Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oke bro, sis, om dan tan berikut ini adalah prosedur audit aset tetap dan penjelasannya,
langsung aja disimak, SEMOGA MANFAAT......
1. Pelajari dan evaluasi internal control atas aset tetap.
dalam hal ini biasanya auditor menggunakan Internal Control Questionnaires (ICQ),
beberapa ciri internal control yang baik atas aset tetap adalah :
contoh dalam hal ini harus dicocokkan nomor mesin, chasis, dan nomor polisi kendaraan
yang tercantum di BPKB dan STNK dengan yang terdapat di kendaraan. Perhatikan juga
apakah surat-surat tanah, gedung, kendaraan atas nama perusahaan.
7. Pelajari dan periksa apakah Capitalization serta Depreciation Polici-nya konsisten dengan
tahun sebelumnya (misal perhitungan menggunakan Straigh Line Method).
Tentang Policy dan Capitalization tersebut ada beberapa kemungkinan :
a. berdasarkan jumlahnya, misalnya diatas Rp1.000.000 harus dikapitalisir.
b. Berdasarkan masa manfaatnya
c. Campuran antara jumlah dan masa manfaatnya.
Tentang Policy dari penyusutannya ada beberapa kemungkinan, apakah penyusutan tersebut
dimulai :
a. Pada tanggal pembelian;
b. Pada tanggal pemakaian;
c. Juga perlu diketahui masa penyusutannya, misal tanggal pembelian 1-15 dihitung satu
bulan penuh sedangkan 16-30/31 dihtung setengah bulan.
8. Analisis perkiraan repair dan maintenance.
harus diperhatikan kemungkinan Klien untuk memperkecil laba dengan mencatat Capital
Expenditure sebagai Revenue Expenditure.
9. Periksa kecukupan Insurance Coverage, dalam artian jangan sampai terlalu keci atau
terlalu besar. Jika terlalu kecil ada bahaya bahwa jika terjadi kebakaran, ganti rugi perusahaan
asuransi tidak mencukupi untuk membeli aset tetap(misalkan gedung atau mesin) yang baru
sehingga mengganggu kegiatan operasi perusahaan. tentang penilaian cukup
tidaknya Insurance Coverage tersebut adalah atas dasar jumlah yang mendekati harga pasar.
10. Tes perhitungan penyusutan dan alokasi biaya penyusutan aset tetap.
Penyusutan ini biasanya dari aset tetap yang dapat disusutkan, seperti gedung kantor dan
sebagainya, sebab ada juga Fixed Assets yang tidak dapat disusutkan seperti Tanah hak milik.
Tetapi bila tanah tersebut digunakan untuk bahan baku pembuatan batu bata atau genteng,
maka dapat disusutkan biasa istilahnya tuh deplesi.
Apabila tanah tersebut merupakan tanah dengan hak guna bangunan, maka tanah tersebut
tidak dapat disusutkan. Auditor harus memeriksa akurasi dari perhitungan penyusutan yang
dibuat klien, dan ketetapan alokasi biaya penyusutan sebagai bagian dari biaya produksi tidak
langsung, biaya umum dan administrasi serta biaya penjualan.
11. Periksa notulen rapat, perjanjian kredit, jawaban konfirmasi dari bank, untuk memeriksa
apakah ada aset yang dijadikan jaminan atau tidak.
12. Periksa apakah ada Commitment yang dibuat oleh perusahaan untuk membeli atau
menjual aset tetap.
13. Untuk Contruction In Progress, kita periksa penambahannya dan apakah adaConstruction
In Progress yang harus ditransfer ke aset tetap.
14. Jika ada aset yang diperoleh melalui leasing, periksa lease agreement dan periksa
apakah Accounting treatment-nya sudah sesuai dengan standar akuntansi leasing.
15. Periksa apakah ada aset tetap yang dijaminkan.
Jika aset tetap dijaminkan berarti bukti pemilikan diserahkan (disimpan) di bank, sehingga
auditor harus memeriksa tanda terima penyerahan bukti-bukti kepemilikan. selain itu jika ada
aset tetap yang dijaminkan harus diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan.
16. Periksa penyajian aset tetap dalam laporan keuangan apakah sudah sesuai dengan
SAK/ETAP/IFRS, baik di Posisi Keuangan,(cost and accumulated depreciation), di laba rugi
(biaya penyusutan), dicatatan atas laporan keuangan (kebijakan kapitalisasi dan
penyusutan,rincian garis besar aset tetap) maupun di lampiran (rincian aset tetap).
yang disebutkan tadi tuh berlaku buat repeat engagements (penugasan berulang) makanya
dititikberatkan pada pemeriksaan transaksi tahun berjalan (periode yang diperiksa).
Untuk First Audit (audit pertama kali) bisa dibedakan sebagai berikut :
Jika tahun sebelumnya perusahaan sudah diaudit oleh kantor akuntan lain, saldo awal
saldo aset tetap bisa dicocokkan dengan laporan akuntan terdahulu dan kertas kerja
pemeriksaan akuntan tersebut.
Jika tahun-tahun sebelumnya perusahaan belum pernah diaudit, akuntan publik harus
memeriksa mutasi penambahan dan pengurangan aset tetap sejak awal berdirinya
perusahaan, untuk mengetahui apakah pencatatan yang dilakukan perusahaan untuk
penambahan dan pengurangan aset tetap, serta metode dan perhitungan penyusutan
aset tetap dilakukan sesuai dengan standar akuntansi di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
Tentu saja pemeriksaan mutasi tahun-tahun sebelumnya dilakukan secara test basis
dengan mengutamakan jumlah material.
http://coretanauditor.blogspot.co.id/2014/11/prosedur-audit-pemeriksaan-asettetap.html
Paragraf 10 menjelaskan bahwa klasifikasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa operasi
didasarkan pada substansi transaksi dan bukan pada bentuk kontraknya. Contoh dari situasi yang
secara individual atau gabungan dalam kondisi normal mengarah pada sewa yang diklasifikasikan
sebagai sewa pembiayaan adalah :
1. sewa mengalihkan kepemilikan aset kepada lessee pada akhir masa sewa;
2. lessee mempunyai opsi untuk membeli aset pada harga yang cukup rendah dibandingkan nilai
wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan, sehingga pada awal sewa dapat dipastikan bahwa
opsi memang akan dilaksanakan;
3. masa sewa adalah untuk sebagian besar umur ekonomis aset meskipun hak milik tidak dialihkan;
4. pada awal sewa, nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum secara substansial mendekati
nilai wajar aset sewaan; dan
5. aset sewaan bersifat khusus dan dimana hanya lessee yang dapat menggunakannya tanpa perlu
modifikasi secara material.
Lebih lanjut, paragraf 16 menjelaskan bahwa untuk sewa pembiayaan pada awal masa sewa, lessee
mengakui sewa pembiayaan sebagai aset dan kewajiban dalam neraca sebesar nilai wajar aset
sewaan atau sebesar nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika nilai kini lebih rendah dari nilai
wajar. Penilaian ditentukan pada awal kontrak.
Sedangkan dalam paragraf 29 diatur mengenai pencatatan sewa operasi, bahwa pembayaran sewa
dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan dasar garis lurus (straight-line basis) selama masa
sewa kecuali terdapat dasar sistimatis lain yang dapat lebih mencerminkan pola waktu dari manfaat
aset yang dinikmati pengguna.
Untuk jenis transaksi leasing berupa transaksi jual dan sewa-balik (sale and lease back) dapat terjadi
bahwa nilai aset tercatat aset yang dialihkan kepada leasing company berbeda dengan nilai
pembelian/pembiayaan oleh leasing company tersebut.
Paragraf 56 PSAK No. 30 mengatur bahwa jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa
pembiayaan, selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat tidak dapat diakui segera sebagai
pendapatan oleh penjual-lessee, tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.
Perlakuan Perpajakan
Secara perpajakan, pencatatan transaksi leasing diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.
1169/KMK.01/1991. KepMenKeu ini hanya mengatur mengenai pencatatan transaksi leasing secara
sale and lease back dengan hak opsi sehingga untuk jenis leasing lainnya misalnya Pembiayaan
Konsumen harus mengacu kepada PSAK No. 30.
Dalam praktek sehari-hari, sering ditemukan kesalahpahaman dari accounting perusahaan sehingga
dalam perpajakan memperlakukan transaksi Pembiayaan Konsumen layaknya Sale and Lease Back
dengan Hak Opsi.
Menurut KepMenKeu No. 1169 tersebut, kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai Sewa Guna
Usaha (SGU) dengan hak opsi apabila memenuhi semua kriteria berikut :
1. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama ditambaha dengan
nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang modal dan keuntungan lessor;
2. Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang-kurangnya 2 tahun untuk barang modal Golongan I, 3
tahun untuk barang modal Golongan II dan III, dan 7 tahun untuk Golongan Bangunan;
3. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan mengenai opsi bagi lessee.
Ketentuan perpajakan memperlakukan SGU dengan Hak Opsi secara berbeda dari akuntansi.
Adapun perbedaannya sebagai berikut :
Secara akuntansi, pencatatan dilakukan secara Capital Lease, dimana :
1. aktiva leasing langsung dibukukan sebagai aktiva tetap leasing dan disusutkan sesuai dengan
masa manfaatnya;
2. lessee membebankan biaya penyusutan aktiva SGU dan beban bunga SGU
Secara perpajakan, dilakukan secara Operating Lease, dimana :
1. aktiva tetap leasing baru diakui setelah lessee melaksanakan hak opsinya, dengan biaya perolehan
sebagai dasar penyusutan sebesar nilai opsi tersebut
2. lessee membebankan angsuran pokok dan bunga SGU sebagai biaya leasing
Sedangkan untuk transaksi pembiayaan konsumen, pencatatan secara akuntansi maupun perpajakan
sama, yaitu dilakukan secara Capital Lease.
Contoh illustrasi (Sale and Lease Back dengan Hak Opsi) :
PT A memperoleh fasilitas pembiayaan berupa Sale and Lease Back dengan Hak Opsi atas 1 unit
Mesin Press dengan rincian transaksi sebagai berikut :
Harga beli dari supplier = Rp 1.144.800.000; Pembayaran Uang Muka (D/P) kepada Supplier = Rp
300.000.000; Sisa Hutang kepada Supplier = Rp 844.800.000.
Pembiayaan oleh Leasing Company = Rp 844.800.000; Masa Angsuran = 20/11/2004 s/d 20/10/2007
(36 bulan); Angsuran Pokok = Rp 844.800.000; Bunga Angsuran = Rp 201.312.000
Jurnal Akuntansi (PSAK No. 30) :
1.144.800.000
Kas
300.000.000
Hutang Supplier
844.800.000
Hutang Supplier
844.800.000
Hutang Leasing
844.800.000
(membukukan transaksi pengalihan aktiva tetap ke leasing company)
Hutang Leasing
26.144.498
Biaya Bunga
Leasing
12.412.502
Kas
38.557.000
(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)
Jurnal Perpajakan (KepMenKeu No. 1169)
1.144.800.000
Kas
300.000.000
Hutang Supplier
844.800.000
(membukukan transaksi pembelian aktiva tetap dari supplier)
Hutang Supplier
844.800.000
Jaminan Leasing
300.000.000
Aktiva Tetap
Mesin
1.144.800.000
Biaya Leasing
38.557.000
Kas
38.557.000
(membukukan pembayaran angsuran bulanan SGU)
Secara perpajakan, jika pada akhir masa leasing, lessee menggunakan hak opsinya maka dalam
pembukuan lessee membukukan aktiva tetap sebagai dasar penyusutan sebesar Rp 300.000.000
yaitu sebesar nilai jaminan leasing. Selama masa SGU, jaminan leasing dibukukan sebagai Aktiva
Lain-lain.
Sedangkan, jika transaksinya berupa Pembiayaan Konsumen, maka pencatatan akuntansi dan
perpajakan harus sesuai PSAK No. 30 (jurnal pertama) (Hrd).
http://auditme-post.blogspot.co.id/2008/05/membukukan-transaksi-leasingakuntansi.html
BUKTI AUDIT
Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan
pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan
mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk
tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini
bukti audit (audit evidence)berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang
diatur secara tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi
pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam
rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi,
objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan
kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.
Sifat Asersi
2.
Kelengkapan (completencess).
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi
dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan
di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh
pembelian barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan.
Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah
mencakup semua kewajiban entitas.
3.
4.
aktiva,
kewajiban,
pendapatan
dan
biaya
sudah
semestinya.
Misalnya,
manajemen
membuat
asersi
bahwa
untuk
mendukung
pendapat
auditor
atas
laporan
keuangan.
Rendahnya risiko audit berarti tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor
mengenai
ketepatan
pendapatnya.
Tingginya
tingkat
kepastian
tersebut
menuntut auditor untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah
tingkat risiko audit yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti audit
yang diperlukan.
Faktor-Faktor Ekonomi
Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk
memperoleh bukti yang digunakan sebagai dasar yang memadai untuk
memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit
menghadapi kendala waktu dan biaya dalam menghimpun bukti. Auditor harus
memperhitungkan apakah setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun
bukti seimbang dengan keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui
kuantitas dan kuliatas bukti yang dihimpun.
Ukuran dan Karakteristik Populasi
Auditor tidak mungkin menghimpun dan mengevaluasi seluruh bukti yang
ada
untuk
mendukung
pendapatnya.
Hal
tersebut
sangat
tidak
efisien.
Pengumpulan bukti audit pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar
sampling.
Ada hubungan searah antara besarnya populasi dengan besar sampling
yang harus diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya, semakin
besar jumlah sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya.
Karakteristik populasi berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas
item individual yang menjadi anggota populasi. Auditor memerlukan lebih
banyak sampel atau informasi yang lebih kuat atau mendukung atas populasi
yang bervariasi anggotanya daripada populasi yang seragam.
Kompetensi Bukti
2.
3.
fisik,
pengamatan,
perhitungan,
dan
inspeksi
lebih
bersifat
digunakan
untuk
menentukan
keberadaan
persediaan.
Namun,
Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar perusahaan
yang independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam
ini memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar daripada yang
dihasilkan dan diperoleh dari dalam perusahaan.
Ketepatan waktu
Kriteria ini berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti tersebut.
Ketepatan waktu sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang
lancar, dan rekening laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk
mengetahui apakah cutof telah dilakukan secara tepat.
Objektifitas
Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti
subjektif. Dalam menelaah bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor
harus mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi,
dan
menentukan
ketepatan
proses
pembuatan
keputusan
dalam
membuat judgement.
dapat
dipercayainya
data
akuntansi.
Kuat
dan
lemahnya
struktur
Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas
dan persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud.
Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang
paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh
karena itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.
Bukti fisik diperoleh melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi,
penghitungan, dan observasi. Pada umumnya, biaya memperoleh bukti fisik
sangat tinggi. Bukti fisik berkaitan erat dengan asersi keberadaan dan
keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.
Catatan Akuntansi
Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data
untuk membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi
merupakan objek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti
catatan akuntansi merupakan objek audit. Objek audit adalah laporan keuangan.
Tingkat dapat dipercayainya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya
struktur pengendalian intern.
Konfirmasi
Konfirmasi
merupakan
proses
pemerolehan
dan
penilaian
suatu
2.
