Você está na página 1de 26

ANALISIS JURNAL

THE TRANSITIONAL CARE MODEL FOR OLDER ADULTS


Dilihat Dari Perkembangan Teori Keperawatan
Disusun Guna Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Sains Keperawatan
Diampu Oleh Ns. Hery Kristianto, S. Kep., M. Kep., Sp. KMB.

Disusun Oleh:
Reni Nurhidayah
156070300111028
PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
LATAR BELAKANG
Lansia dengan penyakit kronis termasuk dalam kelompok rentan. Tidak jarang lansia
menderita lebih dari satu penyakit kronis. Kondisi tersebut membuat lansia memiliki angka
morbiditas yang tinggi sehingga kualitas hidupnya akan mengalami penurunan. Penurunan
kualitas hidup tersebut sering disebabkan karena lebih dari satu penyakit yang diderita sehingga
terlalu banyak obat yang harus diminum, dan secara otomatis akan meningkatkan efek samping
obat yang akan timbul (Bradway et al., 2011). Efek samping obat, serta kurangnya kemampuan
lansia dan keluarga dalam merawat dirinya membuat lansia rentan mengalami perburukan
kondisi paska hospitalisasi. Hal ini membuat posthospitalization menjadi periode yang sangat
rentan bagi lansia.
Akses ulang lansia pada pusat pelayanan kesehatan membuktikan kegagalan lansia dan
keluarga dalam proses transisi dari Rumah Sakit ke rumah. Lansia dengan penyakit kronis
membutuhkan pelayanan kesehatan dalam waktu yang lama serta tidak jarang yang
membutuhkan bantuan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (Toles, 2012). Kerusakan
kognitif seperti delirium atau demensia seringkali memperparah kondisi lansia sehingga tingkat
rehospitalization mengalami peningkatan. Kondisi lansia tersebut dapat membuat pemberi
perawatan dalam hal ini adalah keluarga akan merasa terbebani sehingga tidak jarang
mengakibatkan stress pada keluarga pasien (Bradway et al., 2011). Masalah kesakitan pada
lansia yang lebih sering disebabkan tidak berhasilnya masa transisi dari pelayanan kesehatan ke
rumah membutuhkan strategi untuk memecahkannya. Salah satu strategi untuk memecahkan
masalah tersebut adalah dengan penerapan Transitional Care Model.
Transitional Care Model (TCM) amerupakan sebuah model keperawatan yang
menekankan perawatan pada masa transisi antara pusat pelayanan kesehatan dengan perawatan
lain salah satunya perawatan di rumah. Discharge planning yang adekuat, follow up dari perawat
serta tim kesehatan lain memastikan pasien dan keluarga mampu beradaptasi dengan perawatan
yang harus dilakukan dalam mengelola kesehatan pasien. Masa transisi yang dikelola dengan
baik oleh tenaga kesehatan dalam hal ini adalah perawat dapat meningkatkan kemampuan dan
kemandirian pasien dan keluarga dalam pelakukan pengelolaan kesehatan (Afaf I. Meleis, 2010).
Kemandirian yang penuh dalam pengelolaan kesehatan oleh pasien dan keluarga dipercaya
mampu menurunkan morbiditas pada lansia dalam hal ini hospitalisasi ulang . Sehingga lansia
dan keluarga mampu mandiri untuk menjaga kesehatannya agar mencapai peningkatan kualitas
Page | 2

hidupnya. Selain itu Perawatan pada masa transisi yang adekuat dapat meningkatkan kepuasan
pasien dan keluarga terhadap pelayanan kesehatan yang diterima, serta mampu menurunkan
biaya kesehatan yang harus dikeluarkan jika terjadi hospitalisasi ulang (Naylor, 2008).

Page | 3

BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1

FILOSOFI KEPERAWATAN
Filsafat dalam keperawatan adalah sebuah ilmu yang mempelajaari cara berpikir
perawat untuk mengambil tindakan terbaik agar mampu menyelesaikan masalah pasiennya
ataupun meningkatkan derajat kesehatan pasiennya. filsafat keperawatan juga dapat
diartikan sebagai asumsi atau pandangan dasar terhadap manusia, keperawatan, sehat dan
lingkungan yang menjadi esensi dasar praktek keperawatan yang dalam perkembangannya
dikenal sebagai paradigm keperawatan. Filsafat dalam memandang ilmu keperawatan akan
memunculkan tiga pertanyaan yang harus dijawab, sehingga menegaskan bahwa
keperawatan memanglah sebuah ilmu yang nyata. Pertanyaan pertama tentang ontologi
yang akan menanyakan tentang hakikat atau makna ilmu keperawatan itu sendiri.
Pertanyaan selanjutnya adalah epistemologi yang akan menilai bagaimana proses lahir dan
berkembangnya ilmu keperawatan tersebut. pertanyaan terakhir adalah aksiologi yang akan
membahas tentang aplikasi ilmu keperawatan dan bagaimana nilai moral dalam aplikasi
ilmu tersebut (Kenney, 2002).

2.2

PARADIGMA KEPERAWATAN
Metaparadigma merupakan sebuah pandangan yang umum dari suatu disiplin ilmu
yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi fenomena dengan cara yang unik.
Sedangkan, Paradigma keperawatan dapat diartikan sebagai kerangka berpikir dalam
pengetahuan sistematis mengenai prinsip-prinsip dari proses perawatan yang meliputi
proses merawat itu sendiri, pemeliharaan maupun pembelaan klien. (McEwen & Wills,
2011).

