Você está na página 1de 50

I.

Definisi
Hematuria adalah suatu gejala yang ditandai dengan adanya sel darah
merah (eritrosit) dalam urin. Hematuria dapat menjadi tanda bahwa ada batu
ginjal atau tumor dalam

saluran

kemih

(ginjal, ureter,

kandung

kemih, prostat,dan uretra). Dalam keadaan normal, terdapat 0 2 sel eritrosit


dalam urine. Jenis hematuria dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
1.

Hematuria makroskopis (Gross hematuria) adalah suatu


keadaan dimana urin bercampur darah, urine berwarna merah, coklat dapat
juga ditemukan gumpalan darah kecil dan dapat dilihat dengan mata
telanjang. Hematuria makroskopik didefinisikan sebagai urin yang terlihat
berubah warna oleh darah, yang dapat terjadi dengan sesedikit 1 ml darah

2.

dalam 1 L urin.
Hematuria mikroskopis yaitu hematuria yang hanya dapat
diketahui secara mikroskopis atau dengan menggunakan tes dipstick, adanya
darah di urine dalam jumlah sangat kecil sehingga hanya bisa terlihat
dibawah mikroskop. Hematuria mikroskopik didefinisikan >3-5 sel darah
merah/HPF (High power field) pada dua dari tiga spesimen.

Klasifikasi Hematuria berdasarkan waktu darah keluar :


1. Hematuria inisial adalah suatu kondisi dimana darah yang keluar saat awal
berkemih.
2. Hematuria terminal adalah suatu kondisi dimana darah yang keluar saat akhir
berkemih. Hal ini disebabkan oleh adanya tekanan pada akhir kencing yang
membuat pembuluh darah kecil melebar.

3. Total hematuria adalah suatu kondisi dimana darah keluar dari awal hingga
akhir berkemih. Hal ini disebabkan darah sudah berkumpul dari salah satu
organ seperti ureter atau ginjal.

Klasifikasi hematuria berdasarkan ada atau tidak adanya gejala:


1.

Hematuria asymptomatic adalah hematuria tanpa disertai dengan

2.

gejala rasa sakit


Hematuria symptomatic adalah hematuria yang disertai dengan
gejala rasa sakit

Klasifikasi hematuria berdasarkan sifat gejala :


1. Hematuria persisten adalah jenis hematuria dengan gejala menetap
2. Hematuria transient adalah jenis hematuria dengan gejala yang tidak
menetap
Klasifikasi hematuria berdasarkan jumlah darah:
Isolated hematuria termasuk makro dan mikro hematuria
Klasifikasi hematuria berdasarkan etiologi:
1. Idiopatik hematuria adalah hematuria yang penyebabnya tidak dapat
ditentukan
2. False/pseudohematuria adalah diskolorasi dari urine karena pigmen dari
pewarna makanan dan myoglobin.

II. Etiologi
Faktor risiko yang dapat menyebabkan hematuria diantaranya :
1. Terlalu sering menggunakan obat analgesik
2. Usia 40 tahun; risiko meningkat dengan usia dan dua kali lebih tinggi pada
3.
4.
5.
6.
7.

pria
Paparan obat-obatan tertentu (phenacetin, siklofosfamid, terapi HIV)
Paparan radiasi panggul
Sejarah gross hematuria
Sejarah infeksi saluran kemih (ISK) atau iritasi membatalkan gejala
Pemaparan bahan kimia atau pewarna (misalnya benzena atau amina

aromatik)
8. Merokok, masa lalu atau sekarang termasuk paparan asap tangan kedua
9. Penyakit urologi Sebelumnya (misalnya batu ginjal, tumor urologik)
Hematuria dapat disebabkan kelainan-kelainan yang berada didalam sistim
urogenitalia atau kelainan yang berada diluar system urogenitalia. Kelainan yang
berasal dari system urogenitalia antara lain adalah :
1. Infeksi / inflamasi antara lain pyelonefritis, glomerulonefritis, ureteritis,
sistisis dan uretritis
2. Tumor jinak atau tumor ganas yaitu tumor wilm, tumor grawitz, tumor
pielum, tumor ureter, tumor buli-buli, tumor prostat, dan hyperplasia
prostat jinak.
3. Kelainan bawaan system urogenital, antara lain : kista ginjal dan ren
mobilis.
4. Trauma yang mencederai system urogenitalia.
5. Batu saluran kemih
Infeksi
Infeksi merupakan salah satu penyebab hematuria yang paling sering.
Infeksi bisa terjadi pada saluran kemih, kandung kemih, atau pada ginjal.
Infeksi terjadi ketika bakteri bergerak naik ke uretra, yaitu saluran yang
membawa urin dari kandung kemih untuk dikeluarkan dari tubuh. Infeksi
juga bisa menyebar atau berpindah ke kandung kemih, bahkan hingga ke
ginjal. Biasanya keadaan ini akan menimbulkan rasa sakit dan keinginan
untuk sering buang air kecil. Infeksi bisa menyebabkan hematuria

makroskopik dan hematuria mikroskopik.


Batu
Penyebab lain darah dalam urin yang cukup umum adalah keberadaan batu
3

di ginjal atau kandung kemih. Batu ini merupakan kristal yang terbentuk
dari mineral dalam urin. Kristal ini dapat berkembang di kandung kemih
atau juga ginjal. Jika batu besar sudah terbentuk, maka akan menyebabkan

penyumbatan yang mengakibatkan hematuria dan nyeri yang hebat.


Pembesaran prostat
Pada pria setengah baya atau yang lebih tua, penyebab hematuria yang
paling sering adalah pembesaran prostat. Prostat adalah kelenjar yang
letaknya tepat di bawah kandung kemih dan di dekat uretra. Ketika prostat
sudah membesar, seperti yang sering terjadi pada lansia, maka akan
memberikan tekanan pada uretra. Keadaan ini akan menyebabkan

gangguan buang air kemih dan dapat menyebabkan hematuria.


Penyakit ginjal
Penyebab hematuria yang kurang umum adalah penyakit ginjal. Ginjal
yang sakit dan meradang dapat menyebabkan hematuria. Penyakit ini
dapat muncul sendiri dari ginjal atau merupakan komplikasi dari penyakit
lain seperti diabetes. Pada anak-anak usia 6-10 tahun, gangguan ginjal

poststreptococcal glomerulonephritis dapat menyebabkan hematuria.


Kanker
Kanker kandung kemih, ginjal, atau prostat dapat menyebabkan darah
dalam urin. Sayangnya, gejala ini biasanya baru muncul setelah kanker
berkembang lebih jauh. Pada saat kanker baru berkembang, mungkin tidak

ada gejala yang menyertainya.


Obat-obatan
Beberapa obat-obatan tertentu dapat menyebabkan hematuria. Obat-obat
tersebut antara lain klorokuin (obat malaria), nitrofurantoin, sefalosporin,
kotrimoksazole, penisillin (antibiotik), phenazopyridine (anti nyeri untuk
saluran kemih), rifampicin (obat TBC), obat NSAID, kaptropil (anti
hipertensi), aspirin, pengencer darah seperti heparin dan warfarin, dan obat
kanker yang disebut dengan siklofosfamid.

Penyakit Penyebab Hematuria

Benign Familial Hematuria (BFH)


Benign Familial Hematuria adalah adanya hematuria persisten familial
yang timbul tanpa disertai proteinuria, progresi menjadi gagal ginjal

ataupun hilangnya pendengaran. Banyak, meskipun tidak semua diantara


mereka yang mempunyai thin glomerular basement membranes. Benign
Familial Hematuria biasanya menunjukkan gejala mikrohematuria
persisten, sering berupa mikrohematuria intermiten, dan jarang sekali
sebagai hematuria gross episodik. Benign Familial Hematuria bisa terjadi
secara autosomal resesif, autosomal dominan atau sporadik. Biasanya

Benign Familial Hematuria terdeteksi pada saat pemeriksaan urin rutin.


Thin Basement Membranes
Thin basement membrane (TBM) terjadi pada 5,2-9,2% populasi umum.
Adanya defek pada kolagen tipe IV membuktikan bahwa pasien dengan
BFH atau TBM adalah carrier dari mutasi sindrom Alport. Riwayat
keluarga yang detail tentang gagal ginjal dan ketulian harus dicari. BFH
mempunyai prognosis yang baik, namun harus di-follow up secara teratur
dalam hal: proteinuria, hilangnya pendengaran atau gejala ekstra renal

lainnya.
Glomerulonefritis
Acute Post-Infectious Glomerulonephritis (APIGN) Penderita dengan
APIGN biasanya menunjukkan gejala hematuria gross dan sembab yang
mendadak setelah mengalami faringitis atau impetigo sebelumnya. Untuk
menegakkan diagnosis APIGN harus dicari adanya riwayat infeksi oleh
kuman streptokokus sebelumnya (ASO titer yang tinggi atau uji
Streptozyme yang positive dan/atau kultur tenggorok yang positif terhadap
Streptococcus -hemoliticus) dan kadar komplemen C3 yang rendah.
Proteinuria dan sel darah merah dalam urin dideteksi dengan uji dipstick.
Pemeriksaan mikroskop urin penting pada penderita yang menunjukkan
gejala-gejala proteinuria, hipertensi, atau sembab. Mikrohematuria dapat
berlanjut sampai 2 tahun pada anak-anak dengan APIGN. Purpura
Henoch-Schnlein (HSP) Nephritis and IgA Nephropathy Pasien dengan
nefropati IgA menunjukkan gejala spesifik berupa hematuria gross
berulang, atau hematuria mikroskopik. Hematuria dan/atau proteinuria
umumnya sudah terdeteksi sebelum timbulnya purpura pada pasien dengan

Purpura Henoch-Schnlein (HSP).


Glomerulonefritis Progresif Cepat (GNPC)

Pasien datang dengan gejala hematuria gross, tetapi kadang-kadang


dengan hematuria mikroskopik. Biasanya terjadi perburukan fungsi ginjal
yang berlangsung cepat. GNPC dapat idiopatik atau sekunder akibat
nefropati

IgA,

granulomatosis

Wegener,

polyangiitis,

sindrom

Goodpasture, GNAPS, dan nefritis Purpura Henoch-Schnlein (HSP).


Nefritis herediter
Sindrom Alport atau nefritis herediter adalah akibat mutasi pada gene
encoding untuk alpha 5 strand of type IV collagen yang berakibat suatu
abnormalitas pada membaran basal glomerulus. Sindrom Alport biasanya
terjadi pada masa akan-anak dengan gejala hematuria gross atau
mikroskopik. Episode hematuria biasanya timbul setelah infeksi saluran

napas atas.
Nefritis interstitial
Berbagai penyebab nefritis interstitialis dapat dilihat pada tabel berikut.
Gejala khas berupa lelah, malaise, dan nyeri pinggang. Jumlah kemih bisa
meningkat, menurun atau normal. Urinalisis dapat menunjukkan
hematuria, proteinuria ringan, piuria dengan torak leukosit den eosinofil.
Nefritis interstitialis tidak pernah berupa isolated hematuria atau hematuria

gross.
Infeksi
Infeksi saluran kemih paling sering menimbulkan hematuria gross, tetapi
jarang menimbulkan isolated microhematuria. Infeksi saluran kemih yang
disebabkan oleh bakteri menunjukkan gejala-gejala berupa demam, nyeri
pinggang atau nyeri perut, dan gejala-gejala disuria, frequency, atau
ngompol. Sistitis adenovirus menunjukkan gejala disuria dan hematuria

gross.
Kelainan hematologi
Pasien dengan sickle cell disease atau trait menunjukkan gejala hematuria
gross tanpa nyeri. Hematuria biasanya berulang, dan biasanya berasal dari
ginjal

kiri.

