Você está na página 1de 14

BAB I

PENDAHULUAN
Scabies merupakan manifestasi klinis yang disebabkan oleh penetrasi kutu parasit obligat
pada manusia, Sarcoptes scabies var. hominis ke dalam lapisan epidermis. Perkiraan sekitar
300 juta jiwa diseluruh dunia terinfeksi kutu scabies. Scabies menyerang seluruh lapisan
masyarakat, dimana wanita dan anak-anak lebih banyak terinfeksi. Penyakit ini umumnya
cenderung banyak ditemukan pada area urban, khususnya pada area padat penduduk. Insiden
scabies telah meningkat dalam 2 dekade terakhir ini, terutama di rumah-rumah perawatan,
penjara, dan bangsal-bangsal rumah sakit. Transmisi parasit ini biasanya terjadi melalui kontak
personal, meskipun kutu scabies ini dapat hidup di kulit manusia selama lebih dari 3 hari.(1)
Manifestasi klinis dari scabies yaitu gatal secara umum yang lebih intens terutama pada
malam hari dan menyebabkan ketidaknyamanan pada pasien, namun, komplikasi dan kematian
juga dapat terjadi, umumnya karena adanya pioderma bakterial sekunder, yang umumnya
disebabkan oleh Streptococcus pyogenus atau Staphylococcus aureus. Infeksi sekunder ini
dapat menyebabkan komplikasi seperti glomerulonefritis post-streptococcus dan sepsis
sistemik.(3)
Banyak obat-obatan, terutama dari golongan insektisida, yang digunakan dalam terapi
scabies pada abad ke-20. Namun, kebanyakan dari obat-obatan ini bersifat toksik. Akhir-akhir
ini, adanya resistensi terhadap obat yang sudah ada sebelumnya, derajat keparahan penyakit,
dan reaksi lanjut dari obat-obatan telah mendorong perkembangan strategi pengobatan dan
antiektoparasit baru untuk manajemen yang lebih optimal.(4)

BAB II
ISI

II.1.DEFINISI
Scabies merupakan infeksi ektoparasit pada manusia yang disebabkan oleh kutu
Sarcoptes scabiei var hominis.(3) Infeksi ini terjadi akibat kontak langsung dari kulit ke
kulit maupun kontak tidak langsung (melalui benda misalnya pakaian handuk, sprei,
bantal dan lain - lain).(5)
II.2.ETIOLOGI
Scabies disebabkan oleh parasit kutu Sarcoptes scabiei var hominis. Kutu scabies
memiliki 4 pasang kaki dan berukuran 0,3 mm, yang tidak dapat dilihat dengan
menggunakan mata telanjang.(1) Secara morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk
oval, punggungnya cembung dan bagian perutnya rata. Tungau ini translusen, berwarna
putih kotor, dan tidak bermata. Ukurannya yang betina berkisar antara 330 450 mikron
x 250 350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil, yakni 200 240 mikron x 150
200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki, 2 pasang didepan sebagai alat
untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan
pada jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat dengan alat
perekat.(7)

Gambar 1 : Gambaran morfologi Sarcoptes scabiei

II.3.PATOGENESIS
Kutu scabies betina menggali terowongan pada stratum corneum dengan kecepatan 2
mm per hari, dan meletakkan 2 atau 3 telur-telurnya setiap harinya. Telur-telur ini akan
menetas setelah 3 hari dan menjadi larva, yang akan membentuk kantung dangkal di
stratum corneum dimana larva-larva ini akan bertrasnformasi dan menjadi dewasa dalam
2

waktu 2 minggu. Kutu ini kawin di dalam kantongnya, dimana kutu jantan akan mati
tetapi kutu betina yang telah dibuahi menggali terowongan dan melanjutkan siklus
hidupnya. Setelah invasi pertama dari kutu ini, diperlukan 4 hingga 6 minggu untuk
timbul reaksi hipersensitivitas dan rasa gatal akibat kutu ini.(2)