1) KEPERAWATAN
Page | 4

Sebagai sebuah profesi, perawat mendasarkan pelayanan kepada individu dan keluarga,
maupun masyarakat pada ilmu dan seni yang meliputi sikap, pengetahuan dan
keterampilan yang dimilki seorang perawat untuk membantu manusia baik dalam
keadaan sehat atau sakit. Perawat akan memberikan pelayanan yang bersifat manusiawi
yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan manusia untuk merawat diri, kesembuhan
dari penyakit atau cedera dan penanggulangan komplikasinya sehingga dapat meningkat
derajat kesehatannya (McEwen & Wills, 2014).
2) SEHAT
Pelayanan keperawatan yang akan diberikan selama rentang sehat sakit akan terlebih
dahulu melihat status kesehatan dalam rentang sehat-sakit, sehingga akan diketahui
tingkatan asuhan keperawatan yang akan diberikan serta tujuan yang ingin dicapai
dalam meningkatkan status kesehatannya. Rentang sehat dapat digambarkan mulai dari
sehat, sehat sekali dan sejahtera sebagai status sehat yang paling tinggi, sedangkan
rentang sakit dapat digambarkan mulai dari keadaan setengah sakit, sakit, sakit kronis
dan berakhir dengan kematian (M.R. Alligood, 2013) .
3) MANUSIA
Manusia utuh adalah proses sepanjang hidup yang terus menerus berubah dan
berinteraksi

dengan

lingkungan

serta

berpartisipasi

dalam

upaya

untuk

mempertahankan kesehatannya. Hal ini juga dapat diartikan bahwa manusia bertindak
dan mendasarkan tindakannya pada pemikiran bahwa dirinya harus mempertahankan
keseimbangan hidup dengan cara membuat penyesuaian dengan lingkungan maupun
sebaliknya yaitu memanipulasi lingkungan untuk menciptakan keseimbangan. Dalam
konteks paradigma keperawatan ini setiap manusia dalam hidupnya akan mengalami
situasi di mana dia mampu memenuhi kebutuhannya, membutuhkan bantuan atau
bahkan membutuhkan orang lain untuk melakukannya, dalam hal ini perawat (M.R.
Alligood, 2013).
4) LINGKUNGAN
Lingkungan dapat diartikan sebagai tempat, situasi maupun hal-hal yang berinteraksi
dengan individu baik secara aktif maupun pasif. Lingkungan dapat juga diartikan
sebagai kondisi terpenuhi atau tidaknya kebutuhan seseorang/klien.
2.3

NEED THEORY: VIRGINIA HENDERSON (METATHEORY)


Page | 5

a. Asumsi
Teori Keperawatan Virginia menekankan pentingnya meningkatkan kemandirian
pasien sehingga kemajuan setelah rawat inap tidak akan tertunda. Penekanannya
pada kebutuhan dasar manusia sebagai fokus utama dari praktek keperawatan dan
bagaimana keperawatan dapat membantu dalam memenuhi kebutuhan tersebut
(M.R. Alligood, 2013).
Henderson mengasumsikan tiga asumsi mayr pada teorinya yaitu:
(1) Perawat merawat pasien sampai dirinya mampu merawat dirinya sendiri
(2) Perawat bersedia melayani pasien siang dan malam
(3) Perawat harus memiliki pendidikan yang sesuai standart
Perawat dalam menjalankan perannya harus mampu memenuhi 14 kebutuhan
Henderson:
1. Bernapas secara normal
2. Makan dan minum cukup
3. Eliminasi
4. Bergerak dan mempertaankan posisi yang dikehendaki
5. Istirahat dan tidur
6. Memilih cara berpakaian; berpakaian dan melepas pakaian
7. Mempertahankan temperatur tubuh dalam rentang normal
8. Menjaga tubuh tetap bersih dan rapi.
9. Menghindari bahaya dari lingkungan
10. Berkomunikasi engan orang lain
11. Beribadah menurut keyakianan
12. Bekerja yang menjanjikan prestasi
13. Bermain dan berpartisispasi dalam berbagai bentuk rekreasi
14. Belajar, menggali atau memuaskan rasa keingintahuan yang mengacu pada
perkembangan dan kesehatan normal.

b. Filosofi
Page | 6

KEPERAWATAN
Fungsi unik dari perawat
adalah untuk membantu
individu, baik apakah ia
sakit atau sehat, dalam
peran tambahan atau
peran pendukung. Tujuan
dari keperawatan adalah
untuk membantu individu
memperoleh
kembali
kemandiriannya sesegera
mungkin

MANUSIA
Individu
sebagai
kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan: jiwa
dan raga adalah satu
kesatuan. Lebih lanjut
lagi,
indifidu
dan
keluarganya dipandang
sebagai unit tunggal

KESEHATAN
Sehat adalah kualitas
hidup tertentu, yang oleh
Henderson dihubungkan
dengan
kemandirian.
Karakteristik utama dari
sakit,
adalah
ketergantungan
dan
berbagai
tingkat
inkapasitas
individu
(sekarang pasien) untuk
memuaskan
kebutuhan
manusianya

LINGKUNGAN
Henderson
mendefinisikan
lingkungan
sebagai
seluruh faktor eksternal
dan
kondisi
yang
memengaruhi kehidupan
dan
perkembangan
manusia

c. Penekanan
Penekanan pada teori ini adalah kemandirian pasien setelah hospitalisasi merupakan
fokus perhatian perawat. perawat harus mampu merawat pasien hingga pasien
mampu merawat dirinya sendiri secara mandiri.
2.4

SELF- CARE DEFICIT THEORY OF NURSING : DOROTHEA OREM (GRAND


THEORY)
1) PENGERTIAN GRAND THEORY
Grand theory didefinisikan sebagai teori yang memiliki cakupan yang luas,
kurang abstrak dibanding model konseptual tetapi tersusun atas konsep-konsep umum
yang relatif abstrak, sulit untuk dibuat definisi operasionalnya dan hubungannya
tidak dapat di uji secara empiris. Grand teori menegaskan fokus global dengan board
perspective dari praktik keperawatan dan pandangan keperawatan yang berbeda
terhadap sebuah fenomena keperawatan (Fawcett & DeSanto-Madeya, 2012).
Grand theory mempunyai beberapa kriteria atau penciri

yang

membedakannya dengan level teori lainnya, menurut McEwen & Wills (2011) dan
Alligood (2013) grand theory mempunyai scope atau ruang lingkup yang luas, karena
grand theory memiliki sudut pandang yang umum dan komperhensif yang
memperhatikan seluruh aspek dan respon manusia. Kriteria kedua, grand theory
memiliki tingkat abstraksi yang cukup besar sehingga kurang mampu diterapkan
langsung pada penelitian. Kriteria selanjutnya, grand theory masih general dan belum
Page | 7

terfokus pada area yang spesifik pada salah satu respon manusia.

Kriteria

berikutnya, grand theory tidak dapatlangsung digunakan dalam uji empirik, hal ini
dikarenakan grand theory masih memiliki konsep yang sangat abstrak sehingga tidak
dapat di susun kedalam definisi operasional.
2) FILOSOFI KEPERAWATAN SELF- CARE DEFICIT THEORY OF NURSING :
DOROTHEA OREM
Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar
sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945.
Selama karir profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat
pribadi, perawat pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar
Doktor pada tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite kurikulum di
Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan
konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali mempubilkasikan ide-idenya dalam
Keperawatan : Konsep praktik, pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan
yang terakhir di tahun 1995 (M.R. Alligood, 2013; McEwen & Wills, 2011).
a. Asumsi
Orem menjelaskan bahwa grand teori keperawatan digambarkan menjadi tiga teori,
yaitu:
1. Theory of nursing systems adalah bahwa perawat sebagai produsen dan pemberi
layanan kesehatan bagi seseorang yang membutuhkan layanan kesehatan.
2.

