Você está na página 1de 66

LAPORAN AKHIR

PENGANTAR USAHA TANI


Analisis Usaha Tani Tanaman Padi dan Jagung di Desa Ngebrak
Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri

Kelompok 4
Furika Apriliastuti

135040218113003

Riza Fauziatul Ulma

135040218113005

Joni Prasetyo

135040218113007

Reni Zuanita

135040218113010

Galih Kurniawan Jati

135040218113026

LABORATORIUM MANAJEMEN DAN ANALISIS AGRIBISNIS


PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA KAMPUS IV
KEDIRI
Januari 2016

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas limpahan
Rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir
pengantar usahatani ini.
Dengan terselesaikannya laporan ini, Kami sampaikan rasa terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak dan Ibu Tim Dosen Mata Kuliah Pengantar Usaha Tani
2. Ibu Novi Hariyati Sp.Mp selaku Asisten Mata Kuliah Pengantar
Usahatani
3. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih perlu
mengalami perbaikan. Oleh karena itu, Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk pembuatan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat
memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Kediri, 2 Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR TABEL.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................
1.3 Tujuan.............................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................
2.1 Sejarah Usahatani............................................................................
2.2 Transek Desa...................................................................................
2.3 Profil Usahatani..............................................................................
2.3.1 Karakteristik Usahatani dan petani Indonesia......................
2.3.2 Tinjauan tentang Komoditas Pertanian.................................
2.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapat)
Usahatani.......................................................................................
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani.........................................................
2.5.1 R/C Ratio..............................................................................
2.5.2 BEP (Break Even Point)........................................................
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................
3.1
3.2
3.3
3.4

Sejarah Usahatani...........................................................................
Transek Desa..................................................................................
Profil Petani dan Usahatani............................................................
Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan)
Usahatani........................................................................................
3.5 Analisis Kelayakan Usahatani.......................................................
3.5.1 R/C Ratio...............................................................................

3.5.2 BEP (Break Even Point)........................................................


3.6Pemasaran Hasil Pertanian...............................................................
3.7 Kelembagaan Petani........................................................................
3.8 Kendala Usahatani..........................................................................
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN........................................................
4.1 Kesimpulan.....................................................................................
4.2 Saran...............................................................................................
BAB V LAMPIRAN.......................................................................................
5.1 Transek Desa dan Peta Desa...........................................................
5.2Lampiran Foto Hasil Pengamatan Lapang.......................................
5.3 Kalender Musim Tanam..................................................................
5.4 Quisioner yang Sudah Terisi dan data Survey Lapang...................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara agraris yang sebagaian besar penduduknya terdiri
dari petani sehingga sektor pertanian memegang peranan penting. Sektor
pertanian, salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyedia
pangan bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan
laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan
usaha tani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan tentang cara
pengusahaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan
produktifitas serta dapat meningkatkan pendapatan sehingga kesejahteraan
petani dapat meningkat.
Menurut Soekarawati, (2002), padi dan jagung merupakan salah satu
komoditi yang mempunyai prospek cerah guna menambah pendapatan para
petani. Hal tersebut dapat memberi motivasi tersendiri bagi petani untuk lebih
mengembangkan dan meningkatkan produksinya dengan harapan agar pada
saat panen usaha memperoleh hasil penjualan tinggi guna memenuhi
kebutuhannya.
Secara garis besar, pendapatan usaha tani diperhitungkan dari pengurangan
besarnya penerimaan dengan besarnya biaya usaha tani tersebut. Penerimaan
suatu usahatani akan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti luasnya usaha tani,
jenis dan harga komoditi usaha tani yang diusahakan, sedang besarnya biaya
suatu usaha tani akan dipengaruhi oleh topografi, struktur tanah, jenis dan
varietas komoditi yang diusahakan, teknis budidaya serta tingkat teknologi
yang digunakan.
Menurut Supriyono (2000), Ilmu usahatani merupakan ilmu terapan yang
membahas atau mempelajari bagaimana membuat atau menggunakan
sumberdaya secara efisien pada suatu usaha pertanian, peternakan, atau
perikanan. Selain itu, juga dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari
bagaimana membuat dan melaksanakan keputusan pada usaha pertanian,
peternakan, atau perikanan untuk mencapai tujuan yang telah disepakati oleh

petani/peternak tersebut. Melalui produksi pertanian petani diharapakan


memperoleh pendapatan tinggi.
Dalam praktikum Ilmu Usaha tani ini, penulis berusaha untuk
menganalisis pendapatan lima (5) petani padi dan jagung di Desa Ngebrak
Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri. Dari perbandingan tersebut maka
diharapkan penulis dapat memberikan analisis usahatani dan merekomendasi
kan cara budidaya yang dapat meningkatkan prokdutivitas.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimana sejarah usahatani

yang

ada

di

Desa

Ngebrak

Kecamatan Gampengrejo Kabupaten Kediri?


1.2.2 Bagaimana transek desaDesa Ngebrak Kecamatan Gampengrejo
Kabupaten Kediri?
1.2.3 Bagaimana profil petani dan usahataniDesa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?
1.2.4 Berapa analisis biaya, penerimaan dan keuntungan (pendapatan)
usahatani petani Desa Ngebrak Kecamatan Gampengrejo Kabupaten
Kediri?
1.2.5 Bagaimana analisis kelayakan usahataniDesa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?
1.2.6 Bagaimana pemasaran hasil pertanian Desa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?
1.2.7 Apakah kelembagaan petani desa Ngebrak Kecamatan Gampengrejo
Kabupaten Kediri?
1.2.8 Apa saja kendala usahatani Desa Ngebrak Kecamatan Gampengrejo
Kabupaten Kediri?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah usahatani di Desa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?
1.3.2 Untuk mengetahui transek desaDesa Ngebrak Kecamatan Gampengrejo
Kabupaten Kediri?
1.3.3 Untuk mengetahui profil petani dan usahataniDesa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?
1.3.4 Untuk

mengetahui

analisis

biaya,

penerimaan

dan

keuntungan

(pendapatan) usahatani petani Desa Ngebrak Kecamatan Gampengrejo


Kabupaten Kediri?
1.3.5 Untuk mengetahui analisis kelayakan usahataniDesa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?
1.3.6 Untuk mengetahui pemasaran hasil pertanian Desa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?
1.3.7 Untuk mengetahui kelembagaan petani

desa

Ngebrak

Kecamatan

Gampengrejo Kabupaten Kediri?


1.3.8 Untuk mengetahui kendala usahatani Desa Ngebrak Kecamatan
Gampengrejo Kabupaten Kediri?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Usahatani
Pertanian telah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
manusia. Awalnya pertanian dilakukan hanya semata untuk dapat bertahan
hidup. Untuk memenuhi keperluan hidup, masyarakat menanam apa saja yang
diperlukan, awalnya adalah umbi-umbian.Masyarakat berfikir sederhana
bagaimana mempersiapkan lahan, alat-alat, hewan dan sebagainya. Dari
pengalaman bercocok tanam tersebut, nantinya akan muncul kelompok
manusia yang melanjutkan pekerjaan yang berhubungan dengan bercocok
tanam dan yang merasa tidak berbakat mereka akan memelihara dan
menggembalakan ternak. Kelompok masyarakat yang suka bercocok tanam
akan mencari lahan yang gampang ditanami sesuai dengan kebutuhan
hidupnya. Begitu juga kelompok masyarakat yang memelihara ternak.
Sebelumnya mereka menanam gandum yang mudah hidup. Padilah yang
sejenis paling cocok bagi mereka, karena padi dapat tumbuh baik di lahan
kering maupun tergenang air. Kelompok masyarakat tersebut berkelompok di
satu tempat, tetapi belum mempunyai tempat bermukim secara tepat
(permanen). Kalau tanah pertaniannya mulai merosot kesuburannya, maka
seluruh kelompok tersebut berpindah lahan pertanian, sehingga berpindah
pula tempat bermukim. Mereka membuka tanah baru lagi, bisa tanah hutan
atau tanah padang rumput. Setiap tiga tahun mereka berpindah, sistem
pertanian tersebut dikenal dengan nama berladang yang berpindah-pindah

(shiftingcultivation). Lahan yang ditinggalkan dijadikan belukar agar kembali


subur.
Kemudian sistem bersawah di temukan, orang mulai bermukim ditempat
yang tetap, tanaman padi yang berasal dari daerah padang rumput dan
kemudian juga diusahakan di daerah-daerah hutan dengan cara berladang
yang berpindah diatas tanah kering terbukti dapat tumbuh baik ditempattempat yang tergenang air, bahkan produksinya lebih tinggi dari padi alang.
Pada persawahan ini belum mengenal bajak, pengolahan tanah dikenal
dengan cara menginjak-injak tanah basah sampai menjadi lumpur. Dengan
timbulnya persawahan, orang mulai tinggal tetap disuatu lokasi yang dikenal
dengan nama kampong walaupun usaha tani persawahan sudah dimulai,
namun usaha tani secara berladang yang berpindah-pindah belum
ditinggalkan,namun ada perubahan yang terjadi dalam pengusahaan jenis
tanaman umbi-umbian, daun-daunan dan buah-buahan. Pengusahaan jenis
tanaman tersebut dilakukan jika disekeliling tempat tinggal sehingga dengan
demikian lahir sistem usaha tani pekarangan, sedangkan yang semula
diusahakan secara berladang mulai dijadikan tegalan yang permanen. Untuk
selanjutnya usaha pertanian menjalar ke semua arah, baik kearah pegunungan
maupun kearah pantai-pantai laut. Dengan bertambahnya penduduk
bertambah pula keperluan akan tanah pertanian dan jenis tanaman. Perluasan
tanah pertanian melebar kedaerah-daerah pegunungan dan kedaerah-daerah
pantai.
Di Jawa, sejak VOC menguasai di Batavia, mulailah dilakukan penjualan
atau pemberian tanah yang luas oleh VOC kepada pihak-pihak yang berjasa
kepada Belanda. Pada pemerintahan Belanda, kebijakan pertanian bukan
untuk tujuan memajukan pertanian di Indonesia, melainkan hanya untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya bagi VOC. VOC menentukan
perdagangan monopoli, hanya dengan VOC-lah rakyat boleh berdagang.
Apalagi pada saat ada gerakan tanaman kopi paksa oleh VOC terhadap
penduduk, di Jawa Barat hingga tahun 1921 Tahun 1830, Van Den Bosch

