Você está na página 1de 35

BAB I

PENDAHULUAN

I.1

Latar Belakang
Angka kematian ibu (AKI) dan bayi relatif

masih cukup tinggi di Indonesia, meskipun

menunjukan penurunan dalam satu dekade terakhir, namun pada saat ini Indonesia memiliki angka
kematian ibu (AKI) dan bayi yang tinggi dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Hasil
SDKI tahun 2003 menunjukan AKI di Indonesia sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
tiga sampai enam kali AKI di negara-negara ASEAN dan lebih dari 50 kali AKI di negara-negara
maju, sedangkan angka kematian bayi (AKB) hasil SDKI 2003 sekitar 35 per 100.000 kelahiran hidup
(BPS et al 1998). Dalam setahun sekitar 20.000 wanita Indonesia meninggal sementara di negara maju
yang mempunyai jumlah penduduk yang sama hanya sekitar 250 sampai 500 kematian ibu. Jadi dalam
satu hari diperkirakan terjadi 55 kematian ibu di seluruh wilayah Indonesia (Depkes, 1997)1.
Menurut Depkes RI (1998) lebih dari 90% kematian ibu disebabkan oleh penyebab langsung
yaitu perdarahan (40-60 %), eklampsia (20-30 %), dan infeksi (20-30 %). Ketiga penyebab langsung
kematian ibu ini disebut komplikasi obstetrik (kebidanan). Selain itu persalinan persalinan lama (lebih
dari 24 jam) dan pengguguran kandungan (abortus terinfeksi) dapat berakibat perdarahan dan infeksi 7.
Kurang dari 10% kematian ibu disebabkan oleh penyebab tidak langsung, misalnya penyakit yang
sudah didertita ibu sejak sebelum hamil atau penyakit lain yang diderita pada masa kehamilan.
Keadaan gizi sejak sebelum hamil, kehamilan yang terlalu sering atau dekat, terjadi pada usia terlalu
muda atau tua dapat menambah X timbulnya gangguan. Kematian ibu juga diwarnai oleh penyebab
mendasar yaitu rendahnya status wanita dan rendahnya tingkat pendidikan. Kematian ibu umumnya
dapat dicegah bila komplikasi kehamilan tersebut dan keadaan resiko tinggi lainnya dapat dideteksi
sejak dini, kemudian mendapatkan penanganan yang adekuat7.
Program Safe Motherhood telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1988 dengan
keterlibatan aktif dari berbagai sektor pemerintah, swasta dan masyarakat serta dengan dukungan dari
berbagai badan internasional. Upaya ini telah berhasil menurunkan AKI dari 373 per 100.000 kelahiran
hidup di tahun 1997 menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2003. Walaupun menunjukan
penurunan yang bermakna, target nasional untuk menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran
hidup tahun 2010 masih jauh untuk tercapai (Depkes, 2001)7. Jelaslah bahwa upaya pencegahan
kematian ibu perlu untuk digiatkan.
Berdasarkan SDKI tahun 20031 jumlah ibu hamil yang berhasil di follow up hingga berakhirnya
kehamilan (melahirkan atau keguguran) sebanyak 1396 orang, 22% tidak pernah memeriksakan
kehamilannya, 78% pernah memeriksakn kehamilnnya, 51% diantaranya memeriksakan empat kali
1

atau lebih selama kehamilnnya. Pola yang sama juga ditemukan pada profil kesehatan Indonesia tahun
2000, menunjukan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan untuk frekuensi 1-1-2 masih dibawah 50%
dengan perincian sebagai berikut: kunjungan kurang dari empat kali 43,8%, frekuensi empat kali lebih
tidak terpola 1-1-2 (24,15%) dan frekuensi empat kali sesuai pola 1-1-2 hanya 32,72%. Angka ini
masih dibawah target nasional (K4) 80% (Depkes dan Kes Sos 2000) 7. Pedoman pengelolaan KIA
menyepakati bahwa kunjungan ibu hamil K4 adalah kontak ibu hamil yng ke-4 pada trimester III.
Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2000 (Depkes dan Kes Sos 2000)7 angka
cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1) secara nasional adalah 97,72% sedangkan cakupan (K4)
75,66% bila dibandingkan dengan sasaran target 1996 sampai 1997 (K4) 80% berarti rata-rata cakupan
(K4) belum memenuhi target. Dari hasil survei (SDKI) tahun 1997 masih ada yang tidak
memeriksakan kesehatannya selama kehamilan ke pelayanan kesehatan sebesar 11%, 2-3 kali
pemeriksaan sebesar 17% dan empat kali pemeriksaan atau lebih 69%. Juga dinyatakan bahwa
pemeriksaan kehamilan pertama yang dilakukan ibu adalah 43% pemeriksaan dilakukan pada umur
kehamilan (4-5 bulan), 37% pemeriksaan perdana umur kehamilan (0-3 bulan), 9% pemeriksaan
pertama pada umur kehamilan (6-9 bulan) dan 11% tidak pernah periksa hamil (BPS et al 1998)1.
I.2

Permasalahan
Angka kematian ibu relatif masih cukup tinggi di Indonesia dibandingkan dengan negara-

negara ASEAN lainnya yaitu 3-6 kali dan lebih dari 50 kali AKI di negara-negara maju. Hasil SDKI
tahun 2003 menunjukan AKI di Indonesia sekitar 307 per 100.000 kelahiran hidup, sedangkan angka
kematian bayi hasil SDKI tahun 2003 sekitar 35 per 100.000 kelahiran hidup juga termasuk tinggi.
Profil kesehatan Indonesia tahun 2000 menunjukan mutu pelayanan pemeriksaan kehamilan
untuk frekuensi 1-1-2 masih dibawah 50%, dengan kunjungan kurang dari empat kali 43,8%, frekuensi
empat kali lebih tidak terpola 1-1-2 (24,15%) dan frekuensi empat kali sesuai pola 1-1-2 hanya
32,72%. Angka ini masih dibawah target nasional (K4) 80% (Depkes dan Kes Sos 2000).
Profil kesehatan Indonesia tahun 2000 (Depkes dan Kes Sos 2000) menunjukan angka cakupan
kunjungan baru ibu hamil (K1) secara nasional adalah 97,72% sedangkan cakupan (K4) 75,66%
I.3

Tujuan Penelitian
I.3.1

Tujuan Umum
Agar semua ibu dapat mempunyai kesehatan yang optimal pada waktu hamil,
menyusui, dan pada masa nifas serta melahirkan anak dengan selamat dan memelihara
anaknya.

I.3.2

Tujuan Khusus
2

1. Diketahuinya prevalensi ANC di Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma.


2. Diketahuinya sebaran responden menurut pengetahuan, sikap, perilaku, pendidikan,
usia ibu, jumlah anak, pendapatan keluarga, pekerjaan, aktivitas sosial di Rw 05
Kelurahan Wijaya Kusuma.
3. Diketahuinya hubungan antara pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan
keluarga, pekerjaan, aktivitas sosial dengan pengetahuan ibu yang mempunyai
Balita di Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma.
4. Diketahuinya hubungan antara pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan
keluarga, pekerjaan, aktivitas sosial dengan sikap ibu yang mempunyai Balita di Rw
05 Kelurahan Wijaya Kusuma.
5. Diketahuinya hubungan antara pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan
keluarga, pekerjaan, aktivitas sosial dengan perilaku ibu yang mempunyai Balita di
Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma.
6. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu yang mempunyai
Balita mengenai ANC di Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma.
7. Diketahuinya hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai
Balita mengenai ANC di Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma.
8. Diketahuinya hubungan antara sikap dengan perilaku ibu yang mempunyai Balita
mengenai ANC di Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma.
I.4

Manfaat Penelitian
I.4.1

Manfaat bagi peneliti


1. Menerapkan

ilmu

pengetahuan

yang

telah

diperoleh

saat

kuliah

dan

membandingkan dengan keadaan sebenarnya didalam masyarakat.


2. Mengembangkan daya nalar, minat, dan semangat, serta pengalaman penelitian.
3. Memberikan kesempatan bagi mahasiswa, khususnya mahasiswa kedokteran untuk
memberikan

sebagian

ilmunya

berupa

penyuluhan

tentang

hal-hal

yang

berhubungan dengan ANC bagi para ibu hamil di wilayah setempat.


4. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi langsung dengan masyarakat.
I.4.2

Manfaat bagi Perguruan Tinggi


1. Mengamalkan Tri Dharma Perguruan tinggi.
2. Mewujudkan kampus sebagai masyarakat ilmiah dalam peran serta di bidang
kesehatan.

I.4.3

Manfaat bagi masyarakat


3

1.

Dengan diberikannya penyuluhan-penyuluhan tentang ANC untuk


ibu-ibu hamil, dapat menambah pengetahuan para ibu hamil, dengan harapan derajat
kesehatan dapat optimal.

2.

Menjadi bahan informasi bagi ibu hamil dalam upaya meningkatkan


derajat kesehatan anaknya.