Theory of self-care deficit adalah dimana seseorang membutuhkan layanan


kesehatan, namun dalam keterbatasan, baik keterbatasan fasilitas kesehatan
maupun sarana untuk mencapainya.

3. Theory of self-care adalah fungsi regulasi manusia dimana seseorang harus


mempertahankan kehidupan dan kesehatannya.
Ketiga teori tersebut saling berhubungan, teori self-care deficit maknanya mengapa
seseorang diuntungkan dengan adanya perawat. Teori self-care yang mnejadi dasar dari
ketiganya yang menggambarkan tujuan, metode dan hasil daripada perawatan mandiri
itu sendiri (M.R. Alligood, 2013)

b. Filosofi Keperawatan
Page | 8

KEPERAWATAN

MANUSIA

KESEHATAN

LINGKUNGAN

Pelayanan yang dengan


sengaja dipilih atau kegiatan
yang
dilakukan
untuk
membantu
individu,
keluarga dan kelompok
masyarakat
dalam
mempertahankan self care
yang mencakup, integritas
struktural,
fungsi
dan
perkembangan.

Individu atau kelompok


yang tidak mampu secara
terus
menerus
mempertahankan self care
untuk hidup dan sehat,
pemulihan dari sakit atau
trauma atu koping dan
efeknya.

Kemampuan individu atau


kelompoki
memenuhi
tuntutatn self care yang
berperan
untuk
mempertahankan
dan
meningkatkan
integritas
structural
fungsi
dan
perkembangan

Tatanan dimana klien tidak


dapat memenuhi kebutuhan
keperluan
self
care
dan perawat
termasuk
didalamnya tetapi tidak
spesifik

c. Penekanan
Dari empat elemen paradigma tersebut, teori Watson ini lebih menekankan pada
Manusia. Manusia dalam hal ini klien memiliki masalah dalam pemenuhan
kebutuhan dasarnya atau self care sehingga perawat harus menyediakan perawatan
untuk membantu pasien memenuhi kebutuhan dasarnya hingga mereka mandiri
dalam melakukan self care.
3) KONSEP CARING THEORY

Konsep diatas terdiri dari interaksi antara 3 komponen teori Orem. Ketika terjadi
deficit dalam self care maka nursing system akan memberikan pelayanan untuk
membantu pasien memenuhi kebutuannya serta meningkatkan derajat kesehatannya.
Sehingga, pada akhirnya pasien dapat melakukan self care secara mandiri.
Page | 9

1. Self Care
Teori self care ini berisi upaya tuntutan pelayanan diri yang sesuai dengan
kebutuhan pasien. Perawatan diri sendiri adalah suatu langkah awal yang dilakukan
oleh seorang perawat yang berlangsung secara continue sesuai dengan keadaan dan
keberadaannya, keadaan kesehatan dan kesempurnaan. Perawatan diri sendiri
merupakan aktifitas yang praktis dari seseorang dalam memelihara kesehatannya
serta mempertahankan kehidupannya. Terjadi hubungan antar penerima self care
dengan pemberi self care dalam hubungan terapi. Orem mengemukakan tiga kategori
/ persyaratan self care yaitu : persyaratan universal, persyaratan pengembangan dan
persyaratan kesehatan.
Penekanan teori self care secara umum :
1. Pemeliharaan intake udara
2. Pemeliharaan intake air
3. Pemeliharaan intake makanan
4. Mempertahankankan hubungan perawatan proses eliminasi dan eksresi
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan antara solitude dan interaksi sosial
7. Pencegahan resiko-resiko untuk hidup, fungsi usia dan kesehatan manusia
8. Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya (M.R. Alligood, 2013).
2. Self Care Deficit
Teori self-care deficit merupakan inti dari teori umum keperawatan Orem.
Keperawatan dibutuhkan untuk orang dewasa atau orang-orang yang ada dibawah
tanggungannya dalam keadaan tidak mampu atau keterbatasan dalam memberikan
self-care yang efektif secara terus menerus. Keperawatan diberikan jika kemampuan
merawat berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan self-care yang
sebenarnya sudah diketahui atau kemampuan self-care atau kemandirian berlebihan
atau sama dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa
yang akan datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik
kualitatif maupun kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya. Orem
mengidentifikasi lima metode bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang lain,
Page | 10

(2) Membimbing dan mengarahkan, (3) Memberikan dukungan fisik dan psikologis,
(4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan yang mendukung perkembangan
individu, (5) Pendidikan. Perawat dapat membantu individu dengan menggunakan
semua metode ini untuk memberikan bantuan self-care (M.R. Alligood, 2013).
3. Nursing system
Teori yang membahas bagaimana kebutuhan "Self Care" pasien dapat dipenuhi
oleh perawat, pasien atau keduanya. Nursing system ditentukan / direncanakan
berdasarkan kebutuhan "Self Care" dan kemampuan pasien untuk menjalani aktifitas
"Self Care". Orem mengidentifikasikan klasifikasi Nursing System :
1. The Wholly compensatory system Bantuan secara keseluruhan, dibutuhkan
untuk klien yang tidak mampu mengontrol dan memantau lingkungannya dan
berespon terhadap rangsangan.
2. The Partly compensantory system Bantuan sebagian, dibutuhkan bagi klien
yang mengalami keterbatasan gerak karena sakit atau kecelakaan.
3. The supportive - Educative system Dukungan pendidikan dibutuhkan oleh
klien yang memerlukannya untuk dipelajari, agar mampu melakukan perawatan
mandiri.
Perawat membantu klien dengan menggunakan system dan melalui lima
metode bantuan yang meliputi :
1. Acting atau melakukan sesuatu untuk klien
2. Mengajarkan klien
3. Mengarahkan klien
4. Mensupport klien
5. Menyediakan lingkungan untuk klien agar dapat tumbuh dan berkembang.

