diharapkan untuk dapat memperluas pelayanan jaringan irigasi
teknis, sehingga kebutuhan air untuk lahan sawah dapat terpenuhi. Hal
ini berhubungan dengan kenyataan bahwa sebagian lahan yang beralih
fungsi adalah lahan-lahan sawah non irigasi.
4. Kepada petani kelapa sawit yang masih memiliki lahan padi sawah
diharapkan untuk tidak mengalihfungsikan lahan padi sawah tersebut
menjadi kelapa sawit, tetapi dengan lebih mengintensifkan pengolahan
usahataninya baik dari penggunaan input produksi maupun dengan
meningkatkan intensitas pertanaman padi sawah.
5. Kepada petani kelapa sawit disarankan untuk melakukan perawatan
tanaman kelapa sawit dengan intensif sehingga dapat menghasilkan
produksi maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
BPS, 1988, Produktivitas Padi Sawah, dalam angka BPS Cabang Labuhan
Batu.
Daniel, Moehar. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Bumi
Aksara.
Gujarati, Damodar, 2003. Ekonometrika Dasar. Erlangga, Jakarta.
Hadi, Nasrul, 2004. Mengganti Padi Dengan Kelapa Sawit. Jambi : Dinas
Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian, Teori dan Aplikasi.
Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali.
___________, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan
Analisis Fungsi Cobb-Douglas. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
Cetakan Pertama.
Todaro, Micahel P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi
Ketujuh. Jakarta : Erlangga.
Asni, 2005. Analisis Produksi, Pendapatan dan Alih Fungsi Lahan di
Kabupaten Labuhan Batu, Program Pascasarjana, Universitas Sumatera
Utara Medan, tidak dipublikasikan.
Diposkan oleh jurnal mepa ekonomi usu
di 05.57

Você também pode gostar