BAB II
4

TINJAUAN PUSTAKA

II.1

KERANGKA TEORI
Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu perawatan khusus, agar dapat

berlangsung dengan baik. Resiko kehamilan bersifat dinamis, karena ibu hamil yang ada pada mulanya
normal dapat secara tiba-tiba menjadi resiko tinggi. Oleh karena itu pemeriksaan kehamilan adalah
salah satu cara terbaik untuk mencegah atau mengurangi resiko tinggi kehamilan.
Departemen Kesehatan RI dalam Pedoman Pelayanan Antenatal di tingkat pelayanan dasar
menguraikan: Pemeriksaan antenatal adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk memeriksa
keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan. Tujuannya adalah untuk menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa kehamilan, persalinan,
dan nifas dengan baik dan selamat, serta menghasilkan bayi yang sehat. Pemeriksaan antenatal
dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan terdidik dalam bidang kebidanan, yaitu pembantu bidan, bidan,
perawat, dan dokter yang sudah terlatih (Depkes RI, 1995 b:1)7.
Dalam penerapan praktis, sering dipakai standar minimal pelayanan antenatal 5T, yang
terdiri atas: timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, pemeriksaan tekanan darah, tinggi
fundus uteri, pemberian tetanus toksoid, pemberian tablet besi (tablet Fe) minimum 90 tablet selama
kehamilan (Depkes RI, 1996). Menurut acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal
standard minimal pelayanan antenatal menjadi 7T, yaitu ditambahkan tes terhadap penyakit menular
seksual, temuwicara dalam rangka persiapan rujukan2.
Masalah pelayanan antenatal masih menjadi titik perhatian dalam upaya peningkatan kesehatan
serta keselamatan ibu hamil khususnya, juga kesehatan masyarakat terutama wanita pada umumnya,
meskipun manfaatnya secara langsung untuk mendiagnosa kelainan kehamilan dan pencegahan
terhadap terjadinya komplikasi kehamilan yang dapat mengakibatkan kematian masih diperdebatkan
oleh banyak ahli. Tetapi tidaklah rasional bahwa pemeriksaan kehamilan, peningkatan gizi ibu hamil
dengan program pemberian makanan tambahan ibu hamil dan hygiene dinyatakan tidak ada manfaat
dan relevan. Tentu juga hal ini sangat penting untuk pendeteksian dini dan pencegahan sejumlah
komplikasi yang terjadi dan merupakan penyebab obstetrik langsung kematian ibu hamil dan
melahirkn (Depkes RI, 2000 b)7.
Peningkatan kualitas, khususnya yang berhubungan dengan pelayanan antenatal menyatakan
bahwa pelayanan pemeriksaan ibu hamil harus diberikan sesuai standard nasional, sekurang-kurangnya
empat kali selama kehamilan dengan pola satu kali dalam trimester I, satu kali dalam trimester II dan
dua kali dalam trimester III. Pelayanan antenatal diberikan disemua jenis fasilitas kesehatan, dari
Posyandu sampai rumah sakit pemerintah maupun di fasilitas kesehatan swasta (Depkes RI, 2001 a:7)7.
5

Tujuan dilakukannya pemeriksaan antenatal menurut acuan nasional pelayanan kesehatan


maternal dan neonatal (2001) adalah sebagai berikut:
1.

Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehtan ibu dan tumbuh kembang baik.

2.

Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.

3.

Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama
hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan, dan pembedahan.

4.

Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin.

5.

Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.

6.

Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat bertumbuh
kembang secara normal.
Menurut Departemen Kesehatan RI (1995 b)7, kunjungan ibu hamil adalah kontak antara ibu

hamil dengan petugas kesehatan yang memberikan pelayanan antenatal untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan. Kunjungan ibu hamil dilakukan secara berkala, yang dibagi menjadi beberapa
tahap:
a.

Kunjungan baru ibu hamil (K1).


Adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan antenatal 5T pada trimester I, dimana umur kehamilan 0
sampai 12 minggu.

b.

Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4).


Adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kehamilan dan pelayanan antenatal 5T, dengan distribusi kontak sebagai berikut:
o

Minimal satu kali pada trimester I (K1), dimana umur kehamilan 0-12 minggu.

Minimal satu kali pada trimester II (K2), dimana umur kehamilan 13-24
minggu.
Minimal dua kali pada trimester III (K3 & K4), dimana umur kehamilan lebih

o
dari 24 minggu.

Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan neonatal (2001) adalah:


A.

Kunjungan pertama
Pada kunjungan pertama ini dilakukan:
a.

Anamnesis mengenai:
1)

Identitas (nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status


perkawinan).

2)

Jumlah anak.

Ibu yang mempunyai 1-2 anak, yang anak bungsunya paling sedikit 2 tahun dan lahir
sehat, biasanya hanya sedikit yang bermasalah.
3)

Jumlah anak yang diinginkan dan metode KB yang


pernah dipakai (apakah ia menginginkan kehamilannya).

4)

Riwayat kehamilan dan persalinan.


Tanyakan apakah ibu pernah mengalami: abortus, perdarahan sebelum atau sesudah
persalinan, bedah Caesar, kematian janin atau bayi baru lahir, gangguan kesehatan selama
kehamilan yang lalu, kenaikan tekanan darah, masalah dalam pemberian ASI.

5)

Umur

kehamilan

dan

hari

taksiran

persalinan

berdasarkan keterangan ibu.


Tanyakan hari pertama haid terakhir (HPHT), keteraturan dan lama siklus haidnya,
apakah haid terakhirnya normal.
6)

Keluhan yang dirasakan selama kehamilan ini misalnya


mual dan muntah.
Pelaksana KIA harus mampu membedakan keluhan yang biasa terjadi pada kehamilan
normal dan keluhan yang mungkin merupakan tanda atau gejala komplikasi.

7)

Obat yang diminum ibu hamil.


Ibu hamil perlu minum:
o Satu tablet zat besi folat perhari selama paling sedikit 90 hari.
o Bila ibu tinggal didaerah endemis malaria: 300 mg kloroquin (2 tablet @ 150 mg)
perminggu sejak kehamilan 3 bulan sampai 6 minggu setelah persalinan.

8)

Suntikan tetanus toksoid (TT).


Tanyakan apakah ibu hamil pernah mendapatkan suntikan TT. Ibu hamil yang belum
pernah mendapatkan suntikan TT pada kehamilan sebelumnya atau pada waktu calon
pengantin, maka perlu mendapatkan 2 kali suntikan TT dengan jarak minimal 1 bulan. TT
pertama diberikan pada kunjungan antenatal pertama. Bila sudah pernah cukup diberikan
sekali selama kehamilan.

9)

Riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita ibu,


misalnya jantung, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, alergi obat atau makanan, ginjal,
asma, epilepsi, penyakit hati, pernah kecelakaan.

10)

Riwayat sosial ekonomi:


o Status perkawinan.
o Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan.
o Jumlah keluarga di rumah yang membantu.
o Siapa pembuat keputusan dalam keluarga.
7

o Kebiasaan makan dan minum.


o Kebiasaan merokok, menggunakan obat-obatan dan alkohol.
o Kehidupan seksual.
o Pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
o Pilihan tempat untuk melahirkan.
o Pendidikan.
o Penghasilan.
b.

Pemeriksaan fisik umum:


1)

Kunjungan pertama:
o Tanda vital: tekanan darah, suhu badan, nadi, pernapasan.
o Berat badan, tinggi badan.
o Muka: edema, pucat.
o Mulut dan gigi: kebersihan, karies, tonsil.
o Tiroid / gondok.
o Tulang belakang atau punggung: scoliosis.
o Dada: paru, jantung, payudara (putting susu, tumor).
o Abdomen: hepar, lien, tanda-tanda tumor, bekas operasi.
o Ekstremitas: edema, varices, refleks patella.
o Kebersihan kulit atau penyakit kulit.

2)

Kunjungan berikutnya:
o Masalah dari kunjungan pertama.
o Tekanan darah.
o Berat badan.
o Edema.

c.

Pemeriksaan dalam
1)

Pemeriksaan vulva atau perineum untuk: varices, kondiloma, edema, hemoroid dan
kelainan lain.

2)

Pemeriksaan dengan spekulum untuk menilai: serviks, tanda-tanda infeksi, cairan dari
ostium uteri.

d.

Pemeriksaan laboratorium:
1) Kunjungan pertama:
o Darah: Hemoglobin (Hb), glukosa, VDRL.
o Urin: warna, bau, kejernihan, protein, glukosa.
2) Kunjungan keempat:
8

Cek kembali Hb dan pemeriksaan laboratorium lain jika ada indikasi.


B.

Kunjungan ulang
Pada kunjungan ulang ini prosedur yang dilakukan sama seperti kunjungan pertama yang
mencakup anamnesa, pemeriksaan fisik dan obstetrik, pemeriksaan laboratorium, pemberian
imunisasi atau obat dan penyuluhan.

Pelayanan antenatal di Indonesia.