2.5

TRANSITION THEORY: AFAFF MILEIS (MIDDLE RANGE THEORY)


1) PENGERTIAN MIDDLE RANGE THEORY

Page | 11

Middle range theories dapat didefinisikan sebagai serangkaian ide/ gagasan


yang saling berhubungan dan berfokus pada suatu dimensi terbatas yaitu pada realitas
keperawatan. Teori-teori ini terdiri dari beberapa konsep yang saling berhubungan dan
dapat digambarkan dalam suatu model. Middle range theories dapatdikembangakan
pada tatanan praktek dan riset untuk menyediakan pedoman dalam praktik dan
riset/penelitian yang berbasis pada disiplin ilmu keperawatan (M.R. Alligood, 2013).
Middle range theory adalah teori yang berada diantara dua teori yaitu abstrak
dan konkrit. Perbedaan dengan grand theory dapat terlihat dari sisi aplikasi pada
keperawatan. Hal ini dikarenakan middle range memiliki teori yang lebih spesifik,
konsep lebih sedikit, dan ruang lingkupnya lebih sedikit dengan konsep teori yang
lebih konkrit dan dapat diaplikasikan (McEwen & Wills, 2011). Middle range theory
lebih mengarah ke dalam fenomena, dengan demikian hal-hal yang abstrak lebih
diminimalkan. Selain itu, di dalam middle theory juga merepresentasikan sebagian
dari realita keperawatan. Sehingga teori ini lebih cocok dijadikan sebagai percobaan
empirik dalam teori keperawatan.
2) KARAKTERISTIK MIDDLE RANGE THEORY
Karakteristik Middle Range Theory adalah:
a. Teorinya lebih sederhana, tajam namun masih general
b. Memiliki beberapa variabel atau konsep, namun masih bersifat terbatas
c. Memiliki komponen yang masih memiliki keterbatasan fokus dan realita
d. Dapat diterima dan diuji secara empirik dan dapat digabungkan dengan teori
yang lain.
e. Berfokus pada masalah kesehatan yang dialami klien dan telah memiliki
intervensi untuk menyeesaikan masalah tersebut.
f. Middle range berisi spesifik dan area berfokus pada intervensi klinis, mengacu
pada klien, intervensi keperawatan, dan memberikan tujuan tertentu.

3) PEMBAGIAN MIDDLE RANGE THEORY

Page | 12

Middle Range Theory dibagi menjadi tiga, yaitu High, Middle, dan Low Middle Range
Theory:
a. High Middle Range Theory
High Middle Range Theory lebih banyak dikenal dan banyak digunakan teori
keperawatan. Teori ini mengandung grand teori atau kerangka konsep. Namun,
secara keseluruhan, teori ini tidak sepenuhnya turunan dari grand theory. Tipe ini
terdapat tokoh-tokoh antara lain Benner, Leininger, Pender, dan Meleis.
b. Middle Middle Range Theory
Merupakan bagian dari middle range dimana tingkat abstrak sudah lebih sedikit dari
pada high middle theory. Contoh dari MMRT antara lain: uncertainty illness,
chronic sorrow dan peaceful end of life.
c. Low Middle Range Theory
Teori ini sudah lebih dekat kepada teori praktis atau teori yang spesifik pada
kondisi. Contoh dari teori ini adalah hazardous secrets, womens anger, nurse
midwifery care, acute pain management, helplessness, dan intervention for
postsurgical pain.
4) FILOSOFI KEPERAWATAN TRANSITION THEORY
Teori yang dikembangkan Mileis ini merupakan sebuah perawatan pada masa
transisi. Konsep dalam middle range theory ini dikembangkan pada tahun 2000
bersama dengan Sawyer, Im, dan koleganya (Martha Raile Alligood, 2014).
KEPERAWATAN
Perawat adalah
pemberi perawatan
primer pada klien
dan keluarganya
yang berada dalam
keadaan transisi.
Transisi keduanya
menghasilkan
perubahan dan
hasilnya adalah
perubahan.

MANUSIA
Transisi meliputi
sebuah proses
yang berpindah
dan berubah
dalam pola daar
kehidupan, yang
mana ditemukan
didalam semua
individu.
Transisi
menyebabkan

KESEHATAN
Transisi bersifat
kompleks dan
multidimensional.
Transisi memiliki
bentuk dari
multipel dan
kompleks.
Semua transisi
dikarakteristikkan
dengan aliran dan
pergerakan

LINGKUNGAN
Sifat rentan atau peka
adalah
berhubungan
dengan
pengalaman
transisi, interaksi, dan
kondisi lingkungan yang
memaparkan
individu
pada
potensi
untuk
merusak, masalah dan
perluasan perbaikan atau
koping yang tidak sehat.
Page | 13

KEPERAWATAN

MANUSIA
perubahan
identitas, peran,
hubungan,
kemampuan dan
bentuk dari
perilaku.
Kehidupan harian
klien, lingkungan
dan interaksi
yang ditajamkan
oleh alam,
kondisi, arti, dan
proses dari
pengalaman
transisi mereka.

KESEHATAN
sepanjang waktu.
Perubahan dan
perbedaan adalah
tidak dapat diubah,
tidak juga
memiliki kesaman
dengan transisi.

LINGKUNGAN

5) KONSEP TRANSITION THEORY

Menurut Alligood (2014) konsep transisi terdiri dari:


a. Asal Transisi
Page | 14

(1) Type Transisi


Terdiri dari berbagai hal, antara lain transisi perkembangan (kelahiran, remaja,
menopous, penuaan, dan kematian). Sehat dan sakit terdisi dari proses
penyembuhan, discharge dari rumah sakit, dan diagnosa dari penyakit kronik.
Sedangkan, organisasi transisi merupakan perubahan kondisi lingkungan yang
dapat mempengaruhi kehidupan.
(2) Pola Transisi
Seseorang mengalami berbagai perubahan daripada satu jenis perubahan.
Sehingga perubahan terjadi secara terus-menerus, memiliki tingkatan dalam
perubahan, dan terdiri dari berbagai kejadian dalam diri seseorang.
(3) Kepemilikan dari Pengalaman Transisi
Pada hal ini terdiri dari beberapa bagian yaitu 1) awareness, merupakan
persepsi, ilmu pengetahuan, dan rekognisi dari pengalaman transisi. Jika
seseorang tidar waspada maka seseorang tersebut tidak mau memulai
perubahan . 2) Engangement, adalah derajat yang melihat seberapa besar
perubahan

tang

terjadi.