3.
1.
Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor
secara langsung.
2.
Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor
melalui klien.
3.
koran
bank,
dan
bermacam-macam
kontrak.
Reliabilitas
bukti
tertentu
dalam
laporan
keuangan.
Keandalan
bukti
analitis
sangat
Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah
tujuan audit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari
bukti audit dan tidak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang
prosedur audit untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus
memperhatikan kemungkinan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Dalam merumuskan
pendapatnya, auditor harus mempertimbangkan relevansi bukti audit, terlepas
apakah bukti audit tersebut mendukung atau berlawanan dengan asersi dalam
laporan keuangan. Bila auditor masih tetap ragu-ragu untuk mempercayai suatu
asersi yang material, maka ia harus menangguhkan pemberian pendapatnya
sampai ia mendapatkan bukti kompeten yang cukup untuk menghilangkan
keraguannya, atau ia harus menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian
atau menolak memberikan pendapat.
sifat pengujian
2.
waktu pengujian
3.
dan luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.
2.
3.
4.
diantara
risiko
deteksi
yang
ditentukan
dihubungkan
dengan
pengujian rinci saldo yang akan dilakukan maka akan jelas terlihat bahwa
semakin rendah tingkat risiko, semakin rinci dan teliti tindakan yang akan
diambil.
Pengujian detail transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
1.
2.
3.
Pengujian
detail
transaksi
Pada
pengujian
terutama
detail
transaksi
dilakukan
ini,
auditor
2.
3.
mempertimbangkan
dari
pengujian
tingkat
substantif
keyakinan,
untuk
suatu
jika
ada,
tujuan
audit
yang
dan
memutuskan, antara lain prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur mana,
yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu,
prosedur analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan memadai.
Namun, pada asersi lain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien
pengujian rinci dalam memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan.
Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik
dalam mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:
1.
Sifat asersi.
2.
3.
4.
Ketepatan harapan.
prosedur
analitik
dalam
perencanaan
audit
adalah
untuk
membantu dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan
digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu.
Untuk maksud ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:
1.
2.
jumlah,
rasio
dapat
menunjukkan
masalah
yang
pengendalian
dapat
disusun
sekaligus,
terutama
karena
standar penyajian pos-pos laporan keuangan sudah baku sifatnya. Tetapi pada
audit operasional dan audit kepatuhan, program audit substantif biasanya baru
bisa dibuat setelah pengujian pengendalian selesai dilaksanakan, yaitu setelah
auditor mengetahui kelemahan pengendalian/temuan sementara yang perlu
diperdalam.
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Konfirmasi.
6.
Analisis.
7.
8.
Menyediakan
penunjang
utama
bagi
laporan
auditor,
termasuk
ditunjukkan
dalam
laporan
auditor
dengan
disebutkannya
frasa
1.
2.
3.
Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor
dalam pembuatan laporan.
4.
5.
6.
Kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang
dihadapi oleh auditor, namun harus cukup memperlihatkan bahwa catatan
akuntansi cocok dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan
serta standar pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah diamati. Kertas
kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
1.
Pekerjaan
telah
direncanakan
dan
disupervisi
dengan
baik,
yang
3.
Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan,
dan pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup
sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan
auditan, yang menujukan diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.
Kepemilikan Dan Penyimpanan Kertas Kerja
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas
kerja masih tunduk pada pembatasan
Etika
Oleh :
Ahmad Tarmizi
Antivah Dwiningsih
Dona Mariana
Meilya Yessy
Taufik Handoko
Yoyon Apriadi
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Muhammadiyah Riau
2014
Kata Pengantar
ASSALAMUALAIKUM WR.WB.
Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Yang telah
memberikan Rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
ini, yang berjudul Audit atas Aktiva Tetap .
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 2. yang
dibimbing oleh ibu Arumega Zarefar SE. Mak. Akt. Untuk itu daripenulis berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kritik dan
saran penulis harapkan untuk kesempurnaan makalah ini.
WASSALAMUALAIKUM WR.WB.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat
mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah
satu investasi tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal
perusahaan yaitu aktiva yang mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.
Untuk mencapainya diperlukan pengelolaan yang efektif dalam penggunaan,
pemeliharaan maupun pencatatan akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut
harus dapat dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan
menentukan metode penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode
penyusutan yang telah diterapkan oleh perusahaan telah memperhatikan
perubahan nilai aktiva tetap yang menurun yang disebabkan karena berlalunya
waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar
dalam jumlah
keseluruhan
asset
perusahaan.
Besarnya
investasi
yang
ditanamkan dalam aktiva tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan
perhatian yang serius. Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja tetapi
juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup perolehan aktiva tetap,
penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan pengungkapannya
dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci
tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan
cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam
aktiva tetap sebuah perusahaan. Namun untuk mendapatkan rincian yang baik
terhadap
aktiva
tetap,
diperlukan
pengendalian
terhadap
aktiva
berupa
pengujian substantif.
BAB II
LANDASAN TEORY
2.1 Definisi Aktiva Tetap
Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk
dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang
umumnya lebih dari satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam
jumlah yang besar.
Sifat pertama dari aktiva tetap adalah bahwa maksud perolehannya bukan
untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan.
Sifat ini lah yang membedakannya dari persediaan barang ( inventory ). Contoh :
mobil yang diperdagangkan oleh dealer mobil merupakan persediaan barang
sedangkan mobil yang dipakainya untuk antar jemput pegawai merupakan
aktiva tetap.
Sifat kedua dari aktiva tetap adalah umurnya yang lebih dari satu tahun.
Karena sifat inilah maka kita mengenal unsur penyusutan dalam aktiva tetap.
Penyusutan tidak lain dari pada alokasi biaya tetap tersebut dalam masa umur
aktiva tetap yang bersangkutan.
Didalam literatur dan peraktik akuntansi, aktiva yang mempunyai sifat
pertama dan kedua tersebut diatas sudah dianggap sebagai aktiva tetap.
Akibatnya, semua aktiva yang digunakan dalam kegiatan perusahaan dan
berumur lebih dari satu tahun langsung dijadikan aktiva tetap ( istilahnya
adalah : dikapitalisasi ). Contoh : sapu dan gelas minum yang dipakai dikantor
ikut dikapitalisasi.
Mengkapitalisasi aktiva yang tidak besar jumlahnya sebenarnya tidaklah
bijaksana. Setiap aktiva harus diadministrasikan dengan cara tertentu, misalnya
harus ada kartu aktiva tetap, penyusutan harus dihitung secara berkala misalnya
satu bulan sekali, dan harus ada inventarisasi atas aktiva tetap, misalnya
setahun sekali. Penatausahaan aktiva tetap ini memakan waktu dan biaya
sedangkan biaya ini mungkin melebihi biaya ativa tetap yang kecil.
Oleh karena itu untuk digolongkan sebagai aktiva tetap, suatu aktiva juga
harus mempunyai sifat ketiga yaitu : yakni bahwa pengeluaran tersebut harus
merupakan pengeluaran yang besar bagi perusahaan tersebut. Dengan kata lain,
suatu perusahaan harus mempunyai kebijakan kapitalisasi yang menetapkan
jumlah minimum pengeluaran yang dapat dikapitalisasi. Ini berarti bahwa
pengeluaran dibawah jumlah minimum tersebut harus dibebankan kerugi laba
tahun yang berjalan.
Setiapa perusahaan tentunya mempunyai kebijaksanaan kapitalisasi
tersendiri, karena material untuk suatu perusahaan belum tentu material untuk
perusahaan yang lain. Contoh : sebuah mesin tik dalam suatu biro perjalanan
yang kecil mungkin sangat material jumlah nya sedangkan mesin tik yang sama
langsung harus dibebankan kerugi-laba dalamsuatu perusahaan tambang.
Disamping pengertian aktiva tetap, didalam pembicaraan sehari-hari
sering dikenal istilah barang/ harta tak bergerak yang merupakan lawan dari
barang/harta tak bergerak. Harta tak gerak tidak sama dengan aktiva tetap.
Istilah barang gerak dan barang tak gerak merupakan istilah hukum.
Dari uraian diatas jelas bahwa barang tak gerak mungkin merupakan
aktiva tetap tapi mungkin juga tidak. Contoh : tanah tempat usaha merupakan
barang tak gerak dan aktiva tetap, sedangkan kalau tanah tersebut diperjual
belikan, maka ia merupakan barang tak gerak tapi bukan aktiva tetap.
Aktiva tetap dapat dibagi atas tiga kelompok, yakni :
1.
2.
3.
suatu
pemeriksaan
umum,
pemeriksaan
atas
aktiva
tetap
2.
Untuk menetapkan hak milik atas aktiva tetap dan apakah aktiva tersebut
dijadikan jaminan.
3.
4.
Adanya budget untuk pengeluaran bagi aktiva tetap yang disetujui oleh pejabat
yang berwenang. Persetujuan ini biasanya dilakukan dalam berbagai tingkat
tergantung dari jenis dan harga aktiva tetap yang bersangkutan. Contoh :
pembelian mesin pabrik yang baru harus mendapat persetujuan dari dewan
komisaris terlebih dahulu sedangkan pembelian mesin tik atau mesin hitung
3.
4.
Adanya kartu-kartu aktiva tetap dan inventarisasi atas aktiva tetap secara
berkala
5.
6.
Adanya asuransi kerugian atas aktiva tetap yang bisa rusak karena kabakaran
atau bencana lainnya atau kerugian karena hilang atau dicuri.
Minta dari langganan suatu daftar utama mengenai aktiva tetapnya dengan
informasi yang berikut :
Perubahan dalam tahun bertajan
Harga
perolehan
31 des
sebelumnya
Penambahan
Pengurangan
31 des
tahun
berjalan
Tanah
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Gedung
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Mesin
xxx
xxx
xxx
Xxx
Total
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Akumulasi
Penusutan
Tanah
Gedung
Xxx
Xxx
Xxx
Xxx
Mesin
xxx
xxx
xxx
Xxx
Total
Bandingkan total A dan E dengan angka dalam kertas kerja tahun yang lalu dan
lakukan footing dan crossfooting.
2.
a.
Apakah tambahan aktiva tersebut benar ada. Ini dapat dilakukan dengan
melihat sendiri adanya tambahan tersebut.
b.
Adanya persetujuan dari pejabat yang berwenang dan melalui prosedur yang
telah ditetapkan.
c.
Bahwa tambahan tersebut dicatat dengan harga perolehan dan kalau dibeli
dengan mencicil, seluruh harga aktiva tersebut telah dicatat dan bagian yang
belum dilunasi dicatat sebagai hutang.
d.
3.
a.
b.
4.
lain
merupakan
pemeriksaan
perhitungan
penyusutan.
Yang
harus
atau metode garis lurus, maka metode ini pula yang harus ditetapkan tahun ini.
Juga taksiran umur yang sama harus digunakan untuk aktiva yang bersangkutan.
5.
Seperti penjelasan no 1, akuntansi dapat juga meminta perincian dari masingmasing jenis aktiva tetap. Ini dapat berupa daftar lengkap aktiva yang
bersangkutan atau suatu daftar/ perincian tambahan dan pengurangan aktiva
tetap dalam tahun yang berjalan, jika digabungkan dengan kertas kerja tahun
lalu dapat merupakan daftar lengkap aktiva tetap sampai dengan akhir tahun
berjalan. Jika daftar ini sudah diperoleh, bandingkan informasi dalam daftar ini
dengan kartu-kartu aktiva tetap yang bersangkutan. Bandingkan angka total
dalam perincian aktiva tetap tersebut dengan angka dalam buku besar yang
bersangkutan.
6.
7.
a.
b.
c.
d.
Kerugian karena bencana yang memusnakan aktiva tetap dan ganti rugi dari
perusahaan asuransi
e.
8.
pemberi kredit. Jika aktiva tetap dijadikan jaminan maka prosedur yang berikut
harus dijalankan :
a.
b.
Pinjam polis asuransi dan lihat ada atau tidaknya bankers clause yang
menetapkan bahwa bank menjadi badan yang akan menerima ganti rugi.
c.
d.
2)
a.
Neraca sebelah kiri jangan disebut aktiva dan yang disebelah kanan jangan
disebut pasiva melainkan disebut debet dan kredit. Hal ini disebabkan karena
dalam sisi debet dari nerac, aktiva tetap dinyatakan dalam bentuk harga
perolehan tanpa dikurangi akumulasi penyusutan, sehingga untuk disebut aktiva
sisi debet neraca sebenarnya terlalu tinggi ( Overstated ). Juga akumulasi
penyusutan yang diletakkan disebelah kredit neraca bukanlah merupakan
hutang atau modal, meskipun bersaldo kredit.
b.
direksi
menyisihkan
pendapatan
atau
laba
yang
ditahan
seolah-olah
Dasar penilaian aktiva tetap harus dicantumkan dalam neraca atau dalam
catatan mengenai ikhtisar keuangan. Dasar penelitian yang dapat diterima
adalah dasar harga perolehan. Penilaian kembali tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi indonesia.
4)
5)
6)
7)
Aktiva tetap yang sudah tidak dipakai karena sudah tua atau secara ekonomis
tidak dapat lagi digunakan, tidak boleh dicatat sebagai aktiva tetap dan harus
dicatat sebagai aktiva lain dengan harga besi tua ( salvage value ).
Sering terjadi bahwa aktiva tetap dibeli dari atau dibuat oleh perusahaan yang
masih berafiliasi dengan perusahaan/ pelanggan yang diperiksa. Contoh: PT. ABC
yang mendapat kredit investasi dari suatu bank untuk mendirikan hotel,
kemudian membuat suatu perusahaan pemborong bangunan ( PT. DEF ) atau PT.
PQR yang merupakan suatu usaha patungan ( Joint venture ) antara sebuah
perusahaan indonesia dengan suatu perusahaan asing. Perusahaan asing ini
mensupply aktiva tetap dan aktiva tersebut mungkin barang bekas pakai yang
diperbaiki kemudian dikirim ke Indonesia.
Dalam kedua contoh ini ada masalah penetapan harga perolehan yang wajar
karena pihak yang mensupply aktiva tetap tersebut masih berafiliasi dengan
perusahaan yang diperiksa. Dalam bahas inggris transaksi ini disebut related
party transaction atau transaksi yang tidak at arms length.
Dalam hal ini harus ada penjelasan ( disclosure ) dalam catatan mengenai
ikhtisar keuangan tentang jenis dan besarnya transaksi tersebut.
2)
puas
ia
dapat
menggunakan
tenaga
ahli
dalam
lapangan
yang
bersangkutan.
3)
pribadi
direktur
tersebut.
Kenyataan
yang
dapat
lebih
mencurigakan akuntan dalam hal prosedur intern tidak jelas ialah kalau sebelum
rumah tersebut dijual, rumah tersebut diperbaiki lebih dulu dan biaya perbaikan
dibebankan pada perusahaan sedang harga jual dilakukan dengan nilai buku
yang sudah rendah.
4)
Sering dilihat bahwa aktiva tetap dibeli dengan harga yang terlalu tinggi
dibandingkan dengan harga yang umum berlaku untuk barang tersebut pada
waktu itu dan ditempat yang sama. Kesulitannya disini adalah bahwa unsur
komisi atau kick back yang telah menambah harga aktiva tetap tersebut tidak
dapat dibuktikan oleh akuntan.
