Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
Anestesi spinal adalah pemberian obat
anestetik lokal ke dalam ruang subarakhnoid
Anestesi spinal diindikasikan terutama untuk
bedah ekstremitas inferior, bedah panggul,
tindakan sekitar rektum dan perineum, bedah
obstetri dan ginekologi, bedah urologi, bedah
abdomen bawah dan operasi ortopedi
ekstremitas inferior
Kontraindikasi relatif
Pasien menolak
Hipovolemia ringan
Bedah lama
Penyakit jantung
Kurang pengalaman
KOMPLIKASI TINDAKAN
Hipotensi
Bradikardia
Hipoventilasi
Trauma pembuluh darah
Trauma saraf
Mual dan muntah
Gangguan pendengaran
ORAL ANTICOAGULANTS
Jika anestesi neuroaxial akan digunakan pada
pasien yang menerima terapi warfarin, waktu
protrombin normal harus didokumentasikan
sebelum blok.
ANTIPLATELET DRUGS
Aspirin dan NSAID tidak meningkatkan resiko spinal
hematoma dari prosedur neuroaxial anestesi atau
pengangkatan kateter epidural
Asumsi ini berdasarkan normal pasien dengan normal
profil koagulasi yang tidak mendapatkan pengobatan
yang mungkin mempengaruhi mekanisme pembekuan.
Pada pasien dengan cardiac stent, pemberhentian
pengobatan antiplatelet dapat menyebabkan trombosis
stent dan Segmen ST elevasi miokard infark.
STANDARD (UNFRATIONED)
HEPARIN
Profilaksis heparin subkutan bukan merupakan
kontraindikasi neuroaxial anesthesia atau
epidural catheter removal.
Pasien yang mendapatkan heparin sistemik
intraoperatif, block dapat terjadi 1 jam atau
lebih sebelum perjalanan heparin.
FIBRINOLYTIC OR
THROMBOLYTIC THERAPY
Anestesi neuraxial tidak dapat dilakukan pada
pasien yang mendapatkan terapi fibrinolitik
atau trombolitik.
AWAKE OR ASLEEP
Argumen utama untuk pasien tertidur adalah bahwa
(1) sebagian besar pasien, jika diberi pilihan, akan
lebih memilih untuk tertidur, dan (2) kemungkinan
gerakan pasien yang tiba-tiba menyebabkan cedera.
Argumen utama untuk blokade neuraksial sementara
pasien masih terjaga adalah bahwa pasien dapat
mengingatkan dokter untuk parastesia dan nyeri
pada injeksi, dan keduanya telah dikaitkan dengan
defisit neurologis pasca operasi.
PERTIMBANGAN TEKNIS
Blok neuraksial sebaiknya dilakukan dimana tersedia
semua fasilitas peralatan dan obat-obatan yang
diperlukan utuk intubasi, resusitasi, dan anestesi umum.
Persiapan pasien nonfarmakologis juga sangat
membantu.
Pasien juga harus diberitahu apa yang diharapkan
sehingga dapat meminimalkan kecemasan.
Oksigen melalui masker atau nasal kanul mungkin
diperlukan untuk menghindari hipoksemia saat sedasi
digunakan.
SURFACE ANATOMY
Prosesus spinosus umumnya teraba dan membantu untuk
menentukan garis tengah.
USG dapat digunakan ketika tidak teraba.
Prosesus spinosus dari tulang servikal dan lumbar hampir
horisontal, sedangkan yang di tulang belakang miring ke
arah kaudal dan dapat tumpang tindih secara signifikan.
Karena itu, ketika melakukan lumbar atau blok epidural
serviks (dengan fleksi tulang belakang maksimum), jarum
diarahkan sedikit ke arah kepala, sedangkan untuk blok
thoraks, jarum harus diarahkan signifikan ke arah kepala
untuk memasuki ruang epidural thoraks
LANJUTAN...
Di daerah serviks, prosesus spinosus teraba pertama di C2,
tapi yang paling menonjol adalah di C7 (vertebrae
prominens).
Dengan lengan disisi samping, prosesus spinosus dari T7
biasanya pada tingginya yang sama dengan sudut inferior
dari skapula. Garis ditarik antara titik tertinggi dari kedua
puncak iliaka ( garis Tuffier) biasanya melintasi L4 atau L4-L5.
Menghitung prosesus spinosus atas atau bawah dari titik
acuan untuk mengindetifikasi tulang belakang lainnya.
Sebuah garis yang menghubungkan tulang iliaka posterior
superior melintasi foramen posterior S2.
Pada orang ramping, sakrum mudah teraba.