Kematian ibu menempati agenda utama masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya
termasuk penempatan bidan didesa dalam jumlah besar telah dilakukan, tetapi tingkat kematian ibu
masih tetap tinggi. Kehamilan, perkembangan komplikasi kehamilan, persalinan dan paska persalinan
merupakan penyebab langsung yang dipengaruhi oleh penyebab utama yaitu: akses terhadap pelayanan
keluarga berencana dan kesehatan; perilaku kesehatan dan reproduksi; status kesehatan dan gizi
wanita. Studi kualitatif di Jawa Barat melaporkan berbagai praktek tradisional yang mengarah pada
persalinan dan perawatan paska persalinan kurang bersih sehingga menunjang kejadian komplikasi
persalinan. Variable lain seperti pendidikan ibu, beban kerja, kondisi morbiditas sewaktu dirujuk dan
kelancaran transportasi juga berkaitan dengan kejadian kematian ibu (Lettenmaier et al, 1998; Okafor
dan Rizzuto, 1994)9.
Hasil Assessment Safe Motherhood di Indonesia pada tahun 1990/1991 menyebutkan beberapa
informasi penting antara lain:
1.

Perdarahan terjadi 10 kali lebih sering pada saat persalinan dibandingkan pada saat kehamilan.

2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kematian ibu antara lain adalah:


o Derajat kesehatan ibu dan kesiapan untuk hamil.
o Pemeriksaan antenatal yang diperoleh.
o Pertolongan persalinan dan perawatan segera setelah persalinan.

3.

Kualitas pelayanan antenatal masih rendah dan dukun bayi belum sepenuhnya mampu
melaksanakan deteksi resiko tinggi pada ibu, sehingga belum sepenuhnya menjamin
terdeteksinya ibu resiko tinggi sedini mungkin.

4.

Belum semua rumah sakit kabupaten sebagai tempat rujukan primer dari Puskesmas mempunyai
staf dan peralatan yang cukup untuk melakukan pelayanan obstetrik emergensi komprehensif.

5.

Kematian ibu sangat berkaitan dengan kelemahan dalam mata rantai rujukan, baik di masyarakat,
fasilitas kesehatan ditingkat masyarakat, maupun di rumah sakit.

Kebijakan pelayanan antenatal


Dalam kegiatan pelayanan antenatal, sebagai indikator keberhasilan pelayanan pada ibu hamil
antara lain ditunjukan dari cakupan K1 dan frekuensi ibu hamil (cakupan K4) itu juga ditujukan oleh
cakupan persalinan, cakupan TT-1 dan TT-2, drop out TT. Cakupan ibu hamil ditunjukan dari jumlah
9

kunjungan baru ibu hamil per jumlah penduduk ibu hamil, sedangkan frekuensi ibu hamil adalah
jumlah kunjungan baru dan kunjungan lama ibu hamil dibagi jumlah kunjungan baru ibu hamil.
Secara nasional sasaran pelayanan kesehatan ibu hamil pada tahun 1997/1998 (Depkes RI, 1996) 7
antara lain adalah cakupan K1 sebesar 90% dan K4 sebesar 80%. Penurunan angka kematian ibu
menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup pada akhir Pelita VI dan 80 per 100.000 kelahiran hidup
pada akhir PJP II. Sedangkan berdasarkan kesepakatan internasional AKI tahun 2000 turun sebesar
50% dari AKI tahun 1990 dan AKI pada tahun 2015 turun 50% dari AKI tahun 2000. dan tahun 20012010 diharapkan dapat meningkat target cakupan kunjungan K4 menjadi 90%. Akankah tercapai target
yang telah disepakati tersebut, sangat tergantung dari seberapa besar upaya yang harus dilakukan dan
kesadaran serta partisipasi masyarakat luas.
Kebijakan dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal di wilayah kerja Puskesmas dibedakan
atas kebijaksanaan umum dan kebijaksanaan operasional (Depkes RI, 1995 b)7.
1.

Kebijaksanaan umum dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal adalah:


a. Memberikan pelayanan antenatal sesuai standard pada jenjang pelayanan yang ada.
b. Meningkatkan peran serta masyarakat (suami, keluarga, kader) dalam menunjang
penyelenggaraan pelayanan antenatal dan pencegahan resiko tinggi melalui kegiatan
bimbingan dan penyuluhan kesehatan.
c. Meningkatkan mutu dan jumlah tenaga pelaksana maupun peralatan dan fasilitas pelayanan
antenatal.
d. Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali, pada triwulan pertama satu kali,
triwulan kedua satu kali, dan triwulan ketiga dua kali.
e. Meningkatkan sistem rujukan kehamilan resiko tinggi, dan mendapatkan umpan balik
rujukan sesuai jenjang pelayanan.

2.

Kebijaksanaan operasional dalam penyelenggaraan pelayanan antenatal terdiri dari:


a. Menemukan kehamilan resiko tinggi mungkin.
b. Melakukan upaya pencegahan neonatal tetanus berupa pemberian imunisasi tetanus toksoid.
c. Pemberian tablet tambah darah pada setiap ibu hamil selama kehamilannya.
d. Melakukan pemeriksaan kehamilan minimal empat kali pada ibu hamil dengan tanpa resiko
kehamilan. Pada ibu dengan resiko tinggi, pemeriksaan dilakukan lebih sering dan intensif.
e. Pemeriksaan laboratorium hanya dilakukan atas dasar indikai.
f. Setiap ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya harus dicatatkan hasil pemeriksaannya
dalam kartu ibu, dan diberikan kartu menuju sehat (KMS) ibu hamil serta kartu imunisasi.
g. Menyediakan sarana pelayanan antenatal yang sesuai dengan standard pada jenjang
pelayanan.

10

h. Memberikan penyuluhan kepada ibu hamil, keluarga dan suami mengenai seputar kehamilan
dan tanda-tanda bahaya kehamilan dan cara menjaga kesehatan selama hamil serta persiapan
dan perawatan untuk persalinan dan merawat bayi, juga penyuluhan pentingnya
menggunakan kontrasepsi setelah melahirkan.
i. Memberikan pelayanan antenatal di Puskesmas pada setiap hari kerja.
Program Making Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia
Mengingat pentingnya peningkatan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, pemerintah telah
mencanangkan Gerakan Nasional Kehamilan yang Aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai
strategi pembangunan kesehatan masyarakat menuju Indonesia sehat 2010 pada tanggal 12 Oktober
2000, sebagai bagian dari program Safe Motherhood. Dalam arti kata yang luas tujuan Safe
Motherhood dan Making Pregnancy Safer sama, yaitu melindungi hak reproduksi dan hak asasi
manusia dengan cara mengurangi beban kesakitan, kecacatan, dan kematian yang berhubungan dengan
kehamilan dan persalinan yang sebenarnya tidak perlu terjadi. MPS merupakan strategi sektor
kesehatan yang fokus pada pendekatan perencanaan sistematis dan terpadu dalam melaksanakan
intervensi klinis dan pelayanan kesehatan, MPS dilaksanakan berdasarkan upaya-upaya yang telah ada
dengan penekanan pada pentingnya kemitraan antara sektor pemerintah, lembaga pembangunan, sektor
swasta, keluarga, dan anggota masyarakat.
Melalui MPS diharapkan seluruh pejabat yang berwenang, mitra pembangunan dan pihakpihak yang terlibat lainnya untuk melaksanakan upaya bersama dalam meningkatkan kemampuan
pelayanan kesehatan guna menjamin pelaksanaan dan pemanfaatan intervensi yang efektif berdasarkan
bukti ilmiah (evidence based). Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang
menjamin agar ibu dan bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan yang mereka butuhkan,
bilamana diperlukan, dengan penekanan khusus pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang terampil pada saat melahirkan serta pelayanan yang tepat dan berkesinambungan.
Strategi MPS mendukung target internasional yang telah disepakati. Dengan demikian tujuan
global MPS adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir sebagai
berikut:
o Menurunkan angka kematian ibu sebesar 75% pada tahun 2015 dari AKI thun 1990.
o Menurunkan angka kematian bayi menjadi kurang dari 35 per 1000 kelahiran hidup pada tahun
2015.
Berdasarkan lessons learned dari program Safe Motherhood, maka pesan-pesan kunci MPS
adalah:
o Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih.
o Setiap komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat.
11

o Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
dan penanganan komplikasi keguguran.
Misi MPS adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir melalui
pemantapan system kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost effective
berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan masyarakat dan
mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang lestari sebagai suatu prioritas dalam program
pembangunan nasional.
Target dampak kesehatan tahun 2010 adalah:

Menurunkan AKI menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurunkan angka kematian neonatal menjadi 15 per 1000 kelahiran hidup.

Menurunkan anemia gizi besi pada ibu hamil menjadi 20%.

Menurunkan angka kehamilan yang tidak diinginkan dari 17,1% menjadi 11%.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penghetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang mempunyai
Balita mengenai antenatal care (ANC).
I.

Umur
Umur ibu sangat mempengaruhi status reproduksinya yang menentukan kesehatan maternal dan

berhubungan erat dengan kehamilan dan nifas. Usia ibu dibawah 20 tahun dan diatas 30 tahun
merupakan usia beresiko untuk hamil dan melahirkan (McCarthy dan Maine, 1992). Ibu yang berumur
dibawah 20 tahun belum matang dan belum siap baik secara fisik maupun mental dan social untuk
menghadapi kehamilan, persalinan dan mengasuh bayi yang dilahirkan (Harni, 1994). Sadik (1996)
mengemukakan ibu-ibu yang berusia 30 tahun kebawah cenderung memeriksakan kehamilannya lebih
baik dari ibu-ibu yang berumur lebih dari 30 tahun.
II.

