Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh
AGUNG CAHYA NUGRAHA
H24070049
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
RINGKASAN
AGUNG CAHYA NUGRAHA. H24070049. Analisis Rumusan Strategi Rantai
Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbingan
HETI MULYATI dan ALIM SETIAWAN S.
Salah satu cara peningkatkan daya saing minyak akar wangi dan kesejahteraan
petani yaitu dengan menerapkan strategi rantai pasok yang berkesinambungan dan
mampu mengefisiensikan sistem rantai pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu
dibutuhkan rumusan strategi rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya
saing minyak akar wangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rantai pasok
minyak akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok minyak akar
wangi dan merumuskan strategi rantai pasok minyak akar wangi.
Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada para
petani, pengumpul akar, pengumpul minyak dan penyuling minyak akar wangi yang
berada di Kab. Garut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsidisi sitem rantai pasok
minyak akar wangi dengan analisis deskriptif. Faktor internal dan eksternal rantai
pasok dianalisis menggunakan analisis IFE dan EFE. Perumusan strategi dilakukan
dengan analisis SWOT dari faktor internal dan eksternal yang didapat. Proses
pemilihan strategi rantai pasok menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).
Anggota sistem rantai pasok terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar,
penyuling dan pengumpul minyak akar wangi. Beberapa petani menjual akar hasil
panen mereka langsung kepada pengumpul akar, petani lainnya tidak menjual dalam
bentuk akar, mereka akan melakukan proses penyulingan sendiri dengan menyewa alat
penyulingan kemudian menjual sendiri minyak hasil penyulingan kepada pengumpul
minyak.
Faktor internal yang paling dominan dan direspon secara sangat baik oleh rantai
pasok yang dijadikan sebagai faktor kekuatan adalah potensi wilayah penanaman
masih cukup luas dengan skor 0,917, faktor kelemahan utama dari rantai pasok minyak
akar wangi adalah sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum
terjadi secara optimal dengan nilai skor 0,300. Faktor eksternal yang menjadi peluang
utama adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan
dengan skor 0.830 dan ancaman utama yaitu tumbuhnya negara pesaing yang mampu
memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan
efisiensi yang lebih baik (0.822).
Alternatif strategi yang berhasil di bangkitkan dari matriks SWOT dan hasil
pembobotan menggunakan AHP adalah peningkatan mutu minyak akar wangi (0.285),
peningkatan kualtas SDM (0.189), penguatan aspek financial (0.174), peningkatan
kemitraan diantara stakeholder (0.138), meningkatkan produktivitas akar wangi dengan
peralatan dan teknologi baru (0.123) dan fasilitasi pemerintah (0.087).
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA EKONOMI
pada Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
OLEH
AGUNG CAHYA NUGRAHA
H24070049
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011
Judul Skripsi : Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di
Kabupaten Garut, Jawa Barat
Nama
NIM
: H24070049
Menyetujui,
Pembimbing I
Pembimbing II
Mengetahui :
Ketua Departemen,
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis
merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Juaeni, S.Pd dan
Siti Hasanah, S.Pd.A. Riwayat pendidikan penulis adalah Taman KanakKanak (TK) Tarbiyatunnisa', Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong 1
Kemang, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 6 Bogor dan
Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor.
Penulis
diterima
di
Departemen
Manajemen,
Fakultas
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan
Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun
sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
Judul skripsi Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan
Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat merupakan
sebuah proses analisis mengenai keadaan sistem rantai pasok dan analisis
strategi rantai pasok minyak akar wangi Indonesia, khususnya di
Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perumusan strategi ini merupakan hal
yang penting untuk dilakukan karena hingga saat ini belum ada rumusan
strategi rantai pasok yang bisa menjadi referensi untuk diterapkan.
Strategi rantai pasok ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing
minyak akar wangi dan menjaga kesinambungan rantai pasok minyak
akar wangi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka kepada semua pihak
yang ingin memberikan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan penelitian kelak. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.
Penulis
iv
Ibu Heti Mulyati, S.TP, M.T selaku dosen pembimbing pertama atas
segala bimbingan, masukan, kesabaran dan motivasinya yang tidak
ternilai dalam menyelesaikan skripsi ini.
2.
3.
4.
(Dinas
Perkebunan
M.P (Kepala
Kabupaten
Garut),
Bapak
Ir.
Perkebunan
Ibu dan Bapak (Siti Hasanah dan Juaeni), adik-adikku (Dwi Asriani
Nugraha dan Sayyid Fajrin Nugraha), kepada Keluarga besar atas
motivasi, doa dan kebijaksanaannya dalam penyelesaian skripsi ini.
6.
7.
8.
Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah
memberikan balasan atas kebaikan saudara/i.