sebagai gubernur Jendral Hindia Belanda mendapatkan tugas rahasia untuk


meningkatkan ekspor dan muncullah yang disebut tanam paksa. Kegiatan itu
betul-betul menguras kekayaan dan menimbulkan kemiskinan. Tanah
pertanian ditinggalkan karena dipaksa menjadi kuli kontrak. Untuk sekedar
menutupi kejahatannya, tahun 1850, diikutsertakan pengusaha swasta dengan
dalih meningkatkan daya beli penduduk pribumi. Tahun 1830 mulai dikenal
tanaman tebu yang berkembang pesat di Jawa yang pada tahun 1870 ingin
mencapai 100 perusahaan. Tahun 1839 mulai dikenal tanaman tembakau yang
dipelopori oleh Mr. Birniess yang mengerahkan 60 tenaga kerja, 500 mandor
dan 350.000 penduduk pribumi. Tahun-tahun berikutnya ada untuk
pengembangan sarana pertanian seperti irigasi dan pendidikan untuk
memenuhi tenaga rendahan di perusahaan kuat Swasta Belanda tersebut.
Sebenarnya Undang-undang Pokok Agraria mengenai pembagian tanah, telah
muncul sejak 1870, namun kenyataanya tanam paksa baru berakhir tahun
1921, itupun tanah masih dikuasai oleh orang-orang Eropa, namun dengan
menanam tanaman bebas mereka mengusahakan pertanian di atas tanah yang
luas, menggunakan modal besar dan usahanya ditetapkan di bawah pimpinan
yang ahli dengan menikmati lindungan dari pemerintah Hindia Belanda.
Maka tidaklah mengherankan, bahwa perusahaan perkebunan ini memperoleh
keuntungan yang luar biasa besarnya. Petani-petani Indonesia hanyalah buruh
dengan upah yang sangat rendah. Hal berlangsung terus hingga zaman
penjajahan berakhir. Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah
terhadap pertanian tidak banyak mengalami perubahan.
Pemerintah tetap mencurahkan perhatian khusus pada produksi padi
dengan berbagai peraturan seperti wajib jual padi kepada pemerintah. Namun
masih banyak tanah yang dikuasai oleh penguasa dan pemilik modal besar,
sehingga petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan mudah
menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya
pun tak berkembang. Setelah swasembada beras hingga tahun 1990 an, baru
ada perubahan kebijakan dari beras ke pangan.Setelah itu mulailah muncul
suatu usaha pertanian yang sehat yang menguntungkan petani dengan di

tandai munculnya undang-undang agraria, hak atas penggunaan air,dan tanah


seperti dalam UUD45 pasal 33, dan pembangunan infrastruktur oleh
pemerintah seperti irigasi, jalan yang menunjang kelancaran kegiatan
pertanian. Penyuluhan-penyuluhan pertanian, lembaga penelitian pertanian
bermanfaat bagi petani khususnya dalam peningkatan hasil pertaniannya.
Pada permulaan tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program
Revolusi Hijau yang dimasyarakat petani dikenal dengan program BIMAS.
Tujuan utama dari program tersebut adalah meningkatkanproduktivitas sektor
pertanian. Revolusi Hijau memakan waktu lebih dari 20 tahun dan telah
berhasil mengubah sikap para petani khususnya para petani sub sektor
pangan, dari anti teknologi ke sikap yang mau memanfaatkan teknologi
pertanian modern. Perubahan sikap petani sangat berpengaruh terhadap
kenaikan produktivitas sub sektor pangan sehingga Indonesia mampu
mencapai swasembada pangan. Namun kerugian yang ditimbulkan Revolusi
Hijau pun tidak sedikit, diantaranya adalah membuat petani menjadi bodoh.
Banyak pengetahuan lokal yang menyangkut pertanian telah banyak
dilupakan, dan para petani tergantung pada paket-paket teknoloogi pertanian
produk industri. Pada tahun 1998 usahatani di Indonesia mengalami
keterpurukan karena adanya krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi
perubahan yang mendadak bahkan kacau balau dalam pertanian kita. Kredit
pertanian dicabut, suku bunga kredit membumbung tinggi sehingga tidak ada
kredit yang tersedia ke pertanian. Karena desakan IMF waktu itu, subsidi
pertanian (pupuk, benih, dll) juga dicabut dan tarif impor komoditi khususnya
pangan dipatok maksimum 5%. Infrastruktur pertanian pedesaan khususnya
irigasi banyak yang rusak karena biaya pemeliharaan tidak ada. Penyuluh
pertanian juga kacau balau karena terlalu mendadak didaerahkan. Tidak
hanya itu, akibat kerusuhan, jaringan distribusi bahan pangan dan sarana
produksi pertanian lumpuh, antrian beras dan minyak goreng terjadi dimanamana. Itulah kondisi pertanian dan pangan yang kita hadapi saat itu.
Akibatperubahan mendadak tersebut pelaku agribisnis khususnya para petani

mengalami kegamangan dan kekacauan. Kredit untuk petani tidak ada, harga
pupuk melambung baik karena depresiasi rupiah maupun karena pencabutan
subsidi. Itulah sebabnya mengapa pada saat krisis pada tahun 1998-1999
booming agribisnis tidak berlangsung lama meskipun depresiasi rupiah cukup
memberi insentif untuk eksport. Perubahan mendadak waktu itu, tidak
memberi waktu bagi para petani untuk menyesuaikan diri. Sehingga PDB
pertanian mengalami pertumbuhan rendah, yaitu hanya sebesar 0,88 persen
(terendah sepanjang sejarah) (Saragih, 2004)
2.2 Transek desa
Pengertian Harfiah
Arti harfiah (terjemahan lurus) dari Transek itu sendiri adalah gambar
irisan muka bumi. Pada awalnya, transek dipergunakan oleh para ahli
lingkungan untuk mengenali dan mengamati wilayah-wilayah Ekologi
(pembagian wilayah lingkungan alam berdasarkan sifat khusus keadaannya).
Pengertian sebagai teknik PRA
Teknik Penelusuran Lokasi (Transek) adalah teknik PRA untuk melakukan
pengamatanlangsung lingkungan dan sumber daya masyarakat, dengan cara
berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang
disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke
dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut.
Jenis Jenis Transek Jenis-jenis Transek berdasarkan jenis informasi (topik
kajian) terdiri dari tiga jenis yaitu Transek Sumber Daya Desa yang bersifat
umum, Transek Sumber Daya Alam dan Transek untuk Topik Topik Khusus.
Uraian singkat ketiha jenis transek tersebut adalah:
1. Transek Sumber Daya Desa ( Umum )
Penelusuran desa adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah
pemukiman desa yang bersangkutan guna mengamati dan mendiskusikan
berbagai keadaan. Keadaan-keadaan yang diamati yaitu pengaturan letak
perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan air
bersih untuk keluarga, keadaan sarana MCK (mandi-cuci-kakus), sarana
umum desa (a.l. sekolah, took, tembok dan gapura desa, tiang listrik,
puskesmas, dsb), juga lokasi kebun dan sumber daya pertanian secara garis

besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum


pemukiman desa tersebut, terutama sarana-sarana yang dimiliki desa,
sedangkan keadaan sumber daya alam dan bukan alam dibahas secara garis
besarnya saja. Kajian ini akan sangat membantu dalam mengenal desa
secara umum dan beberapa sapek lainnya dari wilayah pemukiman yang
kurang diperharikan.

2. Transek Sumber Daya Alam


Transek ini dilakukan untuk mengenal dan mengamati secara lebih
tajam

mengenai

potensi

sumberdaya

alam

serta

permasalahan-

permasalahannya, terutama sumber daya pertanian. Seringkali, lokasi


kebun dan lahan pertanian lainnya milik masyarakat berada di batas dan
luar desa, sehingga transek sumber daya alam ini bisa sampai keluar
desa. Informasi-informasi yang bisanya muncul antara lain adalah :

Bentuk dan keadaan permukaan alam (topografi) : termasuk ke dalamnya


adalah kemiringan lahan, jenis tanah dan kesuburannya, daerah
tangkapan air dan sumber-sumber air (sungai, mata air, sumur).

Pemanfaatan sumber daya tanah (tataguna lahan) : yaitu untuk wilayah


permukiman, kebun, sawah, lading, hutan, bangunan, jalan, padang
gembala, dan sebagainya.

Pola usaha tani: mencakup jenis-jenis tanaman penting (antara lain jenisjenis local) dan kegunaanya (misalnya tanaman pangan, tanaman obat,
pakan ternak, dsb), produktivitas lahan dan hasilnya dan sebagainya.

Teknologi setempat dan cara pengelolaan sumber daya alam : termasuk


teknologi tradisional, misalnya penahan erosi dari batu, kayu, atau pagar
hidup; pohon penahan api; pemeliharaan tanaman keras; system
beternak; penanaman berbagai jenis rumput untuk pakan ternak, penahan
air, penutup tanah; system pengelolaan air, (konservasi air, kontrol erosi,
dan pengairan) dan beberapa hal lainnya.

Pemilikan sumber daya alam : biasanya terdiri dari milik perorangan,


milik adat, milik umum/desa, milik pemerintah (missal hutan). Kajian
lebih lanjut yang dilakukan antara lain adalah :
a. Kajian mata pencaharian yang memanfaatkan sumber daya
tersebut baik oleh pemilik maupun bukan (missal, penduduk
yang tidak memiliki kebun mungkin menjadi pengumpul kayu
bakar dari hutan, menjadi buruh, dsb).
b. Kajian mengenai hal-hal lain yang mempengaruhi pengelolaan
sumber daya, seperti perilaku berladang dan tata cara adat
dalam

pengelolaan

tanah,

pengelolaan

air,

peraturan

memelihara ternak, upacara panen, dan sebagainya.


