Você está na página 1de 12

Apa itu Demensia?

Demensia adalah satu penyakit yang melibatkan sel-sel otak yang mati secara abnormal. Ianya satu
terminologi yang digunakan untuk menerangkan penyakit otak degeneratif yang progresif. Daya ingatan,
pemikiran, tingkah laku dan emosi terjejas bila mengalami demensia. Penyakit ini boleh dialami oleh semua
orang dari berbagai latarbelakang pendidikan mahupun kebudayaan. Walaupun tidak terdapat sebarang
rawatan untuk demensia, namun rawatan untuk menangani gejala-gejala boleh diperolehi.

Symptoms of Dementia
Setiap orang akan mengalami demensia dalam cara yang tersendiri. Gejala-gejala termasuklah:

Terlupa tarikh-tarikh
Selalu tersalah simpan barang-barang
Mengulangi soalan
Kerap lupa untuk tutup dapur gas atau paip air
Susah memikirkan perkataan-perkataan yang sesuai bila menerangkan sesuatu
Sukar melakukan kerja-kerja yang sebelum ini dianggap rutin biasa
Sesat dalam persekitaran yang dikenali dahulunya
Menghadapi masalah memandu
Menghadapi masalah membuat keputusan kewangan
Perubahan angin (perasaan) termasuk keresahan dan kemurungan
Perubahan personaliti seperti peradaban yang kurang sesuai dalam situasi-situasi sosial

Pada peringkat awal, adalah sukar untuk memastikan sama ada terdapat sesuatu yang tidak kena. Adalah satu
kebiasaan bagi orang-orang yang terjejas oleh penyakit Alzheimer (salah satu daripada sebab-sebab demensia) untuk
menafikan yang mereka sedang menghadapi masalah. Ahli-ahli keluarga mungkin akan mengesyaki ada sesuatu
yang tidak kena. Adalah penting untuk mendapatkan bantuan secepat yang mungkin kerana perubatan boleh
membawa kesan yang lebih baik sekiranya dapat dilaksanakan pada peringkat awal.
Pada peringkat pertengahan, penyeliaan ke atas aktiviti harian yang tertentu diperlukan. Perubahan angin personaliti
mungkin akan menjadi lebih ketara dan bermasalah. Sebagai contohn, mereka mungkin akan menjadi lebih resah di
tengah malam atau akan merayau-rayau dan sesat. Atau mereka akan kehilangan rasa malu mereka, akan berani
menanggalkan pakaian di khalayak ramai atau cuba menjalin hubungan seks sumbang.
Pada peringkat yang lanjut, penyakit ini disusuli dengan kemerosotan kognitif yang teruk. Orang yang terjejas akan
menjadi acuh tak acuh, keliru dan tidak dapat mengemudi diri dalam rumah sendiri. Orang tersebut juga akan susah
mengawal hawa nafsu dan kehilangan pertuturan yang boleh difahami. Akhirnya pada peringkat lanjut ini, mereka
yang terjejas tidak dapat menjaga diri sendiri dan akan perlu bantuan dalam semua aspek aktiviti harian.

Apakah sebab-sebab Demensia?


Terdapat beberapa penyakit yang menyebabkangejala-gejala demensia. Kesemuanya menyebabkan kematian sel
otak. Terdapat banyak faktor yang mungkin menyebabkan kesan terhadap risiko pembentukan demensia. Ini termasuk
faktor umur, gen, alkohol dan kecederaan di kepala. Dua jenis sebab utama yang menyebabkan demensia adalah
penyakit Alzheimer dan demensia vaskular.

Demensia pada Usia Muda dan Produktif


Sudah menjadi pendapat umum bahwa demensia hanya terjadi pada lanjut usia (Lansia), namun
kenyataannya demensia dapat terjadi pada siapa saja dan pada berbagai tingkat usia.