Gambar 2 : siklus hidup Sarcoptes scabiei


II.4.MANIFESTASI KLINIS
Dikenal ada 4 tanda utama atau cardinal sign pada infestasi skabies, yaitu :(7,10)
1. Pruritus nocturna
Setelah pertama kali terinfeksi dengan tungau skabies, kelainan kulit seperti
pruritus akan timbul selama 6 hingga 8 minggu. Infeksi yang berulang
menyebabkan ruam dan gatal yang timbul hanya dalam beberapa hari. Gatal
terasa lebih hebat pada malam hari.(3,6) Hal ini disebabkan karena meningkatnya
aktivitas tungau akibat suhu yang lebih lembab dan panas. Sensasi gatal yang
hebat seringkali mengganggu tidur dan penderita menjadi gelisah.(10)
2. Menyerang manusia secara berkelompok
Penyakit ini menyerang manusia secara kelompok, sehingga dalam sebuah
keluarga biasanya mengenai seluruh anggota keluarga. Begitu pula dalam sebuah
pemukiman yang padat penduduknya, skabies dapat menular hampir ke seluruh
penduduk.(10)
3. Adanya terowongan
Kelangsungan hidup

Sarcoptes

scabiei

sangat

bergantung

kepada

kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum korneum,


oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang memiliki stratum
korneum yang relatif lebih longgar dan tipis. (10)
3

Gambar 3 : terowongan pada penderita scabies


Lesi yang timbul berupa eritema, krusta, ekskoriasi papul dan nodul
yang sering ditemukan di daerah sela-sela jari, pergelangan tangan bagian
depan dan lateral telapak tangan, siku, aksilar, skrotum, penis, labia dan pada
areola wanita.(3) Bila ada infeksi sekunder ruam kulitnya menjadi polimorfik
(pustul, ekskoriasi, dan lain-lain).(10)

Gambar 4 : Gambaran klasik Scabies

4. Menemukan Sarcoptes scabiei


Apabila kita dapat menemukan terowongan yang masih utuh kemungkinan
besar kita dapat menemukan tungau dewasa, larva, nimfa maupun skibala dan
ini merupakan hal yang paling diagnostik. Akan tetapi, kriteria yang keempat
ini agak susah ditemukan karena hampir sebagian besar penderita pada
umumnya datang dengan lesi yang sangat variatif dan tidak spesifik.(10)

Gambar 7 : Telur, nimfa, dan skibala Sarcoptes scabiei


II.5.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila gejala klinis spesifik, diagnosis skabies mudah ditegakkan. Tetapi penderita
sering datang dengan lesi yang bervariasi sehingga diagnosis pasti sulit ditegakkan.
Pada umumnya diagnosis klinis ditegakkan bila ditemukan dua dari empat cardinal
sign. (10) Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan tungau dan produknya
yaitu :
a. Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH
10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan skalpel steril yang bertujuan
untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan pemeriksaan diletakkan
di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup lalu diperiksa dibawah
mikroskop.(10)
b. Mengambil tungau dengan jarum
Bila menemukan terowongan, jarum suntik yang runcing ditusukkan kedalam
terowongan yang utuh dan digerakkan secara tangensial ke ujung lainnya
kemudian dikeluarkan. Bila positif, tungau terlihat pada ujung jarum sebagai
parasit yang sangat kecil dan transparan. Cara ini mudah dilakukan tetapi
memerlukan keahlian tinggi.(10)
c. Tes tinta pada terowongan (Burrow ink test)
Papul skabies dilapisi dengan tinta cina, dibiarkan selama 20-30 menit.
Setelah tinta dibersihkan dengan kapas alkohol, terowongan tersebut akan
kelihatan lebih gelap dibandingkan kulit di sekitarnya karena akumulasi tinta
didalam terowongan. Tes dinyatakan positif bila terbetuk gambaran kanalikuli
yang khas berupa garis menyerupai bentuk S.(10)
II.6.DIAGNOSIS BANDING
1.
Insect bite (gigitan serangga) :
Karakteristik lesi berupa urtikaria papul eritematous 1-4 mm berkelompok dan
tersebar di seluruh tubuh, sedangkan tungau skabies lebih suka memilih area
tertentu yaitu menghindari area yang memiliki banyak folikel pilosebaseus.(6,15)
5

Pada umumnya popular urtikaria terjadi akibat gigitan dan sengatan serangga
tetapi area lesinya hanya terbatas pada daerah gigitan dan sengatan serangga saja
sedangkan skabies ditemukan lesi berupa terowongan yang tipis dan kecil seperti
benang berwarna putih abu-abu, pada ujung terowongan ditemukan papul atau
vesikel.(1,15)
2.