Kadang-kadang

berupa

mikrohematuria

asimtomatik.

Koagulopati dan trombositopenia jarang menimbulkan hematuria gross.


Kelainan koagulopati perlu dicurigai apabila tidak ditemukan penyebab
lain terjadinya hematuria gross asimtomatik, pasien dengan adanya riwayat
perdarahan dalam keluarga dan riwayat adanya memar atau perdarahan
6

ditempat lain.

Nefrolithiasis/Hiperkalsiuria
Gejala nefrolitiasis bervariasi dengan kombinasi kolik ginjal, hematuria
gross, mikrohematuria asimtomatik, atau ditemukan secara kebetulan pada

waktu pencitraan.
Kelainan struktural/massa
Hematuria gross dapat terjadi pada trauma minor pada pasien dengan kista
ginjal atau hidronefrosis akibat obstruksi pada daerah ureteropelvic

junction.
Anomali vaskuler
Trombosis vena renalis jarang menunjukkan gejala hematuria gross, tetapi
trombosis vena renalis merupakan penyebab penting terjadinya hematuria
pada masa neonatus. Malformasi arteriovenous saluran kemih dan
hemangioma jarang menyebabkan hematuria gross episodik. Sangat sulit

didiagnosis, walaupun dengan sitoskopi dan angiografi renal.


Loin Pain-Hematuria Syndrome
Loin Pain-Hematuria Syndrome adalah suatu episode nyeri pinggang
berulang yang disertai hematuria dimana dalam pemeriksaan tidak
menunjukkan kelainan patologi yang berarti dibandingkan keluhan dan
gejalanya. Rasa nyeri dapat unilateral atau bilateral, dan hematuria dapat
gross atau mikroskopik. Nyeri biasanya menjalar ke daerah perut atau ke
daerah pangkal paha. Paling banyak dijumpai pada wanita muda berusia
antara 20-40 tahun, tetapi dapat pula terjadi pada anak-anak besar. Semua
pemeriksaan laboratorium dan pencitraan normal. Gambaran patologi
ginjal tidak spesifik, menujukkan kelainan ringan dari proliferasi
mesangial sampai fibrosis interstitialis dan mikroaneurisma. Diagnosis loin
pain-hematuria syndrome ditegakkan apabila tidak ditemukan kelainan
lain, dan pasien tidak menunjukkan adanya infeksi, malignansi,
nefrolitiasis,

hiperkalsiuria,

dan

trauma.

Demikian

pula

sistem

genitourinarinya normal. Diagnosis banding termasuk uropati obstruktif,


ISK,

calculi,

hiperkalsiuria,

tumor,
dan

glomerulonefritis,

medullary

sponge

trombosis
kidney.

vena

Angiografi

renalis,
renal

menunjukkan beragam kelainan, seperti beading, turtuosity, cortical


infarcts, dan mikroaneurisma. Kelainan anatomik dimana vena renalis
7

sinistra yang terjepit antara aorta dan arteri mesenterika superior biasanya
menunjukkan gejala loin pain (nutcracker syndrome). Banyak pasien
menunjukkan gejala psikologik atau psikopatologik, sehingga dalam
pemeriksaan hendaklah dicari riwayat psikiatri secara detil, persepsi pasien
tentang nyeri, dan lingkungan psikososial. Nyeri dapat hebat, sehingga
menyebabkan ketergantungan terhadap analgesik. Terapi utama adalah
simtomatik dengan terapi analgesik. Autotransplantasi atau denervasi

ginjal pernah dilakukan dengan hasil yang bervariasi.


Kelainan urologik
Stenosis meatal dapat merupakan penyebab hematuria gross maupun
mikroskopik, terutama pada periode neonatus. Polip kandung kemih atau

ulserasi jarang menyebabkan hematuria pada anak.


Urethrorrhagia
Anak laki-laki yang mengalami bercak perdarahan pada celana dalamnya
sering menimbulkan kekhawatiran yang sangat pada keluarga, biasanya
adalah urethrorrhagi. Usia rata-rata biasanya pada sekitar umur 10 tahun.
Gejala termasuk terminal hematuria pada 100% dan disuria pada 29.6%
kasus. Pemeriksaan laboratorium dan pencitraan normal pada semua
pasien, kecuali hematuria mikroskopik sebanyak 57%. Cystourethroscopy
menunjukkan inflamasi bulbar urethra tanpa striktur. Resolusi komplit
terjadi pada separuh pasien pada 6 bulan, 71% pada 1 tahun, dan 91.7%
seluruhnya. Rata-rata durasi gejala berlangsung selama 10 bulan (2
minggu sampai 38 bulan), tetapi kelainan dan menetap selama kurang
lebih 2 tahun. Terapi cukup secara simtomatik. Evaluasi pencitraan rutin,
laboratorium

dan

sistoskopi

tidak

diperlukan

dalam

evaluasi

urethrorrhagia. Sistoskopi sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan

striktur urethra.
Latihan fisik
Latihan fisik yang

berat

dapat

menimbulkan

hematuria

gross.

Mikrohematuria dapat juga timbul pada latihan fisik, sebaiknya dilakukan


pemeriksaan urine 48 jam setelah pasien selesai melakukan latihan fisik.
Mikrohematuria

juga

sering

dialami

menstruasinya.
Munchausen Syndrome
8

wanita

muda

pada

awal

Jarang dijumpai, sulit dibuktikan sebagai penyebab hematuria. Asal


hematuria mungkin berasal dari darah dari tusukan jarinya sendiri, atau
orang tuanya mungkin berpura-pura mengeluh hematuria.
III. Patofisiologi
Patofisiologi hematuria tergantung pada tempat anatomi pada traktus urinarius
dimana kehilangan darah terjadi. Pemisahan konvensional telah dilakukan antara
perdarahan glomerular dan ekstraglomerular, memisahkan penyakit nefrologi dan
urologi. Darah yang berasal dari nefron diistilahkan hematuria glomerular
nefronal. Sel darah merah dapat masuk ke ruang urinari dari glomerulus atau,
jarang dari tubulus renalis. Gangguan barier filtrasi glomerulus dapat disebabkan
abnormalitas turunan atau didapat pada struktur dan integritas dinding kapiler
glomerulus. Sel darah merah ini dapat terjebak pada mukoprotein tamm-horsfall
dan akan bermanifestasi sebagai silinder sel darah merah pada urin. Temuan
silinder pada urin merupakan masalah signifikan pada tingkat glomerular.
Meskipun demikian, pada penyakit nefron, silinder dapat tidak ditemukan dan
hanya ditemukan sel darah merah terisolasi. Adanya proteinuria membantu
menunjang perkiraan bahwa kehilangan darah berasal dari glomerulus.
Hematuria tanpa proteinuria atau silinder diistilahkan sebagai hematuria terisolasi
(isolated

hematuria).

Meskipun

beberapa

penyakit

glomerular

dapat

mengakibatkan hematuria terisolasi, penemuan ini lebih konsisten pada


perdarahan ekstraglomerular. Setiap yang mengganggu epitelium seperti iritasi,
inflamasi, atau invasi, dapat mengakibatkan adanya sel darah normal pada urin.
Gangguan lain termasuk keganasan, batu ginjal, trauma, infeksi, dan medikasi.
Juga, penyebab kehilangan darah non glomerular, seperti tumor ginjal, kista
ginjal, infark dan malformasi arteri-vena, dapat menyebabkan hilangnya darah
masuk kedalam ruang urinari.

IV. DIAGNOSIS
Pada awal pemeriksaan dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik,
kemudian dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada penegakan diagnosis gejala
hematuria dapat digunakan alogaritma. Alogaritma yang dicantumkan dibawah ini
9

(Gambar.1) menjelaskan mengenai tahap-tahap pemeriksaan pada pasien dewasa.


Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk menstandarisasidan mengoptimalkan
pemeriksaan untuk pasien dengan hematuria dan meminimalkan paparan radiasi
dari pemeriksaan yang tidak perlu pada pasien yang mungkin tidak memiliki
penyakit yang serius.

10

Hematuria Makroskopik (urine tampak berdarah atau >50rbc/HPF)


ATAU
Hematuria Mikroskopik (>3rbc/HPF pada 2 atau 3 kali pemeriksaan urinanalisis
Tes laboratorium
Urine K+S
Kreatinin

tidak

Nyeri
pinggan
g
ya

Noncontranst
CT

Kreatinin 1.5
Urin K+S (-)

Kreatinin >1.5
Urin K+S (-)
Alergi kontras

Urin K+S (+)


(Infeksi saluran
kemih)

tidak
Terdapat
batu
ginjal?
batu e
ya
Pengobatan dan
rujuk urologi
jika perlu

CT Urogram;
IVP+USGinjal
atau IVU; MRI

Jika negatif,
lanjutkan
dengan sitologi
urin
Temuan negatif,
pasien resiko
rendah <40
tahun atau tidak
ada resiko
Follow up: lakukan urinalisis
dan pengukuran tekenan
darah, jika hematuria menetap
>3bln, pertimbangkan rujuk
ke spesialis

Ultrasounografi
ginjal

Jika positif,
rujuk ke
spesialis urologi

Ulangi
urinanalisis
dalam 6
minggu (rujuk
ke urologi jika
diperlukan

Temuan positif, pasien


>40 tahun atau lebih
muda dengan faktor
resiko tumor urothelial

Rujuk ke spesialis urologi


untuk sitoskopi

Gambar 1. Algoritma pemeriksaan pada pasien hematuria


11

Pengobatan
Infeksi saluran
kemih

A. Anamnesa dan Pemeriksaan Fisik


Pada anamnesis harus didapatkan keterangan pada bagian pancaran urin mana
muncul hematuria, darah yang didapatkan pada awal kencing berasal dari kandung
kemih atau prostat. Nyeri pada saat buang air kecil mengarahkan dugaan ke
infeksi saluran kemih atau batu. Harus dicari riwayat trauma, serta gejala sistemik
yang bisa menunjukkan adanya keganasan diseminata atau vaskulitis.
Pada pemeriksaan fisik tanda vital diperhatikan terutama tekanan darah dan
suhu badan. Perlu diperhatikan adanya hipertensi yang mungkin merupakan
manifestasi dari penyakit ginjal. Syok hipovolemik dan anemia mungkin
disebabkan karena banyak darah yang keluar. Palpasi bimanual pada ginjal perlu
diperhatikan adanya pembesaran ginjal akibat tumor, obstruksi, ataupun infeksi
ginjal. Massa pada suprasimfisis mungkin disebabkan karena retensi bekuan darah
pada buli-buli. Colok dubur dapat memberikan informasi adanya pembesaran
prostat benigna maupun karsinoma prostat.
B. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan urinalisis
Dapat mengarahkan kita kepada hematuria yang disebabkan oleh faktor
glomeruler

ataupun

non

glomeruler.