3. Transek Topik Topik Lain
Transek juga bisa dilakukan untuk mengamati dan membahas topiktopik khusus. Misalnya: transek yang dilakukan khusus untuk mengamati
sarana kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan desa, transek wilayah
persebaran hama, atau transek khusus untuk mengamati sumber air dan
system pengelolaan aliran air serta irigasi, pendidikan dasar, dan
sebagainya
2.3 Profil Usahatani
2.3.1 Karakteristik Usahatani dan Petani di Indonesia
Di Indonesia sampai saat ini usaha tani yang ada, masih dalam lingkup
usaha tani kecil. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

Berusahatani dalam lingkungan tekanan penduduk lokal yang meningkat.


Sumberdaya terbatas tingkat kehidupan rendah.
Bergantung kepada produksi yang subsisten (belum komersil).
Kurang mendpt pelayanan kesehatan, pendidikan.
Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan,

yaitu hanya terfokus pada usahatani, lemahnya dukungan kebijakan mikro, serta
pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya, usaha pertanian di Indonesia sampai
saat ini masih banyak di dominasi oleh usaha dengan skala kecil, modal yang
terbatas, penggunaan teknologi yang sederhana, sangat dipengaruhi oleh musim,

wilayah pasarnya lokal, umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga.


Sehingga menyebabkan terjadinya involusi petani (pengangguran tersembunyi),
akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, pasar komoditi pertanian
bersifat mono/oligopsoni sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani
Usaha tani kecil juga memiliki beberapa batasan yang menyebabkan usaha tani ini
kurang dapat berkembang dan potensial. Apabila dilihat dari segi petaninya,
petani Indonesia cenderung memiliki pendapatan rendah : 240 kg beras/thn ,
lahan yang mereka miliki sempit : 0,25 Ha (Jawa) dan 0,5 Ha (Luar Jawa),
kekurangan modal & tabungan terbatas, pengetahuan terbatas, menjadikan sektor
pertanian sebagai tumpuan dalam penyedia lapangan kerja, dan kelompok tani
yang kecil-kecil namun kurang aktif sehingga memunculkan Shared poverty
(kemiskinan berbagi). (Soekartawi, 2002) Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani.
Universitas Indonesia. Jakarta
2.3.2 Tinjauan tentang Komoditas Pertanian

Teknik Budidaya Komoditas Padi


Menurut BAPPENAS (2000) syarat tumbuh tanaman padi tergantung
pada:

a. Iklim
Tumbuh di daerah tropis/ subtropics pada 45 derajat LU sampai 45 derajat LS
dengan cuaca panas dan kelembaban tinggi dengan musim hujan 4 bulan.
Rata-rata curah hujan yang baik adalah 200 mm/bulan atau 1500-2000
mm/tahun. Padi dapat ditanam di musim kemarau atau hujan. Pada musim
kemarau produksi meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia. Di musim
hujan, walaupun air melimpah prduksi dapat menurun karena penyerbukan
kurang intensif.
Di dataran rendah padi memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan temperatur
22-27 derajat C sedangkan di dataran tinggi 650-1.500 m dpl dengan
temperatur 19-23 derajat C.
Tanaman padi memerlukan penyinaram matahari penuh tanpa naungan.
Angin berpengaruh pada penyerbukan dan pembuahan tetapi jika terlalu
kencang akan merobohkan tanaman.
b. Media Tanam Padi Sawah

Padi sawah ditanam di tanah berlempung yang berat atau tanah yang memiliki
lapisan keras 30 cm di bawah permukaan tanah.
Menghendaki tanah lumpur yang subur dengan ketebalan 18-22 cm.
Keasaman tanah antara pH 4,0-7,0. Pada padi sawah, penggenangan akan
mengubah pH tanam menjadi netral (7,0). Pada prinsipnya tanah berkapur
dengan pH 8,1-8,2 tidak merusak tanaman padi. Karena mengalami
penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan reduksi yang tidak mengandung
oksigen dan pH tanah sawah biasanya mendekati netral. Untuk mendapatkan
tanah sawah yang memenuhi syarat diperlukan pengolahan tanah yang
khusus.
c. Ketinggian Tempat
Tanaman dapat tumbuh pada derah mulai dari daratan rendah sampai daratan
tinggi.
Pedoman Budidaya
a. Pembibitan
1) Persyaratan Benih
Syarat benih yang baik: a) Tidak mengandung gabah hampa, potongan jerami,
kerikil, tanah dan hama gudang. b) Warna gabah sesuai aslinya dan cerah. c)
Bentuk gabah tidak berubah dan sesuai aslinya. d) Daya perkecambahan 80%.
2) Penyiapan Benih
Benih dimasukkan ke dalam karung goni dan direndam 1 malam di dalam air
mengalir supaya perkecambahan benih bersamaan.
3) Teknik Penyemaian Benih
Padi sawah Untuk satu hektar padi sawah diperlukan 25-40 kg benih
tergantung pada jenis padinya. Lahan persemaian dipersiapkan 50 hari
sebelum semai. Luas persemaian kira-kira 1/20 dari aeral sawah yang akan
ditanami. Lahan persemaian dibajak dan digaru kemudian dibuat bedengan
sepanjang 500-600 cm, lebar 120 cm dan tinggi 20 cm. Sebelum penyemaian,
taburi pupuk urea dan SP-36 masing-masing 10 gram/meter persegi. Benih
disemai dengan kerapatan 75 gram/meter persegi
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Persemaian diairi dengan berangsur sampai setinggi 5 cm. Semprotkan
pestisida pada hari ke 7 dan taburi pupuk urea 10 gram/meter persegi pada
hari ke 10.
5) Pemindahan benih

Bibit yang siap dipindahtanamkan ke sawah berumur 25-40 hari, berdaun 5-7
helai, batang bawah besar dan kuat, pertumbuhan seragam, tidak terserang
hama dan penyakit.
Teknik Penanaman
a. Pola Tanam
Pada areal beririgasi, lahan dapat ditanami padi 3 x setahun, tetapi pada
sawah tadah hujan harus dilakukan pergiliran tanaman dengan palawija.
Pergiliran tanaman ini juga dilakukan pada lahan beririgasi, biasanya setelah
satu tahun menanam padi. Untuk meningkatkan produktivitas lahan,
seringkali dilakukan tumpang sari dengan tanaman semusim lainnya,
misalnya padi gogo dengan jagung atau padi gogo di antara ubi kayu dan
kacang tanah. Pada pertanaman padi sawah, tanaman tumpang sari ditanam di
pematang sawah, biasanya berupa kacangkacangan.
b. Penanaman Padi Sawah
Bibit ditanam dalam larikan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, 25 x 25 cm, 22 x
22 cm atau 30 x 20 cm tergantung pada varitas padi, kesuburan tanah dan
musim. Padi dengan jumlah anakan yang banyak memerlukan jarak tanam
yang lebih lebar. Pada tanah subur jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam di
daerah pegunungan lebih rapat karena bibit tumbuh lebih lambat. 2-3 batang
bibit ditanam pada kedalaman 3-4 cm.
Pemeliharaan Tanaman
a. Penjarangan dan Penyulaman Padi Sawah
Penyulaman tanaman yang mati dilakukan paling lama 14 hari setelah tanam.
Bibit sulaman harus dari jenis yang sama yang merupakan bibit cadangan
pada persemaian bibit.
b. Penyiangan Padi Sawah
Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang dikerjakan
sekaligus dengan menggemburkan tanah. Penyiangan dilakukan dua kali yaitu
pada saat berumur 3 dan 6 minggu dengan menggunakan landak (alat
penyiang mekanis yang berfungsi dengan cara didorong) atau cangkul kecil.
c. Pengairan Padi Sawah
Air berasal dari sumber air yang telah ditentukan Dinas Pengairan/ Dinas
Pertanian dengan aliran air tidak deras.
Air harus bisa menggenangi sawah dengan merata.
Lubang pemasukkan dan pembuangan air letaknya bersebrangan agar air
merata di seluruh lahan

Air mengalir membawa lumpur dan kotoran yang diendapkan pada petak
sawah. Kotoran berfungsi sebagai pupuk.
Genangan air harus pada ketinggian yang telah ditentukan.
d. Pemupukan Padi Sawah
Pupuk kandang 5 ton/ha diberikan ke dalam tanah dua minggu sebelum tanam
pada waktu pembajakan tanah sawah. Pupuk anorganik yang dianjurkan
Urea=300 kg/ha, TSP=75-175 kg/ha dan KCl=50 kg/ha.
Pupuk Urea diberikan 2 kali, yaitu pada 3-4 minggu, 6-8 minggu setelah
tanam. Urea disebarkan dan diinjak agar terbenam. Pupuk TSP diberikan satu
hari sebelum tanam dengan cara disebarkan dan dibenamkan. Pupuk KCl
diberikan 2 kali yaitu pada saat tanam dan saat menjelang keluar malai.
e. Penyiangan dan Pembumbunan Padi Gogo
Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit atau dengan tangan
waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan
bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul
malai
f. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penyemprotan pestisida dilakukan 1-2 minggu sekali tergantung dari
intensitas serangan.
Teknik Budidaya Komoditas Jagung
Menurut BAPPENAS (2000) syarat tumbuh tanaman jagung tergantung pada:
a. Iklim
Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerahdaerah beriklim sedang hingga daerah beriklim sub-tropis/tropis yang
basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang terletak antara 0-50 derajat LU
hingga 0-40 derajat LS.
Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini memerlukan curah
hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung perlu mendapatkan cukup air.
Sebaiknya jagung ditanam diawal musim hujan, dan menjelang musim
kemarau.

Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari. Tanaman


jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/ merana, dan
memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34 derajat C, akan tetapi
bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara 2327 derajat C. Pada proses perkecambahan benih jagung memerlukan suhu
yang cocok sekitar 30 derajat C.
Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik daripada
musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu pemasakan biji dan
pengeringan hasil.
b. Media Tanam Jagung
Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar supaya dapat
tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya humus.
Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol (berasal dari
gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir. Pada tanah-tanah dengan
tekstur berat (grumosol) masih dapat ditanami jagung dengan hasil yang baik
dengan pengolahan tanah secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur
lempung/liat (latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.
Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-unsur hara
tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung
adalah pH antara 5,6 - 7,5.
Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan ketersediaan air dalam
kondisi baik.
Tanah dengan kemiringan kurang dari 8 % dapat ditanami jagung, karena
disana kemungkinan terjadinya erosi tanah sangat kecil. Sedangkan daerah
dengan tingkat kemiringan lebih dari 8 %, sebaiknya dilakukan pembentukan
teras dahulu.
c. Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl.
Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan
ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.
Pedoman Budidaya
a. Pembibitan
1. Persyaratan Benih
Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik,
fisik maupun fisiologinya. Berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar,
tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak
tercemar hama dan penyakit). Benih yang demikian dapat diperoleh bila

menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan


sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh
benih.Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan
produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa
kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang
lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia
dalam jumlah terbatas. Beberapa varietas unggul jagung untuk dipilih sebagai
benih adalah: Hibrida C 1, Hibrida C 2, Hibrida Pioneer 1, Pioneer 2, IPB 4,
CPI-1, Kaliangga, Wiyasa, Arjuna, Basterkuning, Kania Putih, Metro,
Harapan, Bima, Permadi, Bogor Composite, Parikesit, Sadewa, Nakula.
Selain itu, jenis-jenis unggul yang belum lama dikembangkan adalah: CPI-2,
BISI-1, BISI-2, P-3, P-4, P-5, C-3, Semar 1 dan Semar 2 (semuanya jenis
Hibrida).
2. Penyiapan Benih
Benih dapat diperoleh dari penanaman sendiri yang dipilih dari beberapa
tanaman jagung yang sehat pertumbuhannya. Dari tanaman terpilih, diambil
yang tongkolnya besar, barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot,
dan tidak terserang oleh hama penyakit. Tongkol dipetik pada saat lewat fase
matang fisiologi dengan ciri: biji sudah mengeras dan sebagian besar daun
menguning. Tongkol dikupas dan dikeringkan hingga kering betul. Apabila
benih akan disimpan dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol
dibungkus dan disimpan dan disimpan di tempat kering. Dari tongkol yang
sudah kering, diambil biji bagian tengah sebagai benih. Biji yang terdapat di
bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih. Daya tumbuh benih
harus lebih dari 90%, jika kurang dari itu sebaiknya benih diganti. Benih yang
dibutuhkan adalah sebanyak 20-30 kg untuk setiap hektar.
3. Pemindahan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dulu dengan fungisida seperti
Benlate, terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Sedangkan bila
diduga akan ada serangan lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih
dimasukkan ke dalam lubang bersama-sama dengan insektisida butiran dan
sistemik seperti Furadan 3 G.
b. Pengolahan Media Tanam
1. Persiapan

Dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar
diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Tanah yang akan
ditanami (calon tempat barisan tanaman) dicangkul sedalam 15-20 cm,
kemudian diratakan. Tanah yang keras memerlukan pengolahan yang lebih
banyak. Pertama-tama tanah dicangkul/dibajak lalu dihaluskan dan diratakan.
2. Pembukaan Lahan
Pengolahan lahan diawali dengan membersihkan lahan dari sisa sisa tanaman
sebelumnya. Bila perlu sisa tanaman yang cukup banyak dibakar, abunya
dikembalikan ke dalam tanah, kemudian dilanjutkan dengan pencangkulan
dan pengolahan tanah dengan bajak.
3. Pembentukan Bedengan
Setelah tanah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan
tanaman. Lebar saluran 25-30 cm dengan kedalaman 20 cm. Saluran ini
dibuat terutama pada tanah yang drainasenya jelek.
4. Pengapuran
Di daerah dengan pH kurang dari 5, tanah harus dikapur. Jumlah kapur yang
diberikan berkisar antara 1-3 ton yang diberikan tiap 2-3 tahun. Pemberian
dilakukan dengan cara menyebar kapur secara merata atau pada barisan
tanaman, sekitar 1 bulan sebelum tanam. Dapat pula digunakan dosis 300
kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada barisan tanaman.
5. Pemupukan
Apabila tanah yang akan ditanami tidak menjamin ketersediaan hara yang
cukup maka harus dilakukan pemupukan. Dosis pupuk yang dibutuhkan
tanaman sangat bergantung pada kesuburan tanah dan diberikan secara
bertahap. Anjuran dosis rata-rata adalah: Urea=200-300 kg/ha, TSP=75-100
kg/ha dan KCl=50-100 kg/ha.
c. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanaman
Pola tanam memiliki arti penting dalam sistem produksi tanaman. Dengan
pola tanam ini berarti memanfaatkan dan memadukan berbagai komponen
yang tersedia (agroklimat, tanah, tanaman, hama dan penyakit, keteknikan
dan sosial ekonomi). Pola tanam di daerah tropis seperti di Indonesia,
biasanya disusun selama 1 tahun dengan memperhatikan curah hujan
(terutama pada daerah/lahanyang sepenuhnya tergantung dari hujan. Maka

pemilihan jenis/varietas yang ditanampun perlu disesuaikan dengan keadaan


air yang tersedia ataupun curah hujan.
2. Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di
perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang
tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih.Jarak tanam
jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya,
tanaman akan semakin tinggi dan memerlukan tempat yang lebih luas. Jagung
berumur dalam/panjang dengan waktu panen 100 hari sejak penanaman,
jarak tanamnya dibuat 40x100 cm (2 tanaman /lubang). Jagung berumur
sedang (panen 80-100 hari), jarak tanamnya 25x75 cm (1 tanaman/lubang).
Sedangkan jagung berumur pendek (panen < 80 hari), jarak tanamnya 20x50
cm (1 tanaman/lubang). Kedalaman lubang tanam yaitu antara 35 cm.
3. Cara Penanaman
Pada jarak tanam 75 x 25 cm setiap lubang ditanam satu tanaman. Dapat juga
digunakan jarak tanam 75 x 50 cm, setiap lubang ditanam dua
tanaman.Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang
atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim
hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya
cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman
sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah
kering, perlu diairi dahulu, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan akan turun.
Pembuatan lubang tanaman dan penanaman biasanya memerlukan 4 orang (2
orang membuat lubang, 1 orang memasukkan benih, 1 orang lagi
memasukkan pupuk dasar danmenutup lubang). Jumlah benih yang
dimasukkan per lubang tergantung yang dikehendaki, bila dikehendaki 2
tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji per lubang, bila
dikehendaki 1 tanaman per lubang, maka benih yang dimasukkan 2 butir
benih per lubang.
d. Pemeliharaan
1. Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang
sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3
tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 2 atau 1, maka tanaman

tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya paling tidak baik,


dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan
tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena
akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Kegiatan ini
dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan
dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman
hendaknya menggunakan benih dari jenis yang sama. Waktu penyulaman
paling lambat dua minggu setelah tanam.
2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membersihkan lahan dari tanaman pengganggu
(gulma). Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
jagung yang masih muda biasanya dengan tangan atau cangkul kecil, garpu
dan sebagainya. Yang penting dalam penyiangan ini tidak mengganggu
perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat
mencengkeram tanah. Hal ini biasanya dilakukan setelah tanaman berumur
15 hari.
3. Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan
untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah.
Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan
tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman
berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di
sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian
ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang
memanjang. Untuk efisiensi tenagabiasanya pembubunan dilakukan
bersama dengan penyiangan kedua yaitu setelah tanaman berumur 1 bulan.
4. Pemupukan
Dosis pemupukan jagung untuk setiap hektarnya adalah pupuk Urea
sebanyak 200-300 kg, pupuk TSP/SP 36 sebanyak 75-100 kg, dan pupuk
KCl sebanyak 50100 kg. Pemupukan dapat dilakukan dalam tiga tahap.
Pada tahap pertama (pupuk dasar), pupuk diberikan bersamaan dengan
waktu tanam. Pada tahap kedua (pupuk susulan I), pupuk diberikan setelah
tanaman jagung berumur 3-4 minggu setelah tanam. Pada tahap ketiga

(pupuk susulan II), pupuk diberikan setelah tanaman jagung berumur 8


minggu atau setelah malai keluar.
5. Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila
tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan
tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman
berbunga, air yang diperlukan lebih besar sehingga perlu dialirkan air pada
parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
6. Waktu Penyemprotan Pestisida
Penggunaan pestisida hanya diperkenankan setelah terlihat adanya hama
yang dapat membahayakan proses produksi jagung. Adapun pestisida yang
digunakan yaitu pestisida yang dipakai untuk mengendalikan ulat.
Pelaksanaan penyemprotan hendaknya memperlihatkan kelestarian musuh
alami dan tingkat populasi hama yang menyerang, sehingga perlakuan ini
akan lebih efisien.
2.4 Analisis Biaya , Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani (beserta
rumus dan kurva)
Efisiensi usaha tani dapat dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi
teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1989). Produksi
merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas eknomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat
dipahami bahwa kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input.
Atau masukan untuk menghasilakan output.