Pimpinan perusahaan atau dewan komisaris seharusnya diberi tahu mengenai
keadaan ini, tetapi bukan dengan pemberitahuan bahwa ada unsur komisi atau
kick back melainkan adanya barang yang dibeli dengan harga yang lebih tinggi.
Disini harga pasaran umumnya dan sumber harga tersebut sebaiknya juga
dicantumkan. Kalau barang-barang tersebut dapat ditenderkan dan pembelian
tersebut dilakukan tanpa tender hal ini juga harus dicantumkan dalam surat
komentar akuntan.
5)
nilai
buku
dengan
jumlah
pertanggungan
mempunyai
Nilai buku tidak mencerminkan harga atau nilai aktiva yang bersangkutan.
Misalnya, jika aktiva tetap tersebut sudah disusutkan penuh, nilai bukanya nol.
Perbandingan antara jumlah pertanggungan dengan nilai buku dapat memberi
kesan seolah-olah jumlah pertanggungan terlalu besar.
b.
Misalkan
aktiva
tetapnya
masih
baru
sehingga
nilai
buku
masih
6)
Dimuka disebutkan bahwa nilai aktiva tetap yang sesuai dengan prinsip
akuntansi
indonesia
adalah
harga
perolehan
atau
harga
historis.
Kalau
harus
menyusun
suatu
kertas
kerja
yang
merekonsiliasi
Jenis prosedur analitis tergantung pada sifat operasi klien. Prosedur analitis
untuk aktiva tetap :
2)
Prosedur analitis
Komentar
Akuisisi tahun
berjalan dalam
skedul akuisisi sama
dengan jumlah file
induk terkait, dan
totalnya sama
dengan buku besar
umum (detail tie-in)
Memfooting skedul
akuisisi.
Menelusuri total
kebuku besar umum.
Memeriksa faktur
vendor dan laporan
penerimaan.
Memeriksa faktur
vendor yang
berhubungan erat
dengan akun seperti
reparasi dan
pemeliharaan untuk
mengungkapkan
item-item yang akan
menjadi aktiva tetap.
Menelusuri setiap
akuisisi ke file induk
untuk melihat jumlah
an deskripsinya.
Memeriksa aktiva
secara fisik.
Memfooting skedul
akuisisi dan
menelusuri setiap
akuisisi yang harus
dibatasi kecuali
pengendaliannya
lemah.
Mereview perjanjian
lease dan sewa.
Akuisisi tahun
berjalan yang ada
dalam daftar sudah
akurat. (keakuratan)
Memeriksa vendor
Luasnya tergantung
pada resiko inheren
dan efektifitas
pengendalian
internal.
Akuisisi tahun
berjalan yang ada
dalam daftar telah
diklasifikasikan
dengan benar.
(klasifikasi)
Memeriksa faktur
vendor dalam akun
aktiva tetap untuk
mengungkapkan
item-item yang harus
diklasifikasikan
Tujuannya berkaitan
erat dengan
pengujian untuk
kelengkapan. Hal ini
dilakukan dalam
kaitannya dengan
Memeriksa beban
sewa dan lease untuk
lease yang dapat
dikapitalisasi.
Akuisis tahun
berjalan dicatat pada
periode yang benar
(pisah batas).
Mereview transaksi
yang mendekati
tanggal neraca pada
periode yang benar.
Biasanya dilakukan
sebagai bagian dari
pengujian pisah batas
utang usaha.
Memeriksa faktur
vendor
biaya awal akun aktiva tetap akan dinyatakan terlalu tinggi, dan nilai buku bersih
akan dinyatakan terlalu tinggi hingga aktiva telah disusutkan sepenuhnya.
Metode formal untuk menelusuri pelepasan dan provisi menyangkut otorisasi
yang tepat atas penjualan atau pelepasan aktiva akan membantu mengurangi
resiko salah saji. Juga harus ada verifikasi internal yang memadai atas pelepasan
yang tercatat untuk memastikan bahwa aktiva telah dihapus dengan benar dari
catatan akuntansi.
Tujuan utama auditor dalam memverifikasi penjualan, tukar tambah, atau
pengabaian aktiva tetap adalah untuk mengumpulkan bukti yang cukup bahwa
semua pelepasan telah dicatat dan pada jumlah yang benar. Titik awal untuk
memverifikasi pelepasan adalah skedul klien yang berisi catatan tentang
pelepasan itu. Skedul tersebut umumnya mencantumkan tanggal kapan aktiva
dilepas atau dibuang, nama orang atau perusahaan yang mengakuisisi aktiva,
harga jual, biaya awal, tanggal akuisis dan akumulasi penyusutan.
Ketika suatu aktiva dijual atau dibuang begitu saja tanpa ditukar dengan aktiva
pengganti, keakuratan transaksi dapat diverifikasi dengan memeriksa faktur
penjualan terkait dan file induk aktiva tetap. Auditor harus membandingkan
biaya dan akumulasi penyusutan yang ada dalam file induk dengan ayat jurnal
yang tercatat dalam jurnal umum serta menghitung kembali keuntungan atau
kerugian atas pelepasan aktiv a sebagai perbandingan dengan catatan
akuntansi. Jika terjadi tukar tambah aktiva dengan aktiva pengganti, auditor
harus memastikan bahwa aktiva yang baru dikapitalisasi dan aktiva yang
digantikan dihapus secara layak dari catatan, dengan mempertimbangkan nilai
buku aktiva yang ditukar tambah dan biaya tambahan aktiva yang baru.
4)
a.
Semua aktiva tetap yang tercatat ada secara fisik pada tanggal neraca
b.
Pengendalian yang penting meliputi penggunaan file induk untuk setiap aktiva
tetap,
pengendalian
fisik
yang
memadai
terhadap
aktiva
yang
mudah
pengendalian
yang
penting
terhadap
saldo
aktiva
yang
dicatatketahun berjalan.
5)
1.
2.
Metode penyusutan
3.
4.
ke
aktiva
yang
baru
saja
diakuisisi,
auditor
harus
memperhatikan
keusangan
atau
kebijakan
normal
perusahaan
untuk
1.
Akumulasi penyusutan yang dinyatakan pada file induk aktiva tetap sama
dengan buku besar umum. Tujuan ini dapat dipenuhi dengan menguji footing
akumulasi penyusutan dalam file induk aktiva tetap dan menelusuri totalnya
kebuku besar umum.
2.
Berdasarkan
kemungkinan-kemungkinan
tersebut,
auditor
harus
oleh
kerentanan
dalam
pengendalian
dan
kerumitan
dalam
perhitungan dari estimasi umur ekonomis dan nilai residualnya. Variasi dalam
resiko bawaan dan resiko pengendalian antar berbagai aktiva tersebut perlu
diperhatikan oleh auditor dengan menentukan tingkat resiko deteksi yang tepat
untuk masing-masing pernyataan. Disamping itu, terdapat berbagai faktor lain
yang mempengaruhi tinggi rendahnya resiko bawaan. Resiko bawaan pada
pernyataan penilaian atau pengalokasian adalah relatif tinggi pada pembelian
aktiva tetap dengan menggunakan kredit jangka panjang.
Resiko pengendalian aktiva tetap pada umumnya relatif rendah karena
transaksi ini jarang terjadi dan terdapat otorisasi pimpinan atas pembelian aktiva
tetap yang penting. Meskipun resiko pengendaliannya rendah sehingga resiko
deteksinya ditetapkan pada tingkat yang tinggi, auditor perlu menggunakan
pendekatan pengutamaan pengujian subtantif. Hal ini disebabkan karena
transaksi pembelian aktiva tetap secara individual memiliki pengaruh yang
material terhadap laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1)
digunakan untuk
Tangible
Assets atau
dan peralatan.
aktiva
berwujud
seperti
lahan,
mesin,
gedung,
b)
Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud sepertiGoodwill, hak paten,
hak cipta, dan lain-lain.
Dari sudut disusutkan atau Tidak dapat dibagi menjadi :
a)
Depreciated
Plant
Assets yaitu
aktiva
tetap
yang
dapat
disusutkan
tidak
disusutkan
Undepreciated
Plant
Assets yaitu
aktiva
tetap
yang
seperti tanah.
Berdasarkan jenis dapat dibagi menjadi:
a.
b.
c.
Mesin;
d.
Inventaris;
e.
3)
4)
Pengujian analitik
3.2 Saran
I.
Mahasiswa
dan
masyarakat
luas
harus
lebih
memahami
bagaimana
Auditor harus mengaudit sesuai dengan prosedur audit agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengauditan.
III.
DAFTAR PUSTAKA
AlvinA.Arens, RandalJ.Elder, & MarkS.Beasley. (2008). Auditing dan Jasa Assurance.Jakarta: Erlangga.
IndraBastian. (2006). Audit Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.
TheodorusM.TuanaKotta. (1982). Auditing petunjuk pemeriksaan akuntan publik.Jakarta: Lembaga penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia .
http://iipsaja.blogspot.com/2009/04/contoh-kasus-audit-fixed-asset.
SOURCE: http://meilya-yessy4.blogspot.co.id/2014/04/makalah-audit-aktiva-tetap.html
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Secara umum tujuan utama didirikannya sebuah perusahaan adalah untuk
memperoleh laba yang optimal atas investasi yang telah ditanamkan dan dapat
mempertahankan kelancaran usaha dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu investasi
tersebut adalah aktiva yang digunakan dalam kegiatan normal perusahaan yaitu aktiva yang
mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun. Untuk mencapainya diperlukan
pengelolaan yang
efektif dalam
penggunaan,
pemeliharaan
maupun
pencatatan
akuntansinya.
Bersama dengan berlalunya waktu nilai ekonomis suatu aktiva tetap tersebut harus
dapat dibebankan secara tetap dan salah satu caranya adalah dengan menentukan metode
penyusutan. Untuk itu perlu diketahui apakah metode penyusutan yang telah diterapkan oleh
perusahaan telah memperhatikan perubahan nilai aktiva tetap yang menurun yang disebabkan
karena berlalunya waktu atau menurunnya manfaat yang diberikan aktiva tersebut.
Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam jumlah
keseluruhan asset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva tetap
menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya pada
penggunaan dan operasinya saja tetapi juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup
perolehan aktiva tetap, penghentian atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan
pengungkapannya dalam laporan keuangan.
Oleh karena itu, perlunya untuk mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva
tetap baik aktiva tetap berwujud maupun tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu
mengaplikasikan apa saja yang terdapat di dalam aktiva tetap sebuah perusahaan. Namun
untuk mendapatkan rincian yang baik terhadap aktiva tetap, diperlukan pengendalian
terhadap aktiva berupa pengujian substantif. Maka dari itu, dalam makalah ini kami akan
membahas tentang Audit terhadap Siklus Pengeluaran: Pengujian Substantif terhadap Aktiva
Tetap.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan dari penulisan makalah ini sebagai
berikut :
Apakah yang dimaksud dengan aktiva tetap dan bagaimana penggolongan aktiva tetap?
Apa saja transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap?
Apa perbedaan karakteristik aktiva tetap dengan aktiva lancar?
Apa perbedaan pengujian substantif aktiva tetap dengan aktiva lancar?
Bagaimana pengujian substantif terhadap aktiva tetap dalam audit yang pertama kalinya?
1.3.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Aktiva Tetap
2.1.1. Pengertian Aktiva Tetap
Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka
panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam
mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas
penjualan
tersebut.
Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan : Aktiva tetap berwujud yang
sifatnya relatif permanen (menunjukkan sifat bahwa aktiva yang bersangkutan dapat
digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama) yang digunakan dalam kegiatan
perusahaan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002, Nomor 16.2 Paragraf 05) Aktiva tetap
adalah aktiva tetap berwujud yang digunakan dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun
terlebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan. Tidak dimaksudkan untuk dijual
dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap berwujud digunakan dalam
operasional perusahaan, tidak untuk diperdagangkan, umur ekonomi lebih dari satu tahun
yang sifatnya relatif tetap atau permanen dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan
dirasakan dengan panca indera.
2.1.2. Penggolongan Aktiva Tetap
Aktiva tetap yang dimiliki perusahaan banyak jenisnya, untuk tujuan akuntansi maka
perlu penggolongan aktiva tetap sesuai dengan kebutuhan dan fungsi masing-masing.
Menurut Harahap (2002:22) : Penggolongan aktiva tetap dibagi menjadi berbagai
sudut, antara lain :
1. Sudut Substansi, aktiva tetap dapat dibagi:
a. Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan peralatan.
b. Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti HGU, GB,GoodwillPattens,
Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-lain.
2. Sudut Disusutkan atau Tidak:
a. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang dapat disusutkan seperti
bangunan,
peralatan, mesin, inventaris, dan lain-lain.
b. Undepreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah.
3. Berdasarkan jenis dapat dibagi sebagai berikut:
a. Lahan
Lahan adalah bidang tanah terhampar baik yang merupakan tempat bangunan
maupun
yang masih kosong. Dalam akuntansi apabila ada lahan yang
didirikan bangunan
di atasnya harus dipisahkan pencatatannya dari lahan
itu sendiri.
b. Bangunan Gedung
Gedung adalah bangunan yang terdiri di atas bumi ini baik di atas tanah/
air.
Pencatatannya harus terpisah dari lahan yang menjadi lokasi
gedung itu.
c. Mesin
Mesin termasuk peralatan-peralatan yang menjadi bagian dari mesin
yang
bersangkutan.
d. Kendaraan
Semua jenis kendaraan seperti alat pengangkutan, truk, traktor, mobil, kendaraan
roda
dua, dan lain-lain.
e. Perabot
Dalam jenis ini termasuk perabot kantor, perabot laboraturium, perabot pabrik
yang
merupakan isi dari suatu bangunan.
f.
Peralatan
Penghentian Pemakaian
Penjualan
Pertukaran
Jurnal-jurnal transaksi yang menyangkut perubahan aktiva tetap dan akun depresiasi
akumulasian yang bersangkutan adalah sebagai berikut:
1.
Transaksi pemerolehan aktiva tetap.
Aktiva Tetap
xx
Kas
xx
2.
Transaksi pengeluaran modal (capital expenditure).
Aktiva Tetap
xx
Kas
xx
3.
Transaksi depresiasi aktiva tetap.
Biaya Depresiasi
xx
Depresiasi Akumulasian Aktiva tetap
xx
4.
Transaksi penghentian pemakaian aktiva tetap.