Menjadi pikun dan renta bisa dikatakan sebagai bagian dari proses penuaan yang menjadi siklus hidup
setiap manusia. Fenomena pikun dan renta yang dialami oleh orang lanjut usia menjadi hal yang
dimaklumi dan biasa bagi kita semua. Walaupun dapat kita temui Lansia yang tidak mengalami gangguan
memori, fenomena pikun ini sangat luas terjadi pada Lansia.
Fenomena pikun pada usia muda dan produktif merupakan hal yang sangat menakutkan bagi kita
semua. Proses ini berawal dari hal-hal kecil yang terlupakan dari jadwal harian yang berantakan, kondisi
fisik yang menurun sampai akhirnya tidak sanggup lagi bekerja dan harus menghabiskan waktu dirumah.
Pengertian
Makna inti dari demensia pada usia muda (young onset dementia) dan demensia pada usia produktif
(working onset dementia) adalah timbulnya gejala demensia berupa penurunan kognitif dan memori pada
orang dengan usia dibawah 65 tahun.
Pemerintah Inggris menyatakan bahwa saat ini di Inggris terdapat kurang lebih 18.000 penderita
demensia dengan usia di bawah 65 tahun. Data menunjukan adanya peningkatan angka demensia pada
usia muda. Ditemukan kasus demensia pada usia 30-an, 40-an, dan 50 tahun bahkan beberapa pada
usia di bawah 10 tahun.
Satu pertiga dari total penyebab demensia ini adalah penyakit Alzheimer. Penyebab lain di antaranya
adalah penyakit vaskuler, penyakit Parkinson, penyakit Pick's, sindrom korsakoff (karena konsumsi
alkohol yang berlebihan), penyakit Huntington, dan penyakit multiple sclerosis. Pada anak-anak
demensia terjadi karena penyakit genetik yang salah satu gejala utamanya adalah kerusakan kognitif,
contohnya sindrom down.
Karakteristik Penderita
Berikut ini adalah karakteristik khusus dari penderita demensia pada usia muda dan produktif. Pada
umumnya mereka masih aktif bekerja saat diagnosis dinyatakan dan masih memiliki tanggung jawab atas
anak dan keluarga. Secara fisik mereka adalah orang yang fit dan aktif. Jarangnya kasus demensia pada
tingkat usia ini membuat mereka tidak bisa menerima mengapa demensia harus mereka derita.
Renta bukanlah karakteristik penderita demensia pada usia muda, justru kebalikannya, pada beberapa
orang, demensia terjadi saat mereka merasa pada puncak kehidupannya. Pada saat itu pekerjaan dan
penghasilan mereka sangat besar dibandingkan tahapan usia sebelumnya. Di kantor mereka berada
pada posisi middle bahkan top manager yang dipandang oleh semua orang. Di lingkungan keluarga pun
mereka menjadi figur yang dibanggakan oleh istri dan anak-anaknya. Karakteristik inilah yang menjadikan
demensia pada usia muda dan produktif menjadi lebih berat dan membutuhkan perawatan yang lebih
kompleks.
Tanda dan Gejala
Menurunnya daya ingat adalah tanda penting dari demensia. Pada kondisi normal kita terkadang lupa
meletakkan kunci ataupun kacamata, namun segera dapat kita temukan kembali tanpa respon yang
berlebihan. Pada penderita demensia, kasus "lupa" ini menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas.
Ketika seorang demensia kehilangan kunci, kacamata atau dompet maka respon yang muncul dapat
berupa panik berlebihan, menyalahkan orang lain telah mengambilnya atau memindahkan barang
tersebut. Ketika benda-benda yang dicari dapat ditemukan, mungkin saja respon yang muncul berikutnya
adalah mereka tidak mengerti apa kegunaan kunci, kacamata dan dompet itu, mereka kadang terlupa
untuk apa mereka memerlukan benda-benda itu.
Penderita demensia pada usia muda yang masih aktif bekerja seringkali melakukan kesalahan dalam
jadwal kerja. Sekalipun tertulis dalam agenda, mereka dapat saja tidak hadir pada sebuah meeting
karena terlupa akan jadwal tersebut. Hal ini sangat mempengaruhi performance kerja, dan bahan
pembicaraan teman sekantor.

