Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
2. Terlambat dirujuk.
3. Terlambat ditangani oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan.
Berdasarkan Riskesdas 2010, masih cukup banyak ibu hamil dengan faktor risiko 4
Terlalu, yaitu:
1) Terlalu muda, hamil dan melahirkan. Di zaman ini wanita cepat mengalami menstruasi,
selain itu cepat nikah dan hamil sehingga resiko melahirkan tinggi. Secara medis umur
dibawah 20 tahun alat produksi belum optimal, sehingga tidak disarankan untuk menikah
terlebih dahulu.
2) Terlalu tua. Usia di atas 35 tahun tidak disarankan untuk hamil karena resikonya tinggi.
Dengan bertambahnya usia semakin menurunkan juga kualitasnya, sehingga rentan terhadap
meninggalnya si ibu.
3) Terlalu sering punya anak yang mengakibatkan sering terjadi pendarahan.
4) Terlalu rapat jarak melahirkan. Belum terlalu pulih melahirkan pertama, melahirkan lagi
sehingga punya resiko yang lebih tinggi pula.
Hasil Riskesdas juga menunjukkan bahwa cakupan program kesehatan ibu dan
reproduksi umumnya rendah pada ibu-ibu di pedesaan dengan tingkat pendidikan dan
ekonomi rendah. Secara umum, posisi perempuan juga masih relatif kurang menguntungkan
sebagai pengambil keputusan dalam mencari pertolongan untuk dirinya sendiri dan anaknya.
Ada budaya dan kepercayaan di daerah tertentu yang tidak mendukung kesehatan ibu dan
anak. Rendahnya tingkat pendidikan dan ekonomi keluarga berpengaruh terhadap masih
banyaknya kasus 3 Terlambat dan 4 Terlalu, yang pada akhirnya terkait dengan kematian ibu
dan bayi.
C. Penanggulangan Kematian Ibu Bersalin
Dalam rangka percepatan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015,
Direktorat Bina Kesehatan Ibu telah merumuskan skenario percepatan penurunan AKI
sebagai berikut:
1) Target Millenium Development Goals (MDG) 5 akan tercapai apabila 50% kematian ibu per
provinsi dapat dicegah/dikurangi.
2) Kunjungan antenatal pertama (K1) sedapat mungkin dilakukan pada trimester pertama, guna
mendorong peningkatan cakupan kunjungan antenatal empat kali (K4).
3) Bidan Di Desa sedapat mungkin tinggal di desa, guna memberikan kontribusi positif untuk
pertolongan persalinan serta pencegahan dan penanganan komplikasi maternal.
4) Persalinan harus ditolong tenaga kesehatan dan sedapat mungkin dilakukan di fasilitas
kesehatan.
5) Pelayanan KB harus ditingkatkan guna mengurangi faktor risiko 4 Terlalu.
6) Pemberdayaan keluarga dam masyarakat dalam kesehatan reproduksi responsif gender harus
ditingkatkan untuk meningkatkan health care seeking behaviour.
Untuk mengatasinya, BKKBN melakukan program pendewasaan usia perkawinan
diberbagai pusat informasi, baik di sekolah, universitas dan lainnya. Selain itu, dengan
melakukan kerjasama, yang hingga kini sudah ada 49 mitra kerja dan stakeholders baik
pemerintah maupun swasta, yayasan dan organisasi untuk membantu menurunkankan jumlah
kematian ini.
Pemerintah Pusat akan melaksanakan program Emas atau Expanding Maternal and
Newborn Survival yang bekerjasama dengan pemerintah Amerika Serikat yang akan
dilakukan secara bertahap. Dalam program tersebut, Amerika Serikat memberikan bantuan
sebesar 55 juta dolar Amerika. Pada tahun 2012, program tersebut akan dilakukan di enam
provinsi yang memiliki 70 persen kasus kematian ibu, yaitu Banten, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Sumatra Utara, Sulawesi Selatan, dan Jawa Barat.
BAB III
PEMBAHASAN
Angka Kematian Ibu Maternal bersama dengan Angka Kematian Bayi senantiasa
menjadi indikator keberhasilan pembangunan pada sektor kesehatan. AKI mengacu pada
jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Direktur
Jenderal Gizi Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Slamet Riyadi Yuwono
mengatakan bahwa terdapat 10 provinsi yang angka kematian ibu melahirkan tinggi. Sepuluh
daerah tersebut, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Nusa Tenggara
Timur, Banten, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Lampung dan Sulawesi Tengah.
Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 memperlihatkan angka
kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka
kematian bayi sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan penelitian Woman Research
Institute, angka kematian ibu melahirkan pada tahun 2011 mencapai 307 per 100.000
kelahiran hidup.
Berdasarkan pernyataan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, angka
kematian ibu melahirkan di Kalimantan Barat masih tinggi yaitu 403 per seratus ribu
kelahiran hidup. Kadis Kesehatan Kalbar juga mengatakan bahwa daerah yang memiliki
angka kematian ibu yang relatif paling tinggi, yakni di Kabupaten Sintang dan Kabupaten
Sanggau.
Salah satu faktor tingginya AKI di Indonesia adalah disebabkan karena relatif masih
rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan. Departemen Kesehatan menetapkan
target 90 persen persalinan ditolong oleh tenaga medis pada tahun 2010. Perbandingan
dengan hasil survei SDKI bahwa persalinan yang ditolong oleh tenaga medis profesional
meningkat dari 66 persen dalam SDKI 2002-2003 menjadi 73 persen dalam SDKI 2007.