Tanah dan harga perolehan gedung. Perhitungan untuk mengetahui harga perolehan tanah dan
gedung yang dibeli tersebut adalah sebagai berikut: Mencari Harga Pasar Relatif
Tanah => 200 m x Rp 1000.000 = Rp 200.000.000
Gedung=> 60 m x Rp 1200.000 = Rp 72.000.000 +
Harga Pasar Relatif...................... = Rp 272.000.000
Mencari Harga Perolehan Harga Perolehan Tanah dicari dengan cara sebagai berikut:
(200.000.000/272.000.000) x 240.000.000 = Rp 176.470.588
Harga Perolehan Gedung dicari dengan cara sebagai berikut:
(72.000.000/272.000.000) x 240.000.000 = Rp 63.529.412
Jurnal yang dibuat atas pembelian aktiva tetap
Tanah .............Rp 176.470.588
Gedung............Rp 63.529.412
Kas ....................Rp 240.000.000
Pembahasan Soal 3 Dalam soal 3 terjadi pembelian aktiva tetap dengan angsuran, dimana
harga tunai aktiva tetap tersebut diketahui yaitu Rp 50.000.000. Perhitungan yang diperlukan
adalah sebagai berikut: Mencari utang pokok pinjaman
Harga Tunai
=> Rp 50.000.000
Uang Muka
=> Rp 5.000.000 Utang Pokok Pinjaman => Rp 45.000.000
Mencari Bunga Pinjaman Lama angsuran 60 kali bulanan sama dengan 5 tahun,
sedangkan bunga 12% per tahun sehingga besar bunga dalam persen =>12% x 5 tahun = 60%
Bunga dalam rupiah => 60% x 45.000.000 = Rp 27.000.000
Mencari angsuran yang dibayarkan setiap bulan
Besarnya utang total = utang pokok + utang bunga
= 45.0000.0000+27.000.000
= Rp 72.000.000
Angsuran utang pokok perbulan => 45.000.000 : 60 = Rp 750.000
Angsuran utang bunga perbulan => 27.000.000 : 60 = Rp 450.000
Jadi Besarnya kas yang dibayarkan setiap bulan untuk membayar angsuran adalah sebagai
berikut:
=> Angsuran utang poko per bulan + Angsuran utang bunga perbulan
=> Rp 750.000 + Rp 450.000 = Rp 1.200.000,
atau dapat juga dihitung dengan cara berikut ini:
= Total Utang : Lama angsuran = 72.000.000 : 60 = Rp 1.200.000.
Jurnal yang disusun saat pembelian
Aktiva tetap Kendaraan........................Rp 50.000.000
Beban Bunga ditetapkan dimuka..........Rp 27.000.000
Utang .................................................................Rp 72.000.000
Kas .....................................................................Rp 5.000.000
Jurnal saat pembayaran angsuran;
Utang .................Rp 1.200.000
Kas ......................Rp 1.200.000
Beban Bunga angsuran kendaraan ............Rp 450.000
Beban Bunga ditetapkan dimuka ..............Rp 450.000
Pembahasan soal 4 Dalam soal 4 terjadi transaksi pertukaran aktiva tetap berbeda jenis yaitu
aktiva tetap mesin lama akan ditukarkan dengan aktiva tetap kendaraan baru. Perhitungan
untuk menentukan laba rugi atas adanya pertukaran
2.4.
Pengujian Substantif terhadap Aktiva tetap dalam Audit yang Pertama Kalinya
Ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan dalam audit terhadap aktiva tetap pada
audit pertama kalinya:
a) Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah di audit oleh auditor
independen
lain?
b) Apakah klien menyelenggarakan catatan rinci untuk aktiva tetapnya?
c) Apakah klien mengarsipkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi
yang
bersangkutan dengan perolehannya dan mutasi aktiva tetap sampai
dengan saat
diaudit yang pertama dilaksanakan?
2.6.
2.7.
tetap;
dengan
BAB III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
1. Aktiva Tetap merupakan aset suatu perusahaan yang berwujud, yang digunakan
untuk
kegiatan operasional perusahaan dalam jangka waktu lebih dari satu
periode.
2. Dari sudut substansi, aktiva tetap dapat dibagi menjadi:
a. Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung,
dan
peralatan.
GB,
lain-lain.
a.
b.
c.
d.
e.
3.2.
Saran
1. Mahasiswa dan masyarakat luas harus lebih memahami bagaimana ketentuan-ketentuan
mengenai aktiva tetap agar tidak terjadi kesalahan pada pemahaman terhadap aktiva tetap.
2. Auditor harus mengaudit sesuai dengan prosedur audit agar tidak terjadi kesalahan dalam
pengauditan.
3. Akuntan harus memahami dengan baik bagaimana pencatatan aktiva tetap yang baik dan
benar agar tidak terjadi salah pencatatan dalam transaksi keuangan.
http://esy-marita.blogspot.co.id/2013/11/makalah-audit-terhadap-aktiva-tetap_22.html
PENGUJIAN SUBSTANSIF
A.
Utang lancar memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar, yang
berdampak terhadap pengujian substantif atas utang lancar. Dalam menyajikan aktiva lancar, klien
berkecenderungan umum untuk menyajikan aktiva tersebut lebih tinggi dari jumlah yang
senyatanya. Di lain pihak, dalam menyajikan utang lancar, klien berkecenderungan umum untuk
menyajikan utang tersebut lebih rendah dari jumlah yang senyatanya. Kecenderungan ini didorong
oleh keinginan klien untuk menyajikan gambaran modal kerja perusahaan yang lebih baik. Oleh
karena itu, pengujian substantif atas utang lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian
utang lancar yang lebih rendah dari jumlah yang seharusnya (understatement utang lancar),
sedangkan pengujian substantif atas aktiva lancar ditujukan untuk menemukan adanya penyajian
aktiva lancar yang lebih tinggi dari jumlah yang seharusnya (overstatement aktiva lancar).
Dalam menyajikan aktiva lancar klien menghadapi masalah penilaian unsur-unsur aktiva lancar
per tanggal neraca. Di lain pihak, dalam penyajian utang lancar, klien tidak menghadapi masalah
penentuan nilai utang lancar tersebut pada tanggal neraca. Dalam pengujian substantif atas aktiva
lancar, auditor menghadapi masalah penentuan kewajaran nilai aktiva lancar yang dicantumkan di
neraca. Di lain pihak, dalam pengujian substantif atas utang lancar, auditor menghadapi fakta;
menghadapi data historis mengenai kewajiban perusahaan yang terjadi di masa yang lalu, yang
dalam jangka pendek harus dilunasi. Oleh karena itu, pengujian substantif atas utang lancar
memerlukan waktu yang relatif lebih pendek bila dibandingkan dengan pengujian substantif atas
aktiva lancar. Utang usaha merupakan komponen terbesar utang lancar. Oleh karena itu, pengujian
substantif auditor dalam kegiatan belajar ini ini lebih difokuskan ke pengujian substantif atas utang
usaha.
Pengujian substantif atas utang usaha ditujukan untuk memperoleh keyakinan tentang keandalan
catatan akuntansi yang bersangkutan dengan utang usaha, membuktikan keberadaan utang usaha
dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan utang usaha yang dicantumkan di neraca,
membuktikan kelengkapan transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi dan kelengkapan saldo
utang usaha yang disajikan di neraca, membuktikan kewajiban klien yang dicantumkan di neraca,
membuktikan kewajaran penyajian dan pengungkapan utang usaha di neraca. Untuk mencapai
tujuan audit tersebut auditor seharus dapat menempuh berbagai prosedur audit.
Dalam prosedur audit awal, auditor membuktikan keandalan catatan akuntansi utang usaha yang
diselenggarakan oleh klien, dengan cara mengusut saldo utang usaha yang dicantumkan di neraca
ke dalam akun utang usaha yang diselenggarakan di dalam buku besar, membuktikan ketelitian
penghitungan saldo akun utang usaha di dalam buku besar, dan membuktikan sumber pendebitan
dan pengkreditan akun utang usaha di dalam buku besar ke dalam register bukti kas keluar dan
jurnal penerimaan kas
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat perputaran utang usaha,
ratio utang usaha dengan utang lancar, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya
ratio tahun yang lalu, rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Di samping itu, dalam
prosedur analitik, auditor membandingkan akun biaya dengan akun biaya yang sama tahun lalu
atau biaya yang dianggarkan untuk mendapatkan indikasi kemungkinan adanya understatement
utang lancar. Pembandingan ini membantu auditor untuk mengungkapkan, yaitu peristiwa atau
transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak atau salah saji.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melaksanakan prosedur audit berikut ini:
1.
memeriksa sampel transaksi utang usaha yang tercatat ke dokumen yang mendukung
timbulnya utang usaha,
2.
melakukan verifikasi pisah batas (cut of) transaksi pembelian dan transaksi pengeluaran
kas,
3.
1.
2.
melakukan rekonsiliasi utang usaha yang tidak dikonfirmasi ke pernyataan piutang bulanan
yang diterima oleh klien dari kreditor
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan utang jangka panjang di neraca, auditor
membandingkan penyajian utang usaha di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum.
Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan cara, antara lain
1.
2.
3.
4.
meminta informasi dari klien untuk menemukan komitmen yang belum diungkapkan dan
utang bersyarat dan memeriksa pengungkapan yang bersangkutan dengan utang tersebut.
B.
Aktiva tetap memiliki karakteristik yang berbeda dengan karakteristik aktiva lancar, yang
berdampak terhadap pengujian substantif atas aktiva tetap. Frekuensi transaksi yang menyangkut
aktiva tetap relatif sedikit maka jumlah waktu yang dikonsumsi untuk pengujian substantif atas
aktiva tetap relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk pengujian
substantif atas aktiva lancar. Karena ketepatan pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan
aktiva tetap sedikit pengaruhnya terhadap perhitungan rugi-laba maka auditor tidak mengarahkan
perhatiannya terhadap masalah ketelitian pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva
tetap pada akhir tahun. Pengujian substantif atas aktiva tetap dititikberatkan pada verifikasi mutasi
aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit. Verifikasi saldo aktiva tetap pada tanggal
neraca tidak mendapat perhatian auditor karena aktiva tetap disajikan pada costnya, bukan
nilainya pada tanggal neraca seperti halnya dengan aktiva lancar.
Jika laporan keuangan klien belum pernah diaudit oleh auditor independen lain, dan audit yang
sekarang ini merupakan audit yang pertama kalinya maka auditor mempunyai kewajiban untuk
memverifikasi saldo awal aktiva tetap, untuk memperoleh keyakinan mengenai kewajaran saldo
tersebut. Verifikasi tersebut dilakukan oleh auditor meliputi periode sejak saat aktiva tetap tersebut
diperoleh sampai dengan awal tahun yang diaudit. Jika laporan keuangan klien tahun sebelumnya
telah diaudit oleh auditor independen lain, dan jika laporan keuangan klien diberi pendapat wajar
tanpa pengecualian dari auditor independen sebelumnya, auditor yang baru dapat langsung
menggunakan saldo awal aktiva tetap sebagai saldo awal yang wajar. Bagi auditor yang baru
tersebut, titik berat pengujian substantifnya atas aktiva tetap, kemudian hanya dipusatkan pada
transaksi mutasi aktiva tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit saja.
1.
2.
membuktikan keberadaan aktiva tetap dan keterjadian transaksi yang berkaitan dengan
aktiva tetap yang dicantumkan di neraca,
3.
membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca,
4.
5.
Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan transaksi
penambahan dan pengurangan aktiva tetap dan review terhadap akun Biaya Reparasi dan
Pemeliharaan Aktiva Tetap. Verifikasi keberadaan aktiva tetap yang ada di tangan klien pada
tanggal neraca dilakukan oleh auditor dengan cara menginspeksi tambahan aktiva tetap yang
terjadi dalam tahun yang diaudit dan mengusut pencatatan tambahan aktiva tetap tersebut ke
dalam buku pembantu aktiva tetap. Meskipun tidak sepenting verifikasi pisah batas transaksi
aktiva lancar, verifikasi pisah batas transaksi yang bersangkutan dengan aktiva tetap dilakukan
oleh auditor dengan cara memeriksa transaksi mutasi aktiva tetap dalam beberapa hari menjelang
dan setelah tanggal neraca. Tujuan audit ini adalah untuk menemukan transaksi mutasi aktiva
tetap yang seharusnya dicatat dalam tahun yang diaudit oleh klien salah dicatat dalam tahun
sesudahnya atau mutasi aktiva tetap yang seharusnya dicatat dalam tahun sesudahnya oleh klien
salah dicatat dalam tahun yang diaudit.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan inspeksi terhadap aktiva tetap, memeriksa
bukti hak kepemilikan aktiva tetap dan kontrak, dan melakukan review terhadap perhitungan
depresiasi. Verifikasi kepemilikan aktiva tetap dilakukan oleh auditor dengan memeriksa dokumen
yang mendukung pemerolehan tambahan aktiva tetap dalam tahun yang diaudit, melakukan
inspeksi polis asuransi aktiva tetap, memeriksa dokumen yang bersangkutan dengan persewaan
atau kontrak leasing aktiva tetap. Dalam memverifikasi kepemilikan aktiva tetap auditor juga
meminta informasi dari klien mengenai aktiva tetap yang dijaminkan dalam penarikan utang
jangka panjang. Informasi ini bermanfaat bagi auditor untuk memberikan pengungkapan
(disclosure) mengenai kepemilikan klien atas aktiva tetap yang dicantumkan di neraca.
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan aktiva tetap di neraca, auditor membandingkan
penyajian aktiva tetap di neraca dengan prinsip akuntansi berterima umum. Informasi mengenai
hal ini diperoleh auditor dengan memeriksa klasifikasi aktiva tetap di neraca dan memeriksa
kecukupan pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva tetap. Aktiva tetap disajikan di dalam
neraca pada nilai buku yang merupakan selisih cost aktiva tetap dengan depresiasi
akumulasiannya. Cost aktiva tetap dipengaruhi oleh harga pemerolehan tambahan aktiva tetap,
pengeluaran modal (capital expenditure), revaluasi, penghentian pemakaian dan penjualan aktiva
tetap yang terjadi dalam tahun yang diaudit. Depresiasi Akumulasian aktiva tetap dipengaruhi oleh
transaksi mutasi aktiva tetap dan perhitungan biaya depresiasi dalam tahun yang diaudit. Untuk
memverifikasi penilaian aktiva tetap auditor melakukan verifikasi terhadap dokumen yang
mendukung penambahan dan pengurangan cost aktiva tetap dalam tahun yang diaudit dan
memverifikasi penentuan biaya depresiasi aktiva tetap.
1.
2.
membuktikan keberadaan aktiva tidak berwujud dan keterjadian transaksi yang berkaitan
dengan aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di neraca,
3.
membuktikan hak kepemilikan klien atas aktiva tidak berwujud yang dicantumkan di
neraca,
4.
5.
Dalam prosedur analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yaitu tingkat perputaran aktiva tidak
berwujud, ratio laba bersih dengan aktiva tidak berwujud, ratio aktiva tidak berwujud dengan total
aktiva, kemudian dibandingkan dengan harapan auditor, misalnya ratio tahun yang lalu, rerata
ratio industri, atau ratio yang dianggarkan. Pembandingan ini membantu auditor untuk
mengungkapkan peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan
usaha, fluktuasi acak atau salah saji.
Dalam pengujian transaksi rinci, auditor memeriksa bukti pendukung pencatatan transaksi
pemerolehan dan amortisasi aktiva tidak berwujud. Auditor juga meminta informasi dari klien
mengenai manfaat aktiva tidak berwujud di masa yang akan datang dalam memverifikasi
eksistensi aktiva tidak berwujud.
Dalam pengujian atas akun rinci, auditor melakukan: mempelajari notulen rapat direksi, perjanjian,
surat izin dari pemerintah, dan dokumen lain yang membuktikan eksistensi aktiva tidak berwujud,
meminta informasi dari klien atau sumber lain mengenai manfaat aktiva berwujud bagi klien di
masa yang akan datang, melakukan inspeksi dan pemeriksaan atas surat perjanjian, surat izin dari
pemerintah, dan dokumen yang menunjukkan hak pemilikan klien atas aktiva tidak berwujud.