Gangguan orientasi waktu dan tempat seringkali dialami oleh penderita demensia. Penderita demensia
pada usia muda merasa mereka masih mampu melakukan segala hal, didukung fisik yang kuat, mereka
sering kali tidak menghiraukan gejala demensia ini. Mengemudi mobil adalah sebuah kebiasaan yang
telah mereka lakukan selama bertahun-tahun, mereka tidak pernah mengalami kecelakaan ataupun halhal lain yang membahayakan. Ketika demensia terjadi mereka dapat dengan tiba-tiba terlupa kemana
mereka akan pergi dan sedang berada dimana saat itu, terkadang mereka tersesat di jalan yang setiap
harinya mereka lalui. Hal ini tentu sangat berbahaya mengingat mereka sedang mengemudi mobil di jalan
raya yang ramai.
Ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk
sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkali-kali juga adalah tanda dari demensia.
Penurunan kemampuan berbahasa ini sangat berpengaruh pada pekerjaan yang banyak menuntut
komunikasi dengan orang lain, salah paham sering kali terjadi akibat penggunaan kata yang kurang
tepat.
Ekspresi yang berlebihan juga ditunjukkan oleh orang dengan demensia. Mereka akan menangis
berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, begitu pula akan marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain. Penderitapun kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut muncul
seperti: rasa takut dan gugup yang tidak jelas penyebabnya.
Demikian berat apa yang dialami oleh penderita demensia, terutama pada usia yang masih muda dan
produktif untuk bekerja. Perjalanan penyakit ini sangatlah lambat dan kadang tidak dirasakan baik oleh
penderita maupun orang-orang di sekitarnya. Dampak demensia tidak hanya akan mengenai pada
penderita seorang saja, melainkan keluarga dan orang-orang terdekat juga akan merasakannya.
Kenalilah tanda dan gejala demensia sejak awal dan jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan ke
Rumah Sakit (RS). Serangkaian test akan dilakukan untuk mendiagnosa anda.
Berat sekali menerima kenyataan bahwa kita atau orang yang kita kenal dan sayangi terkena penyakit ini.
Namun menyerah begitu saja bukan pula menjadi sebuah solusi. Sedari dini mengetahui penyakit dan
melakukan perawatan yang tepat dapat memperlambat proses kerusakan otak yang dialami oleh
penderita demensia.
Berbagai hal masih dapat disiasati agar kehidupan sosial para penderita demensia ini tidak berhenti
seiring dengan vonis demensia yang diderita. Dimulai dengan membuat catatan detail aktivitas seharihari, meletakkan barang selalu pada tempatnya, memberikan petunjuk penggunaan pada setiap barang
dan menggunakan tanda pengenal ketika akan pergi jauh tanpa teman. Hal-hal yang telah disebutkan
tadi dapat dilakukan dengan dukungan penuh dari seluruh keluarga. Pengertian harus diberikan sejak
awal kepada keluarga terutama anak-anak, sehingga kebersamaan dalam menghadapai kenyataan
demensia akan lebih ringan bagi penderita.
Keluarga sebagai support terpenting bagi penderita demensia akan dapat lebih berempati dengan
mempelajari lebih dalam tentang demensia. Berusaha untuk selalu tetap tenang dan sabar dalam
menghadapi penderita, mencurahkan kasih sayang dan berusaha memahami apa yang dirasakan
penderita dapat sangat membantu dalam perawatan penderita demensia. Perlakukan penderita
demensia sebagaimana biasa, tetap hormati dan usahakan untuk tidak berdebat dengan penderita. Bantu
mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami penurunan. Jelaskan
kondisi penderita pada setiap tamu atau teman yang datang agar mereka dapat ikut mendukung
perawatan penderita.
Pencegahan
Sampai dengan saat ini demensia belum dapat disembuhkan, pengobatan dan perawatan yang dilakukan
bertujuan untuk mengurangi tanda dan gejala serta mengoptimalkan kemampuan yang masih dimiliki, hal
ini diharapakan dapat menurunkan laju kerusakan otak yang dialami penderita demensia.

Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah dengan
menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak. Secara teknis dua hal diatas
dapat kita lakukan dengan mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alcohol
dan zat adiktif yang berlebihan kedalam system tubuh kita.
Mengoptimalkan fungsi otak dengan membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya
dilakukan setiap hari. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif salah satunya
dapat dengan memperdalam ilmu agama. Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap
relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat.

Pengertian Demensia
Demensia dapat diartikan sebagai gangguan kognitif dan memori yang dapat mempengaruhi aktifitas
sehari-hari. Penderita demensia seringkali menunjukkan beberapa gangguan dan perubahan pada
tingkah laku harian (behavioral symptom) yang mengganggu (disruptive) ataupun tidak menganggu (nondisruptive) (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E. 1998). Grayson (2004) menyebutkan bahwa demensia
bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang disebabkan beberapa penyakit atau
kondisi tertentu sehingga terjadi perubahan kepribadian dan tingkah laku.
Disebutkan dalam sebuah literatur bahwa penyakit yang dapat menyebabkan timbulnya gejala demensia
ada sejumlah tujuh puluh lima. Beberapa penyakit dapat disembuhkan sementara sebagian besar tidak
dapat disembuhkan (Mace, N.L. & Rabins, P.V. 2006). Sebagian besar peneliti dalam risetnya sepakat
bahwa penyebab utama dari gejala demensia adalah penyakit Alzheimer, penyakit vascular (pembuluh
darah), demensia Lewy body, demensia frontotemporal dan sepuluh persen diantaranya disebabkan oleh
penyakit lain.
Lima puluh sampai enam puluh persen penyebab demensia adalah penyakit Alzheimer. Alzhaimer adalah
kondisi dimana sel syaraf pada otak mati sehingga membuat signal dari otak tidak dapat di transmisikan
sebagaimana mestinya (Grayson, C. 2004). Penderita Alzheimer mengalami gangguan memori,
kemampuan membuat keputusan dan juga penurunan proses berpikir.
Gejala Demensia
Hal yang menarik dari gejala penderita demensia adalah adannya perubahan kepribadian dan tingkah
laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Penderita yang dimaksudkan dalam tulisan ini adalah
Lansia dengan usia enam puluh lima tahun keatas. Lansia penderita demensia tidak memperlihatkan
gejala yang menonjol pada tahap awal, mereka sebagaimana Lansia pada umumnya mengalami proses
penuaan dan degeneratif. Kejanggalan awal dirasakan oleh penderita itu sendiri, mereka sulit mengingat
nama cucu mereka atau lupa meletakkan suatu barang.
Mereka sering kali menutup-nutupi hal tersebut dan meyakinkan diri sendiri bahwa itu adalah hal yang
biasa pada usia mereka. Kejanggalan berikutnya mulai dirasakan oleh orang-orang terdekat yang tinggal
bersama, mereka merasa khawatir terhadap penurunan daya ingat yang semakin menjadi, namun sekali
lagi keluarga merasa bahwa mungkin Lansia kelelahan dan perlu lebih banyak istirahat. Mereka belum
mencurigai adanya sebuah masalah besar di balik penurunan daya ingat yang dialami oleh orang tua
mereka.
Gejala demensia berikutnya yang muncul biasanya berupa depresi pada Lansia, mereka menjaga jarak
dengan lingkungan dan lebih sensitif. Kondisi seperti ini dapat saja diikuti oleh munculnya penyakit lain
dan biasanya akan memperparah kondisi Lansia. Pada saat ini mungkin saja Lansia menjadi sangat
ketakutan bahkan sampai berhalusinasi. Di sinilah keluarga membawa Lansia penderita demensia ke
rumah sakit di mana demensia bukanlah menjadi hal utama fokus pemeriksaan.
Seringkali demensia luput dari pemeriksaan dan tidak terkaji oleh tim kesehatan. Tidak semua tenaga
kesehatan memiliki kemampuan untuk dapat mengkaji dan mengenali gejala demensia. Mengkaji dan

