Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting peranannya di
dalam perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang
berkembang. Hal tersebut dapat dilihat dengan jelas dari peranan sketor
pertanian di dalam menampung penduduk serta memberikan kesempatan
kerja kepada penduduk, menciptakan pendapatan nasional dan
menyumbangkan pada keseluruhan produk. Berbagai data menunjukkan
bahwa di beberapa negara yang sedang berkembang lebih 75% dari
penduduknya berada di sektor pertanian dan lebih 50% dari pendapatan
nasionalnya dihasilkan dari sektor pertanian serta hampir seluruh
ekspornya merupakan bahan pertanian. (Todaro, 2000).
Pembangunan dan modernisasi pertanian di negara-negara yang sedang
berkembang dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan produksi,
peningktaan pendapatan petani dan menyediakan pasar bagi produksi
sektor industri, memperluas kesempatan kerja, meningkatkan ekspor dan
menciptakan tabungan bagi pembangunan.
Pembangunan pertanian dan pedesaan sesungguhnya mengandung
berbagai dilema. Di satu pihak produksi dan produktivitas pertanian
mesti ditingkatkan. Peningkatan produksi dan produktivitas ini
merupakan keharusan karena merupakan landasan dan prasyarat bagi
proses industrialisasi. Seandainya tingkat pertumbuhan sektor pertanian
yang tinggi itu dapat dicapai, perubahan struktur produksi yang
menurunkan tingkat produktivitas relatif itupun tidak akan bisa dihindari
kecuali jika struktur kesempatan kerja juga dapat diubah mengikuti
perubahan struktur produksi tersebut. Sementara itu, peingkatan
produktivitas mau tidak may mesti dilakukan dengan mempergunakan
jenis teknologi yang lebih efisien, baik teknologi biologis, teknologi
mekanis maupun teknologi sosial. Akan tetapi teknologi ini tentu
mengakibatkan penghematan tenaga kerja di sektor yang bersangkutan.
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang
cukup panjang dan penuh resiko. Anjangnya waktu yang dibutuhkan tidak
sama tergantung pada jenis komoditas yang diusahakan. Tidak hanya
waktu, kecukupan faktor produksi pun turut sebagai penentu pencapaian
produksi. Dari segi waktu, usaha perkebunan membutuhkan periode yang
lebih panjang dibandingkan dengan tanaman pangan dan sebagian
tanaman hortikultura. Masing-masing jenis tanaman juga mempunyai
periodisasi yang berbeda satu sama lain.
Proses produksi baru bisa berjalan bila persyaratan yang dibutuhkan
dapat dipenuhi, persyaratan ini lebih dikenal dengan faktor produksi.
Faktor produksi terdiri dari empat komponen, yaitu tanah, modal, tenaga
kerja, dan skill atau manajemen. (Daniel, 2002)
terjadinya penurunan produksi padi sawah, yaitu dari 368.467 ton pada
tahun 1997 menjadi 313.285 ton pada tahun 2003 dengan rata-rata
penurunan produksi padi sawah 2,37 persen per tahun.(BPS Labuhan
Batu, 2003)
Tabel 1. Perkembangan Luas Lahan Dan Produksi Padi Sawah Dan Kelapa
Sawit Rakyat Di Kabupaten Labuhan Batu, 1997 2003
Tahun Padi Sawah Kelapa Sawit Rakyat.
Luas Lahan (Ha) % Pertumbuhan Produksi (ton) % Pertumbuhan Luas Lahan
(Ha) % Petum uhan Produksi % Pertum buhan
1997 83.31 - 368.467 - 64.758 - 615.955 1998 78.99 -5,31 342.352 -7,09 65.060 0,47 641.955 4,22
1999 88.53 12,23 387.024 13,05 65.410 0,54 662.256 3,16
2000 80.18 -9,43 348.926 -9,84 78.931 20,67 755.389 14,06
2001 77.03 -3,93 325.392 -6,74 79.031 0,13 962.416 27,41
2002 67.13 -12,85 306.188 -5,90 79.508 0,60 1.067.139 10,88
2003 72.73 8,34 313.285 2,32 82.879 4,24 1.089.355 2,08
Rata-Rata -1,83 -2,37 4,44 10,30
Sumber : BPS Kabupaten Labuhan Batu, 2003
Gambar 1. Grafik Produksi Padi Sawah dan Kelapa Sawit Rakyat di
Kabupaten Labuhan Batu, 1997 2003
Sedangkan luas lahan kelapa sawit mengalami peningkatan setiap tahun,
yaitu 64.758 Ha pada tahun 1997 menjadi 82.879 Ha pada tahun 2003
dengan rata-rata peningkatan luas lahan 4,44 persen per tahun. Jumlah
produksi pada tahun 1997 sebanyak 615.955 ton meningkat menjadi
1.089.355 ton pada tahun 2003 dengan rata-rata peningkatan produksi
10,30 persen per tahun. Peningkatan luas lahan dan produksi perkebunan
kelapa sawit rakyat terus juga akan terus meningkat pada tahun-tahun
mendatang. (BPS Labuhan Batu, 2003)
Komoditas kelapa sawit di Kabupaten Labuhan Batu merupakan
komoditas andalan yang memberikan pendapatan masyarakat yang lebih
baik dan terjamin dibandingkan dengan komoditas pertanian lain seperti
karet, kopi dan juga tanaman padi. Oleh karena itu, setiap tahun terjadi
alih fungsi lahan pertanian tersebut menjadi kelapa sawit, khususnya di
kalangan petani. Selain alih fungsi lahan, juga terjadi peralihan sistem
pertanian dari tradisionil menjadi pertanian semi intensif. Perlaihan
sistem usahatani tersebut menyebabkan penggunakan modal dalam
sistem pertanian semakin intensif, karena dalam perkebunan kelapa
HIPOTESIS
1. Luas lahan, tenaga kerja dan modal berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi padi sawah dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten
Labuhan Batu.
2. Jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal
berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani padi sawah
dan kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
3. Faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan berpengaruh
secara signifikan terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa
sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fungsi produksi
Cobb-Douglas, sebagai bentuk aljabar fungsi produksi yang akan diduga.
Secara matematis, model fungsi produksi Cobb-Douglas dapat ditulis
sebagai berikut : (Gujarati, 2003)
Y = 0x11 x 22 .... xnnv
atau dalam bentuk linear logaritma dapat ditulis :
log Y = log 0 + 1 logx1 + 2log x2 + ... + nlogn + v
Y = output (produksi) yang dihasilkan
X1...Xn = input produksi yang digunakan
0 = konstanta atau intersept
1.....n = koefisien regresi dari masing-masing faktor produksi
V =disturbance term
Luas lahan pertanian akan mempengaruhi skala usaha, dan skala usaha ini
pada akhirnya akan mempengaruhi efisien atau tidaknya suatu usaha
pertanian. Seringkali dijumpai makin luas lahan yang dipakai sebagai
usaha pertanian akan semakin tidak efisienlah lahan tersebut. Sebaliknya
pada luasan lahan yang sempit, upaya pengusahaan terhadap penggunaan
faktor produksi semakin baik, penggunaan tenaga kerja tercukupi dan
tersedianya modal juga tidak terlalu besar, sehingga usaha pertanian
seperti ini sering lebih efisien. Meskipun demikian, luasan yang terlalu
kecil cenderung menghasilkan usaha yang tidak efisien pula. (Soekartawi,
1993)
Topografi lahan menggambarkan penggunaan lahan pertanian yang
didasarkan pada tinggi tempat. Untuk tanah-tanah di Indonesia,
pembagian lahan menurut tinggi tempat (topografi) sering dikategorikan
Dimana :
Y2 = total pendapatan padi sawah (Rp.)
X21 = jumlah produksi (ton)
X22 = harga jual (Rp./kg)
X23 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X24 = Modal (Rp.)
1-4 = koefisien regresi
U2 = variabel gangguan (error term)
Model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kelapa sawit rakyat adalah sebagai berikut :
In Y3 = In 0+ 1 In x31+2 In x32+3 In x33 + u3
Dimana :
Y3 = total produksi kelapa sawit (Rp.)
X31 = luas lahan (Ha)
X32 = tenaga kerja (HKP)
X33 = modal (Rp.)
1-3 = koefisien regresi
U3 = variabel gangguan (error term)
Selanjutnya model persamaan Ordinary Least Square (OLS) faktor-faktor
yang mempengaruhi pendapatan petani kelapa sawit adalah sebagai
berikut :
InY4 = In0+1 Inx41+2 Inx42+3 Inx43+4 Inx44+u3
Dimana :
Y4 = total pendapatan kelapa sawit (Rp.)
X41 = jumlah produksi (ton)
X42 = harga jual (Rp./kg)
X43 = jumlah tenaga kerja (HKP)
X44 = modal (Rp.)
1-4 = koefisien regresi
U4 = variabel gangguan (error term)
VARIABEL PENELITIAN
1. Produksi
Sebagai variabel terikat (dependent variabel) dalam hal ini adalah total
produksi pertanian (Y), yaitu produksi padi sawah (Y1) dan produksi
kelapa sawit (Y3), sedangkan variabel bebas (independent variabel
adalah luas lahan (X1), tenaga kerja (X2), dan modal (X3).
2. Pendapatan
Sebagai variabel terikat (dependent variabel) adalah total pendapatan
petani (Y), yaitu pendapatan petani padi sawah (Y2) dan pendapatan
petani kelapa sawit (Y4), sedangkan variabel bebas (independent
variabel) adalah jumlah produksi (X1), harga jual (X2), tenaga kerja (X3),
dan modal (X4).
3. Alih fungsi lahan
Sebagai variabel terikat (dependent variabel, Y) dalam hal ini adalah
total luas lahan padi sawah yang beralih fungsi menjadi perkebunan
kelapa sawit (Y5), sedangkan variabel bebas (independent variabel, X)
adalah pendidikan petani (X1), minat petani (X2), pendapatan petani per
bulan (X3), kemampuan menabung (X4), kesesuaian lahan (X5) dan
ketersediaan air (X6).