Berikut Rumus Analisis Biaya , Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan)


Usahatani :

Total biaya produksi adalah penjumlahan dari biaya tetap ( fixed cost ) dengan
biaya tidak tetap (variable cost ), dan dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

TC = FC + VC
Keterangan:
TC = Total Biaya (Rp)
FC = Biaya Tetap (Rp)

VC = Biaya Variabel (Rp)


Penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual, pernyataan ini dapat ditulis sebagai berikut:

TR = Y. PY
Keterangan:
TR = total penerimaan (Rp)
Y = produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani (Rp)
PY = Harga Y ( Rp )
Pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya
sehingga dapat ditulis dengan rumus :

Pd = TR TC
Keterangan :
Pd = Pendapatan usaha tani (Rp)
TR = Total Penerimaan ( Rp )
TC = Total Biaya (Rp )
2.5 Analisis Kelayakan Usahatani
2.5.1 R/C Ratio
Menurut Soekartawi (1995), R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan
perbandingan antara penerimaan dan biaya, yang secara matematik dapat
dinyatakan dengan :
PQ.Q
R/C = (TFC+TVC)
Keterangan :
R

= penerimaan

= output

= biaya

TFC

= biayatetap (fixed cost)

PQ

= harga output

TVC

= biaya variable (variable cost)

Ada 3 kriteriadalam R/C Ratio, yaitu :

R/C rasio>1 maka usahatani tersebut efisien dan menguntungkan


R/C rasio= 1 maka usahatani tersebut BEP
R/C rasio< 1 maka usaha tani tersebut tidak efisien atau merugikan

2.5.2 BEP (Break Even Point)


Menurut Soekartawi (1995

),Break Even Point

adalahsuatu keadaan dimana dalam suatu operasi perusahaantidak mendapat


untung maupun rugi atau impas (penghasilan = total biaya).BEP dapat
dihitung dengan tiga cara yaitu :
a. BEP Produksi (unit)
Break Even Point volume produksi menggambarkan produksi minimal
yang harus dihasilkan dalamusaha agroindustry agar tidak mengalami
kerugian.
BEP Produksi (Unit) =

TVC
PTVC /Q

Keterangan :
BEP = Break Even Point

TVC = Total Variable Cost (biaya variabel)

Q = Quantities (produksi)

P = HargaProduk

TFC = Total Fixed Cost (biaya tetap)

b. BEP Penerimaan (Rupiah)


Break Even Point rupiah menggambarkan total penerimaan produk
dengankuantitasproduk pada saat BEP.

BEP Penerimaan (Rp) =

TVC
1TVC /TR

Keterangan :
BEP = Break Even Point

TR = Total Revenue (Penerimaan)

TFC = Total Fixed Cost

TVC = Total Variable Cost (biaya variable)

c. BEP Harga (Rupiah)


Break Even Point harga menggambarkan harga produk per satuan unit
pada saat BEP, atau dengan kata lain adalah biaya rata-rata per satuan
produk (ATC / Average Total Cost)
TC
BEP harga (Rp) = Q
Keterangan :
BEP = Break Even Point (titik impas)
TC = Total Cost (biaya total)

Q = Quantities (produksi)

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Sejarah Usahatani
Usaha tani petani di Desa Ngebrak, Kecamatan Gampengrejo,
Kabupaten Kediri dari tahun ketahun masih tetap sama. Komoditas
yang ditanam adalah padi-padi-kedelai, namun ditahun 90-an terjadi
perubahan yakni padi-padi-jagung. Hal ini terjadi karena keuntungan
yang didapat dari menanam komoditas jagung lebh tinggi daripada
komoditas kedelai. Untuk hasil panen komoditas padi, sebagian dijual
kepada tengkulak dan sebagian digunakan untuk konsumsi. Sedangkan
untuk komoditas jagung, seluruh hasil panen dijual kepada tengkulak
untuk biaya pengelolaan lahan sawah.Mayoritas lahan petani bukan
milik sendiri tetapi lahan sewa. Tanah sewa memiliki sistem
pembagian biaya dan laba. 1/3 hasil diberikan kepada pemilik lahan
sebagai upah sewa, 1/3 untuk pengelolaan komoditas yang ditanam
dan 1/3 untuk laba petani penyewa. Apabila lahan yang digunakan

adalah lahan milik sendiri, maka 75% hasil panen merupakan laba
petani dan 25% untuk biaya pengolahan lahan dan tanaman.
Petani di desa Ngebrak saat ini tetap menggunakan sistem
pertanian turun-temurun namun tetap dapat menerima adanya
teknologi baru yang masuk, seperti bajak dan selep sehingga dapat
membantu meringankan pekerjaan petani walaupun biaya yang
dikeluarkan sedikit lebih mahal jika dibandingkan dengan alat
tradisional seperti cangkul dan lesung.
Selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir di Desa Ngebrak
terbentuk Kelompok Tani yang bernama SIDO MAKMUR yang
diketuai oleh KH. Manrois dengan 64 anggota. Dibentuknya
kelompok tani ini memberikan dampak positif bagi petani yang ada di
desa tersebut karena terciptanya suatu organisasi yang dapat
bermanfaat bagi petani yakni penyuluhan dari UPSUS (Upaya
Khusus) yang merupakan program pemerintah dalam kegiatan
pengawalan dan pendampingan peningkatan produksi tiga komoditas
yaitu padi, jagung, dan kedelai (Pajale) dalam upaya pencapaian
swasembada berkelanjutan.
Selain penyuluhan anggota kelompok tani juga mendapatakan
bantuan bibit, obat-obatan dan pupuk. Bantuan pupuk terdiri dari
pupuk organik (petroganik), urea, ZA, dan phonska. Pemberian
bantuan bibit jagung sebesar 25 kwintal. Alur pemberian bantuan
berasal dari pemerintah yang diberikan kepada kelompok tani dan
selanjutnya akan dibagikan ke anggota kelompok tani secara merata.
Pertemuan rutin juga dilakukan kelompok tani dengan penyuluh
pertanian yang membahas tentang permasalahan yang dihadapi petani
seperti cara budidaya tanaman jagung hibrida dan rencana
pelaksanaan program budidaya tanaman kedelai.

3.2 Transek Desa

3.3 Profil Petani dan Usahatani


Keterangan
Luas
No

Nama Petugas

Nama Petani

Umur

Survey

(tahun)

Petani

Pendidikan

Penguasaa
n Lahan
Pertanian
(m2)

Furika

Apriliastuti
Riza Fauziatul

Ulma
Joni Prasetyo
Reni Zuanita
Galih

3
4
5

Supriyadi

64

SD

3360

Mukodam

49

SMA

5600

Makrus
Ashari

70
70

SMP
SMA

6020
3500

Jatimen
73
SD
2380
Kurniawan Jati
Berdasarkan tabel diatas, hampir semua petani yang kami wawancarai sudah berusia
lanjut. Petani yang paling mudah adalah Bapak Mukodam, yang berusia 49 tahun.
Dari tingkat pendidikan, hanya Bapak Mukodam dan Bapak Ashari yang pendidikanya
sampai SMA. Sedangkan petani lainnya, hanya sampai SMP atau SD. Masing-masing
petani yang kami wawancarai memiki penguasaan lahan pertanian yang cukup luas.
Petani kami yang memiki penguasaan lahan paling sedikit adalah Bapak Jatimen,
beliau menguasai lahan 0, 24 hektar. Menurut Daniel (2002), luas penguasaan lahan
pertanian merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses produksi ataupun
usahatani dan usaha pertanian. Dalam usahatani misalnya pemilikan atau penguasaan
lahan sempit sudah pasti kurang efisien dibanding lahan yang lebih luas. Semakin
sempit lahan usaha, semakin tidak efisien usahatani yang dilakukan kecuali bila
usahatani dijalankan dengan tertib. Luas pemilikan atau penguasaan berhubungan
dengan efisiensi usahatani. Penggunaan masukan akan semakin efisien bila luas lahan
yang dikuasai semakin besar. Sehingga petani yang paling tidak efisien dari petani
yang kami wawancarai adalah Bapak Jatimen karena luas lahan yang dikuasainya
hanya 2,4 hektar.

Usahatani Bapak Supriyadi


-

Komoditas

: Padi dan jagung

Pola tanam

: Monokultur

Tabel kegiatan bercocok tanam


No
1

Waktu Tanam
Januari April

Jenis Kegiatan
Menanam padi

Uraian
Penanaman dilakukan pada

awal bulan Januari


Penanamana dilakukan

April-Juli

Menanam padi

Agustus-November

Menanam jagung

pada akhir bulan April


Penanaman dilakukan pada

pertengahan bulan Agustus


Bercocok tanam menggunakan pupuk organik yaitu petro organik. Beliau juga
menggunakan pupuk kimia urea, ZA, dan SP36. Untuk pengendalian hama, beliau
menggunakan pestisida kimia tetrin, folicur, matador. Sedangakan untuk
pengendalian

penyakit

tanaman,

beliau

menggunakan

furadan.

Beliau

mendapatkan input tersebut dari toko pertanian di Desa Combong, Kecamatan


Gampengrejo, Kabupaten Kediri.

Usahatani Bapak Mukodam


-

Komoditas

: Padi dan jagung

Pola tanam

: Monokultur

Tabel kegiatan bercocok tanam

No

Waktu Tanam

Jenis Kegiatan

Uraian
Penanaman dilakukan pada

Januari -April

Menanam padi

April-Juli

Menanam padi

Agustus-November

Menanam jagung

awal bulan Januari


Penanamana dilakukan
pada akhir bulan April
Penanaman dilakukan pada

pertengahan bulan Agustus


Bercocok tanam menggunakan pupuk organik yaitu petro organik. Beliau juga
menggunakan pupuk kimia urea, ZA, SP36, dan NPK. Untuk pengendalian hama,
beliau menggunakan pestisida kimia tetrin, folicur, matador. Sedangakan untuk
pengendalian

penyakit

tanaman,

beliau

menggunakan

furadan.

Beliau

mendapatkan input tersebut dari toko pertanian di Desa Combong, Kecamatan


Gampengrejo, Kabupaten Kediri.

Usahatani Bapak Makrus


-

Komoditas

: Padi dan jagung

Pola tanam

: Monokultur

Tabel kegiatan bercocok tanam


No

Waktu Tanam

Jenis Kegiatan

Desember-Maret

Menanam padi

Maret-Juni

Menanam padi

Uraian
Penanaman dilakukan pada
akhir bulan Desember
Penanaman dilakukan pada

Agustus-November

Menanam jagung

akhir bulan Maret


Penanaman dilakukan pada

pertengahan bulan Agustus


Kegiatan becocok tanam menggunakan pupuk kimia NPK, urea, dan ZA. Selain
itu juga menggunakan pupuk organik yaitu petro organik. Untuk pengendalian
hama, belau memiliki pilihan pestisida yang berubah-ubah. Pestisida yang
terakhir kali beliau gunakan adalah matador. Beliau juga melakukan
pengendalian gulma menggunakan herbisida nokson. Tempat pembelian pestisida
dan pupuk yang beliau pilih adalah toko pertanian yang terletak di desa
Combong, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri.