mendiagnosa demensia bukanlah hal yang mudah dan cepat, perlu waktu yang panjang sebelum
memastikan seseorang positif menderita demensia. Setidaknya ada lima jenis pemeriksaan penting yang
harus dilakukan, mulai dari pengkajian latar belakang individu, pemeriksaan fisik, pengkajian syaraf,
pengkajian status mental dan sebagai penunjang perlu dilakukan juga tes laboratorium.

Pada tahap lanjut demensia memunculkan perubahan tingkah laku yang semakin
mengkhawatirkan, sehingga perlu sekali bagi keluarga memahami dengan baik perubahan
tingkah laku yang dialami oleh Lansia penderita demensia. Pemahaman perubahan tingkah laku
pada demensia dapat memunculkan sikap empati yang sangat dibutuhkan oleh para anggota
keluarga yang harus dengan sabar merawat mereka. Perubahan tingkah laku (Behavioral symptom)
yang dapat terjadi pada Lansia penderita demensia di antaranya adalah delusi, halusinasi,
depresi, kerusakan fungsi tubuh, cemas, disorientasi spasial, ketidakmampuan melakukan
tindakan yang berarti, tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, melawan,
marah, agitasi, apatis, dan kabur dari tempat tinggal (Volicer, L., Hurley, A.C., Mahoney, E.
1998)
Peran Keluarga
Keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam perawatan lansia penderita demensia yang tinggal di
rumah. Hidup bersama dengan penderita demensia bukan hal yang mudah, tapi perlu kesiapan khusus
baik secara mental maupun lingkungan sekitar. Pada tahap awal demensia penderita dapat secara aktif
dilibatkan dalam proses perawatan dirinya. Membuat catatan kegiatan sehari-hari dan minum obat secara
teratur. Ini sangat membantu dalam menekan laju kemunduran kognitif yang akan dialami penderita
demensia.
Keluarga tidak berarti harus membantu semua kebutuhan harian Lansia, sehingga Lansia cenderung
diam dan bergantung pada lingkungan. Seluruh anggota keluargapun diharapkan aktif dalam membantu
Lansia agar dapat seoptimal mungkin melakukan aktifitas sehari-harinya secara mandiri dengan aman.
Melakukan aktivitas sehari-hari secara rutin sebagaimana pada umumnya Lansia tanpa demensia dapat
mengurangi depresi yang dialami Lansia penderita demensia.
Merawat penderita dengan demensia memang penuh dengan dilema, walaupun setiap hari selama
hampir 24 jam kita mengurus mereka, mungkin mereka tidak akan pernah mengenal dan mengingat
siapa kita, bahkan tidak ada ucapan terima kasih setelah apa yang kita lakukan untuk mereka. Kesabaran
adalah sebuah tuntutan dalam merawat anggota keluarga yang menderita demensia. Tanamkanlah
dalam hati bahwa penderita demensia tidak mengetahui apa yang terjadi pada dirinya. Merekapun
berusaha dengan keras untuk melawan gejala yang muncul akibat demensia. Saling menguatkan
sesama anggota keluarga dan selalu meluangkan waktu untuk diri sendiri beristirahat dan bersosialisasi
dengan teman-teman lain dapat menghindarkan stress yang dapat dialami oleh anggota keluarga yang
merawat Lansia dengan demensia.
Tingkah Laku Lansia
Pada suatu waktu Lansia dengan demensia dapat terbangun dari tidur malamnya dan panik karena tidak
mengetahui berada di mana, berteriak-teriak dan sulit untuk ditenangkan. Untuk mangatasi hal ini
keluarga perlu membuat Lansia rileks dan aman. Yakinkan bahwa mereka berada di tempat yang aman
dan bersama dengan orang-orang yang menyayanginya. Duduklah bersama dalam jarak yang dekat,
genggam tangan Lansia, tunjukkan sikap dewasa dan menenangkan. Berikan minuman hangat untuk
menenangkan dan bantu lansia untuk tidur kembali.
Lansia dengan demensia melakukan sesuatu yang kadang mereka sendiri tidak memahaminya. Tindakan
tersebut dapat saja membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka dapat saja menyalakan
kompor dan meninggalkannya begitu saja. Mereka juga merasa mampu mengemudikan kendaraan dan
tersesat atau mungkin mengalami kecelakaan. Memakai pakaian yang tidak sesuai kondisi atau
menggunakan pakaian berlapis-lapis pada suhu yang panas.