Aktiva tidak berwujud disajikan di neraca pada nilainya yang merupakan selisih cost dikurangi
dengan amortisasi aktiva tidak berwujud. Untuk memverifikasi penilaian aktiva tidak berwujud,
auditor melakukan verifikasi atas dokumen yang mendukung transaksi pemerolehan dan transaksi
amortisasi aktiva tidak berwujud.
Dalam memverifikasi penyajian dan pengungkapan aktiva tidak berwujud di neraca, auditor
membandingkan penyajian aktiva tidak berwujud di neraca dengan prinsip akuntansi berterima
umum. Informasi mengenai hal ini diperoleh auditor dengan memeriksa klasifikasi aktiva tidak
berwujud di neraca dan memeriksa kecukupan pengungkapan yang bersangkutan dengan aktiva
tidak berwujud. Aktiva tidak berwujud yang memiliki umur ekonomis terbatas disajikan di neraca
pada nilai buku yang merupakan selisih cost aktiva tidak berwujud dengan akumulasi
amortisasinya.
Teknik audit adalah metode yang digunakan oleh auditor untukmengumpulkan bukti
audit. Menurut Arens dalam bukunya Auditing andAssurance Services, 9th Edition, teknik
audit ada tujuh, yaitu pengujian fisik(physical examination), konfirmasi
( confirmation ),
dokumentasi( documentation),prosedur
analitisanalytical
procedures ), wawancara kepada klien (inquiries of theclient ) , hitung uji
( reperfomance ) ,dan observasi ( observation).
1.
Pengujian Fisik
Selain itu, pengujian fisik juga dapat digunakan auditor untuk mengujipenilaian
(valuation) karena kuantitas terlibat secara langsung dalam penentuan nilaisebagian besar
aktiva. Contoh dari hal ini adalah dengan melakukuan perhitunganfisik persediaan yang
dimiliki oleh klien, auditor juga dapat menentukan nilai daripersediaan yang
dimiliki klien. Melalui pengujian fisik, auditor juga kadang-kadangdapat
memperoleh bukti mengenai mutu atau kondisi, dan dalam hal ini tentu jugaakan
mempengaruhi penilaian.
Pengujian fisik juga dapat digunakan auditor untuk menguji asersi
mengenaikelengkapan (completeness). Dengan pengujian fisik auditor bisa menemukan
item-item yang seharusnya tersaji tetapi dihilangkan klien dari laporan keuangan.
Melaluipengujian fisik, asersi mengenai hak dan kewajiban (rights and obligations)jugadapat
diuji oleh auditor, tetapi hanya untuk mendukung kepemilikan aktiva.
Bukti audit yang diperoleh dari pengujian fisik untuk menguji asersikeberadaan
sangat tinggi. Akan tetapi, bukti audit yang diperoleh auditor daripengujian fisik
juga dapat menyesatkan jika auditor tidak memiliki keahlian ataukurang hati-hati dalam
melakukan pengujian fisik. Dengan demikian, pengujian fisikharus dilakukan dengan
hati-hati. Jika auditor merasa kurang memiliki keahlian dan pengalaman dalam
menilai suatu aktiva, sebaiknya auditor meminta bantuan daripihak independen yang ahli
dalam menilai aktiva tersebut. Contohnya, jika auditor merasa tidak memiliki kemampuan
dan keahlian untuk menilai persediaan emasklien, auditor dapat meminta bantuan
seseorang yang ahli dalam penilaian emas(misalnya penilai emas dari
pegadaian) untuk membantu auditor menentukan nilaipersediaan emas tersebut.
2.
Konfirmasi
Konfirmasi adalah metode yang digunakan auditor untuk memperoleh buktiaudit
dengan cara meminta tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihakketiga yang
independen mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporankeuangan klien.Pada
konfirmasi tertulis, konfirmasi adalah surat yang ditandatangaiklien, ditujukan kepada pihak
ketiga terkait (biasanya pelanggan atau kreditur ) untukmeminta penegasan
(konfirmasi) mengenai saldo utang/piutang klien pada pihakketiga tersebut per tanggal
tertentu (biasanya tanggal neraca). Bukti audit yangdiperoleh dari konfirmasi memiliki
keandalan yang sangat tinggi karena bukti auditdari teknik audit ini diperoleh dari
pihak ketiga yang independen terhadap klien. Olehkarena bukti audit yang
diperoleh dari konfirmasi sangat tinggi, teknik audit iniadalah teknik audit yang
paling banyak digunakan, terutama untuk menguji asersimanajemen terhadap utang dan
piutang usaha.
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
3.
Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan bukti audit yang dilakukan olehauditor
dengan cara menguji berbagai dokumen dan catatan klien untuk mendukunginformasi yang
tersaji atau seharusnya tersaji dalam laporan keuangan. Dokumendan catatan klien yang
diuji oleh auditor adalah dokumen dan catatan yangmenyediakan informasi tentang
pelaksanaan bisnis klien. Jumlah bukti audit yangdapat dikumpulkan melalui dokumentasi
cukup besar karena pada umumnya setiaptransaksi dalam organisasi klien minimal didukung
dengan selembar dokumen.
Bukti tersebut telah disetujui oleh pejabat yang berwenang dan terkait
2.
3.
Jumlah yang tertera di dalam bukti adalah benar dan sesuai dengantransaksi
4.
5.
B.Tracing
Tracing adalah suatu kegiatan yang merupakan kebalikan dari vouching. Arah
kegiatan tracing adalah mengikuti dokumen sumber hingga ke pencatatannyadalam
catatan akuntansi. Adapun pelaksanaan dari tracing adalah dengan pertama-tama
auditor melakukan penyeleksian dokumen sumber, seperti faktur penjualanatau
laporan pengiriman, kemudian auditor melakukan penelusuran dokumensumber tersebut
melalui sistem akuntansi ke pencatatan akhir dalam catatanakuntansi, seperti jurnal dan
buku besar.
Karena arah pengujian tracing berlawanan dengan vouching, tracing dapat
digunakan
untuk
menguji
asersi
manajemen
mengenai
kelengkapan
(completeness).Tracing juga dapat digunakan auditor untuk menguji asersi manajemen
mengenaipenilaian (valuation) serta penyajian dan pengungkapan ( presentation
and disclosure).
C. Inspeksi
Dibandingkan dengan vouching dan tracing , inspeksi melakukanpemeriksaan atas
dokumen dengan cara yang berbeda dari kedua teknik di atas.Inspeksi mencakup
pembacaan yang kritis atas dokumen untuk membandingkaninformasi yang tersaji di
dalamnya dengan informasi lain yang diketahui auditor ataudicatat dalam akun.
Inspeksi dapat diaplikasikan auditor untuk berbagai dokumenyang berbeda, seperti
sewa, kontrak, notulen rapat, instrumen utang formal, danpolis asuransi. Karena
inspeksi dapat diaplikasikan auditor untuk berbagai dokumen,maka inspeksi dapat
digunakan untuk menguji semua asersi manajemen.
Inspeksi juga dapat memberikan informasi bagi auditor sebagai dasar
dalammelakukan pengujian audit khusus, seperti inspeksi atas instrumen utang
untukmenentukan suku bunga guna menguji beban bunga. Inspeksi juga bisa
menambahinformasi yang dicatat dalam catatan akuntansi, seperti menentukan
persetujuanatas akuisisi pabrik dan peralatan dengan menginspeksi notulen rapat
dewandireksi.
Berbeda dengan inspeksi yang melakukan pembacaan yang kritis terhadapsuatu
dokumen, scanning melakukan penelaahan yang tidak terlalu rinci atasdokumen atau
catatan. Adapun tujuan dari scanning adalah untuk menentukanapakah terdapat hal yang
tidak umum yang memerlukan investigasi lanjutan. Contohdari kegiatan scanning adalah
auditor bisa men-scan buku besar piutang usahauntuk menentukan keberadaan
( existence) dari setiap pelanggan yang memilikisaldo kredit besar yang harus
direklasifikasikan sebagai kewajiban.
D. Rekonsiliasi
Rekonsiliasi adalah proses penandingan antara dua set pencatatan
yangkemungkinan memiliki jumlah yang berbeda, kemudian berusaha mencari jumlahyang
seharusnya (jumlah yang benar ). Biasanya dalam melakukan suatu audit, satuset
pencatatan adalah milik klien dan yang lainnya adalah milik pihak ketiga.
Rekonsiliasi dapat digunakan untuk menguji asersi manajemen terutamamengenai
kelengkapan ( completeness ) dan keberadaan (existence). Denganmerekonsiliasi dua
catatan, auditor dapat menemukan item-item yang tidak dicatatdalam catatan klien, seperti
pembayaran jasa bank (bank service charge).
E.Read
Read adalah penelaahan atas informasi tertulis untuk menentukan fakta-fakta yang
berkaitan dengan audit yang dilakukan. Contoh penerapannya adalahauditor membaca
notulen rapat serta mengikhtisarkan semua informasi yangberkaitan dengan laporan
keuangan dalam kertas kerja.
F.Compare
Compare adalah perbandingan informasi dari dua lokasi yang berbeda.Instruksi harus
menyatakan informasi mana yang akan diperbandingkan dengansebanyak mungkin rincian
yang dapat dilakukan dalam praktek. Contohpenerapannya adalah auditor menyeleksi suatu
sampel atas faktur-faktur penjualandan membandingkan harga pokok penjualan per unit
yang dicantumkan dalam faktur dengan nilai yang tercantum dalam daftar harga penjualan
per unit yang telahdiotorisasi oleh manajemen.
4.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis adalah metode pengumpulan bukti audit yang digunakanauditor
dengan cara melakukan mempelajari data klien, lalu mencari berbagaiperbandingan atas
data klien yang berupa saldo dan rasio klien, kemudian mencarihubungan-hubungan dari
data tersebut. Prosedur analitis menghasilkan buktianalitis. Auditor dapat menggunakan
satu atau lebih dari lima jenis prosedur analitis.Lima jenis prosedur analitis tersebut yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Prosedur analitis biasa digunakan auditor untuk menilai kelayakan data.Selain itu,
prosedur analitis juga dapat digunakan untuk memahami industri danbisnis klien, menilai
kemampuan keberlanjutan bisnis entitas, menunjukkanmunculnya kemungkinan kesalahan
pengujian dalam laporan keuangan, sertamengurangi pengujian audit rinci.
Hitung Uji
Hitung uji adalah metode pengumpulan bukti audit di mana auditor melakukan proses
pengulangan aktivitas klien, kemudian hasil yang diperolehauditor dari pengulangan aktivitas
tersebut dibandingkan dengan hasil yangdiperoleh oleh klien untuk mendapatkan bukti
audit. Hitung uji melibatkan pengujiankembali atas berbagai perhitungan dan pengujian
kembali atas berbagai transfer informasi. Pengujian kembali atas berbagai perhitungan ini
terdiri dari pengujian ataskeakuratan aritmatis klien. Hal ini mencakup sejumlah prosedur,
seperti pengujianperkalian dalam faktur-faktur penjualan dan persediaan serta penjumlahan
dalam jurnal-jurnal dan catatan-catatan pendukung. Sedangkan pengujian kembali
atasberbagai
transfer
informasi
mencakup
penelusuran
nilai-nilai
untuk
memperolehkeyakinan bahwa pada saat informasi tersebut dicantumkan pada lebih dari
satutempat, informasi tersebut selalu dicatat dalam nilai yang sama.
Pada hitung uji, terdapat istilah foot Foot merupakan perhitungan kolomangkaangka untuk menentukan apakah nilai totalnya sama dengan nilai yangdiperoleh klien.
Contoh penerapannya adalah melakukan footing atas nilai-nilaidalam buku jurnal
penjualan untuk periode selama satu bulan dan membandingkansemua total nilai yang
terdapat dalam buku jurnal penjualan tersebut dengan nilaiyang terdapat dalam buku besar.
Salah saji yang ditemukan auditor ketika melakukan hitung uji dapatmencerminkan
pelanggaran terhadap asersi mengenai keberadaan (existence),kelengkapan
(completeness), atau penyajian dan pengungkapan ( presentation and disclosure ).
Pelanggaran mengenai asersi keberadaan terjadi jika suatu item telahdihitung lebih dari satu
kali. Sedangkan jika auditor menemukan bahwa beberapaitem telah dihilangkan, maka
asersi mengenai kelengkapan telah dilanggar. Pelanggaran mengenai asersi penyajian dan
pengungkapan terjadi jika ayat jurnaltelah diposting pada akun yang salah.
Contoh dari penerapan hitung uji adalah auditor memilih beberapa transaksiklien
dengan menggunakan sampling. Proses yang dialami oleh transaksi-transaksiyang tidak
terpilih dianggap sudah dilakukan klien dengan benar. Kemudian, auditor menjurnal
transaksi-transaksi terpilih tersebut dan mepostingnya ke buku besar pembantu. Lalu jurnal
atas transaksi tersebut diposting ke buku besar. Dari bukubesar, kemudian transaksi terpilih
tersebut diproses di neraca lajur dan dilakukanpenyesuaian. Setelah dilakukan penyesuaian,
laporan keuangan versi auditor pundisusun. Kemudian laporan versi klien dan versi auditor
dibandingkan dan dilihatapakah terdapat perbedaan. Jika terdapat perbedaan, auditor
mencari apapenyebab perbedaan tersebut dan jika perbedaan tersebut karena kesalahan
klien,hal itu dapat digunakan sebagai bukti audit.
7.
Observasi
Observasi adalah penggunaan indera-indera auditor untuk menilai aktivitas-aktivitas
fisik klien. Observasi berhubungan dengan memperhatikan sertamenyaksikan
pelaksanaan dari suatu kegiatan dan proses. Contoh dari observasiadalah auditor
mengamati proses perhitungan persediaan klien untuk mengamatiketelitian dan kompetensi
pegawai klien dalam pelaksanaan perhitunganpersediaan. Selain itu, beberapa kebijakan dan
prosedur pengendalian internalhanya dapat diverifikasi dengan observasi karena
pelaksanaan kegiatan ini tidakmeninggalkan bukti dokumenter. Contoh dari hal ini adalah
auditor mengobservasikegiatan peneriman kas klien untuk melihat apakah pegawai klien
melaksanakantugasnya sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Observasi
berbeda
dengan
pengujian
fisik. Pengujian
fisik
melibatkanpenghitungan atas aktiva tertentu, sedangkan observasi difokuskan pada
aktivitasklien untuk mengetahui siapa mereka atau bagaimana dan kapan
merekamelakukannya.
Di antara ketujuh teknik audit di atas, teknik audit yang memerlukan biayapaling
tinggi adalah pengujian fisik dan konfirmasi. Pengujian fisik mewajibkanauditor
hadir pada saat klien melakukan perhitungan aktivanya, yang seringkalidilakukan pada
tanggal neraca. Apabila klien memiliki beberapa lokasi yang letakgeografisnya
terpencar, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukanpengujian fisik menjadi
makin besar. Sementara itu, konfirmasi memerlukan biayayang besar karena auditor
harus melakukan sejumlah prosedur secara hati-hatidalam rangka mempersiapkan
konfirmasi, pengiriman dan penerimaan kembali,serta upaya untuk menindaklanjuti berbagai
konfirmasi yang tidak menerimatanggapan atau sejumlah pengecualian informasi.