Pemeriksaan

urinalisis

merupakan

pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-kasus urologi. Pemeriksaan


meliputi uji :
Makroskopik dengan menilai warna, bau dan berat jenis urine
Kimiawi meliputi pemeriksaan derajat keasaman/pH, protein, dan gula dalam
urine.
Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel-sel, cast (silinder) atau
bentukan lain didalam urine.
Urinalisis mikroskopis juga dapat membedakan antara sel darah merah
dismorfik (parenkim ginjal) dan sel darah merah isomorfik (sistem
pengumpulan kemih) yang merupakan diagnosis awal untuk evaluasi lebih
lanjut. Pada pemeriksaan pH urine yang sangat alkalis menandakan adanya
infeksi organisme pemecah urea di dalam saluran kemih, sedangkan pH urine

12

yang sangat asam (rata-rata : 5,5 6,5) mungkin berhubungan dengan batu
asam urat dan kemungkinan terdapat asidosis pada tubulus ginjal. Sitologi
urine diperlukan untuk mencari kemungkinan adanya keganasan sel-sel
urotelial.
Untuk tes, biasanya petugas laboratorium menempatkan kertas kimia
(yang disebut dipstick) ke dalam urin. Uji dipstick merupakan uji tapis yang
sensitif untuk memastikan adanya darah dalam urin. Dipstick terdiri dari
kertas

yang

diisi

dengan

hydroperoxide

dan

tetramethylbenzidine.

Peroxidase-like activity dari hemoglobin mengkatatalis suatu reaksi yang


menimbulkan warna biru hijau. Uji ini dapat mendeteksi sel darah merah
intak, free hemoglobin dan mioglobin. Dengan demikian, hasil positif dari uji
dipstick membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut menggunakan teknik
mikroskopik untuk memperjelaskan adanya sel darah merah.
Sampel urin rutin, spesimen dikumpulkan dalam wadah yang bersih
pada pagi hari tanpa terlebih dahulu membersihkan alat kelamin
menghasilkan sampel yang memuaskan. Sampel urin dianalisis dengan strip
reaktif dan strip dibaca menggunakan strip yaitu Multistix 10 SG Reagent
Strip for urinalysis. Cara strip dicelupkan ke dalam urin maka perubahan
warna dalam hitungan detik hingga menit terjadi sebagai akibat adanya reaksi
kimiawi. Perubahan warna pada test strip kemudian akan dibandingkan
dengan color chart yang disertakan pada wadah dari test strip.
Setiap reaksi harus dievaluasi pada waktu yang tepat. Untuk
menghindari kesalahan waktu interpretasi hasil, maka instrument otomatis
sering digunakan untuk membaca reaksi warna pada test strip. Jika spesimen
tersebut kemungkinan terkontaminasi oleh keputihan atau darah menstruasi,
maka harus diulang. Idealnya, spesimen untuk analisis rutin harus diperiksa
pada kondisi segar. Jika tidak dapat dilakukan, disimpan pada suhu yang
rendah hingga evaluasi dapat dilakukan. Spesimen urin yang pertama tidak
digunakan untuk evaluasi karena konsentrasinya yang pekat. Sel darah merah
akan rusak apabila pH urin tinggi (lebih dari 7).
Bila darah terlihat dalam urin atau tes dipstick urin menunjukkan
adanya sel darah merah. Urin harus diuji lagi setelah 48 jam untuk melihat
adanya sel darah merah. Jika dua dari tiga sampel urin menunjukkan sel darah
13

merah terlalu banyak bila dilihat dengan mikroskop, maka dilakukan uji
urunalisi lebih lanjut. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis dari penyebab hematuria meliputi pemeriksaan
radiologi atau sering disebut imaging radiography, cystoscopy, dan cytology.
Jika dalam analisis urine ditemui adanya protein, nitrit atau leukosit,
maka kemungkinan terjadi infeksi pada saluran urine (urine tract infection /
UTI) yang bisa disebabkan oleh bakteri ataupun virus. Pada glomerular
hematuria akan tampak warna urin coklat/teh/cola, proteinuria positif,
dysmorphic RBCs positif, RBC cats (sel darah merah yang cacat atau
mengelompok bersama untuk membentuk tabung kecil yang mungkin
mengindikasikan penyakit ginjal) juga positif namun tidak ada kristal.

Gambar 2. Cara Melakukan Dipstick Test


2) Tes darah
Tes darah dapat menunjukkan tingkat hemoglobin, leukosit, laju endap darah,
kadar kreatinin, kadar ureum atau BUN (Blood urea nitrogen) dan klirens
kreatinin yang mungkin mengindikasikan penyakit ginjal. Sampel darah dianalisis
dengan menggunakan Cobas C111 Spectrophotometer.
Berdasarkan

alogaritma

(Gambar.1)

terdapat

beberapa

pemeriksaan

pencitraan yang dapat dilakukan untuk dapat menegakkan diagnosis dari


penyebab terjadinya hematuria.

a) Computed tomography (CT)


14

Computed tomography (CT) adalah alat diagnostik klinis non-invasif yang


memungkinkan untuk 3D rekonstruksi visual dan segmentasi jaringan. CT
resolusi tinggi dapat digunakan untuk melakukan pencitraan 3D non-destruktif
berbagai jenis jaringan dan sistem organ, seperti: saluran pencernaan,
kardiovaskuler sistem, saluran ginjal, hati, paru-paru, tulang, tulang rawan,
jaringan tumor, dll CT adalah salah satu alat diagnostik yang paling umum dalam
hal frekuensi penggunaan terutama dirumah sakit. Ide untuk menggunakan
tomografi sebagai alat diagnostic dalam kedokteran diadopsi segera setelah
penemuan sinar-X (Lusic, 2014)
Sinar-X adalah bentuk radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang
kira-kira antara 0,01 nm dan 10 nm. Sinar-X yang dihasilkan oleh tabung vakum
menggunakan tegangan tinggi untuk mempercepat elektron dari katoda ke
tungsten-alloy anoda. Dalam proses tersebut, elektron dipercepat melepaskan
radiasi elektromagnetik dalam bentuk sinar-X dan energi maksimum radiasi
dibatasi oleh energi dari elektron. Penggunaan voltages modern CT scanner secara
klinis berbeda antara model instrumen dan produsen, tetapi umumnya antara 80
kVp 150 kVp. Bahan yang memiliki kerapatan yang lebih tinggi () atau nomor
atom tinggi (Z) cenderung lebih baik menyerap sinar-X (Lusic, 2014).
Ketika X-ray memiliki energi yang sama atau sedikit lebih besar dari
energi pengikatan Elektron K-shell pada atom, peningkatan mendadak besar pada
Absorption Coefficient. Nilai energi ini dikenal sebagai absorption edge (k), dan
nilai k meningkat sebanding dengan jumlah elemen atom. Akibatnya, media
kontras X-ray menipis yang mengandung atom dengan nomor atom tinggi (paling
sering yodium atau barium), yang sering digunakan dalam pengaturan klinis untuk
mendapatkan gambar jaringan lunak. Untuk menghasilkan gambar dengan kontras
tertinggi dengan jaringan di sekitarnya, energi dari sumber X-ray dapat
disesuaikan dengan mencocokkan dengan nilai absorption edge (k) dari atom
pencitraan yang relevan (yaitu, yodium, barium, emas, dan sebagainya) (Lusic,
2014).
Gambar pencitraan CT diperoleh dengan memutar sumber X-ray di sekitar
obyek, dengan detektor diposisikan tepat di seberang sumber radiasi. Dalam
banyak penelitian praklinis CT scanner objek terkadang diputar mengelilingi

15

porosnya sendiri. Scanner praklinis tersebut sering digunakan untuk hewan kecil
pada in vivo. Kemampuan bahan untuk menipiskan sinar-X diukur dalam satuan
Hounsfield (HU). Nilai redaman untuk sebagian besar jaringan lunak antara 30100 HU. Pengecualian pada jaringan paru-paru dengan nilai-nilai redaman
mendekati -1000 HU (karena kandungan udara yang tinggi) dan jaringan
mineralisasi seperti tulang, dengan redaman nilai sekitar 1000 HU. Agen
pencitraan kontras sering digunakan dan diperlukan untuk visualisasi yang lebih
baik dari jaringan oleh CT X-ray. Sehingga agen kontras dapat: 1) meningkatkan
sensitivitas CT dan meningkatkan perbedaan antara jaringan yang berbeda; 2)
memberikan informasi biokimia tertentu dari sebuah jaringan; atau 3)
memungkinkan evaluasi jaringan/fungsi organ. Agen kontras harus mudah larut
atau membentuk suspensi stabil pada air pada kondisi fisiologis (pH dan
osmolalitas yang sesuai) dengan viskositas rendah; agen kontras dan metabolitnya
harus tidak beracun; dan agen kontras (untuk kebanyakan aplikasi) akan
dibersihkan dari tubuh dalam waktu yang cukup singkat, biasanya dalam beberapa
jam (<24 jam) (Lusic, 2014).
Untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi redaman sinar-X diamati untuk
jaringan biologis, unsur nomor atom yang lebih tinggi (Z) dimasukkan ke dalam
molekul zat kontras. Yodium (Z=53) secara historis atom pilihan untuk aplikasi
pencitraan CT. Molekul kecil agen kontras iodinasi dapat dipisahkan menjadi dua
kategori umum: "Ion," dan "non-ionik". Meskipun banyak digunakan di klinik,
iodinasi

ionic

sebagai

agen

pencitraan

memiliki

beberapa

kelemahan,

dibandingkan dengan kontras non-ionik. Formulasi berair agen kontras ionic


memiliki osmolalitas intrinsik tinggi, berpotensi menyebabkan toksisitas ginjal
dan lainnya masalah fisiologis seperti vasodilatasi, bradikardia, dan hipertensi
pulmonal. Penggunaan iodin dapat meningkatan rasa sakit dan sensasi panas di
tempat suntikan sering dilaporkan. Bahan kontras tersebut kemudian mengumpul
pada ginjal, ureter, dan kandung kemih, kemudian dengan tajam akan
mendefinisikan penampilan terang putih pada x-ray. Untuk menghindari masalah
yang terkait dengan osmolalitas tinggi, pencitraan agen kontras non-ionik ini
memiliki osmolalitas lebih rendah. Contohnya: To name a few: iohexol
(Omnipaque, GE Healthcare); iopromide (Ultravist, Bayer Healthcare);

16

iodixanol (Visipaque, GE Healthcare); ioxaglate (Hexabrix, Mallinckrodt


Imaging); iothalamate (Cysto-Conray II, Mallinckrodt Imaging); and iopamidol
(Isovue, Bracco Imaging) (Lusic, 2014).
Agen kontras berbasis lantanida umum digunakan dalam pencitraan MRI,
tetapi penggunaannya sebagai agen kontras CT dan mempunyai nomor atom
tinggi. Ion lantanida bebas sangat beracun. Namun, banyak lantanida dalam
bentuk sangat stabil (dan non-toksik) poliaminokarboksilat adalah kompleks
khelat asam karboksilat. Gadolinium (Z = 64), dysprosium (Z = 66), dan Iterbium
(Z = 70) membentuk beberapa kompleks yang paling stabil tersebut. Agen kontras
berbasis lantanida yang paling disetujui secara klinis adalah kelat gadolinium.
Contoh: gadoversetamide (OptiMARK, Mallinckrodt Imaging), gadopentetate
dimeglumine (Magnevist, Bayer Healthcare), gadobutrol (Gadovist, Bayer
Healthcare),

gadobenate

dimeglumine

(MultiHance,

Bracco

Imaging),

gadoterate meglumine (Dotarem, Guerbet), gadoxetate disodium (Eovist,


Bayer Healthcare) (Lusic, 2014).
Nanopartikel

emas

(AuNPs)

adalah

radiopaque

media

kontras

nanoparticulate ideal karena emas memiliki kepadatan tinggi dan nomor atom
tinggi. Emas menyediakan sekitar 2,7 kali lebih besar kontras per satuan berat dari
pada yodium. Nanopartikel ini dari ~ 30 nm diameter menumpuk di sel fagosit
dari hati dan limpa, akibatnya menyediakan agen pencitraan potensial untuk
identifikasi karsinoma hepatoseluler (Lusic, 2014).
Massa ginjal dievaluasi terbaik dengan menggunakan ultrasonografi, CT,
atau MRI. Sensitivitas dan akurasi CT 100% dan 98,3% dibandingkan dengan
60,5% dan 80,9% untuk IVU. Studi prospektif yang membandingkan CT dan IVU
pada pasien yang berbeda dengan hematuria menemukan bahwa Computed
Tomography Urography (CTU) memiliki sensitivitas tinggi dari pada IVU untuk
mendeteksi saluran atas patologi (94,1% vs 50%) (Albani, 2007). CT memiliki
sensitivitas 85% dan spesifisitas 94% untuk diagnosis kandung kemih kanker. CT
memiliki keuntungan dari akurasi yang lebih tinggi, penurunan dosis radiasi,
waktu pemeriksaan lebih cepat, dan meningkatkan ukuran dan lokalisasi batu
(Mcdonald, 2006). Tingkat deteksi untuk massa ginjal sebanding dengan
Magnetic Resonance Imaging, tetapi lebih banyak tersedia dan lebih murah