Pendidikan
McCarthy dan Maine (1992) dalam WHO-Depkes-FKMUI (1999) mengemukakan bahwa

pendidikan ibu merupakan salah satu kelompok determinan kontekstual atau jauh penyebab kematian
ibu. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung lebih memperhatikan kesehatan dirinya dan
keluarganya.
Sadik (1996) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa tidak ada responden yang
berpendidikan tinggi yang memeriksakan kehamilannya dengan kategori jelek. Hasil penelitian
Beunadetha (1992) menunjukan bahwa ibu-ibu yang tamat SD dan SLTP keatas paling banyak
memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan, sedangkan yang tidak sekolah lebih dari separuh
memeriksakan kehamilannya ke non tenaga kesehatan. Sementara hasil penelitian Rusydi (1998)
menunjukan bahwa ibu yang berpendidikan lebih dari 10 tahun memanfaatkan pelayanan antenatal
secara teratur (61,3%) dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan kurang dari 9 tahun.
12

III. Pekerjaan
Pekerjaan wanita juga termasuk salah satu determinan kontekstual dalam kematian ibu. Ibu yang
bekerja disektor formal memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk
kesehatan (McCarthy dan Maine, 1992). Ibu yang bekerja mempengaruhi pemanfaatannya pelayanan
antenatal karena berhubungan dengan ada tidaknya waktu untuk melakukan kunjungan ANC
(Puslitkes, 1994).
Dari hasil penelitian (Lubis et al, 1996) bahwa ibu bekerja lebih cenderung memilih tindakan
pelayanan dengan pertolongan medis, dibanding dengan ibu yang tidak bekerja.
IV. Jumlah anak
Dalam pemanfaatan pelayanan ANC, jumlah anak hidup sehubungan dengan beban
pengasuhnya. Diasumsikan bahwa wanita banyak anak makin sedikit kesempatan ibu untuk
meninggalkan rumah.
Sadik (1996) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa responden yang mempunyai anak
kurang dari atau sama dengan tiga orang pemeriksaan ANC lebih baik dari responden dengan jumlah
anak lebih dari tiga orang.
V.

Penghasilan keluarga
Penghasilan keluarga merupakan faktor pemungkin bagi seseorang untuk memanfaatkan

pelayanan kesehatan (Green, 1980). Penghasilan keluarga juga menentukan status sosial ekonomi
keluarga tersebut. Sementara Feldestein (1983) juga menyimpulkan bahwa penghasilan mempengaruhi
pemilihan tempat pelayanan kesehatan. Menurut Bernadetha (1992) ibu yang penghasilan keluarganya
lebih besar lebih banyak memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan dibandingkan dengan
ibu yang berpendidikan rendah. Sementara Tachyat (1995) mengungkapkan hasil penelitiannya bahwa
ibu-ibu dengan sosial ekonomi rendah kurang memanfatkan ANC secara adekuat dibandingkan dengan
ibu-ibu dengan sosial ekonomi tinggi.
II.2

KERANGKA KONSEP

Pendidikan

Sumber informasi

Usia ibu

P ibu yang mempunyai

Balita mengenai Antenatal Care

13

Jumlah anak

Aktivitas sosial

Pekerjaan

Pendapatan keluarga

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

III.1

Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah metode survei yang bersifat studi deskriptif cross

sectional mengenai pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu-ibu yang mempunyai Balita mengenai
antenatal care (ANC) serta faktor-faktor yang berhubungan di Rw 05, Kelurahan Wijaya Kusuma,
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
III.2

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 18 Juli 2005 sampai 13 Agustus 2005 di Rw 05,

Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.


III.3

Sumber Data
Sumber data ini terdiri dari:

Data primer yang diambil dari responden dengan menggunakan kuesioner yang sudah diuji coba di
Rw 05, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.

Data sekunder diambil dari laporan kegiatan Posyandu, laporan bulanan Puskesmas, SKRT, SDKI,
dan jurnal-jurnal hasil penelitian.

III.4

Populasi
Seluruh ibu-ibu yang mempunyai Balita di Rw 05, Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan

Grogol Petamburan, Jakarta Barat sebanyak 158 orang.


III.5

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

a. Kriteria Inklusi adalah seluruh ibu-ibu yang mempunyai Balita di Rw 05, Kelurahan Wijaya
Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat dan bersedia mengikuti penelitian.
b. Kriteria Eksklusi adalah ibu yang memenuhi kriteria inklusi tetapi saat dilakukan penelitian tidak
dapat ditemui dalam tiga kali kunjungan dengan perjanjian.

14

III.6

Sampel

a.

Besar sampel
Perhitungan besar sampel adalah berdasarkan rumus dengan besar sampel minimal:
(Z)2 P q
n1

=
L2

n2

n1 + (10%. n1)

Keterangan:
n1

: Jumlah sampel minimal.

n2

: Jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen responden yang
mungkin drop out).

: Tingkat batas kepercayaan, dengan = 5%.


Didapat Z pada kurva normal = 1,96.

: Proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu pengetahuan yang baik dari ibu-ibu yang
mempunyai Balita mengenai antenatal care (ANC) = 50%.

: 100% - P
100% - 50% = 50%

: Derajat kesalahan yang masih dapat diterima adalah 10 %

Berdasarkan rumus diatas maka:


(Z)2 P q
n1

(1,96)2 0,5 . 0,5


=

L2
n2

b.

= 96,4
(0,1)2

n1 + (10%. n1)

96,4 + (10%. 96,4)

96,4 + 9,64

106,04

dibulatkan menjadi 106 responden.

Teknik pengambilan sampel


Pengambilan sampel menggunakan cara Simple Random Sampling dengan tabel random.

15

III.7

Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas).

Variabel terikat berupa pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu-ibu yang mempunyai Balita mengenai
antenatal care (ANC).
Variabel bebas berupa pendidikan, usia ibu, jumlah anak, pendapatan keluarga, pekerjaan, dan aktivitas
sosial.
III.8
1.

Cara Kerja
Menghubungi ketua Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma yang menjadi daerah penelitian untuk
melaporkan tujuan diadakannya penelitian di daerah tersebut.

2.

Menghubungi petugas-petugas Puskesmas dan ibu-ibu kader agar membantu kegiatan penelitian.

3.

Melakukan pengumpulan data-data dengan menggunakan instrument penelitian berupa kuesioner


di Posyandu-posyandu Rw 05 Kelurahan Wijaya Kusuma.

4.

Melakukan pengolahan, analisis, dan interpretasi data.

5.

Penulisan laporan penelitian.

6.

Pelaporan penelitian.

III.8.1 Pengolahan data


Terhadap data-data yang telah dikumpulkan akan dilakukan pengolahan berupa proses editing,
verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukan dan diolah dengan menggunakan program komputer,
yaitu program SPSS.
III.8.2 Penyajian data
Data yang didapat disajikan dengan tekstular dan tabular.
III.8.3 Analisis data
Terhadap data yang telah diolah akan dilakukan analisis sesuai dengan cara uji statistic
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov.
III.8.4 Interpretasi data
Data diinterpretasikan secara deskriptif korelatif antar variabel-variabel yang telah ditentukan.
III.8.5 Pelaporan data
Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan dipresentasikan di
hadapan Staf Pengajar Program Pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) pada hari Jumat, tanggal 12 Agustus 2005, dalam forum
pendidikan Ilmu Kesehatan Masyarakat FK UKRIDA.
III.9

Definisi Operasional

III.9.1 Data umum


16

a. Responden adalah seluruh ibu yang pada kurun waktu 18 Juli - 13 Agustus 2005 mempunyai
anak Balita di RW 05 Kelurahan Wijaya Kusuma, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat, khususnya pada kehamilan terakhir.
b. Antenatal care (ANC) adalah pelayanan yang diberikan pada ibu selama masa kehamilan.
ANC: bila kunjungan minimal empat kali dengan dua kali kunjungan pada trimester ke tiga.
Tidak ANC: bila kunjungan kurang dari empat kali atau tidak sama sekali
c. Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang mencakup tingkat SD atau yang sederajat,
SMP atau yang sederajat, SMU atau yang sederajat, dan Perguruan Tinggi atau Akademi atau
yang sederajat.
Rendah: bila buta huruf, tamat atau tidak tamat SD atau yang sederajat, tamat atau tidak
tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau yang sederajat.
Sedang: bila tamat SMU atau yang sederajat, atau tidak tamat Perguruan Tinggi atau
Akademi atau yang sederajat.
Tinggi: bila tamat Perguruan Tinggi atau Akademi atau yang sederajat.
d. Usia ibu adalah umur ibu yang dihitung dari tanggal penelitian dikurangi tanggal lahir yang
tertera dalam KTP yang masih berlaku. Bila terdapat kelebihan umur kurang dari enam bulan
dibulatkan kebawah.
Berdasarkan golongan umur, responden dikelompokan menjadi:
Kurang dari 20 tahun.
20 sampai 30 tahun.
Diatas 30 tahun.
e. Jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang dilhirkan sendiri oleh responden dan pada saat
penelitian dilakukan masih hidup.
Dikelompokan menjadi:
Kurang dari atau sama dengan dua orang.
Lebih dari dua orang.
f. Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga selama satu bulan dibagi dengan
jumlah orang yang menjadi tanggungan keluarga.
Pengelompokan dibagi berdasarkan standard yang ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS,
2003) tentang batas pendapatan perkapita, perbulan untuk penduduk kota:
Diatas garis kemiskinan: pendapatan perkapita perbulan lebih dari Rp. 671.550, Dibawah garis kemiskinan: pendapatan perkapita perbulan kurang dari Rp. 671.550,-