vi
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN
RIWAYAT HIDUP .....................................................................................iii
KATA PENGANTAR .................................................................................iv
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................v
DAFTAR ISI ...............................................................................................vii
DAFTAR TABEL .......................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR...................................................................................x
1. PENDAHULUAN....................................................................................1
1.1. Latar Belakang .................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah ...........................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................3
1.4. Manfaat .............................................................................................3
1.5. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................5
2.1. Strategi dan Manajemen Strategi........................................................5
2.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok .......................................6
2.3. Strategi Manajemen Rantai Pasok......................................................8
2.4. Lingkungan Organisasi ......................................................................9
2.4.1 Lingkungan Jauh ........................................................................10
2.4.2 Lingkungan Industri ...................................................................11
2.4.3 Lingkungan Internal ...................................................................12
2.5. Analisis Internal dan Eksternal...........................................................13
2.6. Analisis SWOT..................................................................................13
2.7. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) .....................................14
2.8. Penelitian Terdahulu..........................................................................16
III. METODE PENELITIAN .....................................................................17
3.1. Kerangka Pemikiran ..........................................................................17
3.2. Tahapan Penelitian ............................................................................20
3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................22
3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data.................................................22
3.5. Teknik Pengambilan Sampel..............................................................25
3.6. Pegolahan dan Analisis ......................................................................26
3.6.1 Analisis Deskriptif......................................................................27
3.6.2 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) ......................27
3.6.3 Analisis SWOT ..........................................................................30
3.6.4 Analitical Hierarchy Process......................................................31
IV. PEMBAHASAN....................................................................................37
4.1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi...................................................37
4.2. Industri Akar Wangi Kabupaten Garut...............................................38
4.3. Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi..................................40
4.3.1 Aktivitas Petani Akar Wangi .......................................................45
4.3.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ...............................................49
4.3.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi .................................................50
4.3.4 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi ..................................53
vii
viii
DAFTAR TABEL
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
Halaman
Data nilai ekspor dan impor minyak akar wangi indonesia ..................... 2
Jenis dan metode mengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian ........ 24
Sebaran responden identifikasi rantai pasok minyak akar wangi.............. 26
Tabel model matriks EFE........................................................................ 27
Tabel model matriks IFE......................................................................... 29
Tabel model SWOT ................................................................................ 31
Nilai skala banding berpasangan ............................................................. 32
Matriks pendapat individu....................................................................... 34
Matriks pendapat gabungan..................................................................... 34
Indeks acak ............................................................................................. 36
Sentra produksi akar wangi di Indonesia ................................................. 38
Luas areal dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut ......................... 39
Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010................ 40
Perbandingan mutu minyak akar wangi penyulingan rakyat
dengan standar mutu nasional dan internasional ...................................... 53
Matriks IFE............................................................................................. 55
Matriks EFE............................................................................................ 56
Faktor internal dan eksternal dengan skor tertinggi.................................. 58
Matriks SWOT........................................................................................ 59
Hubungan faktor dan Ultimete Goal........................................................ 71
Hubungan faktor dan aktor...................................................................... 72
Hubungan aktor dan tujuan ..................................................................... 72
Hubungan tujuan dan alternatif strategi ................................................... 73
Bobot faktor terhadap UG ....................................................................... 74
Bobot aktor terhadap UG ........................................................................ 74
Bobot tujuan terhadap UG....................................................................... 75
Bobot alternatif terhadap UG .................................................................. 76
ix
DAFTAR GAMBAR
No
Halaman
1. PENDAHULUAN
tidak
Ekspor
Tahun
Volume (Kg)
Nilai (US $)
2001
1.583.798
1.759.241
2002
79.714
1.973.451
2003
45.821
1.428.682
2004
58.444
2.445.744
2005
74.210
1.544.618
2006
75.199
2.085.458
Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) dalam Tutuarima (2009)
Selain masalah daya saing, sistem rantai pasok minyak akar
wangi yang terlalu panjang dan pemerataan pendapatan dalam rantai
pasok minyak akar wangi yang masih rendah merupakan masalah yang
harus segera dibenahi. Eksportir merupakan pihak yang memperoleh
keuntungan paling tinggi dalam jaringan rantai pasok minyak akar
wangi dibandingkan para petani yang belum mencapai kesejahteraan
yang seharusnya.
Rantai pasok merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang
saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu
menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indrajit
dan Pranoto, 2002). Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing
minyak akar wangi dan kesejahteraan petani yaitu dengan menerapkan
strategi
rantai
pasok
yang
berkesinambungan
dan
mampu
pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu, dibutuhkan rumusan strategi
rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing minyak
akar wangi dan membentuk sistem rantai pasok minyak akar wangi
yang berkesinambungan.
1.2. Perumusan Masalah
Kondisi rantai pasok minyak akar wangi di kabupaten Garut saat
ini masih belum terintegrasi dengan baik. Hal ini berakibat pada
pemerataan pendapatan di antara anggota rantai pasok menjadi rendah
dan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan rendah. Permasalahan
ini menunjukan betapa pentingnya strategi rantai pasok yang
komprehensif yang mampu menunjang kesinambungan, efisiensi dan
daya saing minyak akar wangi.
Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi rantai pasok minyak akar wangi saat ini?
2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rantai
pasok minyak akar wangi?
3. Rumusan strategi rantai pasok apa yang dapat direkomendasikan
untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Menganalisis rantai pasok minyak akar wangi
2. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi
rantai pasok minyak akar wangi.
3. Mengusulkan alternatif rekomendasi strategi rantai pasok minyak
akar wangi untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi.
1.4. Manfaat
1. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi
Pemerintah pusat maupun pemerintah khususnya Kementrian
Perindustrian, Kementrian Pertanian dan Pemerintah Daerah
Kabupaten Garut dalam rangka mengembangkan minyak akar wangi.
penyuling,
pengumpul
minyak
dan
eksportir
dalam
yang
memungkinkan
pencapaian
keunggulan
hasil
yang
Strategik
dalam
dapat
merumuskan,
didefinisikan
sebagai
mengimplementasikan,
seni
dan
dan
serta
integrasi
aktivitas
pengadaan
bahan
dan
pelayanaan,
pengubahan barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman kepada
pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan
pengalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan pemasok
dengan distributor. Tujuan dari seluruh aktivitas rantai pasokan adalah
membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk
memaksimalkan nilai bagi pelanggan.
Pemasok
Persediaan
Perusahaan
Distribusi
Konsumen
- Arus kredit
- Arus bahan baku
manajemen
rantai
pasok
pada
dasarnya
merupakan
2.
3.
b. Fleksibilitas Permintaan
Fleksibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu produk,
campuran produk, volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran
dan fleksibilitas dapat dilihat dari ketepatan pengantaran,
peramalan permintaan yang tepat dan lain sebagainya.
2. Faktor Sekunder
a. Proses
Faktor kapabilitas sangat berkaitan dengan sejauh mana
perusahaan
dapat
menjalankan
aktivitas-aktivitas
yang
10
ekologis,
11
perusahaan.
Menurut
Porter,
tingkat
persaingan
pula
dengan
produk
pengganti.
Walaupun
perusahaan
untuk
menurunkan
harga,
12
13
14
15
2. Penerapan Prioritas
Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur
pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.
Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh
terhadap prioritas unsur unsurnya. Hasil penilaian ini lebih sesuai jika
disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan. Pertanyaan
yang diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah (a) unsur
mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/....) ? dan (b) berapa kali
lebih ( penting / disukai / mungkin/...) ?
Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua
unsur, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian
menyeluruh tentang unsur unsur yang dibandingkan dan relevansinya
terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan
disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.