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN
PETANI PADI SAWAH
1. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Padi
Sawah
Untuk pengujian hipotesa yang dirumuskan dalam penelitian ini, maka
dilakukan estimasi dengan model Ordinary Least Square (OLS) untuk data
cross-section dari 50 petani responden dengan menggunakan Program
Eviews 4.1. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Hasil Estimasi OLS Produksi Padi Sawah
LY1 = -6,62 + 0,437LX11 + 0,008LX12 + 0,535 LX13
t-stat (2,72) (0,158) (3,31)
R2 = 0,9464 F-stat = 289,236
Koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9464 berarti bahwa
variabel luas lahan, tenaga kerja dan modal mampu menjelaskan variasi
produksi padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu sebesar 94,64%.
Sedangkan sisanya sebesar 5,36%, dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model estimasi.
2. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Padi
Sawah
Pendapatan merupakan penerimaan yang diperoleh petani padi sawah
setelah dikurangi biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh produksi
padi sawah. Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan
padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut
Tabel 3. Hasil Estimasi OLS Pendapatan Petani Padi Sawah
LY2 = -23,079+ 4,12LX21+4,513 LX22+0,018LX23+0,289 LX24
t-stat (2,034) (4,465) (0,283) (1,644)
R2 = 0,9577 F-stat = 278,079
Koefisien determinasi (adjusted R2) sebesar 0,9577 berarti bahwa
variabel jumlah produksi, harga jual, tenaga kerja dan modal mampu
menjelaskan variasi pendapatan petani padi sawah di Kabupaten Labuhan
Batu sebesar 95,77%. Sedangkan sisanya sebesar 4,23%, dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model estimasi.
Dilihat dari F-statistik, yaitu sebesar 278,079 yang signifikan pada tingkat
keyakinan 99% (F-tabel (db = 4 : 45) = 3,77), berarti bahwa bersamasama (serentak) jumlah produksi, harga jual, tenaga kerja dan modal
akan mempengaruhi variasi dari pendapatan petani padi sawah di
Kabupaten Labuhan Batu.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN PENDAPATAN
PETANI KELAPA SAWIT
1. Analisis Estimasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Kelapa
Sawit
Analisis regresi terhadap model estimasi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah menggunakan data cross-section dari 50 petani responden.
Hasil estimasi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kelapa sawit
rakyat di Kabupaten Labuhan Batu adalah sebagai berikut:
KESIMPULAN
1. Luas lahan, tenaga kerja dan modal secara bersama-sama berpengaruh
terhadap produksi padi sawah di Kabupaten Labuhan Batu. Secara
parsial, variabel luas lahan dan modal berpengaruh secara signifikan
terhadap produksi padi sawah, dimana yang paling besar pengaruhnya
adalah modal.
2. Pendapatan petani padi sawah nyata dipengaruhi oleh variabel jumlah
produksi, harga jual, jumlah tenaga kerja dan modal secara bersama.
Secara parsial, pendapatan petani padi sawah dipengaruhi oleh jumlah
produksi dan harga jual.
3. Luas lahan, tenaga kerja dan modal secara bersama-sama berpengaruh
terhadap produksi kelapa sawit rakyat di Kabupaten Labuhan Batu.
Secara parsial, semua variabel berpengaruh secara signifikan terhadap
produksi kelapa sawit, dimana yang paling besar pengaruhnya adalah
modal.
4. Jumlah produksi, harga jual, jumlah tenaga krja dan modal secara
bersama-sama berpengaruh terhadap pendapatan petani kelapa sawit
rakyat di Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, harga jual dan modal
berpengaruh signifikan terhadap pendapatan petani kelapa sawit, dan
yang paling besar pengaruhnya adalah modal.
5. Faktor sosial, faktor ekonomi dan faktor fisik lahan berpengaruh
terhadap alih fungsi lahan padi sawah menjadi kelapa sawit rakyat di
Kabupaten Labuhan Batu. Secara parsial, faktor yang mempengaruhi luas
lahan yang beralih fungsi adalah faktor pendidikan, pendapatan petani
dan kesempatan menabung. Ada kecenderungan bahwa lahan padi sawah
yang lebih banyak beralih fungsi menjadi perkebunan kelapa sawit adalah
lahan sawah bukan irigasi teknis.
6. Berdasarkan analisa usahatani, nilai B/C ratio usahatani padi sawah
adalah 1,41 dan B/C ratio usahatani kelapa sawit adalah 2,54. Hal ini
berarti bahwa efisiensi usahatani kelapa sawit lebih tinggi dibandingkan
dengan usahatani padi sawah.
SARAN
1. Produktivitas padi sawah di wilayah Kabupaten Labuhan Batu masih
lebih rendah dari produksi Sumatera Utara, oleh karena itu dalam usaha
meningkatkan produksi dan pendapatan petani padi sawah, dapat
dilakukan dengan meningkatkan efisiensi penggunaan input produksi dan
modal.
2. Dalam usahatani kelapa sawit rakyat, terlihat bahwa faktor modal
lebih tinggi pengaruhnya dalam meningkatkan produksi maupun