17

(Grossfeld, 2001). CT lebih mahal dari pada dengan IVU atau US, kontra indikasi
untuk wanita hamil, (radiasi berpotensi membahayakan perkembangan janin),
resiko paparan radiasi, dan terdapat keterbatasan pada pasien tertentu seperti berat
badan berlebih.
b) Intra Venous Pyelography (IVP)
1. Definisi
Ilmu yang mempelajari prosedur/tata cara pemeriksaan ginjal, ureter, dan
blass (Vesica urinary) menggunakan sinar X dengan melakukan injeksi media
kontras melalui vena.
Alat

: Pyelogram

Teknik : Radiografi
Pada saat media kontras diinjeksikan melalui pembuluh vena pada tangan
pasien, media kontras akan mengikuti peredaran darah & dikumpulkan dalam
ginjal dan tractus urinary menjadi berwarna putih. Dengan IVP, radiologist dapat
melihat dan mengetahui anatomi serta fungsi ginjal, ureter dan blass.
2. Tujuan pemeriksaan IVP
Pemeriksaan IVP membantu dokter mengetahui adanya kelainan pada sistem
urinary dengan melihat kerja ginjal ke sistem urinary pasien. Pemeriksaan ini
dipergunakan untuk mengetahui gejala seperti kencing darah (hematuri) dan sakit
pada daerah punggung. Dengan IVP dokter dapt mengetahui adanya kelainan pada
sistem tractur urinary dari : batu ginjal, pembesaran prostat, tumor pada ginjal
ureter dan blass
3. Indikasi Pemeriksaan IVP

Renal agenesis

Polyuria

BPH (Benign Prostatic Hyperplasia)

Congenital anomali :
- Duplication of ureter and renal pelvis
- Ectopia kidney
- Horseshoe kodney
- Malroratio
18

Hydroneprosis

Pyelonepritis

Renal hypertention

4. Kontra Indikasi

Alergi terhadap media kontras

Pasien yang mempunyai kelainan atau penyakit jantung

Pasien dengan riwayat atau dalam serangan jantung

Multi myeloma

Neonatus

Diabetes Mellitur tidak terkontrol/parah

Hasil ureum dan kreatinin tidak normal

5. Persiapan Pemeriksaan
Persiapan Pasien
1. Pasien makan bubur kecap saja sejak 2 hari (48 jam) sebelum pemeriksaan
BNO-IVP dilakukan.
2. Pasien tidak boleh minum susu, makan telur serta sayur-sayuran yang
berserat.
3. Jam 20.00 pasien minum garam inggris (magnesium sulfat), dicampur 1
gelas air matang untuk urus-urus, disertai minu air putih 1-2 gelas, lalu
puasa.
4. Selama puasa pasien dianjurkan untuk tidak merokok dan banyak bicara
guna meminimalisir udara dalam usus.
5. Jam 08.00 pasien datang ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan
dan sebelum pemeriksaan dimulai pasien diminta buang air kecil untuk
mengosongkan blass.
6. Yang terakhir adalah penjelasan kepada keluarga pasien mengenai prosedur
yang akan dilakukan dan penandatanganan informed consent.
Persiapan Media Kontras
Media kontras yang digunakan adalah yang berbahan iodium, dimana
jumlahnya disesuaikan dengan berat badan pasien, yakn 1-2 cc/kg berat
badan.

19

Persiapan Alat dan Bahan


1. Peralatan Steril
-

Wings needle No. 21 G (1 buah)

Spuit 20 cc (2 buah)

Kapas alkohol atau wipes

2. Peralatan Un-steril
-

Plester

Marker R/L dan marker waktu

Media kontras lopamiro ( 40 50 cc)

Obat-obatan emergency (antisipasi alergi media kontras)

Baju pasien
Tourniquet

6. Prosedur Pemeriksaan BNO-IVP


1. Lakukan pemeriksaan BNO posisi AP, untuk melihat persiapan pasien.
2. Jika persiapan pasien baik/bersih, suntikkan media kontras melalui
intravena1 c saja, diamkan sesaat untuk melihat reaksi alergis.
3. Jika tidak ada eaksi alergis penyuntikan dapat dilanjutkan dengan
memasang alat compressive ureter terlebih dahulu di sekitar SIAS kanan
dan kiri.
4. Setelah itu lakuka foto nephogram dengan posisi AP supine 1 menit
setelah injeksi media kontras ke collecting sistem, terutama pada pasien
hypertensi dan anak-anak.
5. Lakukan foto 5 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan
ukuran film 24 x 30 untuk melihat pelviocaliseal dan ureter proximal terisi
media kontras.
6. Foto 15 menit post injeksi dengan posisi AP supine menggunakan 24 x 30
mencangkup gembaran pelviocalyseal, ureter dan bladder mulai terisi
media kontras.
7. Foto 30 menit post injeksi dengan posisi AP supine melihat gambaran
bladder terisi penuh media kontras. Film yang digunakan ukuran 30 x 40.
8. Setelah semua foto sudah dikonsulkan kepada dokter spesialis radiologi,
biasanya dibuat foto blast oblique untuk melihat prostate (umumnya pada

20

pasein yang lanjut usia).


9. Yang terakhir lakukan foto post void dengan posisi AP supine atau erect
untuk melihat kelainan kecil yang mungkin terjadi diderah bladder.
Dengan posisi erect dapat menunjukkan adanya ren mobile (pergerakan
ginjal yang tidak normal) pada kasus pos hematuri.
7. Kriteria Gambar
1. Foto 5 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal kanan dan kiri
2. Foto 15 menit post injeksi
Tampak kontras mengisi ginjal dan ureter
3. Foto 30 menit post injeksi (ful blass)
Tampak blass terisi penuh oleh kontras
4. Foto post mixi
Tampak blass yang telah kosong
8. Perawatan Lanjutan
Tidak ada perawatan khusus yang diberikan kepada pasien setelah
menjalani pemeriksaa BNO-IVP ini.
9. Kelebihan IVP
-

Bersifat invasif

IVP memberikan gambaran dan informasi yang jelas, sehingga dokter


dapat mendiagnosa dan memberikan pengobatan yang tepat mulai dari
adanya batu ginjal hingga kanker tanpa harus melakukan pembedahan.

Diagnosa kelainan tentang kerusakan dan adanya batu pada ginjal


dapat dilakukan

Radiasi relative rendah

Relative aman

10. Kekurangan IVP


-

Selalu ada kemungkinan terjadinya kanker akibat paparan radiasi yang


diperoleh.

Dosis efektif pemeriksaan IVP adalah 3 mSv, sama dengan rata-rata


radiasi yang diterima dari alam dalam satu tahun

Penggunaan media kontras dalam IVP dapat menyebabkan efek alergi

21

pada

pasien,

yang

menyebabkan

pasien

harus

mendapatkan

pengobatan lanjut.
-

Tidak dapat dilakukan pada wanita hamil

c) Intravenous Urography (IVU)


1.

Definisi

IVU merupakan prosedur radiologis yang digunakan untuk melihat abnormalitas


dari sistem urinari, termasuk ginjal, ureter, dan bladder. IVU pertama kali
dikenalkan pada praktek radiologis pada awal 1900an. Teknik IVU hampir tidak
pernah berubah dari waktu ke waktu.
IVU dapat menyajikan informasi mengenai saluran urinari bagian atas
pelvicalecial system dari ginjal, pelvis dan bagian atas ureter lebih terlihat jelas
pada gambar-gambar awal yang dihasilkan oleh IVU dan gambaran bledder pada
tahapan akhir.
2.

Prosedur

Media kontras diadministrasikan ke pasien menggunakan needle atau cannula ke


dalam vena, umumnya yang berada di pundak. Kontras media kemudian akan
dieksresikan dari peredaran darah melalui ginjal, lalu akan nampak pada
pemeriksaan sinar x sesaat setelah diinjeksikan. Pengambilan gambar dilakukan
pada interval waktu yang spesifik.
Umumnya sebanyak 50-100 ml media kontras diinjeksikan secara IV. Kemudian
dilakukan pengambilan gambar pada menit ke 1, 5, 10, dan 20 menit dengan
pengawasan penuh dari radiologis.
3.

Indikasi

Penyakit saluran urinari


Penyakit urologikal bawaan
Batu kandung kemih
Obstruksi
Penyakit Ginjal

Tuberkulosis
22

4.

Luka pada ginjal,dll

Kontraindikasi

Kontraindikasi utama untuk semua pasien yaitu yang alergi terhadap iodin dan
memiliki faktor resiko kontras nefropati. Penggunaan metformin harus dihentikan
48 jam sebelum pre dan post prosedur, karena diketahui akan bereaksi dengan
media kontras.
Kontraindikasi yang lain meliputi sindrom hepatorenal, thyrotoxicosis, hamil,
kreatinin yang meningkat.
3.

Keuntungan
Memiliki waktu yang cepat untuk melihat keseluruhan sistem urinari
Anotomi yang mendetail dari sistem pengumpul pada ginjal
Biaya yang lebih murah
Sensitif pada obstruksi akut
IVU merupakan gold standard untuk evaluasi pasien dengan hematuria
dan lebih sensitif dari pada ultrasonografi utuk diagnosis akut
hidronefrosis atau mendeteksi ureteral atau renal calculi

4.

Keterbatasan
Tergantung pada fungsi gijal
Memerlukan media kontras dan radiasi

5.

Instrumen

Gambar 3. Istrumen IVU


23

Peralatan yang biasanya digunakan untuk pemeriksaan ini terdiri dari meja
radiografi, satu atau dua tabung x-ray dan monitor televisi seperti yang terletak di
ruang periksa. Fluoroscopy akan mengubah sinar-x menjadi gambar video,
digunakan untuk melihat kemajuan prosedur. Video ini diproduksi oleh mesin xray dan detektor yang tergantung di atas meja di mana pasien berbaring.
Sinar-X adalah bentuk radiasi seperti cahaya atau gelombang radio. Sinar-X
melewati sebagian benda, termasuk tubuh. Ketika ditujukkan secara hati-hati
kebagian tubuh yang akan diperiksa, mesin x-ray menghasilkan ledakan kecil
radiasi yang melewati tubuh, merekam gambar pada film fotografi atau detektor
khusus. Ketika media kontras yang mengandung iodine disuntikkan. Media
kontras kemudian akan bergerak menuju ginjal, ureter dan kandung kemih,
sehingga akan terlihat sebagai warna putih terang pada gambar x-ray. Gambar Xray dapat dipertahankan sebagai hard copy film atau, lebih mungkin, sebagai
gambar digital yang disimpan secara elektronik.