3. Konsistensi Logis
Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek
obyek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan
relevansi. Serta yang kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar
obyek obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
Sistem hierarki keputusan memiliki bentuk yang saling berkaitan,
yang tersusun dari fokus, turun ke tujuantujuan, kemudian ke pelaku
pelaku, komponen sistem hirarki keputusan dalam AHP tidak memiliki
prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak
dari komponenkomponen seperti yang telah disebutkan. Fokus dalam tahap
ini adalah komponenkomponen sistem yang dipilih dan digunakan dalam
bentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan
kemampuan analisis dalam menemukan unsurunsur tersebut tergantung
dari penguasaan para analis terhadap persoalan.
Metode AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi elemen di satu
level yang akan berpengaruh terhadap bobot elemen pada level dibawahnya.
Pada akhirnya metode AHP dapat digunakan untuk menghitung bobot pada
setiap level untuk penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Proses
16
risiko
minyak akar
wangi
berbasis IKM
di
Indonesia
dan
17
memiliki
potensi
yang
sangat
tinggi
untuk
Pada
kenyataanya
terdapat
kelompok
yang
dominan
18
19
20
21
22
pengumpul
minyak),
Pemda
Kabupaten
Garut
(Dinas
23
sudut
pandang
masing-masing
pakar
untuk
24
Tujuan
Penelitian
1.
Menganalisis
rantai
pasok
minyak
akar
wangi
2.
Menganalisis
faktor Internal
dan eksternal
rantai
pasok
minyak
akar
wangi.
3.
Menentukan
rumusan
strategi rantai
pasok minyak
akar wangi
Metode
pengumpulan
Sumber data
data
Data Primer Wawancara
Dinas perkebunan dan
dan sekunder
responden, studi Perindustrian, buku, jurnal,
pustaka
penelitian terdahulu, anggota
rantai pasok minyak akar
wangi
Data Primer Studi Pustaka, Penelitian terdahulu, petani
dan sekunder
wawancara
akar wangi, penyuling minyak
pakar
akar wangi, pengumpul
minyak akar wangi, akademisi
(dosen), Dinas Perkebunan
Garut dan Dinas Perindustrian
Garut
Primer
Wawancara
Petani akar wangi, penyuling
pakar
minyak akar wangi,
pengumpul minyak akar
wangi, akademisi (dosen),
Dinas Perkebunan Garut dan
Dinas Perindustrian Garut
Jenis data
25
sampling
yaitu
mewawancarai
responden
yang
26
Samarang
8
5
-
Bayongbong
7
4
2
Cilawu
7
2
-
Leles
2
1
-
Jumlah
24
12
2
15
14
27
industri
yang
sejenis.
Hal
ini
bertujuan
untuk
Bobot
Rating
Skor
28
29
Bobot
Rating
Skor
30
secara
bersamaan
dapat
meminimalkan
kelemahan
menggambarkan
empat
kuadran.
Kuadran
31
Internal
Eksternal
Peluang (Opportunities)
1.
2.
Ancaman (Threats)
1.
2.
Kelemahan (Weaknesses)
1.
2.
Strategi S-O
Strategi W-O
Strategi S-T
Strategi W- T
ini
adalah
langkah-langkah
pemilihan
strategi
menggunakan AHP:
1. Mendefinisikan
persoalan
dan
merinci
pemecahan
yang
diinginkan.
Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan
persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang
mendalam
terhadap
persoalan.
Proses
selanjutnya
adalah
sistem.
Komponen-komponen
berdasarkan
kemampuan
pada
sistem
dapat
analisa
untuk
32
2, 4, 6, 8
Kebalikan
Definisi
Kedua elemen sama
pentingnya
Elemen yang satu sedikit
lebih penting daripada
elemen yang lainnya
Elemen yang satu sangat
penting daripada elemen
yang lainnya
Satu elemen jelas lebih
penting daripada elemen
yang lainnya
Satu elemen mutlak lebih
penting daripada elemen
yang lainnya
Penjelasan
Dua elemen menyumbang sama
besar pada sifat itu.
Pengalaman dan pertimbangan
sedikit menyokong satu elemen
atas elemen yang lainnya
Pengalaman dan pertimbangan
dengan kuat menyokong satu
elemen atas elemenyang lainnya
Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas yang lainnya
memiliki tingkat penegasan yang
tertinggi yang mungkin
menguatkan
Bukti yang menyokong elemen
yang satu atas yang lainnya
memiliki tingkat penegasan yang
tertinggi yang mungkin
menguatkan
Kompromi diperhatikan diantara
dua pertimbangan
33
dengan
kriteria
elemen
di
atasnya.
Matriks
34
A1
A2
A3
An
A1
a11
a12
a13
a1n
A2
a21
a22
a23
a2n
A3
a31
a32
a33
a3n
An
an1
an2
an3
ann
G1
G2
G3
Gn
G1
g11
g12
g13
g1n
G2
g21
g22
g23
g2n
G3
g31
g32
g33
g3n
Gn
gn1
gn2
gn3
gnn
dengan :
( )..........................................................(1)
aij(k)
semua
nilai
prioritas
terbobot
yang
.(2)
....(3)
35
dengan :
aij = elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j
n = jumlah elemen yang diperbandingkan
d. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki
Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui
konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan
hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap
indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan
menjumlahkan
hasil kalinya.
Hasil
CI (Indeks Konsistensi)
CI=
.....(4)
dengan : CI
max
= Indeks Konsistensi
= eigen value maksimum
= jumlah elemen yang dibandingkan
dimana:
max=
.....(5)
VB(Nilai Eigen) =
......(6)
CR (Rasio Konsistensi)
CR=
.................(8)
36
RI
0,00
0,00
0,58
0,90
1,12
1,24
1,32
10
11
12
13
14
RI
1,41
1,45
1,49
1,51
1,48
1,56
1,57
Merevisi judgement
Menurut Fewidarto (1996), apabila index konsistensi cukup
tinggi dapat dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari
deviasi maksimal RMS (Root Mean Square) dari barisan aij
dan merevisi judgement pada baris yang mempunyai nilai
terbesar.
Maxi
.(9)
37
minyak.
hijau
atau
memperbanyak
memisahkan
memecah
Bunganya
ungu.
dengan
anak
akar
Cara
biji,
rumpun
atau
yang
telah
tinggal
38
Propinsi
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jumlah
Jumlah Kabupaten
1
2
3
6
Luas (Ha)
2500
29
11
2540
39
Luas (Ha)
240
112
1.141
75
750
2.318
Produksi (Ton)
8,0
3,7
37,4
2,5
23,4
75,0
40
1.416.250,00 US$. Volume nilai ekspor dan kapasitas produksi minyak akar
wangi tidak berubah secara signifikan dari tahun sebelumnya.