Seperti layaknya anak kecil terkadang Lansia dengan demensia bertanya sesuatu yang sama berulang
kali walaupun sudah kita jawab, tapi terus saja pertanyaan yang sama disampaikan. Menciptakan
lingkungan yang aman seperti tidak menaruh benda tajam sembarang tempat, menaruh kunci kendaraan
ditempat yang tidak diketahui oleh Lansia, memberikan pengaman tambahan pada pintu dan jendela
untuk menghindari Lansia kabur adalah hal yang dapat dilakukan keluarga yang merawat Lansia dengan
demensia di rumahnya.
Kesimpulan
Demensia adalah kumpulan gejala yang ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood dan
tingkah laku sehingga mempengaruhi aktivitas sehari-hari penderitanya. Kondisi penderita demensia
secara perlahan mengalami kemunduran yang tidak dapat dihindarkan. Memahami kondisi penderita dan
merawat dengan sabar adalah peran penting keluarga yang salah satu anggotanya menderita demensia.

Demensia, Bila Lupa Menjadi Hal Yang Biasa


Menjadi pikun dan renta adalah hal pertama yang kita bayangkan saat kita memasuki lanjut usia.
Penurunan daya ingat yang dialami oleh orang lanjut usia menjadi hal yang dimaklumi dan biasa bagi
kita semua. Namun sudah tidak biasa lagi bila penurunan daya ingatnya bersifat progresif.
Pengertian Demensia
Demensia adalah penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan, dimana
terjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan kemampuan untuk memusatkan perhatian, dan bisa
terjadi kemunduran kepribadian.
Sepertiga dari total penyebab demensia ini adalah penyakit Alzheimer. Penyebab lain di antaranya
adalah penyakit vaskuler, penyakit Parkinson, penyakit Pick's, sindrom korsakoff (karena konsumsi
alkohol yang berlebihan), penyakit Huntington, dan penyakit multiple sclerosis..
Demensia biasanya terjadi secara perlahan dan menyerang usia di atas 60 tahun, namun bisa saja
terjadi pada usia muda dan produktif, jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon
monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan dengan
bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan hilangnya beberapa ingatan
(terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal
ini tidak mempengaruhi fungsi. Demensia merupakan penurunan kemampuan mental yang lebih
serius, yang makin lama makin parah. Pada penuaan normal, seseorang bisa lupa akan hal-hal yang
detil, tetapi penderita demensia bisa lupa akan keseluruhan peristiwa yang baru saja terjadi.
Tanda dan Gejala Demensia
1.
2.
3.
4.

5.

Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, "lupa" menjadi bagian
keseharian yang tidak bisa lepas.
Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat
penderita demensia berada
Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan
kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mengulang kata atau cerita yang sama berkalikali
Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat melihat sebuah drama televisi,
marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak
beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan-perasaan tersebut
muncul.
Adanya perubahan perilaku, seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah

Pencegahan & Perawatan Demensia


Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah
menjaga ketajaman daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak,
seperti :
1.
2.
3.

4.

Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif
yang berlebihan
Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari.
Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif
o Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.
o Tetap berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki
persamaan minat atau hobi
Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan seharihari dapat membuat otak kita tetap sehat.

Kenalilah tanda dan gejala demensia sejak dini! Segera periksakan ke dokter untuk segera ditangani.
Dampak demensia tidak hanya terhadap penderita seorang saja, melainkan keluarga dan orang-orang
terdekat juga.
Dukungan keluarga penting bagi penderita demensia. Berikut dukungan yang bisa Anda berikan untuk
membantu penderita Demensia:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pelajari lebih dalam tentang demensia.