Prurigo nodularis
Merupakan tanda klinik yang kronis yaitu nodul yang gatal dan secara
histologi ditandai adanya hiperkeratosis dan akantosis hingga ke bawah
epidermis. Sedangkan pada skabies ditemukan Sarcoptes scabiei di bagian teratas
epidermis yang mengalami akantosis. Pada prurigo, penyebabnya belum
diketahui. Namun dalam beberapa kasus, faktor stress emosional menjadi salah
satu pemicu sehingga sulit untuk ditentukan apakah ini adalah penyebab atau
akibat dari prurigo sedangkan pada skabies disebabkan oleh adanya tungau
Sarcoptes scabiei melalui pewarnaan Hematoksilin-Eosin (H.E).(6,16)

II.7.PENATALAKSANAAN
Terdapat beberapa terapi untuk skabies yang memiliki tingkat efektifitas yang
bervariasi. Faktor yang berpengaruh dalam keberhasilan yang antara lain umur pasien,
biaya pengobatan, berat derajat erupsi, dan faktor kegagalan terapi yang pernah
diberikan sebelumnya.(1)
Pada pasien dewasa, skabisid topikal harus dioleskan di seluruh permukaan tubuh
kecuali area wajah dan kulit kepala,dan lebih difokuskan di daerah sela-sela jari,
inguinal, genital, area lipatan kulit sekitar kuku, dan area belakang telinga. Pada pasien
anak dan skabies berkrusta, area wajah dan kulit kepala juga harus dioleskan skabisid
topikal. Pasien harus diinformasikan bahwa walaupun telah diberikan terapi skabisidal
yang adekuat, ruam dan rasa gatal di kulit dapat tetap menetap hingga 4 minggu. Jika
tidak diberikan penjelasan, pasien akan beranggapan bahwa pengobatan yang diberikan
tidak berhasil dan kemudian akan menggunakan obat anti skabies secara berlebihan.
Steroid topikal, anti histamin maupun steroid sistemik jangka pendek dapat diberikan
untuk menghilangkan ruam dan gatal pada pasien yang tidak membaik setelah
pemberian terapi skabisid yang lengkap.(1)
6

1. Penatalaksanaan secara umum


Edukasi pada pasien skabies : (4)
1

Mandi dengan air hangat dan keringkan badan.

Pengobatan meliputi seluruh bagian dari kulit tanpa terkecuali baik yang yang
terkena oleh skabies ataupun bagian kulit yang tidak terkena.

Pengobatan yang diberikan dioleskan di kulit dan sebaiknya dilakukan pada malam
hari sebelum tidur.

Hindari menyentuh mulut dan mata dengan tangan.

Ganti pakaian, handuk, sprei, yang digunakan, selalu cuci dengan teratur dan bila
perlu direndam dengan air panas

Jangan ulangi penggunaan skabisid yang berlebihan dalam seminggu walaupun


rasa gatal yang mungkin masih timbul selama beberapa hari.

Setiap orang di yang tinggal dalam satu rumah sebaiknya mendapatkan


penanganan di waktu yang sama.

Melapor ke dokter anda setelah satu minggu

2. Penatalaksanaan secara khusus


Ada banyak cara pengobatan secara khusus pada pengobatan skabies dapat berupa
topikal maupun oral antara lain :
a

Permethrin
Permethrin merupakan sintesa dari pyrethtoid, sifat skabisidnya sangat baik. obat
ini merupakan pilihan pertama dalam pengobatan skabies karena efek
toksisitasnya terhadap mamalia sangat rendah dan kecenderungan keracunan
akibat salah dalam penggunaannya sangat kecil. Hal ini disebabkan karena hanya
sedikit yang terabsorbsi dan cepat dimetabolisme di kulit dan deksresikan di urin.
Tersedia dalam bentuk krim 5 % dosis tunggal digunakan selama 8-12 jam,
digunakan malam hari sekali dalam 1 minggu selama 2 minggu, apabila belum
sembuh bisa dilanjutkan dengan pemberian kedua setelah 1 minggu. Permethrin
tidak dapat diberikan pada bayi yang kurang dari 2 bulan, wanita hamil, dan ibu
menyusui. Efek samping jarang ditemukan berupa rasa terbakar, perih, dan gatal.
Beberapa studi menunjukkan tingkat keberhasilan permetrin lebih tinggi dari
lindane dan crotamiton. Kelemahannya merupakan obat topikal yang mahal.(11,18)