Tabel 13. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010
2009
Komoditas
Minyak Akar
Wangi
Volume
23.510
Kg
2010
Nilai
(US$)
1.364.587
Volume
25.750
Nilai (US$)
Kg
1.416.250
Negara Tujuan
Jepang, Singapura,
Inggris, USA,
Swiss, Italia,
Jerman, Hongkong,
India
41
3
2
42
Aliran barang dalam rantai pasokan minyak akar wangi dimulai dari
petani sebagai penghasil bahan baku minyak akar wangi. Hasil panen dari
petani akan dibeli oleh pengumpul atau penyuling akar wangi. Pengumpul
akar wangi menjual akar wangi ke penyuling. Harga akar wangi dari petani
berkisar antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per Kg. Harga akar wangi
dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas akar wangi. Ketika panen raya dan
musim hujan harga akar wangi di tingkat petani cenderung turun. Hal ini
terjadi karena pada saat panen raya terjadi, penawaran bahan baku minyak
akar wangi akan meningkat pesat sehingga menurunkan tingkat harga.
Ditambah lagi kondisi musim hujan yang membuat kandungan air dalam akar
menjadi tinggi, sehingga akar menjadi lebih berat dan menurunkan kuantitas
rendemen hasil penyulingan. Kedua faktor ini mengakibatkan bahan baku
dibeli dengan harga di bawah harga standar yaitu hingga mencapai Rp 1.200
per kg.
Mekanisme pembelian akar wangi dilakukan dengan cara, antara lain
(1) petani langsung mengantarkan akar wangi ke pengumpul atau penyuling,
(2) pengumpul atau penyuling langsung membeli akar wangi yang masih
berada di lahan (sistem ijon). Alat transportasi yang digunakan oleh petani
untuk mengantarkan akar wangi kepada penyuling adalah dengan
menggunakan truk.
Akar wangi yang telah didapat dari petani kamudian disuling oleh
penyuling atau pengumpul yang memiliki alat penyulingan. Minyak akar
wangi hasil penyulingan kemudian dijual ke pengumpul minyak akar wangi
atau eksportir yang berada di luar wilayah Kabupaten Garut. Eksportir
minyak akar wangi paling banyak berada di wilayah Bogor dan Jakarta.
Minyak akar wangi diekspor ke beberapa negara yaitu Jepang, Singapura,
Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India. Harga
beli minyak akar wangi oleh pengumpul atau eksportir berkisar
antara
43
44
45
melalui interaksi bisnis dan kegiatan koperasi atau kelompok tani sep
seperti
rapat bulanan Koperasi dan rapat akhir tahun koperasi.
4.3.1
.1 Aktivitas Petani Akar Wangi
Petani akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di lima
kecamatan, yaitu di Kecamatan Bayongbong, Samarang, Cilawu, Leles,
dan Pasir Wangi. Sebesar 72 persen petani telah tergabung dalam
kelompok tani. Sebesar 50 persen dari 72 persen petani yang tergabung
dalam kelompok tani, mengkuti bentuk kelompok tani yang tidak
berbadan hukum dan 50 persen lainnya tergabung dengan kelompok
tani yang berbadan
badan hukum. Kelompok tani berbadan hukum terdiri dari
12 persen yang berbentuk koperasi, dan 38 persen berbentuk CV.
Alasan utama kenapa petani mau bergabung dengan kelompok tani
adalah mendapatkan bantuan modal dari ketua kelompok tani tersebut.
Gambar 8 menyajikan
men
jenis kelompok tani yang terdapat di Kabupaten
Garut.
tidak berbadan
hukum
50%
cv
38%
koperasi
12%
46
>40 tahun
4%
<10 tahun
12%
20-30 tahun
32%
10--20 tahun
40%
47
keuangan
seperti
se
bank
karena
mekanismenya
yang
dianggap
akar
wangi
penanaman,
dimulai
penyiangan,
dengan
pemberian
pembibitan,
pupuk
dan
<5 ha
36%
5-10
10 ha
40%
Gambar 10.
10 Kepemilikan lahan budidaya tanaman akar
kar wangi
Budidaya tanaman akar wangi yang diterapkan para petani
biasanya dilakukan
dilaku
dengan sistem monokultur dan tumpang sari.
Sebagian besar petani (84%) melakukan sistem budidaya tumpang sari
dengan tanaman hortikultura seperti kol, tomat, kentang, kubis, cabai,
dan singkong. Umur panen akar wangi adalah satu tahun, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan harian petani,
petani mereka melakukan pola
tumpang sari, selain itu tidak ada penurunan kualitas akar wangi
walaupun lahan ditanami lebih dari satu jenis tanaman.
48
49
50
51
uap langsung,
45%
rebus, 9%
kukus, 46%
52
53
Penyulingan
Rakyat
Warna
Coklat tua/gelap
Bobot
Jenis
20/20C
Indeks Bias pada
20C
Bilangan asam
Kelarutan dalam
etanol 80% pada
20C
Bilangan ester
Vetiverol
total
(asetilasi)
Kadar vetiverol
Standar Mutu
Reunion
Coklat-merah
kecoklatan
Haiti
Coklat-merah
kecoklatan
0.9882-0.9870
Indonesia
Kuning
mudacoklat
kemerahan
0.980-1.003
0.9900-1.1015
0.9860-0.9980
1.5178-15221
1.520-1.530
1.5220-1.5300
1.521-1.526
26.82-51.17
1:1
10-35
1:1
Maks 35
Maks 1 : 2
Maks 14
Maks 1 : 2
3.17-17.82
-
5-26
Min 50
5-16
-
5-16
-
4.44-6.31
54
55
No.
1
2.
3
4
5
6
7
8
9
Kekuatan
Indonesia merupakan pemasok utama dalam
perdagangan minyak akar wangi dunia.
Minyak akar wangi Indonesia sudah dikenal di
pasar dunia karena aromanya yang khas atau sudah
memiliki brand image "java vetiver oil".
Potensi wilayah penanaman masih cukup luas
Adanya industri yang sudah mampu memproduksi
produk turunan minyak akar wangi dengan niai
tambah yang lebih tinggi.