Derajat

kewaspadaan

akan

mempengaruhi

engangement yang ada. 3) Change and difference, perubahan ini akan


berpengaruh pada identitas, peran, hubungan, kemampuan, dan perilaku yang
berpengaruh pada gerakan emosi yang berpengaruh pada proses eksternal.
Sedangkan perbedaan merupakan ekspresi dari ekspektasi yang tidak
diinginkan, perasaan yang sama dan tidak sama, atau melihat sesuatu dengan
pandangan yang berbeda. 4) Life Span, segala jenis trannsisi membutuhkan
waktu dan bersifat mengalir serta bergerak. 5) Critical point & events, ditandai
dengan kelahiran, kematian, atau penyakit kronik.
b. Kondisi Transisi (Fasilitator dan Penghambat)
Kondisi transisi adalah seputar keadaan yang mempengaruhi jalan seseorang
untuk bergerak dari sebuah transisi, dan terfasilitasi atau menghindari proses ke
wilayah pencapaian pada sebuah transisi kesehatan. Kondisi transisi meliputi
individu, komunitas atau faktor sosial yang akan mempercepat atau mencegah
proses dan pancapaian dari transisi kesehatan. Kondisi personal meliputi
Page | 15

pengertian, kepercayaan budaya dan tingkah laku,status sosialekonomi,


persiapan dan pengetahuan. Meleis mempertimbangkan bahwa arti yang
tercantum pada beberapa kejadian mempercepat suatu transisi (peralihan) dan
proses transisi itu sendiri akan tersinkronisasi atau berkesinambungan dalam
transisi kesehatan. Kepercayaan budaya dan tingkah laku seperti stigma,
berhubungan dengan pengalaman transisi (seperti stigma orang cina terhadap
kanker) yang akan mempengaruhi pengalaman transisi. Status sosioekonomi
dapat mempengaruhi pengalaman transisi masing-masing orang. Persiapan
untuk mengantisipasi atau persiapan yang rendah dapat memfasilitasi atau
menghalangi pengalaman transisi oarang-orang. Kondisi komunitas (seperti
sumber daya komunitas) atau kondisi sosial (seperti pembatasan para imigran
dalam negara tuan rumah) akan menjadi fasilitator atau penghambat terjadinya
transisi. Dibandingkan dengan kondisi transisi individu, subkonsep dari kondisi
komunitas dan kondisi sosial cenderung menjadi tidak berkembang.
c. Bentuk Respon ( atau Indikator Proses dan Pencapaian)
Indikator dari transisi kesehatan dalam framework yang ditawarkan digantikan
dengan bentuk atau pola dari respon pada middle-range theori dari transisi.
Bentuk dari respon adalah terkonseptualisasi sebagai indikator poses dan
indikator pencapaian. Keduanya mengkharakteristikkan proses kesehatan.
Indikator proses yang menuntun klien pada kesehatan atau melalui keadaan
sakit dan resiko membuat perawat membuat pengkajian yang cepat dan
intervensi untuk mempercepat pencapaian kesehatan. Juga, indikator pencapaian
dapat digunakan untuk mengecek jika sebuah transisi adalah suatu keadaan
sehat atau tidak. Tapi, indikator dapat berhubungan dengan kejadian yang saling
tidak berhubungan pada kehidupan orang-orang jika mereka menilai secara dini
dalam proses transisi. Indikator proses yang disarankan meliputi perasaan yang
saling berhubungan, interaksi, berada didalam situasi, dan perkembangan rasa
nyaman dan koping. Kebutuhan untuk merasakan dan berada dalam
hubungan adalah indikator proses dari transisi kesehatan; jika imigran
menambhakan kontak yang baru pada kontak mereka yang lama dengan anggota
keluarga dan sahabat-sahabatnya, mereka berada pada keadaan transisi yang
Page | 16

sehat.
Melalui interaksi, arti dari mendapatkan transisi dan tingkah laku yang
disebabkan oleh transisi akan terteutur, teranalisa dan dimengerti yang mana
hasilnya akan ditunjukkan oleh transisi yang sehat. Lokasi dan berada dalam
situasi dalam bentuuk waktu, ruang dan hubungan adalah kadang-kadang
penting dalam segala proses transisi; hal ini mengindikasikan kemanapun
manusia pergi,tujuan utamanya adalah transisi yang sehat. Perluasan dari
peningkatan kenyamanan yang dilakukan oleh orang-orang (manusia) dalam
transisi adalah berhubungan dengan pengalaman adalah bentuk lain dari
indikator proses yang penting untuk transisi yang sehat. Indikator pencapaian
yang disarankan adalah meliputi penguasaan dan identitas integrasi dari
pemenuhan cairan. penyelesaian yang sehat dari transisi dapat diputuskan
oleh perluasan dari penguasaan keterampilan dan tingkah laku manusia yang
mengalami transisi menunjukkan cara untuk mengatur situasi mereka atau
lingkungannya. Penyusunan kembali identitas dapat selalu menunjukkan
penyusunan yang sehat dari suatu transisi.
2.6

TRANSITION THEORY: OLDER ADULT CARE (PRACTICE THEORY)


1) PENGERTIAN PRACTICE THEORY
Practice theory lebih spesifik dan jelas cakupannya dibanding middle theory.
Practice theory menetukkan tindakan atau intervensi keperawatan yang cocok untuk
mencapai tujuan tertentu, focus pada fenomena keperawatan yang spesifik dengan
memberikan arahan langsung pada praktek keperawatan dan mempunyai pernyataan
teoritis yang jelas, hipotesis dengan menguraikan kejelasan fenomena. Practice theory
menyediakan kerangka kerja untuk intervensi keperawatan dan memprediksi hasil dan
efek dari praktek keperawatan itu sendiri (McEwen & Wills, 2011)
Practice theory berkembang dari middle range theory, pengalaman praktek
keperawatan dan uji empiris. Pengalaman praktek klinik perawat dapat menjadi sumber
utama untuk pengembangan practice theory keperawatan. Kedalaman dan kompleksitas
teori keperawatan digambarkan dan dijelaskan melalui apresiasi secara mendalam
terhadap fenomena keperawatan dan hubungan antara aspek pada situasi keperawatan.
Page | 17