b Presipitat Sulfur 2-10%


7

Presipitat sulfur adalah antiskabietik tertua yang telah lama digunakan, sejak 25
M. Preparat sulfur yang tersedia dalam bentuk salep (2% -10%) dan umumnya
salep konsentrasi 6% lebih disukai. Cara aplikasi salep sangat sederhana, yakni
mengoleskan salep setelah mandi ke seluruh kulit tubuh selama 24 jam tiga hari
berturut-turut. Keuntungan penggunaan obat ini adalah harganya yang murah dan
mungkin merupakan satu-satunya pilihan di negara yang membutuhkan terapi
massal.(11,13)
Bila kontak dengan jaringan hidup, preparat ini akan membentuk hidrogen
sulfida dan pentathionic acid (CH2S5O6) yang bersifat germisid dan fungisid.
Secara umum sulfur bersifat aman bila digunakan oleh anak-anak, wanita hamil
dan menyusui serta efektif dalam konsentrasi 2,5% pada bayi. Kerugian
pemakaian obat ini adalah bau tidak enak, mewarnai pakaian dan kadang-kadang
menimbulkan iritasi.(11)
c

Benzyl benzoate
Benzyl benzoate adalah ester asam benzoat dan alkohol benzil yang merupakan
bahan sintesis balsam peru. Benzyl benzoate bersifat neurotoksik pada tungau
skabies. Digunakan sebagai 25% emulsi dengan periode kontak 24 jam dan pada
usia dewasa muda atau anak-anak, dosis dapat dikurangi menjadi 12,5%. Benzyl
benzoate sangat efektif bila digunakan dengan baik dan teratur dan secara
kosmetik bisa diterima. Efek samping dari benzyl benzoate dapat menyebabkan
dermatitis iritan pada wajah dan skrotum, karena itu penderita harus diingatkan
untuk tidak menggunakan secara berlebihan. Penggunaan berulang dapat
menyebabkan dermatitis alergi. Terapi ini dikontraindikasikan pada wanita hamil
dan menyusui, bayi, dan anak-anak kurang dari 2 tahun. Tapi benzyl benzoate
lebih efektif dalam pengelolaan resistant crusted scabies. Di negara-negara
berkembang dimana sumber daya yang terbatas, benzyl benzoate digunakan
dalam pengelolaan skabies sebagai alternatif yang lebih murah.(4)

d Lindane (Gamma benzene heksaklorida)


Lindane juga dikenal sebagai hexaklorida gamma benzena, adalah sebuah
insektisida yang bekerja pada sistem saraf pusat tungau. Lindane diserap masuk
ke mukosa paru-paru, mukosa usus, dan selaput lendir kemudian keseluruh
bagian tubuh tungau dengan konsentrasi tinggi pada jaringan yang kaya lipid dan

kulit yang menyebabkan eksitasi, konvulsi, dan kematian tungau, lindane


dimetabolisme dan diekskresikan melalui urin dan feses.(4)
Lindane tersedia dalam bentuk krim, losion, gel, tidak berbau dan tidak
berwarna. Pemakaian secara tunggal dengan mengoleskan ke seluruh tubuh dari
leher ke bawah selama 12-24 jam dalam bentuk 1% krim atau losion. Setelah
pemakaian dicuci bersih dan dapat diaplikasikan lagi setelah 1 minggu. Hal ini
untuk memusnahkan larva-larva yang menetas dan tidak musnah oleh pengobatan
sebelumnya. Beberapa penelitian menunjukkan penggunaan lindane selama 6 jam
sudah efektif. Dianjurkan untuk tidak mengulangi pengobatan dalam 7 hari, serta
tidak menggunakan konsentrasi lain selain 1%.(10)
Efek samping lindane antara lain menyebabkan toksisitas sistem saraf pusat,
kejang, dan bahkan kematian pada anak atau bayi walaupun jarang terjadi. Tandatanda klinis toksisitas SSP setelah keracunan lindane yaitu sakit kepala, mual,
pusing, muntah, gelisah, tremor, disorientasi, kelemahan, berkedut dari kelopak
mata, kejang, kegagalan pernapasan, koma, dan kematian. Beberapa bukti
menunjukkan lindane dapat mempengaruhi perjalanan fisiologis kelainan darah
seperti anemia aplastik, trombositopenia, dan pansitopenia.(4)
e