Kesadaran dan tekad bersama para pemangku
kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan
daya saing produk minyak akar wangi.
Kelemahan
Sistem produksi belum rapi dimana integrasi
seluruh elemen belum terjadi secara optimal.
Kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum
terbagi secara merata. Kegiatan produksi masih
belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum
ada nilai tambah karena hanya mampu
menghasilkan minyak akar wangi kasar.
Kepemilikan lahan usaha tani yang masih kecil
sehingga tidak memungkinkan menjalankan skala
usaha yang mampu menghasilkan produktivitas
dan efisiensi yang memadai
Usaha budidaya yang sebagian besar merupakan
usaha sampingan, lokasi yang sangat tersebar dan
dengan skala usaha yang yang relative kecil
Terjadi degradasi kualitas tanah, serta penurunan
areal penanaman karena masalah ketidaksesuaian
biaya budidaya dan biaya pasca panen dengan
harga jual termal.
Alat penyulingan sederhana
Sebagian besar petani, penyuling maupun
pedagang memiliki modal kerja yang sangat
terbatas.
Pada aspek pasar, pola pemasaran dicirikan oleh
rantai pemasaran yang relatif cukup panjang.
Tidak adanya insentif harga yang memadai
terhadap mutu produk yang lebih baik, sehingga
menghambat peningkatan mutu.
Fungsi supporting institution yang belum optimal
Bobot
Rating
Skor
Bobot x
Rating
0,233
3,40
0,794
0,227
3,40
0,772
0,279
3,28
0,917
0,057
2,63
0,150
0,204
3,53
0,718
Bobot
Rating
Skor
Bobot x
Rating
0,289
1,036
0,300
0,070
1,509
0,105
0,080
1,260
0,101
0,036
1,630
0,059
0,109
1,264
0,138
0,185
1,148
0,213
0,087
1,136
0,099
0,049
1,381
0,068
0,093
1,262
0,118
Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa kekuatan utama industri minyak
akar wangi adalah potensi wilayah penanaman yang cukup luas dengan skor
56
0.917. Kelemahan utama industri minyak akar wangi yaitu sistem produksi
belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal,
kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi secara merata.
Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum ada
nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan minyak akar wangi kasar
(0,300). Sehingga hendaklah stakeholder yang ada mampu memanfaatkan
potensi wilayah penanaman ini dengan maksimal dan mengintergrasikan
kegiatan produksi agar mampu meningkatkan kualitas dan kualitas minyak
akar wangi.
Tabel 16. menunjukan analisis faktor eksternal melalui matriks
Eksternal Faktor Evaluation (EFE).
Tabel 16. Matriks EFE
Faktor Eksternal Industri Minyak Akar Wangi
No.
1
2
3
4
No.
1
2
3
4
5
6
Peluang
Permintan akan minyak akar wangi yang lebih
besar dari pasokan
Tumbuhnya industri pangan, kosmetik dan lainlain yang menggunakan produk minyak akar
wangi dan turunannya yang selama ini masih di
impor.
Kemampuan sumber daya manusia dan IPTEK
untuk menghasilkan produk minyak akar wangi
dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
Dukungan pemerintah dalam memajukan dan
meningkatkan daya saing minyak akar wangi
Indonesia.
Ancaman
Globalisasi perdagangan dunia, serta isu-isu non
tariff barier, seperti isu lingkungan.
Tumbuhnya negara pesaing yang mampu
memproduksi tanaman penghasil minyak akar
wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi
yang lebih baik.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing
Kesadaran sebagai eksportir yang tidak
profesional dalam melaksanakan usahanya
Program yang dilakukan oleh berbagai instansi
pemerintah dalam mengembangkan IKM minyak
akar wangi yang masih belum optimal
Munculnya produk substitusi sintetik
Bobot
Rating
Skor Bobot
x Rating
0,285
2,911
0,830
0,245
2,531
0,619
0,213
3,027
0,645
0,257
2,907
0,748
Bobot
Rating
Skor Bobot
x Rating
0,281
2,660
0,749
0,282
2,910
0,822
0,058
2,507
0,144
0,110
2,389
0,262
0,213
3,027
0,643
0,056
1,882
0,106
57
Dari Tabel 16. dapat diketahui bahwa peluang utama industri minyak
akar wangi adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari
pasokan dengan skor 0.830. Ancaman utama industri minyak akar wangi
adalah tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman
penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang
lebih baik dengan skor 0.822. Peluang dan ancaman ini menunjukan bahwa
ketika Indonesia mampu menghasilkan minyak dengan mutu yang diterima
pasar dunia, maka industri minyak akar wangi nasional akan berkembang
dengan baik, namun jika mutunya rendah, maka akan sulit bersaing dengan
negara-negara pesaing yang mampu menghasilkan minyak dengan mutu yang
lebih baik.
4.5. Pemilihan Faktor Internal dan Eksternal
Formulasi strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT,
namun sebelum masuk pada tahap tersebut, faktor internal dan eksternal yang
ada dipilih lima skor teratas. Hal ini dilakukan untuk mempersempit
kemungkinan terbentuknya strategi yang tidak sesuai dengan keadaan internal
dan eksternal. Tabel 17 menunjukan faktor internal dan eksternal yang telah
dipilih dan kemudian dimasukan kedalam matriks SWOT.
58
No.
1
2
3
4
5
No.
1
2
3
4
No.
1
2
3
4
5
Kekuatan
Indonesia merupakan pemasok utama dalam perdagangan
minyak akar wangi dunia.
Minyak akar wangi Indonesia sudah dikenal di pasar dunia
karena aromanya yang khas atau sudah memiliki brand
image "java vetiver oil".
Potensi wilayah penanaman masih cukup luas
Adanya industri yang sudah mampu memproduksi produk
turunan minyak akar wangi dengan niai tambah yang lebih
tinggi.
Kesadaran dan tekad bersama para pemangku kepentingan
untuk memajukan dan meningkatkan daya saing produk
minyak akar wangi.
Kelemahan
Sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh
elemen belum terjadi secara optimal. Kontinuitas rendah
dan margin keuntungan belum terbagi secara merata.
Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu.
Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu
menghasilkan minyak akar wangi kasar.
Alat penyulingan sederhana
Sebagian besar petani, penyuling maupun pedagang
memiliki modal kerja yang sangat terbatas.