2) KARAKTERISTIK PRACTICE THEORY


Menurut McEwen and Wills (2014), Karakteristik dari Nursing Practice adalah sebagai
berikut:
a) Sudah berfokus pada realita, simple, sudah menjurus pada sesuatu kondisi tertentu.
b) Berhubungan dengan populasi yang spesifik dan dapat diimplementasikan di lahan
praktik
c) Konsep lebih nyata atau konkrit
d) Tujuan dari teori juga jelas dan spesifik
e) Dapat diuji coba
f) Turunan dari praktik atau dari middle range theory atau grand theory
3) FILOSOFI KEPERAWATAN TRANSITION THEORY: OLDER ADULT CARE
KEPERAWATAN
Perawat
adalah
pemberi
yang

pelayanan
utama

MANUSIA
Transisi/ perubahan
merupakan

dan

dari

hal yang kompleks pengalaman dari transisi,

proses

gerakan

KESEHATAN
LINGKUNGAN
Vulnerability
merupakan
Transisi merupakan
dan dapat dilihal dari interaksi,

dan

dan

kondisi

pertama diantara klien

perubahan

yang

berbagai sisi yang lingkungan yang ada di

dan keluarga dalam

terjadi

pada

memiliki

proses perubahan.

kehidupan

dasar

tersendiri.

Transisi adalah hasil

yang dialami oleh

perubahan

individu.

Perubahan memiliki adanya bahaya, masalah


ciri
bahwa
ia pada perbaikan, atau

Perubahan

mengalir

mengakibatkan

bergerak

sesuatu
dihasilkan

dan
yang

dari

perubahan

perubahan

pada

identitas,

peran,

hubungan,
kebiasaan,
Tiga

hal

dibentuk

individu

mengakibatkan

waktu.

Perubahan

dan

dan
potensi

dan penundaan atau adanya


sepanjang koping yang tidak baik
dan

perbedaan

perilaku.

pola sekitar

merupakan hal yang


tidak dapat diubah

yang

yang memiliki arti

secara

yang sama dengan


Page | 18

KEPERAWATAN

MANUSIA
alami,
sesuai

KESEHATAN
transisi.

LINGKUNGAN

kondisi, berarti, dan


merupakan
pengalaman

dari

proses

berubah

adalah

kehidupan

dari
lingkungan,

klien,
dan

interaksi.

Page | 19

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Transitional Care Model (TCM) For Older Adults merupakan perkembangan dari
metatheory dari Virginia Henderson
Lansia dengan penyakit kronis merupakan kelompok rentan dalam kesehatan. Lebih dari
satu penyakit kronis yang diderita, menyebabkan lansia meminum lebih banyak obat sehingga
dapat meningkatkan munculnya efek samping obat. Ketidakmampuan care giver maupun pasien
dalam melakukan tindakan perawatan setelah keluar dari Rumah Sakit menyebabkan tingginya
angka hospitalisasi ulang pada lansia (Toles, 2012).
Tingginya angka hospitalisasi ulang merupakan indicator kegagalan masa transisi pasien
dari pusat pelayanan kesehatan kepada perawaan di rumah. Kegagalamn pada masa transisi ini
dapat disebabkan oleh berbagai faktor salah satunya adalah keterbatasan informasi yang dimiliki
pasien dan keluarga saat dilakukan discharge planning. Bervariasinya kemampuan kognitif
pasien serta keluarga serta keterbatasan mereka berkomunikasi dengan tenaga kesehatan
membuat keluarga dan pasien merasa tidak dipersiapkan dalam menghadapi kepulangan pasien.
Sehingga kepulangan pasien tersebut menjadi stressor tersendiri baik bagi pasien maupun bagi
pemberi perawatannya (Toles, 2012). Faktor kedua yang menghambat keberhasilan proses
transisi adalah meskipun keluarga telah mendapat informasi tentang perawatan, namun keluarga
tidak mengetahui tentang kondisi keparahan dari penyakit pasien, sehingga saat terjadi kondisi
kegawatan mereka kurang mampu memberikan penanganan yang sesuai. Masalah ketiga adalah
konsistensi dan komitmen pasien dan keluarga dalam proses pelaksanaan rencana perawatan di
rumah. Kurangnya follow up dari tenaga kesehatan membuat keluarga dan pasien terkadang
kehilangan motivasi untuk menjalankan rencana perawatan yang telah disusun (Bradway et al.,
2011). Masalah yang terjadi selama masa transisi tersebut membutuhkan penanganan atau
system pelayanan kesehatan yang terintegrasi dengan baik untuk meningkatkan kemandirian dan
kemampuan pasien dan keluarga dalam mengelola kesehatannya.
Salah satu tindakan yang dapat digunakan dalam mengatasi banyaknya permasalahan
selama proses transisi ini adalah dengan transitional care model (TCM). Tujuan dari TCM
adalah mempersiapkan kemandirian pasien segera setelah kepulangan dari pusat pelayanan
kesehatan. Tujuan ini sesuai dengan konmsep dari teori Henderson Need Theory. Need Theory
Page | 20

dari Henderson menjadi salah satu teori yang mempengaruhi aplikasi TCM karena dalam meta
theory Henderson disebutkan bahwa kemandirian pasien setelah hospitasilasi merupakan sesuatu
yang urgen dan harus dikawal dengan baik oleh perawat. Henderson menyebutkan bahwa
kelemahan perawat adalah observasi dari tindakan yang telah direncanakan. Menurut teori
Henderson perawat harus mampu melakukan tindakan keperawatan untuk meningkatkan
kemandirian pasien dan keluarga setelah hospitalisasi sesegera mungkin. Perawat memiliki peran
yang unik yaitu membantu pasien untuk membantu proses penyembuhan pasien ataupun
mempersiapkan kematian dengan damai serta meningkatkan kemandirian pasien dalam
mengelola kesehatannya sesegera mungkin setelah kepulangan (Ahtisham & Jacoline, 2015).
Satu tujuan yang sama dari Henderson dan TCM memandirikan pasien dan keluarga agar mereka
mampu beradaptasi dengan kondisi barunya.
Konsep Henderson terdiri dari 3 konsep dasar yang pertama adalah model konseptual
keperawatan yang dikemukakan oleh Virginia Henderson adalah model konsep need based
model atau aktivitas hidup sehari hari ( activity daily living model ) dengan memberikan
gambaran tugas perawat. perawat mempunyai tugas untuk memberikan perawatan dari rentang
sehat hingga sakit terutama dalam membantu klien atau keluarga dalam memenuhi
kebutuhannya. Model konseptual Henderson yang kedua, yaitu dalam melaksanakan aktivitas
sehari hari individu mengalami tentang ketergantungan sejak lahir dan belajar untuk mandiri
melalui sebuah proses yang di sebut pendewasaan. Serta yang ketiga, ialah dalam melaksanakan
aktivitas sehari hari, individu klasifikasikan menjadi tiga kondisi, yaitu belum dapat
melaksanakan aktivitas, terlambat melaksanakan aktivitas, dan tidak dapat melaksanakan
aktivitas (Ahtisham & Jacoline, 2015). Konsep ini serupa dengan konsep yang menjadi dasar
terbentuknya TCM. TCM terutama dalam perawatan lansia menitikberatkan pada kehadiran
perawat dalam mempersiapkan pasien dan keluarga untuk mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri mulai dari membantu, follow up hingga mengevaluasi kemandirian pasien dan keluarga.
3.2