Usahatani Bapak Ashari


-

Komoditas

: Padi dan jagung

Pola tanam

: Monokultur

Tabel kegiatan bercocok tanam

No

Waktu Tanam

Jenis Kegiatan

Desember-Maret

Menanam padi

Maret-Juni

Menanam padi

Agustus-November

Menanam jagung

Uraian
Penanaman dilakukan pada
akhir bulan Desember
Penanaman dilakukan pada
akhir bulan Maret
Penanaman dilakukan pada

pertengahan bulan Agustus


Bercocok tanam menggunakan pupuk kimia urea, Za, SP 36. Pupuk organik yang
beliau gunakan adalah petro organik. Pestisida yang beliau gunakan adalah
poradon dan matador. Beliau mendapat input tersebut dari toko pertanian di Desa
Combong, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri.

Usahatani Bapak Jatimen


-

Komoditas

: Padi dan jagung

Pola tanam

: Monokultur

Tabel kegiatan bercocok tanam


No

Waktu Tanam

Jenis Kegiatan

Januari-April

Menanam padi

Mei-Agustus

Menanam padi

Oktober-Desember

Menanam jagung

Uraian
Penanaman dilakukan pada
awal bulan Januari
Penanaman dilakukan awal
bulan Mei
Penamanan dilakukan pada
pertengahan Oktober

Bercocok tanam menggunakan pupuk kimia urea, Za, SP 36. Beliau tidak
menggunakan pestisida. Pupuk yang digunakan tersebut berasal dari toko
pertanian di Desa Combong, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri.

3.4 Analisis Biaya, Penerimaan dan Keuntungan (Pendapatan) Usahatani


Petani 1
1. Nama Petugas Survey : Furika Apriliastuti
2. Nama Petani

: Supriyadi

3. Umur

: 64 tahun
Padi
i.

Biaya Usahatani

a. Biaya Tetap
No

Uraian

Sewa Lahan

Sewa Alat:
Traktor

Mesin panen
Penyusutan Alat:

Jumlah
(Unit)
240 ru
(3360 m2)
240 ru
(3360 m2)
1

Cangkul

Sabit

Harga (Rp)
Perhitungan
(2.500.000x2,4)/
3

Biaya (Rp)
2.000.000

160.000x2,4

384.000

1x300.000

300.000

(100.00050.000)/3
(35.00015.000)/3

16.600
6.600

Pajak
Total Biaya Tetap

2.707.200

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian
Bibit : IR 64
Pupuk:
Urea
ZA
SP 36
Petro organik
Pestisida;

Jumlah
(unit)
1 Sak
1 Sak
1 Sak
1 Sak
1 Sak

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

60.000

60.000

90.000
70.000
100.000
20.000

90.000
70.000
100.000
20.000

Tetrin
1 Botol
Furadan
1 Kg
Folicur
1 Botol
Matador
1 Botol
Total biaya variable a
4

30.000
25.000
80.000
35.000

30.000
25.000
80.000
35.000
510.000

Biaya tenaga kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan
Pemberantasan
HPT

4
1
1

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
200.000
50.000
50.000

50.000

Panen

Dihitung pada sewa


mesin panen
350.000

Total biaya variable b


c. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


2.707.200
860.000
3.567.200

ii. Penerimaan Usahatani


No
1
2

Uraian
Nilai
Produksi (unit)
1,92 ton
Harga (persatuan unit)
Rp 5.500/kg
Penerimaan Usahatani

Jumlah
1920 kg
Rp 5.500x1920
Rp 10.560.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

Jumlah (Rp)
3.567.200
10.560.000
6.992.800

Jagung
i.Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap
No

Uraian

Jumlah

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

Sewa lahan

Sewa alat:
Traktor

(Unit)
240 ru
(3360 m2)

Perhitungan
(2.500.000x2,4)/
3

240 ru
(3360 m2)

160.000x2,4

2.000.000
384.000

Penyusutan alat:
Cangkul

Sabit

(100.00050.000)/3
(35.00015.000)/3

16.600
6.600

Pajak
Total Biaya Tetap

2.407.200

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian

Jumlah
(unit)
5 sak

Bibit: P-27 P31


Pupuk:
Urea
1 Sak
ZA
1 Sak
SP 36
1 Sak
Petro organik
1 Sak
Pestisida:
Furadan
1 Kg
Rondap
1 Liter
Gramason
1 Liter
Total biaya variable a
Biaya tenaga kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
4
Pemupukan
2
Pemeliharaan
2
Pemberantasan
1
HPT
Panen
4
Total biaya variable b

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

60.000

300.000

90.000
70.000
100.000
20.000

90.000
70.000
100.000
20.000

25.000
68.000
50.000

25.000
68.000
50.000
723.000

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
200.000
100.000
100.000
50.000
200.000
650.000

c. Total Biaya
No
1

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)

Total Biaya (Rp)


2.407.200

Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)


Total Biaya (Total Cost)

1.373.000
3.780.200

ii. Penerimaan Usahatani


No
1

Uraian
Produksi (unit)

Nilai
2,4 ton

Harga (persatuan unit)

Rp 4.650/kg

Penerimaan Usahatani

Jumlah
2400 kg
Rp
4.650.000x2400
Rp 11.160.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

Jumlah (Rp)
3.780.200
11.160.000
7.379.800

1. Nama Petugas Survey

Petani 2
: Riza Fauziatul Ulma

2. Nama Petani

: Mukodam

3. Umur

: 49 tahun

Padi
i. Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap
No

Uraian

1
2

Sewa lahan
Sewa alat:
Traktor

Jumlah
(Unit)
5600 m2
(400 ru)

Harga (Rp)
Perhitunga
n
160.000 x 4

Biaya (Rp)
640.000

Penyusutan alat:
Cangkul

Sprayer

Osrok

Sabit

Pajak

5600 m2
(400 ru)
Total Biaya Tetap

(90.00045.000)/3
(400.000100.000)/ 3
(25.00015.000)/3
(25,00015.000)/3
(25.000x4)/3

15.000
100.000
3.300
3.300
33.300
794.900

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Jumlah
(unit)
5 Kg

Uraian

Harga (Rp)

Bibit: IR 64
Pupuk:
Urea
4 Sak
ZA
2 Sak
SP 36
2 Sak
NPK
2 Sak
Petro organik
1 Sak
Pestisida
Matador
500 Ml
Policur
Total biaya variable a

Biaya (Rp)

60.000

60.000

90.000
70.000
120.000
40.000
20.000

360.000
140.000
240.000
80.000
20.000

60.000

60.000
1.040.000

Biaya tenaga kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
8
Pemupukan
1
Pemeliharaan
1
Pemberantasan
1
HPT
Panen
6
Total biaya variable b

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
400.000
35.000
35.000
35.000
120.000
625.000

c. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


794.900
1.665.000
2.459.900

ii. Penerimaan Usahatani


No
1

Uraian
Produksi (unit)

Nilai
2,7 ton

Harga (persatuan unit)

Rp 5.600/kg

Penerimaan Usahatani

Jumlah
2700
Rp 5.600x2700
ton
Rp 15.120.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1

Uraian
Total Biaya (Total Cost)

Jumlah (Rp)
2.950.100

Penerimaan (Total Revenue)


Keuntungan

15.120.000
12.169.900

Jagung
i. Biaya Usahatani
d. Biaya Tetap
No

Uraian

1
2

Sewa lahan
Sewa alat:
Traktor

Jumlah
(Unit)

Harga (Rp)
Perhitunga
n

Biaya (Rp)

5600 m2
(400 ru)

160.000 x 4

640.000

Penyusutan alat:
Cangkul

Sabit

Osrok

Pajak

5600 m2
(400 ru)
Total Biaya Tetap

90.00045.000)/3
(25,00015.000)/3
200.000100.000)/3

15.000
3.300
33.300

(25.000x4)/3

33.300
721.600

e. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian

Jumlah
(unit)
12 sak

Bibit: P-27 P-31


Pupuk:
Urea
1 sak
ZA
1 sak
SP 36
1 sak
Petro organik
1 sak
Pestisida
Rondap
1 liter
Dramason
1 liter
Total biaya variable a
Biaya tenaga
kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
Pemupukan
Pemeliharaan

12
4
1

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

65.000

780.000

90.000
70.000
100.000
20.000

90.000
70.000
10.000
20.000

68.000
50.000

68.000
50.000
1.178.000

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
420.000
120.000
50.000

Pemberantasan
1
HPT
Panen
6
Total biaya variable b

50.000
1.540.000
2.250.000

f. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


721.600
3.428.000
4.149.600

ii. Penerimaan Usahatani


No
1
2

Uraian
Produksi (unit)
Harga (persatuan unit)
Penerimaan Usahatani

Nilai
4,8 ton
4.650/kg

Jumlah
4800
4.650x4800
Rp 22.320.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

1. Nama Petugas Survey

Petani 3
: Joni Prasetyo

2. Nama Petani

: Makrus

3. Umur

: 70 tahun

Jumlah (Rp)
4.149.600
22.320.000
18.170.400

Padi
i. Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap
No

Uraian

Sewa Lahan

Sewa Alat:
Traktor

Jumlah
(Unit)
3500 m2
(250 ru)

Harga (Rp)
Perhitungan
7.500.000/3
penanaman

4550 m2
(325 ru)

200.000x3,2
5

Biaya (Rp)
2.500.000
650.000

Penyusutan alat:
Cangkul

Sabit

Osrok

2 x (150.000100.000)/3
(25,00015.000)/3
(25.000-

33.300
3.300
3.300

Sprayer
4

Pajak

15.000)/3
(170.000100.000)/3

2730 m2
(295 ru)
Total Biaya Tetap

300.000/3

23.300
100.000
3.313.200

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian

Jumlah
(unit)
2 Sak

Harga (Rp)