Fungsi supporting institution yang belum optimal
Kepemilikan lahan usaha tani yang masih kecil sehingga
tidak memungkinkan menjalankan skala usaha yang
mampu menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang
memadai
Peluang
Bobot
Rating
Skor Bobot
x Rating
0,233
3,40
0,794
0,227
3,40
0,772
0,279
3,28
0,917
0,057
2,63
0,150
0,204
3,53
0,718
Bobot
Rating
Skor Bobot
x Rating
0,289
1,036
0,300
0,109
1,264
0,138
0,185
1,148
0,213
0,093
1,262
0,118
0,070
1,509
0,105
Bobot
Rating
Skor Bobot
x Rating
0,285
2,911
0,830
0,213
3,027
0,645
0,257
2,907
0,748
0,245
2,531
0,619
Bobot
Rating
Skor Bobot
x Rating
0,281
2,660
0,749
0,282
2,910
0,822
0,213
3,027
0,643
0,058
2,507
0,144
0,110
2,389
0,262
Ancaman
Globalisasi perdagangan dunia, serta isu-asu non tariff
barier, seperti isu lingkungan.
Tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi
tanaman penghasil minyak akar wangi dengan
produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik.
Program yang dilakukan oleh berbagai instansi
pemerintah dalam mengembangkan IKM minyak akar
wangi yang masih belum optimal
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing
Kesadaran sebagai eksportir yang tidak profesional
dalam melaksanakan usahanya
59
MATRIKS
SWOT
Peluang (O)
1. Permintaan lebih besar dari pasokan
industri
yang
2. Tumbuhnya
membutuhkan pasokan minyak akar
wangi
3. Tersedianya SDM dan IPTEK untuk
mengembangkan industri minyak
akar wangi
4. Dukungan
pemerintah
untuk
mengembangkan industri minyak
akar wangi
Ancaman (T)
1. Globalisasi perdagangan dunia
2. Pertumbuhan negara pesaing
3. Fluktuasi nilai tukar rupiah
4. Eksportir yang tidak profesional
(moral hazard)
5. Program pemerintah belum optimal
Kekuatan (S)
1. Pemasok utama minyak akar wangi dunia
2. Minyak akar wangi Indonesia sudah
dikenal di dunia dengan nama java vetiver
oil
3. Potensi wilayah penanaman masih cukup
luas
4. Ada industri yang mampu memproduksi
produk turunan minyak akar wangi
5. Tekad bersama untuk meningkatkan daya
saing
Strategi S-O
1. Meningkatkan produktivitas minyak
akar wangi dengan peralatan dan
teknologi baru (S3-O1,O3)
2. Fasilitasi pemerintah (S5-O4)
Kelemahan (W)
1. Sistem produksi belum rapi dan
belum berorientasi pada mutu
2. Kepemilikan lahan terbatas, sulit
menigkatkan produktivitas
3. Alat penyulingan masih sederhana
4. Modal kerja terbatas
5. Fungsi supporting institution
(koperasi) belum optimal
Strategi S-T
Peningkatan kualitas SDM pada level
operasional (S1-T2,T4)
Strategi W-T
1. Peningkatan
kemitraan
diantara stakeholder (W5-T5)
2. Peningkatan
mutu minyak
akar wangi (W1-T1, T2)
Strategi W-O
Penguatan aspek finansial (W4O4)
60
1. Strategi S-O
Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan industri
minyak akar wangi dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi S-O
terdiri dari:
a) Strategi Meningkatkan Produktivitas Minyak Akar Wangi
dengan Peralatan dan Teknologi Baru
Strategi tersebut merupakan formulasi dari faktor kekuatan
yaitu potensi wilayah penanaman yang masih sangat luas dan
faktor peluang yaitu tersedianya SDM dan IPTEK untuk
mengembangkan industri minyak akar wangi. Kabupaten
Garut merupakan daerah dengan karakteristik yang sangat
cocok untuk melakukan budidaya akar wangi, dengan luas
total wilayah yang diizinkan untuk membudidayakan tanaman
akar wangi adalah seluas 2.400 Ha yang tersebar di empat
kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Cilawu, Leles, dan
Boyongbong. Dalam satu tahun tercatat 2.318 Ha luas lahan
mampu menghasilkan minyak akar wangi sebanyak 75 ton.
Lembaga penelitian seperti Badan Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat (Balitro) dan IPB melakukan penelitian
untuk meningkatkan produktivitas dan mutu minyak akar
wangi baik melalui aspek manajerial maupun aspek teknis
budidaya, pengolahan maupun teknologi.
Berdasarkan
faktor
tersebut maka
dirumuskan
strategi
61
dari
para
pemangku
kepentingan
untuk
untuk
mendukung
berkembangnya
yaitu
dibuatnya
kebijakan-kebijakan
yang
seperti
diperbolehkan
kebijakan
mengenai
untuk budidaya
akar
luas
lahan
yang
wangi, percepatan
insentif
investasi
bagi
para
investor
dan
62
2. Strategi W-O
Strategi W-O adalah untuk mengatasi kelemahan industri minyak
akar wangi dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Berikut
adalah strategi W-O yang berhasil dipetakan dari matriks SWOT:
penguatan aspek finansial.
Strategi ini merupakan formulasi dari modal kerja yang terbatas
dan dukungan pemerintah untuk mengembangkan industri minyak
akar wangi. Kebanyakan petani minyak akar wangi di Kabupaten
Garut merupakan petani miskin yang sulit mengembangkan
usahanya karena terbentur faktor modal. Banyak pihak yang sudah
menawarkan bantuan modal namun dirasakan kurang menarik
pihak petani karena mekanisme pengembalian yang rumit dan
persyaratan seperti sistem agunan dan jaminan yang dianggap
memberatkan.
Pemerintah diharapkan mampu melobi dan membuat kebijakan
sehingga membuat pihak investor maupun pihak bank tertarik
meminjamkan dana dengan mekanisme yang memudahkan dan
menarik petani untuk bergabung. Bentuk lain dari penguatan aspek
finansial adalah melakukan pelatihan manajemen keuangan bagi
para petani agar para petani mampu mengelola keuangan mereka
dengan baik sehingga dana yang dipinjamkan dapat digunakan
untuk mengembangkan usaha akar wangi mereka.