Transitional Care Model (TCM) For Older Adults merupakan perkembangan dari
Self Care Theory Dorathea Orem
Teori Orem sangat terlihat berhubungan dengan dengan Transitional Care Model karena

kedua terori tersebut sama-sama mengarah pada pemenuhan kebutuhan manusia. Teori Orem
memandang bahwa penyakit yang diderita pasien terutama penyakit kronis dapat menyebabkan
ketidakmampuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien. ketidakmampuan pemenihan dasar
Page | 21

tersebut menjadi fokus intervensi dari perawat. karena menurut Orem kesehatan adalah
kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Orem keperawatan
diberikan jika kemampuan merawat berkurang dari yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan
self-care yang sebenarnya sudah diketahui atau kemampuan self-care atau kemandirian
berlebihan atau sama dengan kebutuhan untuk memenuhi kebutuhan self-care tetapi dimasa yang
akan datang dapat diperkirakan kemampuan merawat akan berkurang baik kualitatif maupun
kuantitatif dalam kebutuhan perawatan atau kedua-duanya. Orem mengidentifikasi lima metode
bantuan: (1) Tindakan untuk berbuat untuk orang lain, (2) Membimbing dan mengarahkan, (3)
Memberikan dukungan fisik dan psikologis, (4) Memberikan dan mempertahankan lingkungan
yang mendukung perkembangan individu, (5) Pendidikan (M.R. Alligood, 2013). Konsep yang
dijunjung Orem inilah yang dikembangkan dalam intervensi TCM. TCM memiliki konsepo
untuk mempersiapkan discharge planning yang adekuat sehingga dalam prosesnya terjadi proses
pendidikan bagi pasien dan keluarga untuk mempersiapkan kepulangan. Homecare yang
dilakukan oleh team TCM akan melakukan konsep Orem yaitu memberi bantuan kepada
keluarga dan individu serta memberi dukungan fisik dan psikologis sehingga bisa dijadikan
rolemodel untuk pasien dan keluarga dalam menstimulasi kemandirian. Selain itu proses
membimbing dan mengarahkan tentang proses perawatan pasien selama di rumah juga menjadi
fokus intervensi pada masa transisi ini. Proses follow up akan memicu lansia dan keluarga untuk
mempertahankan lingkungan yang mendukung kemampuan keluarga dan pasien dalam
mengelola kesehatanya (Afaf I. Meleis, 2010). Sehingga hasil akhir dari Teori Orem dan TCM
ini sama yaitu pasien dan keluarga mampu secara adekuat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Komponen ketiga dari teori Orem yang diadaptasi pada pengembangan TCM adalah
Nursing System. Nursing system yang jelas dalam pelaksanaan intervensi untuk memenuhi
kebutuhan klien agar dapat mencapai kemandirian. Transitional Nursing Model mempunyai
system pelayanan keperawatan yang disebut Transitional Care Nursing atau TCN. TCN
merupakan sebuah system pelayanan kesehatan yang memberikan persiapan pulang yang
adekuat, serta home care dan follow up secara berkala dalam intervensi selam proses transisi.
TCN inilah yang akan membantu klien dan keluarga atau pemberi perawatan untuk memenuhi
kebutuhan klien serta mendorong klien dan keluarga untuk meningkatan kemampuan dalam
mengelola kesehatannya (Naylor, 2008). Pada beberapa penelitian disebutkan pada kelompok
yang dilakukan TCM intensitas pasien kronis yang datang ke sarana pelayanan kesehatan (rumah
Page | 22

sakit) memiliki intensitas yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok control. Dengan
hasil ini maka semakin memperjelas bahwa TCM yang dilakukan dengan TCN memberikan
dampak baik yang besar kepada pasien. Dengan kualitas hidup yang meningkat, akan
mengurangi angka kekampuhan penyakit kronis sehingga pasien tidak perlu datang ke rumah
sakit untuk mendapatkan perawatan (Toles, 2012).
3.2 Transitional Care Model (TCM) For Older Adults merupakan perkembangan dari
Transitional Care Model: Afaf Meleis
Teori transisi menyediakan perspektif yang komprehensif pada pengalaman transisi dimana
pertimbangan konteks diantara berbagai orang adalah pengalaman dari sebuah transisi. Karena
komprehensifnya, dapat diaplikasikannya, dan ketertarikannya dengan kesehatan, teori transisi
dapat diaplikasikan pada banyak fenomena-fenomena kemanusiaan yang terkait dengan
keperawatan, seperti keadaan sakit, penyembuhan, kelahiran, kematian, dan kehilangan sebaik
pada keadaan imigrasi. Teori transisi sangat berguna untuk menjelaskan transisi sehat/sakit
seperti proses penyembuhan, persiapan pulang dari rumah sakit dan pada diagnosa kronik. Tentu
saja, studi yang mengindikasikan teori transisi dapat diaplikasikan pada praktik keperawatan
dengan penyebaran kelompok atau perorangan, termasuk populasi lansia, populasi dengan
gangguan mental, populasi maternal, keluarga sebagai pembari perawatan, wanita dengan
menopause, pasien alzheimer, wanita imigran, dan orang-orang dengan penyakit kronik dan
banyak lainnya. Teori transisi dapat menyediakan petunjuk untuk praktik keperawatan dengan
orang-orang dari berbagai tipe transisi dengan menyediakan perspektif yang menyeluruh dengan
dasar dan tipe transisi, kondisi transisi dan indikator proses dan pencapaian dari bentuk respon
transisi. Juga teori transisi menuntun untuk pengembangan dari terapeutik keperawatan yang
saling berhubuangan dengan pengalaman unik dari pasien dan keluarganya dalam keadaan
transisi, yang mana menunjukkan respon sehat pada keadaan transisi (Naylor, 2008).
Transaitional Care Model for Adult tentu mengadopsi atau pengembangan dari teori
Transitional Care Model Meleis. TCM for Adult merupakan turunan dari teori Meleis yang
memandang bahwa lansia terutama dengan penyakit kronis memiliki tingkat kesulitan yang besar
dalam proses transisi, sehingga sering terjadi angka hospitalisasi ulang. Rendahnya kemampuan
lansia dalam menerima informasi serta kurangnya hubungan dengan petugas kesehatan selama
hospitalisasi serta ketidaksiapan discharge planning menjadi alasan kegagalan dalam proses
transisi(Afaf I. Meleis, 2010).
Page | 23