Curahkan kasih sayang dan berusaha untuk tenang dan sabar dalam menghadapi penderita.
Berusaha memahami apa yang dirasakan penderita.
Perlakukan penderita demensia sebagaimana biasa, tetap hormati dan usahakan untuk tidak
berdebat dengan penderita.
Bantu penderita dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami
penurunan. Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa
memberikan rasa keteraturan kepada penderita.
Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap memiliki orientasi.
Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar atau
radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki orientasi.
Menyembunyikan kunci mobil dan memasang detektor pada pintu bisa membantu mencegah
terjadinya kecelekaan pada penderita yang senang berjalan-jalan.
Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan, akan sangat
membantu

PENINGKATAN angka kejadian dan prevalensi kasus demensia mengikuti meningkatnya usia seseorang. Dan
menurut lebih dari 50 % kasus demensia tergolong pada demensia tipe Alzheimer (AD). Setelah lewat usia 60
tahun, prevalensi dari demensia Alzheimer berlipat dua setiap kenaikan 5 tahun usia.
Dengan meningkatnya usia harapan hidup suatu populasi diperkirakan akan meningkat pula prevalensi
demensia di seluruh dunia, diperkirakan lebih dari 30 juta penduduk menderita demensia dengan berbagai
sebab. Di Indonesia sendiri, menurut data profil kesehatan yang dilaporkan oleh Departemen Kesehatan tahun
1998, terdapat 7,2 % populasi usia lanjut 60 tahun ke atas, memang belum ada data pasti tentang prevalensi
kasus demensia.

GEJALA KLINIS DEMENSIA/PIKUN


Tipe demensia ini sendiri ada 2 yang paling banyak ditemukan, yaitu tipe Alzheimer dan Vaskuler.
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia akibat gangguan neuro degenaratif

(penuaan saraf) yang berlangsung progresif lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian
sel-sel otak yang massif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun waktu 30
tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang menyebabkan penderita tidak mampu
menyebut kata yang benar, berlanjut dengan kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu
menggunakan barang-barang sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif
sehingga timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang mencuri barangnya),
halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau), depresi, gangguan tidur, nafsu makan
dan gangguan aktifitas psikomotor, berkelana.

Demensia Alzheimer ini terbagi atas 3 stadium kalau stadium I, berlangsung 2-4 tahun disebut stadium
amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun. Fungsi memori yang
terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang dialami. Sedangkan stadium IIberlangsung selama 2-10
tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi, gangguan bahasa (afasia), penderita
mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan kegiatan
sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga
mengulanginya lagi. Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di
lingkungannya, depresi berat prevalensinya 15-20%. Dan untuk Stadium III stadium ini dicapai setelah
penyakit berlangsung 6-12 tahun. Penderita menjadi vegetatif, tidak bergerak dan membisu, daya intelektual
serta memori memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri, tidak bisa mengendalikan buang air
besar/ kecil, kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain dna kematian terjadi akibat infeksi atau
trauma.
Untuk gejala klinisdemensia tipe Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. Dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,. Depresi bisa disebabkan karena lesi
tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia
vaskuler. Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskuler daripada Alzheimer. Hal ini disebabkan
karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Berikut rincian penyebab Demensia:

A. Kelainan sebagai penyebab Demensia :


1. penyakit degenaratif
2. penyakit serebrovaskuler
3. keadaan anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung, intioksi CO
4. trauma otak
5. infeksi (Aids, ensefalitis, sifilis)
6. Hidrosefaulus normotensif
7. Tumor primer atau metastasis
8. Autoimun, vaskulitis
9. Multiple sclerosis
10. Toksik
11. kelainan lain : Epilepsi, stress mental, heat stroke, whipple disease
B. Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensia
1. Gangguan psiatrik :
Depresi
Anxietas


2.

Psikosis
Obat-obatan :
Psikofarmaka
Antiaritmia
Antihipertensi

3.

4.

Antikonvulsan
Digitalis
Gangguan nutrisi :
Defisiensi B6 (Pelagra)
Defisiensi B12
Defisiensi asam folat
Marchiava-bignami disease
Gangguan metabolisme :
Hiper/hipotiroidi
Hiperkalsemia
Hiper/hiponatremia
Hiopoglikemi
Hiperlipidemia
Hipercapnia
Gagal ginjal
Sindromk Cushing
Addisons disesse
Hippotituitaria
Efek remote penyakit kanker

demensia adalah sindrom klinik penurunan fungsi intelektual akibat penyakit di otak.
Sindrom ini ditandai oleh gangguan kognitif, emosional dan psikomotor yang menyebabkan
penderita tak mampu mengikuti aktifitas sosial dan mengurus diri sendiri.Gangguan
kognitif pada demensia menyebabkan perubahan tingkah laku yang sederhana pada
demensia tingkat ringan, sampai perubahan tingkah laku yang sangat mengganggu dan
melelahkan fisik dan psikis bagi yang merawat.
Pada negara-negara maju terjadi perubahan dramatik demografi penduduknya, yaitu
meningkatnya populasi usia lanjut. Populasi usia diatas 65 tahun di Amerika Serikat diduga
meningkat dari 33,5 juta pada tahun 1995 menjadi 39,4 juta pada tahun 2010 dan
diperkirakan menjadi lebih dari 69 juta pada tahun 2030. Dengan peningkatan ini muncul
masalah-masalah penyakit pada usia lanjut.
Laporan Departemen Kesehatan tahun 1998, populasi usia lanjut diatas 60 tahun adalah
7,2 % (populasi usia lanjut kurang lebih 15 juta).
Peningkatan angka kejadian kasus demensia berbanding lurus dengan meningkatnya

harapan hidup suatu populasi .