3. Strategi S-T
Strategi S-T merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan yang
dimiliki industri minyak akar wangi untuk menghindari ancaman
eksternal. Strategi S-T yang berhasil dipetakan dari matriks SWOT
adalah peningkatan kualitas SDM pada level operasional.
Strategi peningkatan kualitas SDM pada level operasional
merupakan formulasi dari kekuatan industri minyak akar wangi
yaitu merupakan salah satu pemasok utama minyak akar wangi
dunia, tumbuhnya negara pesaing
tidak
63
64
65
ditingkatkannya
kemitraan
diantara
stakeholder,
66
67
68
69
70
Meningkatkan daya saing minyak
akar wangi melalui rantai pasokan
yang berkesinambungan
Ultimate Goal
Faktor
GoodAgricultural&Good
ManufacturingProcess
0,125
Modal
Kualitas SDM
0,341
0,138
Potensi Pasar
0,167
Ketersediaan dan
kualitas bahan
baku
0,229
Aktor
Keberlangsungan
Usaha
0,499
Tujuan
Alternatif
Strategi
Koperasi
/Asosiasi Petani
dan Penyuling
0.313
Pemerintah
0.236
Meningkatkan
produktivitas akar wangi
dengan peralatan dan
teknologi baru
0,123
Pemerataan
Pendapatan
0,222
Penguatan aspek
finansial
0,174
Eskportir
0,133
Peningkatan mutu
minyak akar wangi
0,285
Lembaga Riset
dan Perguruan
Tinggi
0,228
Perbankan
0,091
Memenuhi
Permintaan Ekspor
0,279
Peningkatan
kualitas SDM
0,189
Peningkatan
kemitraan diantara
stakeholder
0,138
Fasilitasi pemerintah
0,087
71
saing
minyak
akar
wangi
melalui
rantai
peningkatan
pasokan
yang
berkeseinambungan adalah kualitas SDM dengan bobot 0,341. Hal ini karena
SDM merupakan motor sebuah organisasi, sehingga kualitasnya akan sangat
mempengaruhi output dari kegiatan produksi.
Tabel 19. Hubungan Faktor dan Ultimete Goal
Faktor/UG
Kualitas SDM
0,341
Ketersediaan dan
Kualitas bahan Baku
0,138
Potensi Pasar
0,125
Modal
0,167
0,229
72
faktor
ketersediaan
dan
kualitas bahan
baku
adalah
Kualitas
SDM
Modal
GAP dan
GMP
Potensi Pasar
0,234
0,265
0,205
0,265
Ketersediaan
dan Kualitas
bahan baku
0,215
0,269
0,260
0,268
0,202
0,514
0,087
0,097
0,095
0,359
0,079
0,359
0,044
0,372
0,114
0,146
0,050
0,334
0,059
0,060
0,045
Lembaga
Riset dan
Perguruan
Tinggi
Pemerintah
Koperasi/Asosiasi
Petani Penyuling
Eksportir
0,597
0,433
0,363
0,502
0,661
0,196
0,280
0,249
0,157
0,212
0,207
0,287
0,388
0,341
0,126
Perbankan
73
Keberlangsungan
Pemerataan
Memenuhi
Strategi/Tujuan
Usaha
Pendapatan
Permintaan Ekspor
0,096
0,124
0,173
0,215
0,167
0,107
0,218
0,282
0,408
0,223
0,182
0,133
0,157
0,137
0,105
0,091
0,093
0,074
Meningkatkan
produktivitas akar
wangi dengan
peralatan dan
teknologi baru
Penguatan aspek
finansial
Peningkatan mutu
minyak akar wangi
Peningkatan kualitas
SDM
Peningkatan
kemitraan diantara
stakeholder
Fasilitasi pemerintah
74
Prioritas
Bobot
Kualitas SDM
0,341
0,229
bahan Baku
Potensi Pasar
0,167
Modal
0,138
0,125
b. Aktor
Tabel 24. menunjukan bobot aktor terhadap ultimate goal yaitu
meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok yang
berkesinambungan. Aktor koperasi/asosiasi petani penyuling merupakan aktor
utama yang mempengaruhi UG dengan bobot 0,313. Hal ini menunjukan
bahwa koperasi/asosiasi petani penyuling merupakan pihak yang harus paling
mendapat perhatian dalam sistem rantai pasok minyak akar wangi untuk
meningkatkan daya saing dan membangun sistem rantai pasok yang
berkesinambungan.
Aktor
kedua
yang
paling
mempengaruhi
setelah
Bobot
Koperasi/Asosiasi Petani
Penyuling
0,313
Pemerintah
0,236
0,228
Eksportir
0,133
Perbankan
0,091
Prioritas
1
2
3
4
5
75
c. Tujuan
Tabel 25. Menunjukan bobot tujuan terhadap ultimate goal yaitu
meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok yang
berkesinambungan. Keberlangsungan usaha merupakan tujuan utama yang
paling mempengaruhi UG dengan bobot 0,499. Hal ini menunjukan bahwa
tujuan utama peningkatan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok
yang berkesinambungan yaitu untuk mempertahankan keberlangsungan
industri minyak akar wangi. Tujuan dengan prioritas ke dua adalah memenuhi
permintaan ekspor dengan bobot 0,279 dan tujuan dengan bobot terendah
adalah pemerataan pendapatan denganbobot 0,222.
Tabel 25. Bobot tujuan terhadap UG
Tujuan
Bobot
Keberlangsungan Usaha
0,499
0,279
Pemerataan Pendapatan
0,222
Prioritas
1
2
3
d. Alternatif Strategi
Tabel 26. Menunjukan bobot alternatif strategi terhadap UG yaitu
meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok yang
berkesinambungan. Peningkatan mutu minyak akar wangi merupakan alternatif
dengan prioritas pertama dengan bobot 0,285, diikuti oleh peningkatan kualitas
SDM pada prioritas kedua dengan besar bobot 0,189. Hal ini menunjukan
bahwa mutu minyak akar wangi merupakan prioritas utama dalam membangun
sistem rantai pasok yang berkesinambungan, sehingga peningkatan mutu
merupakan strategi dengan prioritas paling tinggi.