Crotamiton krim (Crotonyl-N-Ethyl-O-Toluidine)


Crotamion (crotonyl-N-etil-o-toluidin) digunakan sebagai krim 10% atau losion.
Tingkat keberhasilan bervariasi antara 50% dan 70%. Hasil terbaik telah
diperoleh bila diaplikasikan dua kali sehari selama lima hari berturut-turut setelah
mandi dan mengganti pakaian dari leher ke bawah selama 2 malam, kemudian
dicuci setelah aplikasi kedua. Efek samping yang ditimbulkan berupa iritasi bila
digunakan jangka panjang.(10)
Beberapa ahli beranggapan bahwa krim ini tidak direkomendasikan terhadap
skabies karena kurangnya efikasi dan data penunjang tentang tingkat keracunan
terhadap obat tersebut. Crotamiton 10% dalam krim atau losion, tidak mempunyai
efek sistemik dan aman digunakan pada wanita hamil, bayi dan anak kecil. (4)

Ivermectin
Ivermectin adalah bahan semisintetik yang dihasilkan oleh Streptomyces
avermitilis, anti parasit yang strukturnya mirip antibiotik makrolid, namun tidak
mempunyai aktifitas sebagai antibiotik, diketahui aktif melawan ekto dan endo
9

parasit. Digunakan secara meluas pada pengobatan hewan, pada mamalia, pada
manusia digunakan untuk pengobatan penyakit filaria terutama oncocerciasis.
Diberikan secara oral, dosis tunggal, 200 ug/kgBB dan dilaporkan efektif untuk
skabies. Digunakan pada umur lebih dari 5 tahun. Juga dilaporkan secara khusus
tentang formulasi ivermectin topikal efektif untuk mengobati skabies. Efek
samping yang sering adalah kontak dermatitis dan toxicepidermal necrolysis.(10)
g

Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion 25% sebelum digunakan harus ditambahkan 2-3
bagian air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari.(10)

Malathion
Malathion 0,5% adalah dengan dasar air digunakan selama 24 jam, pemberian
berikutnya

beberapa

hari

kemudian.(10)

Namun

saat

ini

tidak

lagi

direkomendasikan karena berpotensi memberikan efek samping yang sangat


tinggi.(4)
3.

Pengobatan simptomatik

Obat antipruritus seperti obat anti histamin mungkin mengurangi gatal yang secara
karakeristik menetap selama beberapa minggu setelah terapi dengan anti skabies yang
adekuat. Pada bayi, aplikasi hidrokortison 1% pada lesi kulit yang sangat aktif dan
aplikasi pelumas atau emolien pada lesi yang kurang aktif mungkin sangat membantu,
dan pada orang dewasa dapat digunakan triamsinolon 0,1% untuk mengurangi keluhan.
(10)

Tabel 2. Pengobatan Skabies (1)


Jenis Obat
Krim

Dosis

Keterangan

Dioleskan selama 8-14 Terapi lini pertama di Amerika

Permethrin jam, diulangi selama 7 Serikat dan kehamilan kategori


5%

hari.

B.

Losion

Dioleskan selama 8 jam Tidak dapat diberikan pada

Lindane

setelah itu dibersihkan, anak umur 2 tahun kebawah,


10

1%

olesan kedua diberikan 1 wanita selama masa kehamilan


minggu kemudian.

dan laktasi.

Krim

Dioleskan selama 2 hari Memiliki efek anti pruritus

Crotamito

berturut-turut,

n 10%

diulangi dalam 5 hari.

Sulfur

Dioleskan selama 3 hari Aman untuk anak kurang dari

presipitat

lalu dibersihkan.

5-10%

lalu tetapi

efektifitasnya

tidak

sebaik topikal lainnya.

2 bulan dan wanita dalam masa


kehamilan dan laktasi, tetapi
tampak

kotor

pemakaiannya

dalam
dan

data

efisiensi obat ini masih kurang.


Losion

Dioleskan selama 24 jam Efektif

Benzyl

lalu dibersihkan

Benzoat

namun

dapat

menyebabkan dermatitis pada


wajah

10%
Ivermectin

Dosis tunggal oral, bisa Memiliki

200 g/kg

diulangi selama 10-14 tinggi


hari

efektifitas

dan

digunakan
topikal
pada

yang

aman.