Gambar 4. Tubular ectasia


pada pasien hematuria
mikroskopik
c)

Ultrasounografi Ginjal

1.

Definisi

Gambar 5. Sel kanker pada


pasien hematuria makroskopik

USG ginjal adalah pemeriksaan imaging pada ginjal dengan menggunakan


ultrasanografi untuk keperluan diagnostik kelainan pada ginjal. Pemeriksaan USG
awalnya hanya ada satu jenis pemeriksaan yang dihasilkan akan tetapi karena
kebutuhan akan hasil yang lebih baik dan didukung pula oleh kemajuan teknologi

24

jenis pemeriksaan USG dapat bermacam-macam. Jenis pemeriksaan yang baru


dikembangkan dari teknologi awal penemuan USG. Perkembangan dari satu jenis
menjadi empat jenis seperti yang ada sekarang disesuaikan dengan kebutuhan
pemeriksa dan kemampuan pasien. Teknologi yang baik membutuhkan biaya lebih
mahal dibandingkan dengan teknologi biasa.
2.

Jenis-jenis pemeriksaan USG, yaitu :

Ultrasonografi

dua

dimensi

Menampilkan

gambar

dua

bidang

(memanjang dan melintang). Kualitas gambar yang dihasilkan cukup

baik, sebagian besar keadaan organ dapat ditampilkan.


Ultrasonografi tiga dimensi menampilkan tambahan satu bidang gambar
lagi yang disebut koronal. Gambar yang ditampilkan mirip aslinya.
Permukaan suatu benda dapat dilihat dengan jelas dan dapat dilihat dari

posisi yang berbeda. Ini memungkinkan karena gambar dapat diputar.


Ultrasonografi empat dimensi hanya istilah untuk USG tiga dimensi yang
dapat bergerak. Gambar yang diambil dari USG tiga dimensi tidak dapat
bergerak sementara pada USG empat dimensi gambarnya dapat bergerak

seperti keadaan sebenarnya.


Ultrasonografi Doppler adalah pemeriksaan USG yang mengutamakan
pengukuran aliran darah, baik di arteri maupun di vena, juga dapat
menentukan kelenjar limfe.

3.

Anatomi Alat Ultrasonografi

Prinsip alat ultrasonografi adalah penempatan suara ultrasonik terhadap jaringan


yang akan diperiksa sehingga suara balik atau refleknya akan dapat diterima
kembali oleh alat probe yang sama dan selanjutnya akan diubah menjadi gambar,
sesuai dengan susunan, jarak, dan konsistensi jaringan tersebut.
Suara yang dapat kita dengar hanya berkisar dari 20 Hz-20 kHz. Suara diatas 20
kHz disebut ultrasonik, sedangkan dibawah 20 Hz disebut infrasonik. Frekuensi
suara yang dipergunakan adalah:

Untuk transabdominal ultrasonografi: 3-5 MHz


Untuk transvaginal ultrasonografi: 7-7 MHz

Dikemukakan bahwa jaringan tubuh mempunyai kemampuan untuk merambatkan


ultrasonografi yang berbeda-beda. Dengan demikian, perbedaan tersebut nantinya
25

akan menghasilkan reflek ultrasonik yang berbeda-beda. Perbedaan hasil refleks


ultrasonik inilah yang nantinya diterima oleh probe yang selanjutnya akan diubah
menjadi gambar.
Kemampuan rambatan ultrasonik dalam jaringan tubuh berbeda-beda sebagai
berikut.

4.

Udara: 330 meter/detik


Tulang: 4080 meter/detik
Jaringan tubuh bervariasi dengan rata-rata 1540 meter/detik

Teknik Operasional Ultrasonografi

Prinsip pengoperasian ultrasonografi adalah mengarahkan probe pada organ yang


akan diperiksa. Karena udara merupakan pengantar suara yang buruk, di antara
probe dan dinding abdomen diberikan semacam jeli sehingga pengantaran suara
akan berlangsung dengan baik. Gelombang suara akan dipantulkan dan diterima
kembali setelah terkena suatu obyek. Obyek disini berupa organ tubuh. Hasil
pemantulan gelombang suara tersebut kemudian akan diterima kembali oleh probe
dan diproses oleh mesin USG kemudian ditayangkan dalam monitor. Kinerja USG
tergantung dari semua alat-alat yang ada pada mesin USG yaitu :
1. Transduser
Transduser adalah komponen USG yang ditempelkan pada bagian tubuh.
Di dalam tranduser terdapat kristal yang digunakan untuk menangkap
gelombang yang disalurkan oleh transduser. Gelombang diterima dalam
bentuk akuistik (gelombang pantul) sehingga fungsi kristal disini adalah
untuk mengubah gelombang tersebut menjadi gelombang elektronik yang
dapat dibaca oleh komputer sehingga dapat diterjemahkan dalam bentuk
gambar. Bentuk-bentuk transduser dan arah gelombang ultrasonik dapat
dilihat pada gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Macam-macam

Gambar 7. Bentuk perbedaan arah

Transduser

gelombang
26

2. Monitor
Monitor adalah layar yang digunakan untuk menampilkan bentuk gambar
dari hasil pengolahan data komputer. Monitor yang digunakan pada awal
penemuan USG masih berupa layar tabung besar yang terpisah dari mesin
USG. Perkembangan teknologi yang terus berkembang pesat membawa
kemajuan pada teknologi monitor. Kalau pada awal penemuan memakai
layar tabung yang besar kini sudah menggunakan layar kecil dan tipis.
Awal penemuan USG layar monitor masih hitam putih sekarang sudah
berwarna. Layar monitor sekarang juga menjadi satu dengan alat USG
sehingga bentuk USG lebih terlihat kecil.
3. Mesin USG
Mesin USG merupakan bagian dari USG berfungsi mengolah data yang
diterima dalam bentuk gelombang dan mengubah gelombang menjadi
gambar. Mesin USG merupakan pusat pengolah data seperti central
processor unit (CPU) pada komputer. Mesin USG sangat mempengaruhi
hasil pencitraan USG. Semakin baik CPU yang dipakai pada mesin akan
semakin baik dan cepat hasil yang ditayangkan di layar monitor USG.
Kemajuan teknologi juga mempengaruhi perkembangan bentuk mesin
USG. Awal penemuan mesin USG masih berbentuk sangat besar dan berat
sehingga sulit untuk dipindah-dipindahkan, sekarang ukuran mesin USG
sudah sangat kecil. Penggunaan radiologi untuk pemeriksaan toraks
dibandingkan USG toraks lebih menguntungkan terutama untuk pasienpasien gawat darurat. Keuntungan dan kerugian USG dapat dilihat pada
tabel 1. Gambar mesin USG dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Mesin USG


27

Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan USG


Keuntungan
1. Kecakapan menggunakan alat

1. Gambar

Kerugian
yang di dapat

lebih murah, cepat, dan aman


2. Relatif lebih murah dan lebih

dangkal
2. Gambar

yang

mudah

di

dipindahkan

bawa

dan

terfokus

lebih
sesuai

dengan kemampuan tranduser


3. Tidak bisa mengukur besarnya
tumor < 3 cm

5.

Indikasi

Indikasi pemeriksaan ultrasanografi ginjal adalah sebagai berikut.


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kolik renal atau ureter


Suspek masa pada ginjal (ginjal yang besar)
Ginjal yang tidak berfungsi pada urografi
Hematuria
Infeksi kemih yang rekuren
Trauma
Suspek penyakit polikistik
Pireksia dengan penyebab yang tidak diketahui atau pireksia sebagai

komplikasi pascabedah
9. Gagal ginjal dengan penyebab yang tidak diketahui
10. Skistosomiasis
6.

Kontraindikasi

Tidak ada
7.

Persiapan
1. Persiapan pasien
Tidak ada persiapan yang diperlukan. Jika yang diperiksa adalah kandung
kemih, pasien harus minum air dahulu.
2. Posisi pasien
Pemeriksaan USG dimulai dengan pasien berbaring telentang. Oleskan jeli
pada abdomen kanan atas
3. Pemilihan transduser
Untuk orang dewasa, gunakan tranduser kurviliner 3,5 Mhz. Untuk anakanak atau orang dewasa yang kurus, gunakan tranduser 5 Mhz.
4. Penyetelan gain yang bener
Pemeriksaan dimulai dengan meletakkan transduser pada abdomen kanan
atas. Arahkan berkas ultrasound secara menyudut jika diperlukan dan atur

28

gain untuk mendapatkan gambar USG parenkim ginjal yang paling jelas
8.

Prosedur Tindakan

Teknik Skening
Ginjal kanan dapat dilihat paling jelas dengan menggunakan hepar sebagai jendela
akustik pada posisi pasien yang telentang. Skening selalu dilakukan pada keadaan
inspirasi yang dalam dan ditahan. Pasien diminta untuk menarik nafas dan
menahannya. Jangan lupa untuk meminta pasien rileks dan bernafas kembali
secara normal. Pemeriksaan USG dimulai dengan skening longitudinal pada
daerah abdomen kanan atas dan kemudian diikuti dengan skening transversal.
Selanjutnya, putar tubuh pasien ke posisi dekubitus lateral kiri untuk melihat
ginjal kanan dalam pandangan koronal.
Untuk melihat ginjal kiri, oleskan jeli pada abdomen kiri. Lakukan skening kiri
dengan urutan yang sama. Jika ginjal kiri tidak dapat dilihat karena adanya gas
yang berlebih pada usus, cobalah dengan posisi dekubitus kanan (berbaring pada
posisi kanan).
Gas dalam usus dapat pula dipindahkan jika pasien minum 3 atau 4 gelas air.
Ginjal kiri kemudian dapat dilihat melalui lambung yang berisi cairan sementara
pasien berada dalam posisi telentang.
Jika ginjal belum dapat dilihat dengan cukup jelas, lakukan skening lewat ruang
sela iga, minta pasien untuk berputar ke dalam posisi telungkup dan oleskan jeli
pada daerah renal kiri dan kanan. Lakukan skening longitudinal dan transversal
pada kedua daerah ginjal.
8.

Interprestasi

Ginjal yang normal


Hasil pengukuran yang dilakukan dengan USG umumnya lebih kecil daripada
hasil yang dilakukan dengan pemeriksaan radiologi, tetapi hasil pengukuran ini
lebih akurat. Kedua ginjal harus memiliki ukuran kurang lebih sama. pada orang
dewasa perbedaan panjang yang lebih dari 2 cm merupakan keadaan normal.
1. Panjang sampai 12 cm dan tidak kurang dari 9 cm
2. Lebar: normalnya 4-6 cm, tetapi mungkin sedikit bervariasi dengan
perubahan sudut skening
29

3. Ketebalan: sampai 3,5 cm, tetapi mungkin sedikit bervariasi dengan


perubahan sudut skening
4. Kompleks eko sentral (sinus renalis) tampak sangat ekogenik dan
normalnya menempati sekitar sepertiga ginjal. Sinus renalis mencakup
pelvis renalis, kaliks, pembuluh darah, dan lemak.
Ketika melakukan skening bagian ginjal, bagian yang harus dikenali antara lain:
1. Kapsula renalis. Bagian tampak sebagai garis yang terang tidak terputus
dan ekogenik di sekeliling ginjal
2. Korteks renalis tampak kurang ekogenik dibandingkan dengan hepar,
tetapi lebih ekogenik dari pada piramis renalis di dekatnya
3. Medula renalis. Bagian ini mengandung piramis renalis yang hipoekoik
sehingga tidak boleh dikelirukan dengan kista pada ginjal
4. Sinus renalis (lemak, sistem kolekting dan pembuluh darah pada hilus)
merupakan bagian ginjal yang paling dalam dan memiliki ekogenitas yang
paling besar
5. Ureter yang normal tidak selalu terlihat. Ureter bisa tunggal bisa multipel,
seringkali terlihat dalam proyeksi koronal.
d) MRI (magnetic resonance imaging)
1.