Sedangkan teknik audit yang memerlukan biaya yang relatif sedikit adalahobservasi,
wawancara, dan hitung uji. Observasi umumnya dilakukan oleh auditor dengan sejumlah
prosedur audit yang lainnya. Wawancara juga dapat dilakukanoleh auditor dengan ekstensif
dalam setiap proses audit. Sedangkan untuk hitunguji, karena hanya melibatkan berbagai
perhitungan dan penelusuran sederhanayang dapat dilakukan setiap saat sesuai dengan
keperluan auditor, yang biasanyadilakukan dengan menggunakan perangkat lunak
komputer yang dimiliki auditor,maka hitung uji memerlukan biaya yang rendah.
http://alinlovers.blogspot.co.id/2012/04/teknik-audit-berbantuan-komputer.html
Pemeriksaan Pajak
Berikut adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemeriksa sebelum
melaksanakan tindakan pemeriksaan, antara lain:
a.
b.
c.
Mengidentifikasi masalah
d.
e.
f.
g.
h.
Meminta keterangan atau data dari pihak ketiga yang mempunyai hubungan
dengan wajib pajak yang diperiksa.
Membuat kertas kerja pemeriksaan (KKP)
Menyusun surat pemberitahuan
pemeriksaan pajak (LPP)
hasil
pemeriksaan
(SPHP) dan
laporan
Meminta keterangan dan data yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan waib pajak yang diperiksa.
Membuat SPHP
Membuat LPP
Post audit
memberikan
Metode Langsung
Adalah teknik dan prosedur pemeriksaan dengan melakukan pengujian atas
kebenaran angka-angka dalam SPT, yang dilakukan terhadap laporan keuangan
dan buku, catatan, serta dokumen pendukung. Pelaksanaan pemeriksaan dengan
metode ini dilakukan sesuai program pemeriksaan yang terinci atas setiap pos
neraca dan labarugi yang menjadi sumber utama atau berkaitan dengan angkaangka dalam SPT.
2.
1.
Melakukan evaluasi
a.
b.
c.
2.
a.
b.
c.
3.
Keaslian dokumen
4.
Jika dokumen tersebut berjumlah besar, sangat berguna untuk pembuatan data
yang diproduksi.
Pengujian arus uang, barang, piutang, dan utang
5.
a.
b.
c.
Mengecek mutasi yang terjadi dengan catatan pada buku harian kas/bank, buku
pembelian/penjualan pada bulan yang sama
6.
a.
Data dari pihak untuk cross check, misalnya utang dagang pihak ketiga untuk
memastikan pembelian yang terjadi dengan pihak ketiga, jika mamaterial
buatkan datanya karena bagi pihak ketiga merupakan penjualan
b.
7.
8.
9.
Melakukan rekonsiliasi
Pemeriksaan Umum
Langkah-langkah dan metode dalam pemeriksaan umum:
Prosedur pemeriksaan merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
auditor dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti pemeriksaan.
Adapun langkah-langkah dalam merancang audit umu adalah sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Menetapkan materialitas, dan menilai resiko audit yang dapat diterima serta
resiko inheren
6.
7.
8.
- Inspecting - Vouching
- Confinning - Observing
- Inquiring - Reperfonning
- Counting - Computer-assisted audit techniques.
Inspecting
Inspecting melibatkan penelitian secara cermat terhadap dokumen dan catatancatatan, serta pemeriksaan fisik terhadap sumber-sumber yang berwujud.
Prosedur ini digunakan secara luas dalam pemeriksaan. Penyelidikan terhadap
dokumen menyediakan suatu alat untuk mengevaluasi bukti dokumentasi. Jadi
melalui inspeksi ini auditor dapat menaksir keaslian dokumen, atau mendeteksi
adanya perubahan-perubahan yang mungkin dilakukan.
2.
Comfirming
Confirming adalah bentuk penyelidikan yang memungkinkan auditor
memperoleh informasi secara langsung dari pihak luar yang independen. Dalam
kasus ,yang biasa, klien membuat permohonan kepada pihak luar secara tertulis,
tetapi untuk tujuan pengawasan, jawabannya dikirim langsung kepada auditor.
Prosedur pemeriksaan ini menghasilkan bukti konfirmasi.
3.
Inquiring
Inquiring melibatkan pertanyaan baik lisan maupun tulisan oleh auditor.
Pertanyaan-pertanyaan ini dapat dibuat secara intern kepada manajemen atau
pegawai klien, seperti pertanyaan tentang persediaan yang usang atau
kemungkinan dapat ditagihnya piutang, atau secara eksternal menanyakan
kepada pengacara yang berkaitan dengan kemungkinan hasil perkara.
Pertanyaan ini menghasilkan baik bukti lisan maupun tulisan.
4.
Counting
Dua penggunaan yang paling umum dalam counting (perhitungan) adalah, (1)
perhitungan fisik aktiva berwujud seperti jumlah kas atau persediaan yang ada di
perusahaan, dan (2) perhitungan untuk dokumen yang diberi nomor sebelumnya
Yang pertama menyediakan alat untuk menilai bukti fisik dari jumlah yang ada.
Yang kedua bisa ditinjau sebagai penyediaan alat untuk mengevaluasi bukti
dokumentasi dari kelengkapan catatan akuntansi.
5.
Tracing
Dalam tracing, auditor (1) memilih dokumen yang dibuat ketika transaksi
dilaksanakan, dan (2) menentukan bahwa infonnasi yang terdapat dalam
dokumen itu telah dicatat secara wajar daJam catatan akuntansi (jurnal dan buku
besar). Arah pengujian ini adalah dari dokumen ke catatan akuntansi. Karena
prosedur ini memberi keyakinan dari bukti asli sampai akhirnya dimasukkan ke
dalam perkiraan, maka prosedur ini terutama sangat bermanfaat untuk
mendeteksi catatan akuntansi yang kerendahan. Jadi prosedur ini penting untuk
mendapatkan bukti yang berhubungan dengan penegasan untuk kelengkapan.
Trasir berhubungan terutama dengan bukti dokumentasi.
6.
Vouching
Vouching meliputi (1) memilih catatan yang ada pada catatan akuntansi, dan (2)
memperoleh dan menyelidiki dokumen yang mendasari catatan tersebut untuk
menentukan keabsahan dan ketelitian transaksi yang dicatat. Dengan vouching,
arab pengujian berlawanan dengan tracing. Vouching digunakan secara luas
untuk mendeteksi catatan akuntansi yang ketinggian (overstatement). Jadi,
prosedur ini penting penting untuk memperoleh bukti sehubungan dengan
penegasan terhadap keberadaan atan kejadian (existence or occurrence).
7.
Observing
Observing (pengamatan) berhubungan dengan memperhatikan akan
menyaksikan pelaksanaan suatu kegiatan alan proses. Kegiatan tersebut bisa
merupakan proses yang rutin dari suatu jenis transaksi seperti penerimaan kas,
untuk melihat apakah pegawai melaksanakan tugasnya sesuai dengan
kebijaksanaan dan prosedur yang telah ditetapkan.
Selain itu anditor mungkin juga mengamati ketelitian pegawai dalam
pelaksanaan persediaan fisik persediaan tahunan. Jadi dalam hal ini auditor
hanya mengamati proses perhitungan fisik persediaan. Berbeda halnya dengan
inspecting, auditor melakukan inspeksi atan memeriksa unsur-unsur persediaan
tertentu untuk membuat penaksiran sendiri mengenai kondisi persediaan
tersebut.
Dari prosedur ini auditor mendapatkan sendiri pengetahuan secara
langsung mengenai kegiatan perusahaan dalam bentuk bukti fisik
8.
Reperforming
Penerapan yang paling sering dilakukan dalam prosedur ini adalah
melakukan kembali perhitungan, dan rekonsiliasi yang telah dibuat oleh klien.
Misalnya termasuk penghitungan kembali terhadap jumlah, biaya penyusutan,
bunga, dan lain sebagainya. Prosedur ini menghasilkan bukti matematis.
9.
Istilah Audit
1.
Analisa (analize) yaitu memeriksa dengan cara memecah-mecah/membagi menjadi bagian yang lebih
kecil untuk menentukan hubungan antara bagian-bagian tersebut. Misalnya beban lain-lain dianalisa
sesuai dengan sifat beban masing-masing.
2.
Mengecek (check) yaitu memeriksa suatu perkalian/penjumlahan untuk menjamin ketepatan dengan
memberi tanda (tick mark), misalnya : ^ : Footing verified (memeriksa kebenaran penjumlahan
kebawah), < : Cross Footing verified (memeriksa kebenaran penjumlahan kesamping).
3.
Membandingkan (compare), yaitu membandingkan dua data atau lebih dari suatu informasi dengan
memperhatikan persamaan dan perbedaan.
4.
Menginspeksi (scan), yaitu menelaah secara kritis tanpa melakukan verifikasi lengkap untuk melihat
apakah ada hal-hal yang ganjil.
5.
Rekonsiliasi, yaitu mencocokkan dua sumber yang terpisah mengenai suatu hal yang sama, jika ada
perbedaan harus dijelaskan. Misalnya rekonsiliasi bank.
6.
Konfirmasi, yaitu usaha pencarian bukti dimana pihak ketiga meneguhkan kebenaran atau kesalahan
informasi yang diperiksa. Misalnya konfirmasi saldo hutang, piutang, modal, persediaan yang dititipkan
oleh bank.
7.
Menelusuri (trace), yaitu memeriksa dengan cara mengurut kembali ke bukti asal.
8.
Memeriksa dokumen dasar (vouching), yaitu membuktikan sah atau tidaknya suatu transaksi,
maksudnya apakah didukung oleh bukti yang lengkap dan disetujui oleh pejabat berwenang.
9.
Testing, yaitu pemeriksaan sebagian dari suatu populasi yang hasilnya digunakan untuk menarik
kesimpulan mengenai populasi tersebut.
10. Cut off, dihubungkan dengan pengujian transaksi apakah dicatat dengan tepat waktu pada akhir
periode.
pengaruh
dan
penyimpangan
terhadap
efektifitas
b.
c.
d.
e.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
Kas opname
f.
Material auditor usulkan audit adjusment, jika klien tidak setuju, auditor tidak
boleh memberikan Unqualified
b.
Tidak
tidak
perlu
memaksakan
usulan
2. Audit Evidence
Bukti audit (Audit Evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) dan
bukti ilmiah. Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung angka-angka
atau informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat
digunakan
oleh
auditor
sebagai
dasar
yang
layak
untuk
menyatakan
pendapatnya.
Standar Pekerjaan Lapangan Ketiga (IAI) :
Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi,
pengamatan,
pengajuan
pertanyaan
dan
konfirmasi
sebagai
dasar
yang
Sumber
5. Analytical evidence
6. Hearsay evidence
Physical Evidence
Segala sesuatu yang bisa dihitung, dipelihara, diobservasi atau diinspeksi
dan terutama untuk mendukung tujuan eksistensi atau keberadaan.Contoh :
bukti phisik yang diperoleh dari kas opname, observasi dari perhitungan phisik
persediaan, pemeriksaan phisik surat berharga dan inventarisasi aktiva tetap
Confirmation Evidence
Adalah bukti yang diperolehnya mengenai eksistensi, kepemilikan atau penilaian
langsung dari pihak ketiga diluar klien . Contoh : jawaban konfirmasi piutang,
utang, barang konsinyasi, surat berharga yang disimpan Biro Administrasi Efek,
konfirmasi dari penasehat hukum klien
Documentary Evidence
Terdiri dari catatan akuntansi dan seluruh dokumen pendukung transaksi
.Berkaitan
dengan
asersi
eksistensi, audit
manajemen
trail yang
memungkinkan
auditor
melakukan tracer dan vouching atas transaksi dan kejadian dari dokumen ke
buku besar, dan sebaliknya . Contoh : faktur pembelian, copy faktur penjualan,
journal voucher, general ledger dan sub ledger
Mathematical Evidence
Merupakan
Perhitungan,
perhitungan
kembali
rincian
persediaan,
aktiva
tetap,
PPh
dan accruals)
dan
rekonsiliasi
(pemeriksaan
rekonsiliasi bank, rekonsiliasi saldo piutang usaha dan hutang menurut buku
besar dan sub buku besar, rekonsiliasi inter company account)
Analytical Evidence
Bukti yang diperoleh melalui penelaahan analitis terhadap informasi keuangan
klien.
Dilakukan
pada
waktu
membuat
perencanaan
audit,
sebelum
melakukan substantive testdan pada akhir pekerjaan lapangan (audit field work).
melakukan
pemeriksaannya
Akuntan
Publik
tidak
memeriksa
keseluruhan transaksi dan bukti (terkait dengan waktu dan biaya). Karena itu,
Pemeriksaan transaksi dan bukti dilakukan secara test basis atau sampling,
selanjutnya ditarik kesimpulan mengenai universe secara keseluruhan .
Sampling adalah
untuk ditest
Cara pemilihan sample tidak boleh seenaknya, karena sample tersebut
haruslah mewakili universe secara tepat, karena jika sample yang dipilih tidak
tepat akan sangat mempengaruhi kesimpulan yang ditarik
PSA No. 26, sampling audit :
Penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau
kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk
menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit : non statistik dan
statistik. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan
pendekatan
sampling
audit
diatas,
jika
diterapkan
dengan
Random/Judgment Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara random dengan menggunakan judgment
akuntan publik .
Kelemahan : sangat tergantung dengan judgment auditor, jika auditor kurang
pengalaman, sampel yang dipilih akan kurang representative
Kelebihan : semakin banyak pengalaman auditor, semakin baik hasil sampel
yang dipilih
Cara : menentukan jumlah tertentu dari suatu transaksi, menggunakan random
sampling table/komputer
b.
Block Sampling
Auditor memilih transaksi dibulan-bulan tertentu, misalnya bulan Januari, Juni
dan Desember
Keberhasilan
kedua
cara
diatas
walaupun
paling
mudah,
tetapi
sangat
Statistical Sampling
Pemilihan sampel dilakukan secara ilmiah, sehingga walaupun lebih sulit namun
sampel yang terpilih representative. Lebih banyak digunakan dalam audit di
perusahaan yang besar dan mempunyai internal control yang baik.
2. Klien meminta kepada pihak luar yang ditunjuk oleh akuntan untuk memberikan jawaban
langsung kepada akuntan mengenai informasi yang ditanyakan oleh akuntan tersebut.
3. Akuntan menerima jawaban langsung dari pihak ketiga tersebut.
Wawancara. Wawancara merupakan prosedur pemeriksaan yang dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan secara lisan. Bukti pemeriksaan yang dihasilkan dari prosedur ini
adalah: pertanyaan akuntan mengenai tingkat keusangan persediaan yang ada di gudang,
pertanyaan yang diajukan kepada penasihat hokum klien mengenai kemungkinan
keputusan perkara pengadilan yang sedang ditangani oleh penasihat hukum tersebut.