TCM memandang perlu adanya TCN dalam aplikasi perawatan untuk masa transisi lansia.
Penurunan kemampuan untuk memenuhi kesehatan serta rendahnya kemampuan untuk
mengelola kesehatan lansia post hospitalisasi mendorong perlunya sebuah system pelayanan
kesehatan dalam masa transisi tersebut. TCM memandang sangat penting intervensi keperawatan
dalam mengefektifkan proses transisi pasien mulai dari makna dari perubahan kondisi yang
dialami selama masa transisi, serta komponen support system lain yang dinilai sangat penting
dalam mensukseskan proses transisi tersebut. TCM dipandang sangat aplikatif dalam
meningkatkan kualitas hidup lansia dan keluarga, serta menurunkan tingkat stress yang dialami
oleh para pemberi perawatan dalam hal ini pasien (Bradway et al., 2011).
Namun, masih ada tantangan bagi perawat dalam membimbing pasien dan keluarga dalam
transisi ini.

Beberapa perawat tidak memahami cara membimbing keluarga dalam lingkup

penyakit kronis pada lansia dan mengadvokasi end of life secara damai. Pada akhir kehidupan,
keluarga umumnya menghadapi keputusan sulit tentang tujuan perawatan, masalah makan, dan
keputusan tentang perawatan di rumah sakit. Keluarga harus memutuskan apakah tujuan
perawatan adalah untuk mencapai kenyamanan atau untuk memperpanjang hidup. Perawat dapat
membantu mengatasi kondisi ini dengan menekankan bahwa perawatan intensif ditujukan untuk
mencapai kenyamanan pasien. Model ini memberikan prioritas dalam intervensi keperawatan
untuk mencapai kenyamanan dan mempertahankan kepribadian bagi pasien lansia dan
keluarganya (Rose & Lopez, 2012). Aplikasi dari TCM telah menunjukkan keberhasilan dalam
mengurangi readmissions, panjang rawat inap berikutnya, dan biaya keseluruhan. TCM
memanfaatkan perawat dididik di tingkat master sebagai Perawat Lanjutan Praktek (APN),
seperti spesialis perawat klinis atau praktisi perawat, yang mempersiapkan pasien untuk
mengkoordinasikan perencanaan perawatan dengan pasien, dokter, perawat, kelompok sumber
daya masyarakat dan instansi lain yang terkait. Demikian juga, APNs memberikan perawatan
kepada lansia untuk mencegah hospitalisasi ulang. Sehingga dengan mengadaptasi TCM dalam
pemberian perawatan pada masa transisi pada lansia diharapkan akan meningkatkan kulaitas
hidup lansia dalam semua aspek kehidupan.

Page | 24

BAB IV
SIMPULAN
Transitional Care Model in older adult merupakan sebuah teori yang spesifik dalam
memandang satu fenomena, sehingga dapat disebut sebagai nursing practice theory. Teori ini
memandang bahwa lansia sebagai sebuah kelompok rentan dalam kondisi kesehatannya.
Tingginya angka hospitalisasi ulang pada lansia menjadi bukti kurang berhasilnya proses transisi
antara pusat pelayanan kesehatan dengan perawatan dirumah. Hal ini disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain tingkat kemampuan pasien dan keluarga, keadekuatan informasi, sarana
prasarana serta support system yang kurang adekuat. Masalah selama masa transisi ini
membutuhkan sebuat system pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian pasien dan keluarga dalam mengelola kesehatannya. Salah satu system kesehatan
yang dinilai mampu mengatasi masalah transisi adalah aplikasi TCM. TCM for older adult care
merupakan adaptasi dari teori Henderson, Orem dan Meles dalam pengembangan konsepnya.

Page | 25

DAFTAR PUSTAKA

Afaf I. Meleis, P.D.D.P.S.F. (2010). Transitions Theory: Middle Range and Situation Specific
Theories in Nursing Research and Practice: Springer Publishing Company.
Ahtisham, Y, & Jacoline, S. (2015). Integrating Nursing Theory and Process into Practice;
Virginias Henderson Need Theory. International Journal of Caring Science, 8(2), 443451.
Alligood, M.R. (2013). Nursing Theorists and Their Work: Elsevier Health Sciences.
Alligood, Martha Raile. (2014). Nursing Theoriests and Their Work (8th edition ed.): Elsevier.
Bradway, C, Trotta, R, Bixby, M.B, McPartland, E, Wollman, M. C, Kapustka, H, . . . Naylor,
M.D. (2011). A Qualitative Analysis of an Advanced Practice NurseDirected
Transitional Care Model Intervention. The Gerontologist, 52(3), 394-407.
Fawcett, J., & DeSanto-Madeya, S. (2012). Contemporary Nursing Knowledge: Analysis and
Evaluation of Nursing Models and Theories: F. A. Davis Company.
Kenney, J.W. (2002). Philosophical and Theoretical Perspectives for Advanced Nursing
Practice: Jones and Bartlett.
McEwen, M., & Wills, E.M. (2011). Theoretical Basis for Nursing: Wolters Kluwer/Lippincott
Williams & Wilkins.
McEwen, M., & Wills, E.M. (2014). Theoretical Basis for Nursing: Lippincott Williams &
Wilkins.
Naylor, M. (2008). Transitional Care: Moving patients from one care setting to another. Am J
Nurs, 108(9), 58-63.
Rose, K M, & Lopez, R P. (2012). Transitions in Dementia Care: Theoretical Support for
Nursing Roles. The Online Journal of Issues in Nursing, 17(2).
Toles, M.P. (2012). Transitions in Care among Older Adults Receiving Long Term Services and
Supports. Journal Gerontologi Nursing, 38(11), 40-47.

Page | 26

Você também pode gostar