17

g. Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
Dibagi menjadi:
Bekerja: bila ibu mempunyai kegiatan utama sehari-hari yang bertujuan memperoleh
penghasilan baik yang dilakukan didalam maupun diluar rumah.
Tidak bekerja: termasuk didalamnya sebagai ibu rumah tangga.
h. Aktivitas sosial adalah aktivitas responden dalam mengikuti kegiatan di masyarakat seperti
ceramah, PKK, Posyandu, penyuluhan, kegiatan agama, arisan dan lain-lain dalam sebulan
selama enam bulan terakhir.
Dikelompokan menjadi:
Aktivitas sosial baik: bila ibu mengikuti lebih dari dua aktivitas sosial.
Aktivitas sosial cukup: bila ibu mengikuti satu sampai dua aktivitas sosial.
Aktivitas sosial kurang: bila ibu tidak mengikuti sama sekali aktivitas sosial.
III.9.2 Data khusus
a. Pengetahuan adalah segala informasi yang diketahui responden tentang antenatal care (ANC).
Dikelompokan menjadi tiga kategori yaitu:
Pengetahuan baik.
Pengetahuan cukup.
Pengetahuan kurang.
b. Sikap adalah tanggapan atau reaksi seseorang sacara konsiten terhadap sesuatu berdasarkan
pendidikan, pendapatan dan keyakinan individu tersebut. Yang diteliti adalah sikap responden
terhadap antenatal care (ANC). Sikap ini dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu:
Sikap baik.
Sikap cukup.
Sikap kurang.
c. Perilaku adalah tindakan yang dilakukan responden atau seseorang untuk kepentingan atau
pemenuhan kebutuhan tertentu berdasarkan pengetahuan, kepercayaan, nilai dan norma
kelompok yang bersangkutan serta merupakan konsekuensi logis (ideal dan normatif) dari
eksistensi pengetahuan, budaya, atau pola pikir yang dimaksud. Hal yang diteliti adalah
perilaku responden terhadap antenatal care (ANC).
Perilaku ini dikelompokan menjadi tiga kategori:
Perilaku baik.
Perilaku cukup.
Perilaku kurang.
18

III.10 Skoring
Kuesioner terdiri dari:

Identitas responden, yang terdiri dari faktor-faktor sosiodemografi dan faktor antropometri.

Data khisus, yang memuat pengetahuan, sikap, dan perilaku.

Kuesioner ini dihitung dengan skoring sebagai berikut:


Pengetahuan:
1. Apa yang dimaksud perawatan kehamilan/ antenatal care (ANC) ?
a. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama kehamilan, ibu tersebut dalam
keadaan sehat.
b. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar saat melahirkan, ibu tersebut dalam keadaan
sehat.
c. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama merawat bayinya, ibu tersebut dalam
keadaan sehat.
d. Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama kehamilan, saat melahirkan, selama
merawat bayinya, ibu tersebut dalam keadaan sehat.
Nilai 5: bila jawaban benar Perawatan yang ditujukan kepada ibu hamil agar selama kehamilan,
saat melahirkan, selama merawat bayinya, ibu tersebut dalam keadaan sehat.
Nilai 1: bila menjawab salah atau tidak ada jawaban.
2. Menurut anda dimana saja ibu hamil dapat mendapatkan pelayanan perawatan kehamilan ?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Tempat praktek bidan.
d. Tempat praktek dokter umum.
e. Tempat praktek dokter spesialis kandungan.
Nilai 5: bila jawaban lebih dari satu dan benar.
Nilai 3: bila jawaban satu dan benar.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjwab.
3. Menurut anda kapan dimulainya dilakukannya perawatan kehamilan ?
a. Sejak dinyatakannya kehamilan positif.
b. Sejak usia kehamilan berumur 3 bulan.
19

c. Saat usia kehamilan berumur 6 bulan.


d. Saat ibu melahirkan.
Nilai 5: bila jawaban benar Sejak dinyatakannya kehamilan positif.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjawab.
4. Sepengetahuan anda pelayanan apa saja yang dilakukan dalam perawatan kehamilan ?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Pemastian kehamilan.
b. Penimbangan badan.
c. Pengukuran tinggi badan.
d. Pengukuran tekanan darah.
e. Pemberian imunisasi tetanus.
f. Pemberian tablet besi.
g. Pemeriksaan kehamilan. (misalnya pengukuran tinggi perut, letak janin)
Nilai 5: bila jawaban lebih dari satu dan benar.
Nilai 3: bila jawaban satu dan benar.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjwab.
5. Apa sajakah yang harus ibu lakukan untuk meningkatkan gizi hamil selama kehamilan ?
(jawaban dapat lebih dari satu)
a. Kontrol berat badan dan tinggi badan secara teratur pada waktu kehamilan.
b. Pemberian makanan tambahan.
c. Memberikan tablet tambah darah.
d. Mengikuti penyuluhan gizi yang diselenggarakan oleh Puskesmas.
e. Pemberian tablet vitamin A.
Nilai 5: bila jawaban lebih dari satu dan benar.
Nilai 3: bila jawaban satu dan benar.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjwab.
6. Sepengetahuan anda berapa kalikan minimal ibu hamil harus memeriksakan kandungannya ?
a. 1 kali.

b. 2 kali

c. 3 kali

d. 4 kali

e. 9 kali

Nilai 5: bila jawaban lebih dari satu dan benar.


Nilai 3: bila jawaban satu dan benar.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjwab.
7. Apakah kegunaan imunisasi Tetanus diberikan kepada ibu hamil ?
a. Agar ibu hamil tidak menderita Tetanus.
b. Agar anak yang dilahirkannya nanti tidak menderita Tetanus.
c. Agar ibu hamil dan anak yang dilahirkannya tidak menderita Tetanus.
20

Nilai 5: bila jawaban benar agar ibu hamil dan anak yang dilahirkannya tidak menderita tetanus.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjawab.
8. Apakah manfaat diberikannya tablet besi kepada ibu hamil ?
(jawaban boleh lebih dari satu)
a. Agar ibu hamil tidak menderita Anemia (penyakit kurang darah).
b. Agar sewaktu melahirkan tidak terjadi perdarahan.
c. Agar bayi yang dilahirkannya nanti sehat.
Nilai 5: bila jawaban benar agar ibu hamil tidak menderita Anemia (penyakit kurang darah).
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjawab.
9. Mulai usia berapa ibu hamil boleh diberikan tablet besi ?
a. 0-12 minggu.
b. 12-28 minggu.
c. 28-40 minggu
Nilai 5: bila jawaban benar 12-28 minggu.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjawab.
10. Menurut anda bagaimanakah pola makan seorang ibu hamil seharusnya ?
a. Seperti biasa.
b. Dua kali dari porsi biasanya.
c. Empat kali dari porsi biasanya.
d. Kurang dari porsi biasanya.
Nilai 5: bila jawaban benar dua kali dari porsi biasanya.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjawab.
Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi

: 50.

Skor terendah

: 10.

Interval skor

: 40.

Pengetahuan baik

: (80% 40) + 10 = 42 50.

Pengetahuan sedang

: (60% 40) + 10 = 34 41,99.

Pengetahuan kurang

: 10 33,99.

Sikap:
Adalah kecendrungan untuk bereaksi secara konsisten terhadap ANC.
1. Setujukah anda dilakukannya perwatan kehamilan pada ibu hamil ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
21

2. Setujukah anda perawatan kehamilan harus dilakukan minimal 4 kali,dalam masa kehamilan ibu
hamil ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
3. Setujukah anda perawatan ibu hamil harus dilakukan secara teratur oleh ibu hamil ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
4. Setujukan anda pada pemberian imunisasi Tetanus kepada ibu hamil ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
5. Setujukah anda pada pemberian tablet besi kepada ibu hamil ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
6. Setujukah anda, bahwa pola makan ibu hamil harus dua kali dari porsi biasanya ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
7. Setujukah anda, bahwa ibu hamil harus mengkonsumsi makanan sehat 4 sehat 5 sempurna ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
8. Setujukah anda, bahwa pada setiap pemeriksaan kehamilan harus dilakukan pemeriksaan berat
badan, tinggi badan, dan tekanan darah ?
Nilai 5: bila jawaban setuju.
Nilai 1: bila jawaban tidak setuju.
Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi

: 40.