76
Bobot
wangi
Peningkatan kualitas SDM
0,189
0,174
Peningkatan kemitraan
diantara stakeholder
Meningkatkan produktivitas
akar wangi dengan peralatan
dan teknologi baru
0,138
Fasilitasi pemerintah
0,087
0,123
Prioritas
1
2
3
4
5
6
77
manfaatnya yaitu hasil panen yang bermutu dengan harga jual yang lebih
tinggi.
Agar pelaksanaan strategi berjalan dengan efektif dan efisien,
hendaknya dilakukan pola planning, organizing, actuating dan controlling
(POAC). Planning yaitu merencanakan rumusan strategi dengan baik sesuai
kebutuhan di lapanga, selanjutnya diikuti pengorganisasian yang baik. Siapa
saja pihak yang akan terlibat dalam strategi ini, kemudian strategi yang telah
direncanakan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaannya harus ada kegiatan
controlling untuk menjaga agar strategi yang dilaksanakan sesuai dengan
rencana yang telah disusun.
Rantai pasok minyak akar wangi dapat diperpendek dengan cara
melewati mata rantai pengumpul akar. Hal ini dilakukan agar petani bisa
langsung menjual minyak yang diperoleh kepada penyuling atau menyuling
sendiri akar yang telah ditanam kemudian dijual kepada pengumpul akar.
Pemotongan mata rantai pasok ini akan membantu menghilangkan pembelian
akar dengan sistem ijon yang sering dilakukan oleh pengumpul akar. Sistem
ijon ini adalah penyebab utama kenapa petani sulit mendapatkan pendapatan
yang lebih baik, sehingga pada akhirnya ketika sistem ijon dihapuskan akan
membantu meningkatkan kesejahteraan petani.
78
Kesimpulan
a. Rantai pasok minyak akar wangi meliputi petani akar wangi, pengumpul
akar minyak wangi, penyuling, pengumpul minyak akar wangi dan
eksportir. Aliran barang terjadi melalui beberapa cara, ada petani yang
langsung menjual hasil panennya kepada pengumpul akar, ada juga petani
yang melakukan penyulingan terlebih dahulu baru kemudian menjual
minyak hasil penyulingan kepada pengumpul minyak akar wangi. Minyak
akar wangi yang terkumpul di pengumpul minyak akan disalurkan ke
eksportir yang berada di Bogor dan Jakarta.
b. Analisis faktor internal dan eksternal (IFE dan EFE) menunjukan bahwa
faktor kekuatan yang paling dominan adalah potensi wilayah penanaman
masih cukup luas (0,917). Faktor kelemahan yang paling dominan adalah
sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi
secara optimal. Kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi
secara merata. Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu.
Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan
minyak akar wangi kasar (0,300). Faktor peluang yang paling dominan
adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan
(0,830). Faktor ancaman yang paling dominan adalah tumbuhnya negara
pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi
dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik (0,822).
c. Rumusan alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi adalah
meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi
baru (0,123), penguatan aspek finansial (0,174), peningkatan mutu minyak
akar wangi (0,285), peningkatan kualitas SDM (0,189), peningkatan
kemitraan diantara stakeholder (0,138) dan fasilitasi pemerintah (0,087).
Alternatif strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah
peningkatan mutu minyak akar wangi. Kegiatan kongkritnya bisa berupa
penyuluhan oleh kelompok tani untuk merubah pola fikir petani menjadi
berorientasi mutu. Pemerintah hendaknya mengagendakan kegiatan yang
79
Saran
a. Peningkatkan daya saing minyak akar wangi membutuhkan sistem rantai
pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Semua petani mulai dari proses
budidaya, proses penyulingan harus mengikuti GAP dan GMP secara
sehingga kualitas dan kuantitas minyak akar wangi yang dihasilkan bisa di
tingkatkan secara maksimal. Namun dalam penerapan GAP dan GMP
dibutuhkan modal usaha yang cukup besar, ditambah lagi beberapa
permasalahn seperti penjual akar wangi hasil panen yang masih
menggunakkan sistem ijon yang mengakibatkan pemerataan pendapatan
diantara para pelaku rantai pasok yang rendah. Selain itu bisa melakukan
benchmarking terhadap pola penerapan GAP dan GMP di negara lain
penghasil minyak akar wangi seperti Haiti.
b. Permasalahan-permasalahan yang ada ini tidak bisa diselesaikan oleh
hanya satu pihak semata. Dibutuhkan kerjasama semua pihak baik yang
berkecimpung langsung dalam sistem rantai pasok seperti petani,
pengumpul, penyuling dan asosiasi petani penyuling maupun pihak yang
tidak berkecimpung secara tidak langsung dalam sistem rantai pasok,
seperti pemerintah, lembaga riset dan perguruan tinggi dan perbankan
untuk secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang ada.
Penguatan kelembagaan seperti koperasi dan Dewan Atsiri Daerah/
Nasional merupakan salah satu alternatif yang bisa diterapkan.
c. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari
strategi yang diterapkan, sehingga akan ada lebih banyak masukan untuk
menjadikan industri minyak akar wangi berkembang lebih baik.
80
sDAFTAR PUSTAKA
Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat. 2011. Data Lahan Minyak
Akar Wangi. Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopersi Kabupaten Garut, Jawa
Barat. 2011. Data Produksi Minyak Akar Wangi. Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Kopersi Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Anatan, L. dan Ellitan, L. 2008. Supply Chain Management, Teori dan
Aplikasi. Bandung : Alfabeta.
Biro Pusat Statistik. 2009. Statistika Perdagangan Luar Negeri Indonesia.
BPS. Jakarta
David, F. 2003. Strategic Management Concepts and Cases Ninth Edition.
Prentice Hall, New Jersey.
Fewidarto, P.D. 1996. Proses Hirarki Analitik (Analytical Hierarchy
Process). Materi Kursus Singkat
Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.
Heizer, J. dan B. Render. 2010. Manajemen Operasi. Salemba Empat,
Jakarta.
Indrajit, R.E, Djokopranoto R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Kotler P dan K K L. 2007. Manajemen Pemasaran jilid 2. Indeks, Jakarta.
Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria
Majemuk. PT. Gramedia. Jakarta.
Marimin dan N. Magfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keptusan
dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Sebagai Alat Perumusan Strategi. PT.
Indeks, Jakarta.
81
Tutuarima, T. 2009. Rekayasa Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi
Dengan Peningkatan Tekanan Dan Laju Uap Bertahap. Tesis
Pascasarjana IPB.