Bibit: IR 64
Pupuk:
Urea
2 Sak
ZA
1 Sak
NPK
1 Kg
Petro organik
2 Sak
Petro organik cair
1 Liter
Pestisida
Matador
1 Botol
Total biaya variable a
Biaya tenaga kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
4
Pemupukan
1
Pemeliharaan
1
Pemberantasan
1
HPT
Panen
4
Total biaya variable b

Biaya (Rp)

80.000

160.000

90.000
80.000
4.000
20.000
65.000

180.000
80.000
80.000
40.000
65.000

35.000

35.000
640.000

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
585.000
40.000
40.000
40.000
487.500
1.192.500

c. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


3.313.200
1.832.500
5.145.700

ii. Penerimaan Usahatani


No
1

Uraian
Produksi (unit)

Nilai
2,4 ton

Jumlah
2400

Harga (persatuan unit)


Rp. 4200/kg
Penerimaan Usahatani

4200x2400
Rp 10.080.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

Jumlah (Rp)
5.145.700
10.080.000
4.934.300

Jagung
i. Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap
No

Uraian

Jumlah
(Unit)

Sewa lahan

3500 m2
(250 ru)

Harga (Rp)
Perhitunga
n
7.500.000/3
penanaman

Sewa alat:
4550 m2
(325 ru)

200.000 x
3,25

Traktor
3

Biaya (Rp)
2.500.000
650.000

Penyusutan alat:
Cangkul

Sabit

Osrok

Pajak

2730 m2
(295 ru)
Total Biaya Tetap

2x
(150.000100.000)/3
(25,00015.000)/3
(25.00015.000)/3
300.000/3

33.300
3.300
3.300
100.000
3.289.900

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian
Bibit: IR 64
Pupuk:
Urea
ZA
NPK
Petro organik
Petro organik cair
Pestisida

Jumlah
(unit)
4 Sak
2 Sak
1 Sak
20 Kg
2 Sak
1 Liter

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

80.000

320.000

90.000
80.000
4.000
20.000
65.000

180.000
80.000
80.000
40.000
65.000

Total biaya variable a

Biaya tenaga
kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
2
Pemupukan
1
Pemeliharaan
1
Pemberantasan
HPT
Panen
Total biaya variable b

765.000

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
60.000
40.000
40.000

140.000

c. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


3.289.900
905.000
4.194.900

ii. Penerimaan Usahatani


No
1
2

Uraian
Produksi (unit)

Nilai
Ditebas
Harga (persatuan unit)
4.000.000/100
ru
Penerimaan Usahatani

Jumlah
4.000.000x3,25
13.000.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

1. Nama Petugas Survey

Petani 4
: Reni Zuanita

2. Nama Petani

: Ashari

3. Umur

: 70 tahun

Padi
i. Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap

Jumlah (Rp)
4.194.900
13.000.000
8.805.100

No

Uraian

Jumlah
(Unit)

Harga (Rp)
Perhitunga
n

Biaya (Rp)

Sewa lahan

3500 m2
(250 ru)

6.250.000/3

2.083.000

Sewa alat:
3500 m2
(250 ru)

160.000 x
2,5

Traktor
3

395.000

Penyusutan alat:

Cangkul

Sabit

Osrok

Pajak

Total Biaya Tetap

(150.00080.000)/3
(50.00020.000)/3
(50.00020.000)/3
-

23.300
10.000
10.000
2.521.300

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian

Jumlah
(unit)
Sak

Bibit: IR 64
Pupuk:
Urea
2,5 sak
ZA
4 sak
SP 36
125 kg
Petro organik
1 sak
Pestisida
Poradon
1 bungkus
Matador
1 botol
Total biaya variable a
Biaya tenaga
kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
8 sampai 10
Pemupukan
1
Pemeliharaan
2
Pemberantasan
1
HPT
Panen
4
Total biaya variable b
c. Total Biaya

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

60.000

60.000

90.000
80.000
25.000
20.000

225.000
200.000
312.500
20.000

25.000
35.000

50.000
35.000
902.500

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
450.000
40.000
80.000
40.000
750.000
1.360.000

No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


2.521.300
2.262.500
4.783.800

ii. Penerimaan Usahatani


No
1
2

Uraian
Nilai
Produksi (unit)
2,5 ton
Harga (persatuan unit)
Rp. 4000/kg
Penerimaan Usahatani

Jumlah
2500
4000x2500
Rp 10.000.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

Jumlah (Rp)
4.783.800
10.000.000
5.216.200

Jagung
i. Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap
No

Uraian

Sewa Lahan

Sewa Alat:
traktor
Penyusutan Alat:

Cangkul

Harga (Rp)
Perhitungan

Biaya (Rp)

6.250.000/3

2.083.000

Tugal

(150.00080.000)/3
(50.00020.000)/3
(8.0005.000)/3

Sabit

Jumlah
(Unit)
3500 m2
(250 ru)

23.300
10.000
1.000

Pajak
Total Biaya Tetap

2.117.300

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian
Bibit: deklab
Pupuk:
Urea
Petro organik
Za

Jumlah
(unit)
1 kg
1 sak
1 sak
1 sak

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

65.000

260.000

45.000
20.000
40.000

45.000
20.000
40.000

Pestisida
Furadan
1 bungkus
Total biaya variable a

12.500

Biaya tenaga
Jumlah orang
kerja
Pengolahan tanah
Penanaman
8
Pemupukan
2
Pemeliharaan
2
Pemberantasan
1
HPT
Panen
Total biaya variable b

12.500
377.500

Biaya
120.000
70.000
70.000
35.000
295.000

c. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


2.117.300
672.500
2.789.800

ii. Penerimaan Usahatani


No
1
2

Uraian
Produksi (unit)
Harga (persatuan unit)
Penerimaan Usahatani

Nilai
Ditebas

Jumlah
10.000.000
10,000.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

1. Nama Petugas Survey

Petani 5
: Galih Kurniawan Jati

2. Nama Petani

: Jatimen

3. Umur

: 73 tahun

Padi
i. Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap

Jumlah (Rp)
2.789.800
10.000.000
7.210.200

No

Uraian

Jumlah
(Unit)

Sewa Lahan

2380 m2

Sewa Alat:
Traktor
Penyusutan Alat:

2380 m2

Cangkul

Sabit

Osrok

Harga (Rp)
Perhitunga
n
1.000.000/3
penanaman

Biaya (Rp)
330.000

200.000 x 2

400.000

(55.00020.000)/3
(10,0005000)/3
(25.00015.000)/3

11.600
1.600
3.300

Pajak
Total Biaya Tetap

746.500

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian
Bibit:
Pupuk:
Urea
SP 36
ZA
Pestisida

Jumlah
(unit)
1 sak

Harga (Rp)

55 kg
20 kg
50 kg

Biaya (Rp)

55.000

55.000

2000
2500
2500

110.000
50.000
100.000

Total biaya variable a


4

Biaya tenaga
kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

Penanaman
6
Pemupukan
1
Pemeliharaan
1
Pemberantasan
HPT
Panen
6
Total biaya variable b

315.000
Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
306.000
30.000
30.000
510.000
876.000

c. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)

Total Biaya (Rp)


746.500
1.191.000

Total Biaya (Total Cost)

1.937.500

ii. Penerimaan Usahatani


No
1
2

Uraian
Nilai
Produksi (unit)
1,6 ton
Harga (persatuan unit)
Rp. 5625
Penerimaan Usahatani

Jumlah
1600
5625x1600
Rp 9.000.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

Jumlah (Rp)
1.937.500
9.000.000
7.062.5000

Jagung
i. Biaya Usahatani
a. Biaya Tetap
No

Uraian

Jumlah
(Unit)

Sewa Lahan

2380 m2

Sewa Alat:
Traktor
Penyusutan Alat:

2380 m2

Cangkul

Sabit

Osrok

Harga (Rp)
Perhitunga
n
1.000.000/3
penanaman
200.000 x 2
(55.00020.000)/3
(10,0005000)/3
(25.00015.000)/3

Biaya (Rp)
330.000
400.000
11.600
1.600
3.300

Pajak
Total Biaya Tetap

746.500

b. Biaya Variabel
N
o
1
2

Uraian
Bibit: DK 77
Pupuk:
Urea

Jumlah
(unit)
5 kg
55 kg

Harga (Rp)

Biaya (Rp)

55.000

55.000

2000

110.000

SP 36
ZA
Pestisida

20 kg
50 kg

2500
2500

Total biaya variable a


4

Biaya tenaga
kerja

Jumlah orang

Pengolahan tanah

50.000
100.000
315.000

Biaya
Dihitung pada sewa
traktor
450.000 (paket)
-

Penanaman
8
Pemupukan
Pemeliharaan
Pemberantasan
HPT
Panen
Total biaya variable b3

450.000

c. Total Biaya
No
1
2

Biaya
Total Biaya Tetap (Total Fixed Cost)
Total Biaya Variabel (Total Variable Cost)
Total Biaya (Total Cost)

Total Biaya (Rp)


746.500
765.000
1.511.500

ii. Penerimaan Usahatani


No
1
2

Uraian
Nilai
Produksi (unit)
1,2 ton
Harga (persatuan unit)
Rp. 4750
Penerimaan Usahatani

Jumlah
1200
4750x1200
Rp 5.700.000

iii. Keuntungan Usahatani


No
1
2

Uraian
Total Biaya (Total Cost)
Penerimaan (Total Revenue)
Keuntungan

Jumlah (Rp)
1.511.500
5.700.000
4.188.500

Rekapitulasi
N
o
1

Nama
Supriy
adi

Biaya (Rp)
Jagun
Padi
g
3.567. 3.780.
200
200

Penerimaan (Rp)

Keuntungan (Rp)

Padi

Jagung

Padi

Jagung

10.560.
000

11.160.
000

6.992.8
00

7.379.8
00

2
3
4
5

Mukod
am
Makrus
Ashari
Jatime
n

2.459. 4.149.
900
600
5.145. 4.194.
700
900
4.783. 2.789.
800
800
1.937. 1.511.5
500
00

15.120.
000
10.080.
000
10.000.
000
9.000.0
00

22.320.
000
13.000.
000
10,000.
000
5.700.0
00

12.169.
900
4.934.3
00
5.216.2
00
7.062.5
000

18.170.
400
8.805.1
00
7.210.2
00
4.188.5
00

3.5 Analisis Kelayakan Usahatani


3.5.1 R/C Ratio
3.5.2 BEP (Break Even Point)
3.6 Pemasaran Hasil Pertanian
1. Bapak Supriyadi
No

Uraian

.
1.