Skor terendah

: 8.

Interval skor

: 32.

Sikap baik

: (80% 32) + 8 = 33,6 40.

Sikap sedang

: (60% 32) + 8 = 27,2 33,5.

Sikap kurang

: 8 27,1.

Perilaku:
Adalah respon yang dapat berupa reaksi, tanggapan, jawaban, atau balasan yang dilakukan terhadap
ANC.
1. Apakah anda rutin memeriksakan kehamilan anda ?
22

a. Ya.

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban ya.


Nilai 1: bila jawaban tidak.
2. Berapa kalikah anda memeriksakan kehamilan anda ? (bila pada no. 1 anda menjawab ya)
a. Satu kali

b. Dua kali.

c. Empat kali

d. ..

Nilai 5: bila jawaban benar empat kali.


Nilai 1: bila jawaban salah atau tidakmenjawab.
3. Dimanakah anda memeriksakan kehamilan anda ?
a. Posyandu.
b. Puskesmas.
c. Tempat praktek bidan.
d. Tempat praktek dokter umum.
e. Tempat praktek dokter spesialis kandungan.
f. .
Nilai 5: bila menjawab satu jawaban yang benar.
Nilai 1: bila jawaban salah atau tidak menjawab.
4. Apakah anda memperoleh Kartu Menuju Sehat Ibu Hamil ?
a. Ya

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban ya.


Nilai 1: bila jawaban tidak.
5. Apakah anda mendapatkan imunisasi Tetanus saat anda hamil ?
a. Ya

b. Tidak.

6. Bila Ya, berapa kali sehari anda mengkonsumsinya: . kali sehari.


Nilai 5: bila jawaban nomor lima ya dan nomor enam dua kali.
Nilai 3: bila jawaban nomor lima ya dan nomor enam salah atau tidak dijawab.
Nilai 1: bila jawaban tidak.
7. Apakah anda mendapatkan tablet besi saat anda hamil ?
a. Ya

b. Tidak.

8. Bila Ya, berapa kali sehari anda mengkonsumsinya: . kali sehari.


Nilai 5: bila jawaban nomor lima ya dan nomor delapan satu kali.
Nilai 3: bila jawaban nomor lima ya dan nomor delapan salah atau tidak dijawab.
Nilai 1: bila jawaban tidak.
9. Apakah anda mengkonsumsi makanan sehat, 4 sehat 5 sempurna saat anda hamil ?
a. Ya

b. Tidak.
23

Nilai 5: bila jawaban ya.


Nilai 1: bila jawaban tidak.
10. Apakah anda makan dua porsi lebih banyak dari biasanya sewaktu anda hamil ?
a. Ya

b. Tidak.

Nilai 5: bila jawaban ya.


Nilai 1: bila jawaban tidak.

Kesimpulan penilaian:
Skor tertinggi

: 40.

Skor terendah

: 8.

Interval skor

: 32.

Sikap baik

: (80% 32) + 8 = 33,6 40.

Sikap sedang

: (60% 32) + 8 = 27,2 33,5.

Sikap kurang

: 8 27,1.

Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang mencakup tingkat SD atau yang sederajat, SMP
atau yang sederajat, SMU atau yang sederajat, dan Perguruan Tinggi atau Akademi atau yang
sederajat.
o Rendah: bila buta huruf, tamat atau tidak tamat SD atau yang sederajat, tamat atau tidak tamat
SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau yang sederajat.
o Sedang: bila tamat SMU atau yang sederajat, atau tidak tamat Perguruan Tinggi atau Akademi
atau yang sederajat.
o Tinggi: bila tamat Perguruan Tinggi atau Akademi atau yang sederajat.
Koding:
Kode 1:

Ibu Balita bila buta huruf, tamat atau tidak tamat SD atau yang sederajat, tamat atau
tidak tamat SMP atau yang sederajat, tidak tamat SMU atau yang sederajat.

Kode 2:

Ibu Balita bila tamat SMU atau yang sederajat, atau tidak tamat Perguruan Tinggi atau
Akademi atau yang sederajat.

Kode 3:

Ibu Balita bila tamat Perguruan Tinggi atau Akademi atau yang sederajat.

Usia ibu adalah umur ibu yang dihitung dari tanggal penelitian dikurangi tanggal lahir yang tertera
dalam KTP yang masih berlaku. Bila terdapat kelebihan umur kurang dari enam bulan dibulatkan
kebawah.
Berdasarkan golongan umur, responden dikelompokan menjadi:
o Kurang dari 20 tahun.
24

o 20 sampai 30 tahun.
o Diatas 30 tahun.
Koding:
Kode 1:

Ibu yang mempunyai anak Balita berumur kurang dari 20 tahun.

Kode 2:

Ibu yang mempunyai anak Balita berumur antara 20 30 tahun.

Kode 3:

Ibu yang mempunyai anak Balita berumur lebih dari 30 tahun.

Jumlah anak hidup adalah jumlah anak yang dilhirkan sendiri oleh responden dan pada saat
penelitian dilakukan masih hidup.
Dikelompokan menjadi:
o

Kurang dari atau sama dengan dua orang.

Lebih dari dua orang.

Koding:
Kode 1:

Bila mempunyai kurang dari atau sama dengan dua orang.

Kode 2:

Bila mempunyai lebih dari dua orang anak.

Pendapatan keluarga adalah jumlah total pendapatan keluarga selama satu bulan dibagi dengan
jumlah orang yang menjadi tanggungan keluarga.
Pengelompokan dibagi berdasarkan standard yang ditetapkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2003)
tentang batas pendapatan perkapita, perbulan untuk penduduk kota:
o Dibawah garis kemiskinan: pendapatan perkapita perbulan kurang dari Rp. 671.550,o Diatas garis kemiskinan: pendapatan perkapita perbulan lebih dari Rp. 671.550,Koding:
Kode 1:

Bila pendapatan keluarga dibawah garis kemiskinan.

Kode 2:

Bila pendapatan keluarga diatas garis kemiskinan

Pekerjaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk
pemenuhan kebutuhan hidup keluarga.
Dibagi menjadi:
o Tidak bekerja: termasuk didalamnya sebagai ibu rumah tangga.
o Bekerja: bila ibu mempunyai kegiatan utama sehari-hari yang bertujuan memperoleh
penghasilan baik yang dilakukan didalam maupun diluar rumah.
Koding:
Kode 1:

Bila ibu tidak bekerja.

Kode 2:

Bila ibu bekerja.

Aktivitas sosial adalah aktivitas responden dalam mengikuti kegiatan di masyarakat seperti
ceramah, PKK, Posyandu, penyuluhan, kegiatan agama, arisan dan lain-lain dalam sebulan selama
enam bulan terakhir.
25

Dikelompokan menjadi:
o Aktivitas sosial kurang: bila ibu tidak mengikuti sama sekali aktivitas sosial.
o Aktivitas sosial cukup: bila ibu mengikuti satu sampai dua aktivitas sosial.
o Aktivitas sosial baik: bila ibu mengikuti lebih dari dua aktivitas sosial.
Koding:
Kode 1:

Bila ibu tidak mengikuti sama sekali aktivitas sosial.

Kode 2:

Bila ibu mengikuti satu sampai dua aktivitas sosial.

Kode 3:

Bila ibu mengikuti lebih dari dua aktivitas sosial.

Sumber informasi:
Sumber informasi adalah segala media yang menjadi sumber pengetahuan mengenai pemeriksaan
kesehatan ibu hamil atau pelayanan ante natal. Sumber informasi dapat dikelompokan menjadi media
elektronik, media cetak, petugas kesehatan, ilmu pengetahuan dari mata kuliah yang didapatkan di
universitas.
Untuk jawaban pertanyaan, tidak perlu diberi skor atau nilai karena hanya digunakan untuk
mengetahui sebaran penyakit yang diteliti.
Pertanyaan:
Dari mana sajakah ibu mendapat informasi mengenai kehamilan ?
( beri tanda , jawaban boleh lebih dari satu ).

No. Medis

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Beri

No. Non Medis

Beri

tanda

tanda

Posyandu.
Puskesmas.
Bidan.
Dokter umum.
Dokter spesialis kandungan.
Lain-lain

1.
2.
3.
4.
5.
6.

..

Televisi.
Radio.
Majalah/koran.
Internet.
Tetangga/orang dekat.
Lain-lain

Media manakah yang menurut anda paling berkesan ..