Dapat

bersama

bahan

lainnya.
kasus-kasus

Digunakan
skabies

berkrusta dan skabies resisten.

Setelah pengobatan berhasil untuk mematikan tungau, rasa gatal dapat bertahan dan
dirasakan selama 6 minggu sebagai reaksi eksematous. Pasien dapat diobati dengan
pengobatan eksema biasa dengan emolien dan kortikosteroid topikal dengan atau tanpa
antibiotik topikal tergantung adanya infeksi sekunder Staphylocccus aureus. Antipruritus
topikal crotamiton sering membantu jika kulit gatal dengan hanya sedikit reaksi peradangan.
Pasien harus disarankan bahwa erupsi dari skabies membutuhkan waktu untuk proses
penyembuhan dan sebaiknya berhati-hati dengan penggunaan skabisid yang berlebihan. (17)
II.8.PENCEGAHAN
11

Untuk melakukan pencegahan terhadap penularan skabies, orang-orang yang kontak


langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan topikal skabisid. Terapi
pencegahan ini harus diberikan untuk mencegah penyebaran skabies karena seseorang
mungkin saja telah mengandung tungau skabies yang masih dalam periode inkubasi
asimptomatik.(1)
Selain itu untuk mencegah terjadinya reinfeksi melalui seprei, bantal, handuk dan
pakaian yang digunakan dalam 5 hari terakhir, harus dicuci bersih dan dikeringkan dengan
udara panas karena tungau skabies dapat hidup hingga 3 hari diluar kulit, karpet dan kain
pelapis lainnya juga harus dibersihkan (vacuum cleaner).(1)

12

DAFTAR PUSTAKA
1

Stone SP, Goldfarb JN, Bacelieri RE. Scabies, other mites, and pediculosis In: Wolff
K, Lowell A, Katz GSI, Paller GAS, Leffell DJ, editors. Fitzpatricks dermatology in
general medicine. 7th ed. United state of America. McGraw-Hill; 2008. p. 2029-2032.

Trozak DJ, Tennenhouse JD, Russell JJ. Herpes Scabies. In: Trozak DJ, Tennenhouse
JD, Russell JJ editors. Dermatology Skills for Primary Care; An Illustrated Guide:
Humana Press; 2006. p. 105-11

Currie JB, McCarthy JS. Permethrin and Ivermectin for Scabies. New England J Med.
2010; 362: p. 718.

Karthikeyan K. Treatment of Scabies: Newer Perspectives. Postgraduate Med J.


2005; 81: p. 8 - 10.

Chosidow O. Scabies. New England J Med. 2006; 345: p. 1718-1723.

Burns DA. Diseases caused by arthropods and other noxious animals. In: Rooks
textbook of dermatology. 8th ed. United kingdom. Willey-blackwell; 2010. p. 38.36
38.38.

Handoko,PR. Skabies. In: Prof.Dr.dr.Adi Djuanda, editor. Ilmu penyakit kulit dan
kelamin. Ed 6. Jakarta. FK UI; 2010.p.122-123

Granholm JM, Olazowaki J. Scabies prevention and control manual. Michigan


department of community health. 2005; 1: p. 10.

Habif TP. Infestations and bites. In: Habif TP, editor. A clinical dermatology : a color
guide to diagnosis and therapy. 4th ed. London. Mosby; 2004. p. 500.

10 Amiruddin MD. Skabies. In. Amiruddin MD, editor. Ilmu Penyakit Kulit. Ed 1.
Makassar: Bagian ilmu penyakit kulit dan kelamin fakultas kedokteran universitas
hasanuddin; 2003. p. 5-10.
11 Oakley A. Scabies: Diagnosis and Management. BPJ journals. 2012; 19: p. 12-16.
13