Kira-kira 5 % usia lanjut 65 - 70 tahun menderita demensia dan meningkat dua kali lipat
setiap 5 tahun mencapai lebih 45 % pada usia diatas 85 tahun. Pada negara industri kasus
demensia 0.5 1.0 % dan di Amerika jumlah demensia pada usia lanjut 10 15% atau
sekitar 3 4 juta orang.
Pada tahun terkini banyak hasil penelitian dan penemuan dibidang genetika, patofisiologi
dan riwayat alamiah dari penyakit ini.
Demensia adalah sindrom gangguan daya ingat disertai dua atau lebih domain kognitif
lainnya (atensi, fungsi bahasa, fungsi visuospasial, fungsi eksekutif, emosi) yang sudah
mengganggu aktivitas kehidupan sehari hari dan tidak disebabkan oleh gangguan pada
fisik.
Demensia terbagi menjadi dua yakni Demensia Alzheimer dan Demensia Vaskuler.
Demensia Alzheimer merupakan kasus demensia terbanyak di negara maju Amerika dan
Eropa sekitar 50-70%. Demensia vaskuler penyebab kedua sekitar 15-20% sisanya 15- 35%
disebabkan demensia lainnya. Di Jepang dan Cina demensia vaskuler 50 60 % dan 30
40 % demensia akibat penyakit Alzheimer.
Demensia Alzheimer berlangsung progresif, gangguan yang tidak dapat membaik yang
menyerang otak dan akibatnya kehilangan daya ingat, kebingungan, gangguan penilaian
dan perubahan kepribadian.
Penyakit ini adalah penyebab yang paling umum dari gangguan intelektual yang berat pada
orang lanjut usia dan kenyataannya merupakan suatu masalah dalam perawatan orang usia
lanjut di rumah.
Harus dapat dibedakan apakah penurunan daya ingat normal sesuai usia (age associated
memory impairment disingkat AAMI) atau menderita gangguan kognitif ringan (Mild
Cognitive Impairment disingkat MCI), yang mana pada hasil penelitian, 20
60 %
MCI akan ber lanjut setelah 3-4 tahun menjadi demensia. Gangguan kognitif ringan
merupakan kontinuum dari demensia Alzheimer.
Kriteria MCI antara lain adanya keluhan gangguan memori, aktifitas hidup sehari-hari
normal, fungsi kognitif umum normal, tidak ada demensia serta penurunan fungsi memori
tidak normal sesuai usia dan pendidikan.
Adapun gejala dari Demensia Alzheimer adalah kehilangan daya ingat secara perlahanlahan dan progresif, kesulitan dalam mengikuti perintah dan melakukan kegiatan seharihari, gangguan penilaian, penalaran, konsentrasi dan orientasi, kebingungan dan
kegelisahan, perubahan kepribadian an kehilangan kemampuan untuk mengurus diri
sendiri.
Faktor resiko Demensia Alzheimer (DA) terjadi pada usia lanjut, wanita, trauma kapitis

berat, pendidikan rendah dan menyangkut faktor genetik kasusnya 1- 5%.