III.11 Etika Penelitian


Responden yang mengisi kuesioner pada penelitian ini diberi jaminan kerahasiaan terhadap
data-data yang diberikan dan berhak menolak untuk menjadi responden.
26

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Dari penelitian yang dilakukan di RW 05 Kelurahan Wijaya Kusuma pada periode 18 Juli - 13
Agustus 2005 diperoleh hasil pengumpulan data sebanyak 106 sampel penelitian dari jumlah populasi
158 ibu Balita.
Tabel 4.1. Prevalensi Ibu yang mempunyai anak Balita di RW 05 Kelurahan Wijaya Kusuma yang melakukan ANC
pada kehamilan yang terakhir
Kelompok Ibu
ANC
Tidak ANC
Total

Persentase
67
39
106

Frekuensi
63,2 %
36,8 %
100%

Tabel 4.2. Sebaran responden berdasarkan pengetahuan, sikap, perilaku, umur ibu, pendidikan, pekerjaan ibu, pendapatan
keluarga, jumlah anak yang hidup, dan aktivitas sosial.
___________________________________________________________________________________________________
VARIABEL
Pengetahuan

FREKUENSI

PERSENTASE

Kurang
Cukup
Baik

57
37
12

53,77 %
34,91 %
11,32 %

Kurang
Cukup
Baik

5
101

4.72 %
0%
95,28 %

Kurang
Cukup
Baik

7
34
65

6,60 %
32,08 %
61,32 %

Rendah
Sedang
Tinggi

28
47
31

26,42 %
44,34 %
29,24 %

72
34

0%
67,92 %
32,08 %

92
14

86,79 %
13,21 %

29
77

27,36 %
72,64 %

Sikap

Perilaku

Pendidikan Ibu

Usia Ibu
< 20 tahun
20 - 30 tahun
> 30 tahun
Jumlah Anak yang Hidup
2
>2
Pendapatan Keluarga
Di bawah garis kemiskinan
Di atas garis kemiskinan

27

Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
Bekerja

27
79

25,47 %
74,53 %

Kurang
Cukup
Baik

27
48
31

25,47 %
45,28 %
29,25 %

Aktivitas sosial

Tabel 4.3. Hubungan antara umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak yang hidup dan
aktivitas sosial dengan pengetahuan ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC
___________________________________________________________________________________________________
VARIABEL
Pendidikan
Rendah*
Sedang*
Tinggi
Usia Ibu
20-30 tahun
>30 tahun
Jumlah Anak
2
>2
Pendapatan
Di bawah garis kemiskinan
Di atas garis kemiskinan
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Aktivitas Sosial
Kurang
Cukup*
Baik*
*
: Variabel penelitian yang digabungkan

PENGETAHUAN
Kurang
Cukup
Baik

Uji

P
value

Ho

20
26
11

8
17
12

0
4
8

X
1,21

p>0,05

diterima

45
12

22
15

5
7

X
1,31

p>0,05

diterima

52
5

32
5

8
4

X
0,73

p>0,05

diterima

15
42

14
23

0
12

X
0,72

p>0,05

diterima

14
43

12
25

1
11

X
0,46

p>0,05

diterima

13
30
14

14
14
9

0
4
8

X
0,96

p>0,05

diterima

Tabel 4.4. Hubungan antara umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, aktivitas sosial
dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC
___________________________________________________________________________________________________
VARIABEL
Kurang
Pendidikan
Rendah*
Sedang*
Tinggi
Usia Ibu
20-30 tahun
>30 tahun
Jumlah Anak
2
>2
Pendapatan
Di bawah garis kemiskinan
Di atas garis kemiskinan
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Aktivitas Sosial
Kurang*

SIKAP
Cukup

Baik

Uji

P
value

Ho

0
5
0

0
0
0

28
42
31

X
0,31

p>0,05

diterima

0
5

0
0

72
29

X
0,71

p>0,05

diterima

5
0

0
0

87
14

X
0,19

p>0,05

diterima

5
0

0
0

24
77

X
0,79

p>0,05

diterima

0
5

0
0

27
74

X
0,28

p>0,05

diterima

27

p>0,05

diterima

28

Cukup*
5
Baik
0
*
: Variabel penelitian yang digabungkan

0
0

43
31

0,31

Tabel 4.5. Hubungan antara umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak, aktivitas sosial
terhadap perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC
___________________________________________________________________________________________________
VARIABEL
Kurang
Pendidikan
Rendah
Sedang*
Tinggi*
Usia Ibu
20-30 tahun
>30 tahun
Jumlah Anak
2
>2
Pendapatan
Di bawah garis kemiskinan
Di atas garis kemiskinan
Pekerjaan
Tidak bekerja
Bekerja
Aktivitas Sosial
Kurang*
Cukup*
Baik
*
: Variabel penelitian yang digabungkan

PERILAKU
Cukup

Baik

Uji

P
value

Ho

7
0
0

7
10
17

14
37
14

X
1,13

p>0,05

diterima

4
3

26
8

42
23

X
0,45

p>0,05

diterima

7
0

31
3

54
11

X
0,69

p>0,05

diterima

7
0

3
31

19
46

X
1,11

p>0,05

diterima

0
7

17
17

10
55

X
1,46

p>0,05

ditolak

0
0
7

3
23
8

24
25
16

X
1,06

p>0,05

diterima

Tabel 4.6. Hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC
___________________________________________________________________________________________________
PENGETAHUAN
Kurang
Cukup*
Baik*
*
: Variabel penelitian yang digabungkan

Kurang
5
0
0

SIKAP
Cukup
0
0
0

Baik
52
37
12

Uji
X
0,45

P
value

Ho

p>0,05

diterima

Keterangan:
o Batas kemaknaan () : 5 %.
o Uji statistik

: Uji Kolmogorov Smirnov

o Hasil X

: 0,45

o DF

:2

o Kesimpulan

: H0 diterima.
Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC

29

Tabel 4.7. Hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC
___________________________________________________________________________________________________
PENGETAHUAN
Kurang
Cukup*
Baik*
*
: Variabel penelitian yang digabungkan

Kurang
3
4
0

PERILAKU
Cukup
16
14
4

Baik
38
19
8

Uji
X
0,59

P
value

Ho

p>0,05

diterima

Keterangan:
o Batas kemaknaan () : 5 %.
o Uji statistik

: Uji Kolmogorov Smirnov

o Hasil X

: 0,59

o DF

:2

o Kesimpulan

: H0 diterima.
Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC.

Tabel 4.8. Hubungan antara sikap dengan perilaku ibu Balita terhadap ANC
___________________________________________________________________________________________________
SIKAP
Kurang*
Cukup*
Baik
*
: Variabel penelitian yang digabungkan

Kurang
0
0
7

PERILAKU
Cukup
1
0
33

Baik
4
0
61

Uji
X
0,43

P
value

Ho

p>0,05

diterima

Keterangan:
o Batas kemaknaan () : 5 %.
o Uji statistik

: Uji Kolmogorov Smirnov

o Hasil X

: 0,43

o DF

:2

o Kesimpulan

: H0 diterima.
Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap
dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC.

Keterangan:
1.

Tidak ditemukan responden yang berumur di bawah umur 20 tahun, sehingga itu pada tabel
4.3, 4.4, 4.5, umur < 20 tahun dihilangkan.

2.

Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) menggunakan tabel 2-tail


30

BAB V
PEMBAHASAN
Prevalensi ibu Balita di RW 05 Kelurahan Wijaya Kusuma yang melakukan ANC pada
kehamilan yang terakhir sebesar 63,2 %. Angka ini didapati lebih kecil dari angka survei ANC yang
dilakukan oleh Depkes tahun 2000.
Dari sebaran pengetahuan menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan baik dan
cukup terhadap ANC masing-masing sebesar 11,32 % dan 34,91 %, sedangkan yang berpengetahuan
kurang terhadap ANC sebesar 53,77 %. Pada sebaran sikap, sebagian besar responden menunjukan
bersikap yang baik terhadap ANC yaitu sebesar 95,28 % bila dibandingkan dengan yang bersikap
kurang terhadap ANC yaitu sebesar 4,72 %, sedangkan sikap yang cukup tidak didapati pada
responden. Pada sebaran perilaku, responden yang memiliki perilaku yang baik terhadap ANC sebesar
61,32 %; sedangkan yang berperilaku kurang terhadap ANC sebesar 6,60% dan sisanya adalah yang
berperilaku cukup terhadap ANC sebesar 32,08 %. Pada sebaran umur didapatkan sebesar 68%
responden yang berumur 20-30 tahun, sedangkan responden yang berumur > 30 tahun sebesar 32 %,
dan responden yang < 20 tahun tidak ditemukan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Ichda Masrianto, Moh. Hakima dan MG Adiyanti bahwa terdapat responden yang berusia sedang
sebesar 80,3%12 dan SDKI terdapat responden yang berusia 20-34 tahun sebesar 93% dari 9474
responden bila dibandingkan dengan yang berumur 20 tahun dan 35 tahun yang masingmasing
sebesar 88,8% dari 1498 responden dan 85,4% dari 1789 responden11. Sebaran pendidikan, didapatkan
sebagian besar yang berpendidikan sedang yaitu sebesar 44 %, sedangkan yang berpendidikan tinggi
dan rendah didapatkan responden masing-masing sebesar 29,3 % dan 26,7 %. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang diadakan oleh Ichda Masrianto, Moh. Hakima dan MG Adiyanti yaitu terdapat
sebagian besar responden yang berpendidikan rendah yaitu sebesar 51,3%12. Pada sebaran pekerjaan
ibu didapatkan sebagian besar responden bekerja yaitu sebesar 74,53 % dan responden yang tidak
bekerja sebesar 25,47 %. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh E. Ova, M.
Hakimi, S. Risanto dan S. Rukmono di mana hasil penelitian ini kurang dari 40% wanita bekerja
melakukan pemeriksaan kehamilannya 11. Pada sebaran pendapatan keluarga, didapatkan responden di
bawah garis kemiskinan yaitu sebesar 27,36 % dan responden yang berada di atas garis kemiskinan
31