Definisi
MRI (magnetic resonance imaging) scan adalah tes pencitraan yang

menggunakan gelombang magnet kuat dan radio untuk menciptakan gambar


tubuh. Tidak menggunakan radiasi (sinar-x). Gambar tunggal MRI disebut slices.
Gambar dapat disimpan pada komputer atau dicetak pada film. Pada 1 kali
pemeriksaan menghasilkan puluhan atau bahkan ratusan gambar.
Memiliki MRI dengan metode pencitraan lain sering dapat membantu dokter
melakukan diagnosis. Gambar MRI dilakukan setelah pewarna khusus (kontras)
disampaikan ke dalam tubuh Anda dapat memberikan informasi tambahan
mengenai pembuluh darah. Sebuah MRA, atau magnetic resonance angiogram,
merupakan bentuk pencitraan resonansi magnetik, yang menciptakan gambar tiga
dimensi dari pembuluh darah. Hal ini sering digunakan ketika angiografi
tradisional tidak dapat dilakukan.
2.

Prinsip dasar MRI

30

Prinsip dasar MRI adalah inti atom yang bergetar dalam medan magnet. Pada
prinsip ini proton yang merupakan inti atom hidrogen dalam sel tubuh berputar
(spinning), bila atom hidrogen ini ditembak tegak lurus pada intinya dengan radio
frekuensi tinggi di dalam medan magnet secara periodik akan beresonansi, maka
proton tersebut akan bergetar / bergerak menjadi searah / sejajar. Dan bila radio
frekuensi tinggi ini dimatikan, maka proton yang bergetar tadi akan kembali ke
posisi semula dan akan menginduksi dalam satu kumparan untuk menghasilkan
sinyal elektrik yang lemah. Bila hal ini terjadi berulang-ulang dan sinyal elektrik
tersebut ditangkap kemudian diproses dalam komputer akan dapat disusun
menjadi suatu gambar.
3.

Bagaimana Test Dilaksanakan


Pasien memakai jubah rumah sakit atau pakaian tanpa resleting atau kancing

(seperti celana dan t-shirt). Beberapa jenis logam dapat menyebabkan gambar
kabur. Kemudian berbaring di atas meja yang sempit, yang slide ke sebuah
terowongan besar berbentuk scanner.
Beberapa pemeriksaan memerlukan pewarna khusus (kontras). Sebagian
besar waktu, pewarna akan diberikan melalui vena (IV) di tangan atau lengan
bawah sebelum ujian. Pewarna membantu ahli radiologi melihat daerah-daerah
tertentu yang lebih jelas.
Perangkat kecil, yang disebut gulungan, dapat ditempatkan di sekitar kepala,
lengan, atau kaki, atau daerah lain yang akan diperiksa. Ini membantu mengirim
dan menerima gelombang radio, dan membantu kualitas gambar.
Selama MRI, operator yang mengoperasikan mesin akan mengamati tampilan
pemeriksaan dari ruangan lain. Tes berlangsung sekitar 30 sampai 60 menit, tetapi
mungkin memakan waktu lebih lama.
4.

Sebelum dilakukan pemeriksaan


Anda mungkin diminta untuk tidak makan atau minum apapun selama 4

sampai 6 jam sebelum scan.


Jika

pasien

memiliki

ketakutan

terhadap

ruang

sempit

(memiliki

claustrophobia). Anda mungkin akan diberi obat untuk membantu pasien merasa

31

mengantuk dan kurang cemas, atau dokter mungkin menyarankan "terbuka" MRI,
di mana mesin tidak dekat dengan tubuh.
Karena MRI mengandung magnet yang kuat, Maka sebelum tes, memberitahu
dokter jika memiliki:
Katup jantung buatan
Klip aneurisma otak
Jantung defibrillator atau alat pacu jantung
Telinga bagian dalam (koklea) implan
Penyakit ginjal atau dialisis (mungkin tidak dapat menerima kontras)
Baru-baru ini ditempatkan sendi buatan
Stent pembuluh darah
Menggunakan gigi palsu
Benda logam yang tidak diizinkan masuk ke ruangan dengan pemindai MRI:
Barang-barang seperti perhiasan, jam tangan, kartu kredit, dan alat bantu dengar
bisa rusak. Pena, pocketknives, kacamata, Pin, jepit rambut, ritsleting logam, dan
barang-barang logam yang sama dapat mendistorsi gambar.
Pemeriksaan MRI tidak menimbulkan rasa sakit. Jika pasien mengalami
kesulitan berbaring diam atau sangat gugup, kemungkinan dokter akan diberi obat
sebagai penenang. Terlalu banyak gerakan dapat mengaburkan gambar MRI dan
menyebabkan kesalahan.
Mesin menghasilkan berdebar keras dan suara dengungan ketika dihidupkan.
Interkom memungkinkan pasien untuk berbicara dengan seseorang setiap saat.
5.

Indikasi

Indikasi MRI kepala:


Tumor
Stroke / CVD infark hemoragik atau non hemoragik
Penyakit demyelinisasi (multiple sclerosis)
Kelainan vaskularb seperti aneurisma, AVM maupun stenosis
Infeksi
Metastase

32

Indikasi MRI Jantung:


Stenosis aorta
Defek septum
Stenosis trikuspid dan mitral
Aneurisma aorta
Trombus
Kardiomiopati
Infark
Indikasi MRI hati:
Tumor padat
Sirosis
Hemosiderosis
Perlemakan
Indikasi MRI kandung empedu:
Batu kandung empedu
Indikasi MRI pankreas:
Pankreatitis akut
Pankreatitis kronik
Kista pankreas
Tumor pankreas
Indikasi MRI ginjal:
Sumbatan ureter
Fibrolipomatosis
Infeksi
Kista ginjal
Tumor
Indikasi MRI Tulang belakang:
Tumor
Infeksi
Penyakit degeneratf / HNP

33

Trauma
Metastase
Kelainan vaskular
6.

Interpretasi

Nilai normal
Sebuah hasil yang normal berarti daerah tubuh yang sedang dipelajari terlihat
normal.
Hasil Abnormal
Hasil tergantung pada bagian tubuh yang diperiksa dan sifat dari masalah.
Berbagai jenis jaringan mengirim kembali sinyal MRI yang berbeda. Misalnya,
jaringan sehat mengirim kembali sinyal yang sedikit berbeda dari jaringan kanker.
7.

Risiko

MRI tidak menggunakan radiasi pengion. Tidak ada efek samping dari medan
magnet dan gelombang radio telah dilaporkan.
Jenis yang paling umum dari kontras (dye) yang digunakan adalah gadolinium.
Hal ini sangat aman. Reaksi alergi jarang terjadi. Namun, gadolinium bisa
berbahaya bagi orang-orang dengan masalah ginjal yang berada di dialisis.
Beritahu dokter sebelum ujian jika Anda memiliki masalah ginjal.
8.

Keuntungan dari MRI, antara lain:

Tidak memakai sinar X


Tidak merusak kesehatan pada penggunaan yang tepat
Banyak pemeriksaan yang dapat dikerjakan tanpa memerluakn zat kontras
Disamping gambar informasi yang jelas, MRI juga dapat menunjukkan
parameter biologik (spektroskopi)
Gambar yang dihasilkan dapat dalam bentuk 3 dimensi (aksial, koronar dan
sagital) dan malah banyak potongan dapat dibuat hanya dalam satu waktu
(dapat membuat lebih dari 8 potongan sekaligus)
9.

Kerugian dari MRI, antara lain:


34

Alat mahal
Waktu pemeriksaan cukup lama
Pasien yang mengandung metal tidak dapat diperiksa teutama alat pemicu
jantung, sedangkan pasien dengan wire & stent ataupun pent boleh diperiksa.
10. Pemeriksaan pada pasien dengan keluhan hematuria
MRI urografi saat ini digunakan sebagai teknik pencitraan alternatif untuk
anak-anak dan wanita hamil dan pasien dengan kontraindikasi untuk kontras
iodinasi media. Pemeriksaan ini memiliki potensi untuk menjadi berguna dalam
mencari kelainan yang penting (misalnya, kanker urothelial, batu, tumor ginjal)
yang menyebabkan hematuria. MRI urografi belum banyak secara luas dalam
praktek klinis, mahal, dan belum dievaluasi untuk efektivitas, sehingga tidak dapat
direkomendasikan sebagai pemeriksaan awal.
MRI tidak umum digunakan dalam evaluasi hematuria karena biaya yang
mahal dan visualisasi terhadap batu ginjal kurang baik. MRI memberikan
gambaran struktur jaringan yang lebih baik dibandingkan CT scan, terutama pada
ginjal dan kelenjar adrenal.
MRU merupakan teknologi yang berkembang dengan potensi untuk
memberikan evaluasi noninvasi menyeluruh dari saluran kemih bagian atas dan
struktur sekitarnya tanpa menggunakan radiasi pengion (one-stop shop).
MRI telah terbukti sebanding dengan CT dalam mendeteksi massa ginjal.
Seperti CT, MRI dapat menunjukkan adanya tumor parenkim dan perinefrik
jaringan ginjal serta mendeteksi metastasis.
Kekurangan dari MRI adalah ketidakpekaan relatif untuk mendeteksi batu
saluran kemih. Dalam satu penelitian di mana MRU dibandingkan dengan CT
noncontrast, MRU lebih rendah daripada dalam mendeteksi kalkuli tetapi
terdeteksi lebih banyak tanda-tanda sekunder obstruksi. Sensitivitas MRU dalam
mendeteksi lesi urothelial juga masih belum jelas, tetapi saat ini tidak dinyatakan
setara dengan IVU atau CTU. Pemeriksaan ini juga hanya memiliki akurasi yang
moderat untuk mendeteksi karsinoma kandung kemih. Kelemahan lain dari MRI
termasuk kali yang relatif lama pencitraan, ketersediaan terbatas, biaya, kepekaan
terhadap gerak, kerentanan terhadap artefak, dan resolusi spasial yang lebih

35

rendah dibandingkan dengan CT dan radiografi konvensional.