Pengusutan. Dalam melaksanakan prosedur pemeriksaan ini, akuntan melakukan
pengusutan informasi sejak mula-mula data tersebut direkam pertama kali dalam dokumen,
dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data tersebut dalam proses akuntansi. Prosedur
pemeriksaan ini terutama diterapkan terhadap bukti documenter. Contoh prosedur
pengusutan yang dilakukan oleh akuntan adalah pemeriksaan terhadap transaksi penjualan
yang dimulai oleh akuntan dengan memeriksa informasi dalam surat order dari pelanggan,
diusut kemudian dengan informasi yang berkaitan dalam surat order dari pelanggan, diusut
kemudian dengan informasi yang berkaitan dalam surat order penjualan, laporan pengiriman
barang, faktur penjualan, jurnal penjualan, dan rekening piutang dalam buku pembantu
piutang. Pengusutan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan ketelitian dan kelengkapan
catatan akuntansi.
Pemeriksaan dokumen pendukung. Pemeriksaan dokumen pendukung (vouching)
merupakan prosedur pemeriksaan yang meliputi:
1. Inspeksi terhadap dokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data
keuangan untuk menentukan kewajaran dan kebenarannya.
2. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan.
Penghitungan. Prosedur pemeriksaan ini meliputi pnghitungan dan rekonsiliasi yang
dilakukan oleh akuntan untuk membuktian ketelitian penghitungan yang dilakukan oleh klien.
Scanning. Scanning merupakan penelahaan secara cepat terhadap dokumen. Catatan dan
daftar untuk mendeteksi dan unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan
penyelidikan lebih mendalam.
Gambar 4.2 berikut ini memperlihatkan hubungan antara tipe bukti pemeriksaan dan
prosedur pemeriksaan yang biasa digunakan oleh akuntan untuk mendapatkan bukti
pemeriksaan tersebut.
Tipe Bukti Prosedur Pemeriksaan Contoh Penerapan Prosedur Pmeriksaan
Bukti fisik
Bukti documenter
Bukti perhitungan
Bukti lisan
Wawancara
Penelaahan analitik Inspeksi mesin pabri
Penghitungan kas
Konfirmasi saldo bank
Inspeksi faktur penjualan
Mengusut faktur penjualan ke dalam kartu piutang
Wawancara dengan penasihat hukum klien yang menghasilkan.
Footing terhadap jurnal penjualan
Cross-footing terhadap jurnal pembelian
Menayakan tingkat keusangan persediaan di gudang.
Membandingkan realisasi penjualan dengan anggarannya.
Gambar 4.2 Berbagai Tipe Bukti Pemeriksaan dan Prosedur Pemeriksaannya
SITUASI PEMERIKSAAN YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR
Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam rekening
dan di dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa.
Oleh karena itu, akuntan harus waspada jika menghadapi situasi pemeriksaan yang
mengandung risiko besar seperti contoh berikut ini.
Pengendalian intern yang lemah. Pengendalian intern menetukan jumlah dan kualitas bukti
yang harus dikumpulkan oleh akuntan. Dalam situasi yang pengendalian intern dalam suatu
bidang lemah, akuntan harus waspada dan mengumpulkan bentuk bukti pemeriksaan rinci
yang lain yang dapat mengganti bukti-bukti yang dihasilkan oleh pengendalian intern yang
lemah tersebut.
Kondisi keuangan yang tidak sehat. Suatu perusahaan yang mengalami kerugian atau
dalam posisi yang sulit untuk melunasi utangnya akan mempunyai kecenderungan untuk
menunda penghapusan piutangnya yang sudah tidak laku dijual, atau lupa memcatat
utangnya. Hal ini tidak mungkin terjadi dalam perusahaan yang keadaan keuangannya baik.
Manajemen yang tidak dapat dipercaya. Sebelum menerima suatu perusahaan sebagai
klien, akuntan public harus memperoleh informasi mengenai latar belakang atau riwayat
direktur dan para manajernya. Akuntan harus waspada terhadap manajer yang pernyataanpernyataan lisannya ternyata sebagian atau seluruhnya tidak benar.
Penggantian akuntan public. Klien yang mengganti akuntan publiknya tanpa alasan yang
jelas, mungkin disebabkan oleh ketidakpuasan klien terhadap jasa yang diberikan oleh
akuntan yang lama. Tetapi, seringkali terjadinya penggantian akuntan public tersebut
disebabkan oleh adanya perselisihan antara klien dengan akuntan publiknya mengenai
penyajian laporan keuangan dan penjelasannya. Klien baru yang telah mengganti akuntan
publiknya merupakan klien yang berisiko besar bagi akuntan public penggantinya.
Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba. Jika tarif pajak penghasilan tiba-tiba sangat
besar, maka reaksi wajar perusahaan yang terkena adalah mencari cara meminimumkan
pengahasilan atau laba kena pajak. Seringkali beban pajak ini menyebabkan pergantian
perinsip akuntansi yang diterapkan dalam perusahaan dan penafsiran transasksi
perusahaan yang tidak konsisten dengan yang telah diikuti dalam tahun-tahun berikutnya.
Perubahan tarif pajak yang drastic akan mendorong perusahaan-perusahaan untuk
menggeser pengakuan pendapatan dalam periode yang pajaknya masih relative rendah.
Usaha yang bersifat spekulatif. Akuntan yang melaksanakan pemeriksaan terhadap laporan
keuangan yang kegitannya dalam usaha yang sifatnya spekulatif, akan menghadapi resiko
yang lebih besar bila dibandingkan dengan akuntan yang melakukan pemeriksaan terhadap
perusahaan yang kegiatan usahanya relative stabil dalam jangka panjang.
Transaksi perusahaan yang kompleks. Klien yang kegiatannya menghasilkan transaksi yang
sangat rumit merupakan klien yang mengandung resiko besar bagi akuntan bila
dibandingkan dengan klien yang kegiatannya bersifat konvensional.
KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL AKUNTAN BERKAITAN DENGAN BUKTI
PEMERIKSAAN
Dalam proses pengumpulan bukti pemeriksaan, akuntan melakukan empat pengambilan
keputusan yang saling berkaitan:
1. Penentuan prosedur pemeriksaan yang akan digunakan.
2. Penentuan besarnya sampel untuk prosedur pemeriksaan tertentu.
3. Penentuan unsur tertentu yang harus dipilih dari populasi.
4. Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan perosedur pemeriksaan tersebut.
Penentuan prosedur pemeriksaan yang akan digunakan. Untuk mengumpulkan bukti
pemeriksaan, akuntan menggunakan prosedur pemeriksaan. Contoh prosedur pemeriksaan
disajikan berikut ini.
1. Hitung penerimaan kas yang belum disetor pada tanggal neraca dan awasi uang kas
tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
2. Mintalah cut-off bank satatement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua minggu
setelah tanggal neraca.
3. Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik persediaan yang diselenggarakan oleh
klien.
Daftar prosedur pemeriksaan untuk seluruh pemeriksaan unsure tertentu disebut program
pemeriksaan. Pada umumnya program pemeriksaan juga menyebutkan besarnya sampel,
tanggal pelaksanaan prosedur pemeriksaan, dan pelaksana prosedur pemeriksaan tersebut.
Penentuan besarnya sampel. Jika prosedur pemeriksaan telah ditetapkan, akuntan dapat
menentukan besarnya sampel yang berbeda dari satu unsure dengan unsur yang lain dalam
populasi yang sedang diperiksa. Keputusan mengenai banyak unsur yang harus diuji harus
diambil oleh akuntan untuk setiap prosedur pemeriksaan. Besarnya sampel akan berbedabeda di antara pemeriksaan yang satu dengan pemeriksaan yang lain dan dari prosedur
yang satu ke prosedur pemeriksaan yang lain.
Penentuan unsur tertentu yang dipilih sebagai anggota sampel. Setelah besarnya sampel
ditentukan untuk prosedur pemeriksaan tertentu, akuntansi masih harus memutuskan unsur
mana yang akan dipilih sebagai anggota sampel untuk diperiksa. Sebagai contoh, akuntan
telah menentukan bahwa 400 faktur penjualan dari populasi sebesar 1.500 akan diperiksa
mengenai otorisasi dan ketelitian yang tercantum di dalamnya. Akuntan dapat menggunakan
beberapa metode yang berbeda untuk memilih 400 faktur penjualan dari populasi tersebut.
Tiga metode yang mungkin digunakan oleh akuntan adalah: (1) memilih minggu tertentu
sebagai periode pengujian (test period) dan memeriksa 400 faktur penjualan pertama yang
dibuat dalam minggu tersebut, (2) memilih 400 faktur penjualan yang berisi total rupiah di
atas Rp40.000, (3) memilih 400 faktur penjualan tersebut secara sembarangan.
Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur pemeriksaan. Karena
pemriksaan terhadap laporan keuangan melipurti suatu jangka waktu tertentu, biasanya 1
tahun, maka akuntan dapat mulai mengumpulkan bukti pemeriksaan segera
bd65c87ae9a41b4; presence=EM307714002L186REp_5f1nya baru dapat diselesaikan
beberapa minggu atau bulan setelah tanggal neraca, maka prosedur pemeriksaan dapat
digunakan pada awal tahun yang diperiksa, akhir tahun yang diperiksa, atau beberapa
minggu atau bulan setelah tanggal neraca. Umumnya, klien menghendaki pemeriksaan
akuntan diselesaikan dalam waktu satu sampai dengan tiga bulan setelah tanggal neraca.
RANGKUMAN
Buki pemeriksaan adalah bukti segala informasi yang mendukung angka-angka atau
informasi lain yang disajikan dalam laporan keuangan, yang dapat digunakan oleh akuntan
sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya. Norma pelaksanaan pemeriksaan yang
ketiga mewajibkan akuntan untuk memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup dan
kompeten sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang
diperiksanya. Isi norma tersebut adalah sebagai berikut: bukti kompeten yang cukup harus
diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, tanya jawab, dan konfirmasi sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diperiksa.
Cukup atau tidaknya bukti pemeriksaan menyangkut kuantitas bukti yang harus diperoleh
akuntan dalam pemeriksaannya, sedangkan kompetensi bukti pemeriksaan menyangkut
kualitas atau keandalan bukti yang dipengaruhi oleh tiga factor beriktu ini: sumber bukti,
pengendalian intern, dan cara untuk memperoleh bukti.
Ada delapan tipe bukti pemeriksaan yang harus diperoleh akuntan dalam pemeriksaannya:
pengendalian intern, bukti fisik, bukti documenter, catatan akuntansi, perhitungan, bukti
lisan, perbandingan dan ratio, serta bukti dan spesialis.
Untuk memperoleh bukti pemeriksaan, akuntan melakukan prosedur pemeriksaan yang
merupakan instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti pemeriksaan tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan yang dipakai oleh
akuntan untuk memperoleh bukti pemeriksaan adalah inspeksi, pengamatan, wawanara,
konfirmasi, pengusutan, pemeriksaan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.
Dalam situasi tertentu, risiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam rekening
dan dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa.
Oleh karena itu, akuntan harus waspada jika menghadapi situasi pemeriksaan yang
mengandung risiko besar seperti contoh berikut ini: pengendalian intern yang lemah, kondisi
keuangan yang tidak sehat, manajemen yang tidak dapat dipercaya, penggantian akuntan
public yang dilakukan oleh klien tanpa alasan yang jelas, perubahan tarif atau peraturan
pajak atas laba, usaha yang bersifat spekulatif, dan transaksi perusahaan yang kompleks.
Kewaspadaan ini perlu dimiliki oleh akuntan untuk menghindarkan dirinya dari pernyataan
pendapat wajar atas laporan keuangan klien yang berisi ketidak jujuran.
SAMPLING AUDIT
2.1.
Sampling Audit
Sampling adalah metode penelitian, yang kesimpulan terhadap populasi yang diteliti
didasarkan pada hasil pengujian terhadap sampel. Populasi adalah kumpulan yang lengkap
dari kelompok data yang menjadi objek penelitian. Sampel adalah bagian dari populasi, yang
di pilih untuk diteliti, berfungsi sebagai perwakilan dari seluruh anggota populasi.
Menurut PSA N0. 26 Sampling Audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi
tersebut. Ada alasan lain bagi auditor untuk memeriksa kurang dari 100% unsur yang
membentuk saldo akun atau kelompok transaksi. Sebagai contoh, auditor mungkin hanya
memeriksa beberapa transaksi dari suatu saldo akun atau kelompok untuk memperoleh
pemahaman atas sifat operasi entitas atau memperjelas pemahaman atas pengendalian
intern entitas. Audit sampling ini dapat dilakukan dengan dua pendekatan umum, yaitu :
1.
2.
Menggunakan statistik.
Kedua pendekatan tersebut mengharuskan auditor menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel, serta dalam
menghubungkan bukti audit yang dihasilkan dari sampel dengan bukti audit lain dalam
penarikan kesimpulan atas saldo akun atau kelompok transaksi yang berkaitan.
Audit sampling yang menggunakan statistk adalah audit yang menggunakan
matematika sebagai sarana untuk menentukan perencanaan, pemilihan dan evaluasi sampel.
Dalam hal ini statistik sangat membantu kerana statistik menyediakan beberapa metode
yang dapat digunakan oleh auditor untuk memilih dan mengunakan sampel-sampel tersebut
untuk kemudian membuat kesimpulan yang menyeluruh mengenai populasi yang diaudit.
Sampling Audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian,
maupun pengujian subtantif. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam prosedur
pengujian yang berupa voucing, tracing, dan konfirmasi. Sampling dipergunakan kalau
waktu dan biaya tidak memungkinkan untuk memeriksa seluruh transaksi/kejadian dalam
suatu populasi. Populasi adalah seluruh item yang harus diperiksa. Sub dari populasi disebut
dengan istilah sampel.
Kedua pendekatan ini dapat di gunakan dalam audit, karena tidak ada satu pihakpun
yang dapat menjamin bahwa salah satu di antara keduanya lebih baik dari yang
lain. Sampling dipergunakan untuk menginferensi karakteristik dari populasi. Keuntungan
dari sampling itu sendiri adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
Dalam tahapan audit sampling ada enam tahapan adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
Memilih sampel
4.
Menguji sampel
5.
6.
2.2.
A.
Sampling Statistik
Guy (1981) menyatakan bahwa sampling statistik adalah penggunaan rencana
sampling
(sampling
plan)
dengan
cara
sedemikian
rupa
sehingga
hukum probabilitas digunakan untuk membuat statement tentang suatu populasi. Ada dua
syarat yang harus dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan sebagai sampling
statistik.
Pertama,
sampel
harus
dipilih
secara
random.
Random
merupakan
lawan arbritrari atau judgemental. Seleksi random menawarkan kesempatan sampel tidak
akan bias. Kedua, hasil sampel harus bisa dievaluasi secara matematis. Jika salah satu syarat
ini tidak terpenuhi maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik. Berikut digambarkan
tipe sampling audit syarat pengkategorian tipe-tipe tersebut.
Sample Selection
100 percent
Key items
Sample Evaluation
Conclusive
Judgement Sample
Judgmental
Judgmental
Representative Sample
Random
Judgmental
Statistical Sample
Random
Mathematical
Untuk memilih sampel secara random ada beberapa metode yang bisa digunakan :
a.
b.