12 William DJ, Timothy GB, Dirk ME. Parasitic infestations, stings, and bites. In: Sue
Hodgson/Karen Bowler, editors. Andrews Disease of the skin: Clinical Dermatology.
10th ed. Canada: Saunders Elsevier; 2006. p. 453
13 Hengge UR, Currie BJ, Jager G, Lupi O, Schwartz RA. Scabies: a Ubiquitous
Neglected Skin Disease. PubMed Med. J. 2006; 6: p. 771
14 Park JH, Kim CW, Kim SS. Scabies: The Diagnosis Accuracy of Dermoscopy for
Scabies. Ann Dermatology. 2012; 24: p. 194-99.
15 Elston DM. Bites and stings. In: Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors.
Bolognia: Dermatology. 2nd ed. USA: Mosby Elsevier; 2008. p. 84
16 Jones JB. Eczema, lichenidentificatio, prurigo and erythroderma. In: Burns T,
Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rooks textbook of dermatology. 8th ed.
USA. Willey-blackwell; 2010. p. 23.42 22.43.
17 Johnston G, Sladden M. Scabies: Diagnosis and treatment. Bmj journals. 2005; 331:
p. 619, 622.
18 Leone PE. Scabies and Pediculosis Pubis : An Update of Treatment Regiments and

General Review. CID journals. 2007; 44: p. 153-59.

14

Você também pode gostar

  • PEB Portopolio
    PEB Portopolio
    Documento33 páginas
    PEB Portopolio
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Miopia
    Miopia
    Documento6 páginas
    Miopia
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • DVT
    DVT
    Documento41 páginas
    DVT
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Kerugian Susu Formula
    Kerugian Susu Formula
    Documento8 páginas
    Kerugian Susu Formula
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • BAB I Pato
    BAB I Pato
    Documento12 páginas
    BAB I Pato
    Indah Fitri Okta
    Ainda não há avaliações
  • Dengue Haemorrhagic Fever: Pendahuluan
    Dengue Haemorrhagic Fever: Pendahuluan
    Documento15 páginas
    Dengue Haemorrhagic Fever: Pendahuluan
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Acpd
    Acpd
    Documento12 páginas
    Acpd
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Asma Eksakut PP
    Asma Eksakut PP
    Documento16 páginas
    Asma Eksakut PP
    Indah Fitri Okta
    Ainda não há avaliações
  • Hipermetropi
    Hipermetropi
    Documento19 páginas
    Hipermetropi
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Asi Eksklusif
    Asi Eksklusif
    Documento12 páginas
    Asi Eksklusif
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • LBP dan Skiatika
    LBP dan Skiatika
    Documento39 páginas
    LBP dan Skiatika
    fannysary
    Ainda não há avaliações
  • HIV
    HIV
    Documento17 páginas
    HIV
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Kanker Kulit
    Kanker Kulit
    Documento16 páginas
    Kanker Kulit
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Campak
    Campak
    Documento6 páginas
    Campak
    fannysary
    Ainda não há avaliações
  • Hipermetropi
    Hipermetropi
    Documento6 páginas
    Hipermetropi
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Varicella
    Varicella
    Documento14 páginas
    Varicella
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Meningitis
    Meningitis
    Documento9 páginas
    Meningitis
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Makalah Tumor Ganas Nasofaring
    Makalah Tumor Ganas Nasofaring
    Documento28 páginas
    Makalah Tumor Ganas Nasofaring
    Ines Damayanti
    Ainda não há avaliações
  • Asi Eksklusif
    Asi Eksklusif
    Documento25 páginas
    Asi Eksklusif
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Kanker Kulit
    Kanker Kulit
    Documento16 páginas
    Kanker Kulit
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • RUPTUR LIMPA
    RUPTUR LIMPA
    Documento8 páginas
    RUPTUR LIMPA
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Varicella
    Varicella
    Documento14 páginas
    Varicella
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Polio
    Polio
    Documento4 páginas
    Polio
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Kuesioner Tindakan
    Kuesioner Tindakan
    Documento11 páginas
    Kuesioner Tindakan
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Dengue Haemorrhagic Fever: Pendahuluan
    Dengue Haemorrhagic Fever: Pendahuluan
    Documento15 páginas
    Dengue Haemorrhagic Fever: Pendahuluan
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • CHF
    CHF
    Documento11 páginas
    CHF
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • KARSINOMA NASOFARING
    KARSINOMA NASOFARING
    Documento15 páginas
    KARSINOMA NASOFARING
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações
  • Tumor Ganas Nasofaring
    Tumor Ganas Nasofaring
    Documento22 páginas
    Tumor Ganas Nasofaring
    Fanny Sary
    Ainda não há avaliações