MRU memiliki peran tertentu dalam evaluasi hidronefrosis menyakitkan pada
kehamilan. Tidak hanya dapat memberikan gambaran saluran kemih tanpa perlu
radiasi atau pemberian kontras pengion, tetapi juga dapat diandalkan membedakan
antara obstruksi fisiologis dan kalkulus.
Teknik MR urographic digunakan untuk menampilkan saluran kemih meliputi
teknik static-fluid (juga dikenal sebagai T2-weightedMR urografi) dan excretory
MRU (juga dikenal sebagai T1-weightedMR urografi).
Teknik MRU Static-fluid sangat banyak yang digunakan untuk T2-weighted
MR cholangiopancreatography dan menggunaka T2-weighted untuk menghasilkan
gambar IVU seperti pada saluran kemih.
Static-fluid MRU tidak memerlukan ekskresi bahan kontras dan karena itu
berguna untuk menunjukkan sistem pengumpulan dari terhambat, kurang ekskresi
ginjal. Ekskretoris MR urografi secara kasar analog dengan IVU dan CTU dan
menggunakan

urutan

T1-weighted

gadolinium-ditingkatkan

untuk

menggambarkan saluran kemih


Pada MR urografi, tumor ureter biasanya muncul sebagai massa yang luar
biasa yang menunjukkan peningkatan kontras, membedakan mereka dari batu.
Karsinoma sel ginjal memiliki karakteristik sinyal variabel pada T1 dan T2 dan
menunjukkan peningkatan awal setelah pemberian kontras. Pelvis ginjal tumor
urothelial biasanya isointense ke parenkim ginjal pada T1 dan T2-weighted dan
terbaik divisualisasikan sebagai sinyal rendah mengisi cacat pada berat T2-weight
atauT1-weight gambar kontras ditingkatkan.
e) Biopsi
1.

Definisi

Kombinasi fisik diagnostik dengan biopsi merupakan alat diagnostik yang efektif
dan efisiensi untuk pemeriksaan patologis mikroskopik.Pemeriksaan patologi ini
juga bermanfaat tidak hanya menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan tetapi
juga untuk menentukan prognosis. Berasal dari bahasa latin yaitu bios:hidup dan
opsi:tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan
tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.

36

Dalam melakukan biopsi maka harus memperhatikan prinsip-prinsip dari suatu


biopsi seperti representatif, daerah hemoragis-nekrosis infeksi dan hancur akibat
jepitan/penekanan harus dihindari, hindari masage dan penekanan pada tumor,
biopsi dari lesi kulit atau permukaan mukosa harus menyertakan jaringan sehat,
biopsi dengan lesi yang lebih dalam harus dihindari terjadinya implantasi sel
tumor pada jaringan sehat. Pada biopsi ulang pengambilan lesi yang sama harus
dihindari. Lokasi dan arah insisi pada biopsi harus diperhatikan supaya tidak
mempersulit prosedur selanjutnya.
2.

Macam-macam Biopsi
Biopsi tertutup : tanpa membuka kulit, bisa dikerjakan oleh disiplin nonbedah. Bahan sedikit/kurang representative, dapat ditingkatkan dengan
biopsyterbuka, contohnyaFNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-sputumdarah-ascites, dan Endoscopy.
Biopsi terbuka: dengan membuka kulit/mukosa, biasanya dikerjakan oleh
disiplin bedah, dan akan mendapatkan spesimen yang lebih representative.
Biasanya dikerjakan oleh disiplin bedah, dengan membuka kulit/mukosa.
Pemeriksaan yang dikerjakan adalah histo-patologi, dan macamnya biopsi
insisi dan biopsi eksisi.
Biopsi Insisional : yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan
dengan pisau bedah. Dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan
massa dan diambil sedikit untuk diperiksa.

Gambar 9. Teknik Biopsi Insisional

37

Biopsi Eksisional : yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai


disertai jaringan sehat di sekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah bius
umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila
massa tumor kecil dan belum ada metastase .

Gambar 10. Teknik Biopsi Eksisional


Biopsi Jarum : yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara
disedot lewat jarum.
Punch biopsy : biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode
ini dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian
ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan
mengambil jaringan kulit yang ditekan. Menggunakan anastesi lokal dan
bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.

Gambar 11. Teknik Biopsi Punch


3.

Pemeriksaan Biopsi pada Hematuria

Biopsi pada ginjal dapat membantu diagnosis dan pemilihantreatmen yang


terbaik. Metode ini direkomendasikan pada kondisi sebagai berikut:

Hematuria, yaitu adanya darah dalam urin


38

Poteinuria, yaitu adanya protein berlebih dalam urin

Kelainan fungsi gonjal, yang menyebabkan banyaknya produk sampah


pada urin.

Metode biopsi jarum ini dapat dilakukan pada kelainan ginjal termasuk pasien
dengan hematuria. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area
sekitar jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi
seperti X-ray atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa
atau lokasi yang diinginkan.

4.

Persiapan sebelum kidney biopsy

Pasien diminta untuk menandatangani informed consent yang berisi pasien telah
paham terhadap resiko akibat prosedur ini. Dokter sebaiknya mengetahui semua
obat yang digunakan oleh pasien dan alergi pasien terhadap obat tertentu. Pasien
sebaiknya menghindari penggunaan aspirin dan obat-obat pengencer darah
lainnya dalam waktu 1 sampai 2 minggu sebelum prosedur dilakukan. Beberapa
dokter menyarankan pasiennya untuk menghindari makanan dan cairan sebelum
emlakukan pemeriksaan, atau menyarankan pasien untuk makan dalam jumlah
yang secukupnya sebelum dilakukan biopsi sampel darah dan urin diambil untuk
memastikan bahwa pasien tidak memiliki kondisi yang dapat meningkatkan resiko
biopsi.
5.

Prosedur kidney byopsi

Gambar 12. Prosedur Pemeriksaan Biopsi Ginjal


Pasien diberikan sedasi ringan dan tetap terjaga local anesthetic diberikan sebelum
39

jarum dimasukkan. Pasien berbaring terlungkup dengan posisi ginjal dekat dengan
permukaan punggungnya. Pasien yang telah mengalami transplantasi ginjal
berbaring terlentang. Dokter akan memberi tanda pada area, membersihkan area
tersebut dan menginjeksikan anestesi lokal. Prosedur biopsi dilakukan dengan
manyuntikkan jarum pada kulit, dokter menempatkan jarum dengan menggunakan
x- ray atau ultrasond untuk menentukan lokasi ginjal dan mengumpulkan jaringan
ginjal tersebut. Pasien diminta untuk menahan nafas ketika dokter menggunakan
alat springloaded untuk memasukkan jarum biopsy dan mengumpulkan jaringan,
biasanya dalam waktu 30 detik atau lebih lama. Dokter mungkin membutuhkan 3
sampai 4 kali memasukkan jarum untuk mengumpulkan sejumlah sampel yang
dibutuhkan. Prosedur ini biasanya membutuhkan waktu 1 jam termasuk waktu
untuk

menempatkan

jarum

pada

ginjal,

membersihkan

area

biopsi,

menginjeksikan anestesi local dan mengumpulkan sampel cairan. Pasien yang


memiliki masalah pendarahan sebaiknya tidak melalakukan biopsi melalui kulit.
Pasien ini

mungkin dapat melakukan kidney biopsy melalui operasi dimana

operasi akan membuat goresan dan dapat melihat ginjal sehingga dapat
mengumpulkan sampel jaringan ginjal.
6. Hasil kidney biopsy
Setelah biopsi dokter akan memeriksa sampel jaringan di laboratorium
menggunakan satu atau beberapa mikroskop, mungkin menggunakan pewarna
untuk mengindentifikasi macam-macam bagian dalam jaringan. Mikroskop
electron juga digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih detail.
7. Keuntungan dan kerugian kidney byopsi
Kelebihan biopsi terbuka yaitu memperoleh spesimen yang lebih banyak untuk
diagnosa sehingga akurasi diagnosa hispatologi sangat tinggi. Dan kekurangan
biopsi terbuka antara lain: teknik biopsi lebih sulit sehingga membutuhkan tenaga
yang terlatih, biaya lebih mahal, pemrosesan membutuhkan waktu yang lebih
lama, dapat menimbulkan infeksi, jaringan parut, resiko kontaminasi ke jaringan
sekitar, kerusakan pada tulang dan pendarahan. Sedangkan sejak tahun 1990,
teknik biopsi tertutup dengan pengambilan sedikit sampel yang tidak terlalu
menimbulkan komplikasi lebih disukai. Biopsi tertutup dapat dilakukan dengan
40

teknik CNB (Core Needle Biopsy) dan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy).
Saat ini FNAB lebih disukai karena mudah dilakukan, tidak menimbulkan banyak
komplikasi dan dapat dilakukan pada pasien rawat inap maupun rawat jalan.
e) Biopsi
1.

Definisi

Kombinasi fisik diagnostik dengan biopsi merupakan alat diagnostik yang efektif
dan efisiensi untuk pemeriksaan patologis mikroskopik.Pemeriksaan patologi ini
juga bermanfaat tidak hanya menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan tetapi
juga untuk menentukan prognosis. Berasal dari bahasa latin yaitu bios:hidup dan
opsi:tampilan. Jadi secara umum biopsi adalah pengangkatan sejumlah jaringan
tubuh yang kemudian akan dikirim ke laboratorium untuk diperiksa.
Dalam melakukan biopsi maka harus memperhatikan prinsip-prinsip dari suatu
biopsi seperti representatif, daerah hemoragis-nekrosis infeksi dan hancur akibat
jepitan/penekanan harus dihindari, hindari masage dan penekanan pada tumor,
biopsi dari lesi kulit atau permukaan mukosa harus menyertakan jaringan sehat,
biopsi dengan lesi yang lebih dalam harus dihindari terjadinya implantasi sel
tumor pada jaringan sehat. Pada biopsi ulang pengambilan lesi yang sama harus
dihindari. Lokasi dan arah insisi pada biopsi harus diperhatikan supaya tidak
mempersulit prosedur selanjutnya.
2.

Macam-macam Biopsi
Biopsi tertutup : tanpa membuka kulit, bisa dikerjakan oleh disiplin nonbedah. Bahan sedikit/kurang representative, dapat ditingkatkan dengan
biopsyterbuka, contohnyaFNAB, Core Biopsy, Cairan cyste-sputumdarah-ascites, dan Endoscopy.
Biopsi terbuka: dengan membuka kulit/mukosa, biasanya dikerjakan oleh
disiplin bedah, dan akan mendapatkan spesimen yang lebih representative.
Biasanya dikerjakan oleh disiplin bedah, dengan membuka kulit/mukosa.
Pemeriksaan yang dikerjakan adalah histo-patologi, dan macamnya biopsi
insisi dan biopsi eksisi.
41

Biopsi Insisional : yaitu pengambilan sampel jaringan melalui pemotongan


dengan pisau bedah. Dengan pisau bedah, kulit disayat hingga menemukan
massa dan diambil sedikit untuk diperiksa.

Gambar 9. Teknik Biopsi Insisional


Biopsi Eksisional : yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai
disertai jaringan sehat di sekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah bius
umum atau lokal tergantung lokasi massa dan biasanya dilakukan bila
massa tumor kecil dan belum ada metastase .

Gambar 10. Teknik Biopsi Eksisional


Biopsi Jarum : yaitu pengambilan sampel jaringan atau cairan dengan cara
disedot lewat jarum.
Punch biopsy : biopsi ini biasa dilakukan pada kelainan di kulit. Metode
ini dilakukan dengan alat yang ukurannya seperti pensil yang kemudian
ditekankan pada kelainan di kulit, lalu instrument tajam di dalamnya akan
mengambil jaringan kulit yang ditekan. Menggunakan anastesi lokal dan
bila pengambilan kulit tidak besar maka tidak perlu dijahit.

42

Gambar 11. Teknik Biopsi Punch


3.

Pemeriksaan Biopsi pada Hematuria

Biopsi pada ginjal dapat membantu

diagnosis dan pemilihantreatmen yang

terbaik. Metode ini direkomendasikan pada kondisi sebagai berikut:

Hematuria, yaitu adanya darah dalam urin

Poteinuria, yaitu adanya protein berlebih dalam urin

Kelainan fungsi gonjal, yang menyebabkan banyaknya produk sampah


pada urin.