Sementara, pembahasan mengenai Demensia Vaskuler disampaikan Dr. Hartono Prabowo,
Sp.S dari RS Honoris dan RS Usada Insani, Tangerang serta Staf Pengajar FK UPH dan FK
Untar dengan judul malakah "Management of Vascular Dementia."
Menurut pria kelahiran Pekalongan, Agutus 1957 ini, demensia vaskuler diartikan sebagai
demensia yang disebabkan oleh gangguan serebrovaskuler (iskemik / perdarahan), anoksik
atau hipoksik otak dengan penurunan kognitip ringan sampai berat dan meliputi semua
domain, tidak harus gangguan gangguan memori yang menonjol.
Secara klinis, kemungkinan diagnosa demensia vaskuler (probable, possible atau definit
demensia vaskuler) ditegakkan apabila didapatkan penderita dengan demensia yang
berkaitan dengan latar belakang CVD (riwayat CVD, klinis adanya deficit neurologis dan
diperkuat dengan pencitraan otak). Oleh karenanya demensia vaskuler sering disebut
sebagai demensa pasca stroke atau demensia multi-infark.
Sekitar 70% penderita stroke mengalami gangguan kognitif (ringan berat) dan sekitar 2530% diantaranya berkembang menjadi demensia. Stroke kemungkinan secara langsung
menyebabkan demensia atau stroke merupakan factor presipitasi proses degeneratip pada
demensia seperti pada demensia Alzheimer.
Demensia vaskuler merupakan jenis demensia terbanyak ke 2 setelah demensia Alzheimer,
dengan angka kejadian demensia vaskuler tidak berbeda jauh dengan angka kejadian
demensia Alzheimer.
Jellinger,dkk (2002) mengutarakan bahwa angka kejadian demensia vaskuler sekitar 47%
dari populasi demensia secara keseluruhan (demensia Alzheimer 48% dan demensia oleh
sebab lain 5%).
Erkinjutti (2004) melaporkan kejadian demensia vaskuler pada populasi usia lebih dari 65
tahun sekitar 1,2 4,2% dan pada kelompok usia diatas 65 tahun menunjukkan
peningkatan angka kejadian dari 0,7% dalam kelompok usia 65 69 tahun hingga
mencapai 8,1% pada kelompok usia diatas 90 tahun. Angka kejadian demensia vaskuler ini
kemungkinan akan bertambah seiring dengan meningkatnya kejadian CVD.
Demensia vaskuler dan demensia Alzheimer merupakan penyebab utama demensia,
bahkan diantara keduanya sering terjadi bersamaan 6. Erkinjutti (2005) melaporkan hasil
penelitian patologi melalui proses otopsi, pada 50% penderita demensia Alzheimer terlihat
adanya CVD dan pada 80% penderita demensia vaskuler didapatkan kelainan sesuai
dengan Alzheimer.
Gejala klinis demensia vaskuler bervariasi, tergantung pada lokasi lesi kelainan vaskuler
pada otak. Gangguan memori tidak selalu menonjol dan terjadi secara bertahap dan relatip
dalam masa yang lebih singkat dibandingkan dengan proses terjadinya demensia
Alzheimer. Onset gejala demensia vaskuler dapat bersifat gradual ataupun dramatik yang
secara garis besar dapat berupa gangguan kognitip (gangguan konsentrasi, memori,

disorientasi), gangguan komunikasi (afasia, apraksia, agnosia), gangguan kemampuan


eksekusi atau pengambilan keputusan, dan gangguan fisik (paresis, gangguan kontrol
kandung kencing) dan lain-lain.
Diagnosa demensia vaskuler ditegakkan dengan sarana yang tidak berbeda dengan sarana
diagnosa demensia Alzheimer 1,2,7,8. Sebagai test penyaring (setelah pemeriksaan fisik
umum, pemeriksaan neurologis) dilakukan pemeriksaan MMSE (sensitivity 71% to 92% dan
specificity 56% to 96%7), CDT (Clock Drawing Test), Activity Daily Living (ADL) dan
Instrumental Activity Daily Living (IADL), Disability Assessment fo Dementia (DAD),
Ischemic Hachinski Score (IHS) yang dapat membedakan demensia vaskuler dengan
demensia Alzheimer, dan jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan neuropsikiatri.
Adanya riwayat CVD (stroke) dan adanya kelainan neurologis yang diperkuat adanya
kelainan pada pencitraan otak (Brain CT-scan / MRI) memastikan adanya demensia
vaskuler.
Secara klinis demensia vaskuler dibedakan dalam demensia vaskuler pasca stroke (infark /
perdarahan), demensia vaskuler subkortikal, dan demensia vaskuler tipe campuran
(Alzheimer dan vaskuler), yang dikaitkan dengan penurunan neurotransmitter kolinergik
(Acethylcoline). Dengan dasar hal tersebut maka beberapa preparat Acethylcoline Esterase
Inhibitor (Donepezil, Rivastigmin, Galantamine) dapat digunakan dalam penatalaksanaan
penderita demensia vaskuler dan memberikan hasil yang cukup memuaskan. Meskipun
demikian, hingga kini belum ada preparat yang diakui Badan Pengawasan Obat AS ( FDA )
sebagai bahan untuk pengobatan demensia vaskuler.
Guna memaksimalkan fungsi kognisi yang masih ada, terapi non-farmakologik harus
diprogramkan, baik program yang ditujukan kepada penderita, maupun pengasuh
(caregiver), keluarga maupun lingkungannya.
Peran keluarga dan caregiver sangat menentukan keberhasilan program penanganan
penderita demensia, baik demensia Alzheimer, demensia vaskuler ataupun demensia tipe
lain Terhadap penderita dapat dibuat program agar penderita menjalani perilaku hidup
sehat, terapi rehabilitasi termasuk stimulasi kognitip, olah raga, edukasi, konseling, terapi
musik serta terapi wicara dan okupasi, disesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Terhadap
lingkungan antara lain dengan menyediakan fasilitas bagi penderita untuk melakukan
akitivitas yang dibutuhkan, tata ruang yang memadai, penyediaan fasilitas perawatan dan
lain-lain.
Pengarahan kepada pengasuh (caregiver) adalah suatu hal yang tidak dapat diabaikan, oleh
karena pengasuhlah yang sangat berperan dalam keberhasilan pelaksanaan programprogram yang direncanakan baik terhadap penderita maupun lingkungan.

Você também pode gostar