yaitu sebesar 72,64 %. Pada sebaran jumlah anak, didapatkan sebagian besar responden mempunyai
2 anak sebesar 86,79 % dan responden yang mempunyai > 2 anak yaitu sebesar 13,21%. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichda Masrianto, Moh. Hakima dan MG Adiyanti yaitu terdapat
responden yang mempunyai anak sedikit dan sedang yang masing-masing sebesar 36,8% dan 53,9%12.
Pada sebaran aktivitas sosial, didapatkan responden yang mempunyai aktivitas kurang sebesar 25,47
%, sedangkan responden yang memiliki aktivitas sosial baik dan cukup masing-masing sebesar 29,25
% dan 45,28 %.
Dari hubungan antara umur ibu dengan pengetahuan ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC, maka umur ibu tidak mempunyai hubungan dengan pengetahuannya terhadap ANC. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichda Masrianto, Moh. Hakima dan MG Adiyanti yaitu
tidak ada hubungan antara umur ibu dengan kunjungan ANC 12. Hubungan antara pendidikan dengan
pengetahuan ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, maka pendidikan tidak mempunyai
hubungan dengan pengetahuan terhadap ANC. Hal ini mungkin disebabkan sebagian besar responden
adalah kelompok ibu-ibu Balita yang mempunyai pendidikan sedang dan rendah. Hal ini tidak sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Ichda Masrianto, Moh. Hakima dan MG Adiyanti yaitu ada
hubungan antara pendidikan ibu dengan kunjungan ANC6. Hubungan antara pekerjaan dengan
pengetahuan ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, maka pekerjaan ibu tidak mempunyai
hubungan dengan pengetahuan terhadap ANC. Hal ini mungkin disebabkan karena kebanyakan
responden bekerja dan karena kesibukan bekerja kurang memperhatikan informasi mengenai ANC.
Hubungan antara pendapatan keluarga dengan pengetahuan ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC, maka pendapatan keluarga tidak mempunyai hubungan dengan pengetahuan terhadap ANC. Hal
ini disebabkan banyaknya pelayanan ANC yang murah dan terjangkau dengan subsidi yang besar dari
pemerintah atau pihak swasta. Namun hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh E.
Ova, M. Hakimi, et all ternyata ada hubungan antara pendapatan dengan pemeriksaan kehamilan 13. Di
mana responden yang berpendapatan rendah hanya 3,33% yang melakukan pemeriksaan kehamilan,
dan yang berpendapatan tinggi sebesar 89,66% yang melakukan pemeriksaan kehamilannya 13.
Hubungan antara jumlah anak yang hidup dengan pengetahuan ibu yang mempunyai anak Balita
terhadap ANC, maka jumlah anak tidak mempunyai hubungan dengan pengetahuan terhadap ANC.
Hal ini mungkin disebabkan sebagian responden mempunyai kurang atau sama dengan dua anak. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang diadakan oleh Ichda Masrianto, Moh. Hakima dan MG Adiyanti
yaitu tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan kunjungan ANC6. Hubungan antara aktivitas
sosial dengan pengetahuan ibu yang mempunyai Balita terhadap ANC, maka aktivitas sosial tidak
mempunyai hubungan dengan pengetahuan ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh E. Ova, M. Hakimi, S. Risanto dan S. Rukmono, di mana
tidak terdapat hubungan antara aktivitas sosial dengan pemeriksaan kehamilan. Sebanyak 54,3% yang
32

mempunyai kegiatan sosial yang baik melakukan pemeriksaan kehamilan, sedangakan ibu yang tidak
mempunyai kegiatan sosial yang kurang terdapat 23,54% yang melakukan pemeriksaan
kehamilannya13.
Dari hubungan antara umur ibu dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC,
maka umur ibu tidak mempunyai hubungan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC. Hubungan antara pendidikan ibu dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC,
maka pendidikan tidak mempunyai hubungan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC. Hubungan antara pekerjaan ibu dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC,
maka pekerjaan tidak mempunyai hubungan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC, maka pendapatan tidak mempunyai hubungan dengan sikap ibu Balita terhadap ANC. Hubungan
antara jumlah anak dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, maka jumlah anak
tidak mempunyai hubungan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC. Hubungan
antara aktivitas sosial dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, maka aktivitas
sosial tidak mempunyai hubungan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC.
Dari hubungan antara umur ibu dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC, maka umur ibu tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan perilaku ibu yang
mempunyai anak Balita terhadap ANC. Hubungan antara pendidikan dengan perilaku ibu yang
mempunyai anak Balita terhadap ANC didapati tidak ada hubungan yang bermakna dengan perilaku
ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC. Hubungan antara pendapatan keluarga dengan
perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, maka pendapatan keluarga tidak mempunyai
hubungan dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC. Hubungan antara
pekerjaan ibu dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, didapati hubungan
yang bermakna dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC. Hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan hanya kurang dari 40% ibu yang bekerja di perkotaan
yang sesuai anjuran memeriksakan kehamilan mereka. Hubungan antara jumlah anak dengan perilaku
ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, maka jumlah anak tidak mempunyai hubungan
dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC. Hubungan antara aktivitas dengan
perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC, maka aktivitas sosial tidak mempunyai
hubungan dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap ANC.
Dari hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC, maka pengetahuan tidak mempunyai hubungan dengan sikap ibu Balita terhadap ANC.
Dari hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita terhadap
ANC, maka pengetahuan tidak mempunyai hubungan dengan perilaku ibu Balita terhadap ANC.

33

Dari hubungan antara sikap dengan perilaku ibu yang mempunyai Balita terhadap ANC, maka
sikap tidak mempunyai hubungan dengan perilaku ibu Balita terhadap ANC.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa prevalensi ibu yang mempunyai anak
Balita yang melakukan ANC di RW 05, Kelurahan Wijaya Kusuma adalah sebanyak 63,2 %.

Dari sebaran responden berdasarkan pengetahuan, sikap, perilaku, umur ibu, pendidikan,
pekerjaan ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak yang hidup, dan aktivitas sosial disimpulkan
bahwa pengetahuan yang kurang terhadap ANC (53,77 %), namun bersikap baik terhadap ANC
(95,28 %), serta berperilaku baik terhadap ANC (61,32 %). Ibu yang mempunyai anak Balita
di RW 05, Kelurahan Wijaya Kusuma rata-rata berumur antara 20 30 (67,92 %) dan tidak
ditemukan ibu Balita berumur dibawah 20 tahun. Dari sebaran pendidikan diketahui
mempunyai pendidikan tinggi (29,24 %). Pendapatan keluarga sudah di atas garis kemiskinan
(72,64 %) dan rata-rata ibu yang mempunyai anak Balita bekerja (74,53 %), sementara jumlah
anak tergolong sedikit, yaitu kurang atau sama dengan dua anak (86,79 %). Aktivitas sosial ibu
yang mempunyai anak Balita di RW 05, Kelurahan Wijaya Kusuma tergolong cukup (45,28 %).

Melalui uji statistik Kolmogorov Smirnov dari variabe dependen (pengetahuan, sikap, dan
perilaku ibu-ibu yang mempunyai Balita mengenai ANC) dan variabel independen (pendidikan,
usia ibu, jumlah anak, pendapatan keluarga, pekerjaan, dan aktivitas sosial) dapat disimpulkan
bahwa pekerjaan ibu yang mempunyai anak Balita mempunyai hubungan yang bermakna
terhadap perilaku ibu tentang ANC. Namun mengenai variabel usia ibu, pendidikan ibu,
pendapatan keluarga, jumlah anak, dan aktivitas sosial tidak didapati adanya hubungan yang
bermakna dengan perilaku ibu yang mempunyai Balita di RW 05, Kelurahan Wijaya Kusuma,
Jakarta Barat. Sedangkan untuk pengetahuan dan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita
tidak ditemukan hubungan yang bermakna dengan semua variabel independen. Demikian juga
tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan sikap ibu yang
mempunyai anak Balita, pengetahuan dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita, juga
antara sikap dengan perilaku ibu yang mempunyai anak Balita.

34

B.

Saran
Melalui penelitian ini, peneliti hendak menyarankan beberapa hal antara lain :

1.

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai hipotesis awal untuk penelitian
selanjutnya.

2.

Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu yang mempunyai anak balita
terhadap perilaku ibu tentang ANC disarankan agar dilakukan pengukuran ulang dengan
kuesioner dengan uji coba.

3.

Bagi ibu-ibu yang mempunyai Balita di RW 05, Kelurahan Wijaya Kusuma, Jakarta
Barat, untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan (Puskesmas, Posyandu, dan lainnya) dengan
maksimal, agar ibu dan Balita dapat tumbuh kembang dengan produktif.

35

Você também pode gostar