TINJAUAN PUSTAKA
Kolumna vertebralis
berjumlah 33 vertebra
7 servikal
12 thorakal
5 lumbal
5 sakral dan
5 koksigeal yang
bersatu
Kolumna vertebralis
mempunyai 4 lekukan
8 pasang saraf
servikal (C),
12 pasang saraf
thorakal (T),
5 pasang saraf lumbal
(L),
5 pasang saraf sakral
(S), dan
1 pasang saraf
koksigeal (Co)
TRAKTUS DESENDEN
Traktus
Traktus
Traktus
Traktus
Traktus
Traktus
kortikospinalis
retikulospinalis
spinotektalis
rubrospinalis
vestibulospinalis
olivospinalis
TRAKTUS ASENDEN
Kolumna dorsalis
Traktus spinotalamikus anterior
Traktus spinotalamikus lateral
Traktus spinoserebellaris ventralis
Traktus spinoretikularis
POTONGAN
MELINTANG
VERTEBRA
Kulit Lemak subkutan
Ligament supraspinosum
Ligamen interspinosum
Ligamen flavum Ruang
epidural Durameter
Arachnoid rRang
subarachnoid Piameter
ANESTESI SPINAL
Lidokain
Bupivakain
Golongan
Ester
Amida
Amida
Mula kerja
2 menit
5 menit
15 menit
Lama kerja
30-45 menit
45-90 menit
2-4 jam
Metabolisme
Plasma
Hepar
Hepar
Dosis
maksimal
(mg/kgBB)
12
Potensi
15
Toksisitas
10
Berat jenis
Sifat
Dosis
Lidokain
2% plain
1.006
Isobarik
5% dalam
dekstrosa 7,5%
1.033
Hiperbarik
1.005
Isobarik
0.5% dalam
dekstrosa 8.25%
1.027
Hiperbarik
Bupivakain
obat
anestetik
lokal
ke
dalam
ruang
Faktor tambahan
Umur
Tinggi badan
Berat badan
Tekanan intraabdomen
Anatomi kolumna vertebralis
Arah penyuntikkan
Barbotase atau kecepatan penyuntikkan
FARMAKODINAMIK
Mielin
Diameter
Fungsi
Kepekaan
terhadap blokade
A-alfa
++
6-22
Eferen motorik,
aferen proprioseptik
A-beta
++
6-22
Eferen motorik,
aferen proprioseptik
++
A-gamma
++
3-6
Eferen kumparan
otot (spindle)
++
A-delta
++
1-4
+++
<3
Otonomik
preganglionik
++++
0.3-1.3
++++
Potensi
Mula kerja
Lama kerja
Toksisitas
Ester
Prokain
1 (rendah)
Cepat
45-60
Rendah
Kloroprokain
3-4 (tinggi)
Sangat cepat
30-45
Sangat rendah
Tetrakain
8-16 (tinggi)
Lambat
60-180
Sedang
Lidokain
1-2 (sedang)
Cepat
60-120
Sedang
Etidokain
4-8 (tinggi)
Lambat
240-480
Sedang
Prilokain
1-8 (rendah)
Lambat
60-120
Sedang
Mepivakain
1-5 (sedang)
Sedang
90-180
Tinggi
Bupivakain
4-8 (tinggi)
Lambat
240-480
Rendah
Ropivakain
4 (tinggi)
Lambat
240-480
Rendah
Levobupivakain
4 (tinggi)
Lambat
240-480
Amida
PATOFISIOLOGI
Lapisan yang
ditembus: kulit,
subkutis, ligamen
supraspinosum,
ligamen
interspinosum, lgamen
flavum, ruang
epidural, durameter,
arachoid, ruang
subarakhnoid.
BLOKADE SOMATIK
Blok sensori menghambat stimulus nyeri baik
pada somatik dan viseral, sedangkan blokade
motorik menghasilkan relaksasi otot rangka.
Pengaruh anestesi lokal pada serabut saraf
bervariasi sesuai dengan ukuran serabut saraf,
apakah itu bermielin, konsentrasi yang dicapai
dan lama kontak.
BLOKADE OTONOM
Respon fisiologi dari anestesi ini adalah menurunkan
kerja simpatis
Blok neuroaksial tipikal menyebabkan penurunan
tekanan darah yang disertai dengan penurunan detak
jantung dan kontraktilitas jantung.
Blokade saraf simpatis T5-L1 menurunnya tonus
vasomotor
Vasodilatasi vena penurunan pengisian darah dan
aliran balik vena ke jantung.
Vasodilatasi arteri penurunan resistensi pembuluh
darah sistemik.
EFEK SAMPING
Sistem kardiovaskular : hipotensi
Sistem pernafasan : dispnea
Sistem pencernaan : mual muntah, relaksasi
sfingter
Sistem saraf pusat : menekan fungsi saraf
simpatis
Endokrin dan metabolisme : meningkatnya
hormon epinefrin,ACTH
MANAGEMENT HIPOTENSI
TERIMA KASIH