Pa

Dijual

Jumla

Pemasaran
Lembaga
Tempat/
h Unit
Pemasaran
Lokasi
(%)
100% Setor toko Ngebrak

di

Jag
un
g

Alasan

Memenuhi

Di

0%

grosir
-

target toko.
-

konsumsi
Dijual
Di

100%
0%

Tengkulak
-

Gudang
-

Lebih mudah
-

konsumsi

2. Bapak Makrus
No

Uraian

.
1.

Pa

Dijual

Jumla

Pemasaran
Lembaga Tempat /
h Unit
Pemasaran
Lokasi
(%)
100% Tengkulak Ngebrak

di

Alasan

Selisih antara
dijual ke
tengkulak
dengan dijual ke
pasar tidaklah
banyak.

Di

konsumsi
Dijual

100%

Tengkulak

Di lahan

Ja
gu
ng

Mengurangi
biaya proses

Di
konsumsi

0%

pasca panen.
-

3. Bapak Mukodam
No

Uraian

.
1.

Pa

Dijual

Jumla

Pemasaran
Lembaga Tempat /
h Unit
Pemasaran
Lokasi
(%)
100% Tengkulak Ngebrak

di

Alasan

Tidak memiliki
hubungan
dengan
konsumen yang
mampu membeli

Jag

Di

0%

produknya.
-

konsumsi
Dijual

100%

Tengkulak
(Sudah

Ngebrak

Lebih mudah

un

melewati

pasca
Di

0%

panen)
-

konsumsi

4. Bapak Ashari
No

Uraian

.
1.

Pa
di

Dijual

Jumla

Pemasaran
Lembaga Tempat /
h Unit
Pemasaran
Lokasi
(%)
100% Tengkulak Ngebrak

Alasan

Selisih antara
dijual ke
tengkulak
dengan dijual ke
pasar tidaklah

banyak.

Di

0%

Ja
gu

konsumsi
Dijual
Di

100%
0%

Tengkulak
-

Ngebrak
-

Lebih mudah
-

ng

konsumsi

5. Bapak Jatimen
No

Uraian

.
1.

Pa

Dijual

Jumla

Pemasaran
Lembaga Tempat /
h Unit
Pemasaran
Lokasi
(%)
100% Tengkulak Ngebrak

di

Jag

Alasan

Untuk
memenuhi target
ke gudang
-

Di

0%

konsumsi
Dijual

100%

Tengkulak
(Pipilan)

Ngebrak

Tidak memiliki
hubungan
dengan
konsumen yang
mampu membeli
produknya

Di

0%

un
g

konsumsi

Rekapitulasi
No
Nama

Uraian

.
1.

Jumlah

100%

Pemasaran
Lembaga Tempat /
Pemasaran
Lokasi
Setor toko Ngebrak

Memenuhi target

100%
100%

grosir
Tengkulak
Tengkulak

toko
Budaya keluarga
Selisih antara

Unit (%)
Supriyadi

Makrus

Dijual

Dijual

Padi
Jagung
Padi

Gudang
Ngebrak

Alasan

dijual ke
tengkulak
dengan dijual ke
pasar tidaklah
Jagung

100%

Tengkulak
(di tebas)

Di lahan

banyak
Mengurangi biaya
proses pasca

3.

Mukodam

Dijual

Padi

100%

Tengkulak

Ngebrak

panen
Tidak memiliki
hubungan dengan
konsumen yang
mampu membeli

Jagung

100%

Tengkulak
(Sudah

Ngebrak

produknya.
Lebih mudah

Ngebrak

Selisih antara

melewati
pasca
4.

Ashari

Dijual

Padi

100%

panen)
Tengkulak

dijual ke
tengkulak
dengan dijual ke
pasar tidaklah
banyak.

5.

Jatimen

Dijual

Jagung

100%

Padi

100%

Jagung

100%

Tengkulak
(ditebas)
Tengkulak
Tengkulak
(Pipilan)

Di lahan

Lebih mudah

Ngebrak

Untuk memenuhi

Ngebrak

target ke gudang
Tidak memiliki
hubungan dengan
konsumen yang
mampu membeli
produknya

Berdasarkan hasil wawancara yang telah kami lakukan dari kelima


petani tersebut melakukan pemasaran komoditas padi dan jagung secara
langsung di jual ke toko dan tengkulak. Untuk komoditas padi di jual dalam
bentuk gabah dan transaksi pembayaran langsung di lakukan di lahan.
Alasan petani menjual ke toko karena tidak memenuhi kuota untuk setor ke
gudang, sedangkan alasan petani menjualan ke tengkulak karena petani
tidak memiliki hubungan dengan konsumen yang mampu membeli

produknya selain itu selisih antara dijual ke tengkulak dengan dijual ke


pasar tidak berbeda terlalu banyak. Sehingga petani lebih memilih menjual
langsung ke tengkulak dan ke toko yang lebih mudah dan langsung
mendapatkan uang.
Untuk komoditas jagung petani menjualnya ke tengkulak dengan
cara di tebas langsung di lahan dan di jual melalui pasca panen. Alasan
petani menjual jagung secara di tebas adalah untuk mempermudah dan
menghemat biaya pasca panen dan penjualan dengan cara pemipilan atau
penjemuran alasanya dapat meningkatkan nilai jual yang lebih tinggi.
Untuk penjualan jagung bapak Supriyadi beliau mendatangi tengkulaknya
secara langsung. Bapak Makrus dan bapak Ashari penjualan jagung
langsung di tebas dilahan. Sedangkan bapak Mukodam dan Jatimen
penjualan hasil panen jagung melalui hasil pasca panen terlebih dahulu
karena dapat meningkatkan nilai jual.

3.7 Kelembagaan Petani


No.

Jenis Kelembagaan

Jumlah

Lokasi

Manfaat

1.

Kelompok Tani

Petani
5

Ngebrak

Menyediakan

Sido Makmur*

informasi dan
mendapatkan bibit,

2.

Badan
Permusyawaratan
Desa (BPD)*

Balai Desa

pupuk serta pestisida.


Merencanakan

Ngebrak

prioritas
pembangunan,
mengelola keuangan
desa dan
menyampaikan
aspirasi petani.

Le

Dalam k

Kehidupan komunitas petani, posisi dan fungsi kelembagaan petani


merupakan bagian pranata sosial yang memfasilitasi interaksi sosial atau
social interplay dalam suatu komunitas. Kelembagaan pertani juga
memiliki titik strategis(entry point) dalam menggerakkan sistem agribisnis
di desa Ngebrak.
Kelembagaan petani berupa kelompok tani yang berada di desa
Ngebrak dan terdaftar di kantor kelurahan. Petani yang kami wawancarai
semua mengikuti kelembagaan kelompok tani sido makmur. Namun,
terdapat satu petani yang bernama bapak Ashari yang mengikuti dua
kelembagaan yaitu kelompok tani sido makmur dan BPD. Kelompok tani
ini berperan dalam penyediaan informasi teknologi terbaru dan akurat.
Informasi ini dapat membantu meningkatkan produktivitas selain itu
petani juga dapat memperoleh subsidi benih dan subsid ipupuk,
pengarahan tentang praktek budidaya tanaman,penentuan pola tanam
sesuai musimnya dll.

3.8 Kendala Usahatani


No
1
2
3
4

Kendala
Irigasi

Solusi

Harapan

Penyuluh pertanian minta ke Kalau musim kemarau


bendungan
dilimpahkan air
PPL minta ke bendungan
Gilir air tepat waktu

Pengairan
(Jagung)
Pengairan

Menggunakan diesel

Air

PPL minta pasokan air

Air

Air irigasi yang mengalir

BAB V
LAMPIRAN
5.1 Transek Desa

Dilimpahkan air untuk


memperoleh pengairan
Ada tambahan pasokan air
Dibangun saluran air untuk
musim kemarau harus ada
aliran

5.2 Lampiran foto hasil pengamatan lapang

Gambar 1. Wawancara petani

Gambar 3. Penyerahan bingkisan

Gambar 2. Sarapan pagi


bersamapetani

Gambar 4. Penyerahan bingkisan

(Furika) dengan petani

(Riza) dengan petani

Gambar 5. Penyerahan bingkisan

Gambar 6. Penyerahan bingkisan

(Jony) dengan petani

(Reni) dengan petani

Gambar 7. Penyerahan bingkisan


(Galeh) dengan petani

Gambar 9. Foto bersama pak lurah


di balai desa Ngebrak

Gambar 11. Foto pemateri seminar


ketahanan pangan di Kecamatan
Ngebrak

Gambar 8. Foto bersama petani di


pos penyuluhan pertanian

Gambar 10. Foto bersama pak


Kapten Kav. Suradi

Gambar 12. Foto seminar ketahanan


pangan di Kecamatan Ngebrak

5.3 Kalender Musim Tanam

5.4 Quisioner yang sudah terisi data survey lapang

DAFTAR PUSTAKA
BAPPENAS, 2000. Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan,
Proyek PEMD, BAPPENAS

Saragih, S., 2004, Penataan Lahan dan Alteranatif Sistem Usahatani Berbasis
Tanaman Pangan

di Lahan Pasang Surut. Prosiding Seminar Nasional

Penelitian dan Pengkajian TeknologiPertanian Spesifik Lokasi Palembang.


28-29 Juni 2004, Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial
Ekonomi. Badan Litbang Pertanian
Soekartawi.1989. Pengkajian Pemasaran Komodite.IPB. Bogor
Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta
Soekartawi. 2000. Analisis Usahatani.Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)
Supriyono, R.A, 2000. Akuntansi Biaya : Perencanaan dan Pengendalian Biaya
serta Pembuatan Keputusan, Edisi Kedua, Buku Kedua, BPFE, Yogyakarta

Você também pode gostar