Stratified
Random
Sampling. Membagi
populasi
dalam
kelompok-
Systematic Sampling. Menggunakan random strart point kemudian memilih tiap populasi
ke n. Kelebihan utama metode ini adalah penggunaannya mudah. Namun problem utama
adalah kemungkinan masih timbul sampel yang bias (Guy, 1981).
d.
Sampling Probability Proportional to Size (Dollar Unit Sampling). Memilih sampel secara
random sehingga probabilitas pilihan langsung terkait dengan nilai (size). Dengan metode
ini unit yang nilai tercatatnya besar secara proporsional akan memiliki lebih banyak
kesempatan untuk terpilih daripada unit yang nilai tercatatnya kecil.
Menurut Halim (2001) sampling statistik memerlukan lebih banyak biaya daripada
sampling
nonstatistik.
Alasannya
karena
harus
ada
biaya
yang
dikeluarkan
untuk training bagi staf auditor untuk menggunakan statistik dan biaya pelaksanaan
sampling secara statistik. Namun tingginya biaya sampling statistik dikompensasi dengan
tingginya manfaat yang dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sedang
menurut Guy (1981) ada empat kelebihan sampling statistik, yaitu :
1.
2.
Mengharuskan auditor merencanakan sampling dengan lebih baik (more orderly manner)
dibandingkan dengan sampling non statistik
3.
Auditor bisa mengoptimalkan sampel size, tidak overstated atauunderstated, dengan risiko
yang hendak diterima terukur secara matematis.
4.
Berdasarkan sampel, auditor bisa membuat statement yang obyektif mengenai populasi
sampel.
B.
non
statistik
merupakan
pengambilan
sampel
yang
dilakukan
b.
Block sampling. Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi secara
berurut. Bila satu item dalam blok terpilih maka secara berurut item-item berikutnya dalam
blok akan terpilih dengan otomatis. Metode ini secara teoritis merupakan metode pemilihan
sampel yang representatif namun jarang digunakan karena tidak efisien. Waktu dan biaya
untuk memilih sampel yang memadai agar representatif terhadap populasi sangat mahal
(Guy dan Carmichael, 2001).
c.
Systematic
point yang
ditentukan
1.
2.
3.
Dibanding sampling statistik, judgement atau sampling non statistik sering dikritik
karena secara berlebihan mengandalkan intuisi dan juga sering secara irasional dipengaruhi
faktor-faktor subyektif. Kecukupan ukuran sampel tidak bisa secara obyektif ditentukan.
Misalnya reaksi personal auditor terhadap karyawan klien, proses pengadilan, dan waktu
yang tersedia untuk menyelesaikan penugasan bisa sangat mempengaruhi ukuran sampel
(Guy, 1981). Namun demikian terlepas dari kemungkinan terjadinya hal-hal tersebut,
sampling non statistik yang direncanakan secara tepat akan dapat seefektif sampling
statistik. Banyak situasi yang membuat judgement sampling lebih sesuai dari pada sampling
statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang berguna untuk
sebagian, tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus digunakan, tergantung dari
keputusan, tujuan audit, pertimbangan cost diferensial (dibandingkan dengan judgement
sampling) serta trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat dalam pengauditan.
2.3.
1.
a.
Risiko sampling dalam pengujian subtantif atas detail atau rincian. Auditor dalam
memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling. Yang meliputi : Risiko keliru
menerima (risk of incorrect acceptance) dan Risiko keliru menolak (risk of incorrect
rejection)
b.
1.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of assessing control
risk too law).
2.
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing control
risk too high).
b.
c.
2.4.
Ada dua pendekatan umum dalam pendekatan sampling audit yang dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut ialah :
1.
Sampling statistik. Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling
non statistik. Biaya tersebut dikeluarkan berkaitan dengan :
a.
b.
1.
2.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
Difference estimation
c.
2.
Sampling non statistik. Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel yang
sebagaimana mestinya akan menghasilkan bukti audit yang cukup.
2.
Seleksi sample, meliputi keputusan bagaimana memilih unsur sample dari populasi.
3.
4.
Perbedaan :
1.
2.
Sampling Non Statistik : memilih unsur-unsur sample yang diyakini dapat memberikan
informasi yang berguna pada populasi tersebut dan keputusan yang diambil lebih
berdasarkan pertimbangan. Sering disebut judgemental sampling.
2.5.
Proses Pengambilan
metode sampling
Sampel
dan
faktor-faktor
penggunaan
Proses pengambilan sampel merupakan cara-cara dalam memilih sampel untuk studi
tertentu. Proses terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut :
a. Tahap 1 memilih populasi
b. Tahap 2 memilih unit-unit sampling
c. Tahap 3 memilih kerangka sampling
d. Tahap 4 memilih desain sampel
e. Tahap 5 memilih ukuran sampel. Ukuran sampel tergantung beberapa faktor yang
mempengaruhi diantaranya: homogenitas unit-unit sampel, kepercayaan, persepsi,
kekuaatan statistik, prosedur analisa, dan biaya
f.
g. Memilih sample
Dalam penelitian terdapat tujuh faktor yang mempunyai pengaruh dalam pemilihan
sampling audit. Faktor-faktor tersebut adalah :
1.
2.
3.
Tekanan waktu
4.
Pengalaman
5.
6.
Tenaga ahli
7.
2.6.
Pemilihan Sampel
Pemilihan sampel atau sampling adalah suatu proses memperoleh informasi
mengenai populasi secara keseluruhan dengan cara menguji hanya sebagian dari populasi
tersebut. Konsep-konsep pemilihan sampel mencakup hal-hal seperti unit sampling, atribut,
pemilihan secara cak (random), stratifiksi, risiko pemilihan sampel (sampling risk), tingkat
ketepatan (precision), dan tingkat keyakinan (confidence level atau reliability).
Suatu satuan atau unit sampling adalah unsur (elemen) di dalam populasi yang
memiliki sifat-sifat atau karakteristik yang akan diukur oleh auditor guna membuat estimasi
mengenai karakteristik seluruh populasi, daftar dari seluruh unit sampling di dalam
populasi disebut frame. Perlu diingat bahwa unsur atau elemen di dalam populasi itu sendiri
mungkin memiliki atau tidak memiliki karakteristik tertentu yang biasa disebut dengan
istilah atribut.
Pemilihan sampel dilakukan setelah auditor mengetahui besarnya sampel yang akan
dipilih dan diperiksa. Biasanya auditor membuat klasifikasi apakah sampel yang telah
dipilihnya tersebut dikembalikan lagi ke populasinya sehingga dapat dipilih kembali (disebut
dengan istilah sampling with replacement) ataukah setiap kali sampel telah dipilih tidak
dikembalikan lagi ke populasinya sehinga tidak dapat lagi dipilih kembali sebagai sampel
(disebut dengan istilahsampling without replacement). Apabila sampel tersebut telah
dipilih, maka langkah berikutnya adalah memeriksa sampel-sampel yang telah dipilih
tersebut untuk selanjutnya dibuat kesimpulan terhadap seluruh populasi yang diwakili oleh
sampel-sampel tersebut. Dalam pekerjaan audit pada dasarnya terdapat dua metode
pemilihan atau penarikan sampel, yaitu metode pemilihan secara statistik atau statistical
(random) sampling method dan metode pemilihan tidak secara statistik atau nonstatistical
sampling (jusgment) method.
A.
1.
2.
cara
pemilihan
sampel
yang
sistematik
auditor
menghitung
suatu
rentang (interval) tertentu dari populasi dalam masing masing strata dengan jalan membagi
besarnya populas dengan jumlah sampel yang dikehendaki.
Cara pemilihan sampel yang sistematik ini sangat mudah digunakan karena begitu
suatu titik awal ditetapkan maka langkah berikutnya bersifat otomatis. Keadaan ini tidak
akan menimbulkan masalah apabila kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalam populasi
tersebar secara acak di seluruh populasi. Akan tetapi keadaan ini sangat jarang terjadi
sehingga kemungkinan kesalahan-kesalahan yang material yang terjadi di dalam populasi
tidak akan tercakup di dalam sampel. Oleh sebab itu biasanya cara yang kedua ini hanya
digunakan apabila cara yang pertama atau paket program komputer mengenai pemilihan
sampel tidak dapat dilakukan.
B.
1.
Blok sampling: Blok sampling adalah pemilihan beberapa pos (item)secara berurutan.
Begitu pos pertama di dalam blok tersebut telah dipilih maka pos-pos lainnya di dalam blok
tersebut akan terpilih secara otomatis. Sebagai contoh misalnya pemilihan seratus transaksi
pembelian dalam buku harian pembelian pada tengah pertama bulan februari.
Kelemahan cara ini adalah apabila blok yang digunakan hanya sedikit maka dapat
memungkinkan tidak terpilihnya populasi yang mengandung kesalahan. Untuk menghindari
hal itu Arens dan Loebbecke (1981)menyarankan setidak-tidaknya menggunakan sembilan
blok untuk sembilan bulan yang berbeda.
2.
3.
Sebagai gambaran misalnya ada beberapa auditor yang lebih senang untuk memilih sampel
dari transaksi kepada pihak-pihak tertentu atau transaksi yang tertulis pada setiap awal
halaman dan mengabaikan transaksi yang tertulis pada tengah halaman, sementara auditor
lainnya lebih menyukai transaksi yang tertulis pada tengah halaman atau yang mempunyai
saldo besar.
Seleksi Acak dengan Pengukuran Statistik. Perlu dipahami oleh auditor mengenai
perbedaan antara seleksi acak dengan pengukuran statistik dalam penentuan pemilihan
ukuran sampel.
2.
Dokumentasi yang cukup. Penting bagi auditor untuk memelihara catatan mengenai
prosedur yang dilaksanakan, metode yang digunakan untuk menyeleksi sampel dan
melaksanakan pengujian, hasil yang diperoleh, dan kesimpulan yang ditarik.
3.
Kebutuhan
akan
pertimbangan profesional.
Penerapan uji
statistik memerlukan
2.7.
A. Sampling Atribut
Yang dimaksud dengan sampling atribut adalah suatu metode untuk melakukan
perkiraan atau estimasi terhadap sebagian dari populasi yang mengandung karakter atau
atribut tertentu yang menjadi perhatian atau menjadi tujuan audit seorang auditor.
Sampling ini terutama digunakan dalam pengujian-pengujian pengendalian intern.
Sampling atribut digunakan untuk membuat kesimpulan mengenai tingkat kejadian di
dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap prosedur
di dalam populasi, dan biasanya digunakan untuk menguji tingkat ketaatan terhadap
prosedur di dalam sistem pengendalian intern sebagai sarana untuk mengetahui apakah
ketentuan-ketentuan yang dibuat manajemen telah ditaati.
Sebagai contoh misalnya auditor ingin menentukan prosentase banyaknya bukti
pembayaran yang tidak didukung dengan bukti-bukti tertentu atau tidak diotorisasi oleh
pejabat yang berwenang. Untuk menguji pengendalian intern tersebut auditor dapat
menggunakan salah satu dari tiga metode sampling, yaitu estimasi atribut (sampling fixedsample-size), sampling sekuensial (sampling atribut keputusan atau stop or go sampling)
dan sampling temuan (discovery sampling). Langkah-langkah dalam sampling atribut:
1.
2.
3.
Definisikan atribut yang menjadi objek pengukuran dan apa yang dimaksudkan dengan
penyimpangan
4.
5.
Buat estimasi atau perkiraan mengenai tingkt penyimpangan di dalam populasi, yaitu
jumlah penyimpangan di dalam sampel dibagi dengan besarnya sampel
6.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
8.
9.
10. Lakukan evaluasi hasil audit sampel pada langkah 9 dengan cara sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
B. Sampling Variabel
Yang dimaksud dengan sampling variabel adalah suatu metode yang digunakan
untuk melakukan perkiraan atau estimasi terhadap nilai yang sebenarnya dari saldo suatu
akun atau untuk menentukan besarnya nilai suatu kesalahan. Sampling ini terutama
digunakan dalam pengujian substantif guna menentukan tingkat dapat diandalkanya suatu
jumlah dalam suatu akun, dan dapat dilakukan dengan salah satu dari beberapa metode
sebagai beriut: (1) estimasi satuan nilai tengah, (2) estimasi selisih, (3) estimasi
perbandingan, dan (4) estimasi regresi.
Keempat metode ini dapat dilakukan dengan stratifikasi atau tanpa stratifikasi.
Sampling stratifikasi adalah suatu metode sampling yang membagi-bagi populasi menjadi
dua atau lebih sub populasi yang disebut dengan istilah strata, dan sampel kemudian dipilih
dari masing-masing strata tersebut, dan masing-masing strata ini selanjutnya diaudit secara
terpisah.
Pada umumnya sampling variabel dapat digunakan untuk hal-hal sebagai berikut:
a.
Dalam pengujian substantif, yang dimaksudkan untuk menentukan kewajaran nilai buku
suatu akun.
b.
Untuk membuat estimasi mengenai nilai saldo suatu akun atau suatu kelas tertentu dari
transaksi-transaksi yang berkaitan seperti taksiran saldo piutang atau taksiran total
penjualan untuk suatu periode tertentu.
Secara lebih spesifik Vasarhelyi dan Lin (1990) menyatakan bahwa sampling
variable ini dapat diterapkan oleh auditor untuk melakukan pekerjaan audit berkenaan
dengan hal-hal sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Meskipun banyak hal yang bersifat kuantitatif yang dapat dicakup dengan sampling
variabel, metode ini hanya dapat digunakan apabila estimasi penyimpangan baku dari
populasi dapat diketahui. Di samping itu, sampling ini juga bergantung pada karakteristik
atau sifat-sifat statistik distribusi normal. Selain pengklasifikasian berupa sampling variabel
tanpa stratifikasi dan sampling variabel dengan stratifikasi, sampling variabel dan biasanya
dikategorikan menjadi empat metode sebagai berikut: (1) estimasi satuan nilai tengah, (2)
estimasi selisih, (3) estimasi perbandingan, dan (4) estimasi regresi.
Langkah-langkah dalam sampling variabel:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
a.
b.
c.
d.
9.
2.
3.
4.
a.
b.
c.
5.
Pilih sampel secara acak, secara sistematis atau dengan bantuan komputer
6.
7.
a.
b.
c.
d.
e.
8.
Buat kesimpulan secara menyeluruh mengenai pengendalian intern atau pengujian yang
dilakukan.
Contoh :
Seorang bendaharawan yang anda audit memiliki bukti pengeluaran kas (kuitansi = X)
sebanyak sepuluh sample (N=10) lembar sebagai berikut:
Total (t)
100, 90, 110, 80, 120, 115, 85, 105, 95, 100 (total pengeluaran 1000)
Sampel yang diambil sebanyak enam (n=6) kuitansi
Pertanyaan :
a.
b.
a.
b.
Ada
beberapa
unsurunsur
dapat
mempengaruhi
hasil
sampling,
yang
Unit populasi
Unit populasi adalah banyaknya satuan anggota populasi. Misalnya kita melakukan audit
atas mutasi pengeluara kas tahun 2001 yang terdiri atas 3.500 kuitansi dengan nilai Rp 800
juta.
b)
Standar deviasi
Standar deviasi adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-rata populasi
dengan
para
anggota
secara
umum
sekaligus
menunjukkan
tingkat