Metode biopsi jarum ini dapat dilakukan pada kelainan ginjal termasuk pasien
dengan hematuria. Biasanya cara ini dilakukan dengan bius lokal (hanya area
sekitar jarum). Bisa dilakukan secara langsung atau dibantu dengan radiologi
seperti X-ray atau USG sebagai panduan untuk membuat jarum mencapai massa
atau lokasi yang diinginkan.

4.

Persiapan sebelum kidney biopsy

Pasien diminta untuk menandatangani informed consent yang berisi pasien telah
paham terhadap resiko akibat prosedur ini. Dokter sebaiknya mengetahui semua
obat yang digunakan oleh pasien dan alergi pasien terhadap obat tertentu. Pasien
sebaiknya menghindari penggunaan aspirin dan obat-obat pengencer darah
lainnya dalam waktu 1 sampai 2 minggu sebelum prosedur dilakukan. Beberapa
dokter menyarankan pasiennya untuk menghindari makanan dan cairan sebelum
emlakukan pemeriksaan, atau menyarankan pasien untuk makan dalam jumlah
43

yang secukupnya sebelum dilakukan biopsi sampel darah dan urin diambil untuk
memastikan bahwa pasien tidak memiliki kondisi yang dapat meningkatkan resiko
biopsi.
6.

Prosedur biopsy

Gambar 12. Prosedur Pemeriksaan Biopsi Ginjal


Pasien diberikan sedasi ringan dan tetap terjaga local anesthetic diberikan sebelum
jarum dimasukkan. Pasien berbaring terlungkup dengan posisi ginjal dekat dengan
permukaan punggungnya. Pasien yang telah mengalami transplantasi ginjal
berbaring terlentang. Dokter akan memberi tanda pada area, membersihkan area
tersebut dan menginjeksikan anestesi lokal. Prosedur biopsy dilakukan dengan
manyuntikkan jarum pada kulit, dokter menempatkan jarum dengan menggunakan
x- ray ultrasone untuk menentukan lokasi ginjal dan mengumpulkan jaringan
ginjal tersebut. Pasien diminta untuk menahan nafas ketika dokter menggunakan
alat springloaded untuk memasukkan jarum biopsy dan mengumpulkan jaringan,
biasanya dalam waktu 30 detik atau lebih lama. Dokter mungkin membutuhkan 3
sampai 4 kali memasukkan jarum untuk mengumpulkan sejumlah sampel yang
dibutuhkan. Prosedur ini biasanya membutuhkan waktu 1 jam termasuk waktu
untuk

menempatkan

jarum

pada

ginjal,

membersihkan

area

biopsi,

menginjeksikan anestesi local dan mengumpulkan sampel cairan. Pasien yang


memiliki masalah pendarahan sebaiknya tidak melalakukan biopsi melalui kulit.
Pasien ini

mungkin dapat melakukan kidney biopsy melalui operasi dimana

operasi akan membuat goresan dan dapat melihat ginjal sehingga dapat
mengumpulkan sampel jaringan ginjal.
8. Hasil kidney biopsy
44

Setelah biopsy dokter akan memeriksa sampel jaringan di laboratorium


menggunakan satu atau beberapa mikroskop, mungkin menggunakan pewarna
untuk mengindentifikasi macam-macam bagian dalam jaringan. Mikroskop
electron juga digunakan untuk memperoleh hasil yang lebih detail.
9. Keuntungan dan kerugian biopsy
Kelebihan biopsi terbuka yaitu memperoleh spesimen yang lebih banyak untuk
diagnosa sehingga akurasi diagnosa hispatologi sangat tinggi. Dan kekurangan
biopsi terbuka antara lain: teknik biopsi lebih sulit sehingga membutuhkan tenaga
yang terlatih, biaya lebih mahal, pemrosesan membutuhkan waktu yang lebih
lama, dapat menimbulkan infeksi, jaringan parut, resiko kontaminasi ke jaringan
sekitar, kerusakan pada tulang dan pendarahan. Sedangkan sejak tahun 1990,
teknik biopsi tertutup dengan pengambilan sedikit sampel yang tidak terlalu
menimbulkan komplikasi lebih disukai. Biopsi tertutup dapat dilakukan dengan
teknik CNB (Core Needle Biopsy) dan FNAB (Fine Needle Aspiration Biopsy).
Saat ini FNAB lebih disukai karena mudah dilakukan, tidak menimbulkan banyak
komplikasi dan dapat dilakukan pada pasien rawat inap maupun rawat jalan

4.

Pemeriksaan Sistoskopi

1.

Definisi
Suatu pemeriksaan yang mana alat ini dimasukkan sepanjang uratra untuk

memeriksa kandung kemih dan traktus urinarius untuk melihat adanya suatu
abnormalitas struktural atau obstruksi , seperti tumor atau batu. Contoh jaringan
kandung kemih (biopsi) dapat diambil melalui sistoskop untuk kemudian
diperiksa dengan menggunakan mikroskop.

45

Gambar 13. Pemeriksaan Cytoscopy

Gambar 14. Alat Cytoscopy

2.

Indikasi

Sistoskopi diindikasikan untuk gejala-gejala seperti berikut :


Infeksi saluran kemih
46

Darah yang terkandung dalam urin (hematuria).


Inkontinensia urin.
Sering buang air kecil.
Kesulitan buang air kecil.

3.

Kontraindikasi

Sistoskopi dikontraindikasikan untuk gejala-gejala sebagai berikut :


Tumor.
Kencing batu.
Peradangan.
Kista.
Dinding kandung kemih stres (Divertikulum).
Luka terbuka (bisul).
Polip.
Penyempitan uretra.
Pembesaran prostat (pada pria).

Sistokopi mempunyai beberapa kerugian yang dapat timbul saat proses


pelaksanaan sehingga hal ini dapat menjadi resiko saat melakukan pemeriksaan
menggunakan

sistoskopi.

Resiko-resiko

tersebut

adalah

seperti

Infeksi,

pendarahan dan kerusakan akibat kecelakaan pada dinding kandung kemih namun
kejadian ini sangat jarang.

47

DAFTAR PUSTAKA
Albani JM, Ciaschini MW, Streem SB, Herts BR, Angermeier KW. The role of
computerized tomographic urography in the initial evaluation of
hematuria. J Urol. 2007;177(2):644-648.
Aziz MF, Witjaksono J, Rasjidi HI, 2008, PanduanPelaksaan Medik: Model
Interdisiplin Penata Lasanaan Kanker Serviks dengan Gangguan Ginjal,
Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bernard M. Karnath, Gabriel Rodriguez, Roxana Narat, april 2007, evaluatin of
hematuria, Review of Cli nical Sign, Karnathetal: Evaluationof
Hematuria:pp.20 26, 62
Bethesda, MD, 2012, National Kidney and Urologic Diseases Information
Clearinghouse, U.S. Department Of Health And Human Services National
Institutes of Health NIH Publication No. 124559
Brake M, Field S, 2011, DOCTOR ITS RED An Approach to Hematuria in the
ED, Dalhouse university inspiring minds, The Canadian Journal Of
Diagnosis
Choyke PI, 2008, Radiologic Evaluation of Hematuria: Guidelines from the
American College of Radiologys Appropriatness Criteria, American
Family Physician 3 (78):347-352.
Cicco MF et all, 2013, Management of bilateral idiopathic renal hematuria in a
dog with silver nitrate, Department of Clinical Sciences, College of
Veterinary Medicine Veterinary Health Complex, North Carolina State
University CVJ / VOL 54
Concejo AT, 2013, Isolated Gross Hematuria or Associated to Acute Retention of
Urine as a Sign of Urologic Malignant Pathology, Journal of Health
Science 2 (2014) 56-61
Davey P, 2005, At a Galance Medicine, Erlangga, Jakarta, 27
Dugdale DC, 2012, MRI, (online)
[http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003335.htm, diakses 13
Maret 2015]
Dulai M, Chou S, 2013, Hematuria: Nephrological or UrologicalA Practical
Approach, Presented at the 36th Annual Family Practice Review and
Update Course at the University of Calgary in Calgary, Alberta on
November 21, 2011

48

Dyer RB, Chen MYM, Zagoria RJ, 2001, Intravenous Urography: Technique and
Interpretation, RadioGraphics 21 (4) :799824
Emanuel Rubin, Essential of Pathology, Lippincot William & Wikins , 2006
Fine A, 2002, Defining and Diagnosing Hematuria, The Canadian Journal of
CME
Gattineni J, 2012, Highlights for theManagement of a Child with Proteinuria and
Hematuria, Hindawi Publishing Corporation International Journal of Pediatrics
Volume 2012, Article ID 768142, 7 pages doi:10.1155/2012/768142
Grossfeld GD et all, 2001, Asymptomatic Microscopic Hematuria in Adults:
Summary of the AUA Best Practice Policy Recommendations, American
Family Physician, Volume 63, Number 6
Hematuria blood in the urine AUA (American Urological Association)
Hematuria blood in the urine NIDDK (National Institute of Diabetes and
Digestive and Kidney Disease)
Hematuria, 2012, National Medical Student Curriculum, AUA
Islam AA, Islam Z, 2013, Intravenous Urography and Contrast Study of Lower
Urinary Tract, In Principles and Practice of Urology, Jaypee Brother
Medical Publisher,
Bangladesh, Chapter 5, 64-65
Lusic H, Grinstaff MW, 2013, X-Ray Computed Tomography Contrast Agents,
Chem Rev. 13; 113(3): . doi:10.1021/cr200358s.
Manuaba IBG, Manuaba IAC, dan Manuaba IBGF, 2007, Pengantar Kuliah
Obstetri, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Mcdonald MM, Swagerty D, Wetzel L, 2006, Assessment of Microscopic
Hematuria in Adults, American Family Physician, Volume 73, Number 10
Microscopic Hematuria (Persistent) Effective, Guidelines and Protocols Advisory
Committee Date: April 22, 2009
Microscopic Hematuria (Persistent), 2009, Guideline and Protocols
Miki T, Nakao M, 2004, Occult Hematuria Detected on Health Screening, Journal
of the Japan Medical Association (Vol. 128, No. 5, 2002, pages 767771).
National Medical Student Curriculum, 2012, Hematuria, American Urogenical
Association Education And Research, Inc.
Neville Woolf , Pathology Basic and Sistemic , Saunders ,2004
49

New FIGO Staging, www.medscape.com/viewarticle, 2009


Patel JV, Chambers CV, Gomella LG, 2008, Hematurian: etiology and elavuation
for the primary care physician, The Canadian Journal of Urology 15
(Supplement 1): 54-62.
Pearle MS, Goldfarb DS, Assimos DG, Curhan G, Denu-Ciocca CJ, MD; Matlaga
BR, Monga M, Penniston KL, Preminger GM, Turk TMT, White JR,
2014, Medical
Management of Kidney Stone: AUA Guideline,
American Urological Association,
1-21
Pedoman diagnosis dan terapi, SMF urologi laboratorium ilmu bedah, RSU Dr.
Saiful Anwar/fakultas kedokteran universitas brawijaya malang, 2010.
Radiological Society of North America (RSNA), Intravenous Pyelogram (IVP).
15 Maret 2015. http://www.radiologyinfo.org/en/pdf/ivp.pdf
Taguchi K, 2013, Vision 20/20: Single photon counting x-ray detectors in medical
imaging, DxRay, Inc., Northridge, California 91324
The State of Queensland (Queensland Health), 2011, Consent Information Patient Copy IVP- Intravenous Pyelogram.
Underwood, Patologi Umum dan Sistematik, EGC, 2004

50

Você também pode gostar