Angka ini relatif rendah apabila dibandingkan dengan negara tetangga seperti Singapura,
Malaysia, Thailand di mana angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan hampir
mencapai 90%. Apabila dilihat dari proyeksi angka pertolongan persalinan oleh tenaga
kesehatan terlihat bahwa ada pelencengan dari tahun 2004 dimana angka pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan dibawah dari angka proyeksi, apabila hal ini tidak menjadi
perhatian maka diperkirakan angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 90
% pada tahun 2010 tidak akan tercapai, konsekuensi lebih lanjut bisa berimbas pada resiko
angka kematian ibu meningkat. Kondisi geografis, persebaran penduduk dan sosial budaya
merupakan beberapa faktor penyebab rendahnya aksesibilitas terhadap tenaga pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, dan tentunya disparitas antar daerah akan berbeda satu
sama lain.
Sesuai target MDGs, AKI harus diturunkan sampai 102 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 2015. Untuk dapat mencapai target MDGs, diperlukan terobosan dan upaya keras
dari seluruh pihak, baik Pemerintah, sektor swasta, maupun masyarakat. Untuk itu
pemerintah terus melakukan upaya menurunkan angka kematian ibu diantaranya dengan
memberikan Jaminan Persalinan atau Jampersal yang mulai berlaku tahun 2012.
Masyarakat akan mendapatkan jaminan pembiayaan pelayanan persalinan yang
meliputi pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk
pelayanan Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Selain
itu pemerintah juga akan memperbanyak tenaga-tenaga medis dan juga puskesmas keliliing
di daerah-daerah yang angka kematian ibu melahirkannya tinggi. Khusunya Provinsi
Kalimantan Barat, Pemerintah menggalangkan Gerakan Sayang Ibu Cegah AKI dan AKB
yang digerakkan oleh Tim Penggerak PKK Kota Pontianak.
Menurut Koordinator Program Nasional United Nations Population Fund di Jakarta
atau Organisasi PBB untuk mempromosikan hak setiap perempuan, laki-laki dan anak, Lany
Harijanti, menilai kebijakan pemerintah untuk mendukung angka kematian ibu melahirkan
sudah mencatat kemajuan berarti. Tetapi, kebijakan yang baik dari pemerintah pusat tersebut
tidak diikuti secara baik oleh sejumlah pemerintah daerah.
Untuk menurunkan angka kematian ibu, persalinan harus ditolong oleh tenaga medis
dan dilakukan di sarana pelayanan kesehatan. Kehamilan sebaiknya direncanakan dengan
berKB dan hal ini merupakan tanggung jawab bersama. Salah satu organisasi dunia yang
memperhatikan masalah ini adalah The White Ribbon Aliance for Safe Motherhood atau
dikenal dengan APPI.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim._____. Gerakan Sayang Ibu Cegah AKI dan AKB.
http://www.kotalayakanak.org/index.php?
option=com_content&view=article&id=1208:gerakan-sayang-ibu-cegah-aki-danakb&catid=51:pontianak&Itemid=65. Di Akses 31 Maret 2012.
Anonim. 2012. Gambaran Pengetahuan Ibu Hamil Primigravida tentang Kunjungan Pertama
Pemeriksaan Kehamilan (K1). http://www.Jurnalskripsi.net/gambaran-pengetahuan-ibuhamil-primigravida-tentang-kunjungan-pertama-pemeriksaan-kehamilan/. Diakses 30 Maret
2012.
Penyelesaian Masalah
Berikut ini merupakan tabel penyelesaian masalah mengenai pendataanAngka Kematian Ibu
di Puskesmas Kampus
Tabel 4.2
Tabel Cara Penyelesaian Masalah
PrioritasMasalahPenyebab Masalah Alternatif PenyelesaianMasalahPenyelesaianMasalah
TerpilihMasihadanyahambatandalam pelaksanaan pendataanAKI diwilayah
kerjaPuskesmasKurangnya petugasdalam pelaksaan pendataan AKIakibat
petugasmerangkap pekerjaan lain.
Job Board
About
Press
Blog
Stories
We're hiring!
Help
Terms
Privacy
Copyright
Send us Feedback
Academia 2014
http://jurnalasia.com/2014/02/26/sepanjang-2013-angka-kematian-ibumelahirkan-menurun/
di unduh hari sabtu 29 november 2014
terlalu tua melahirkan, terlalu muda melahirkan, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak
anak. Juga pahami 3T, yaitu jangan terlambat mengenali gejala sebelum terjadi gawat
darurat. Jangan terlambat datang ke tempat pelayanan kesehatan agar cepat ditangani dan
jangan terlambat penanganan gawat darurat, ungkap Retno.
Sementara dr Aswan Nasution, staf bidang pelayanan kesehatan Dinkes Sumut
menambahkan, jumlah kematian ibu di Sumut itu lebih rendah dari hasil Survei Demografi
Kesehatan Indonesia tahun 2012 di mana AKI 359 per 100 ribu kelahiran. Jumlah kematian
ibu 249 per 100 ribu kelahiran dan jumlah lahir hidup 217.158. Sedangkan target MDGs
tahun 2015 untuk AKI yaitu 102 per 100 ribu kelahiran, katanya.
Mengurangi faktor penyebab itu, ujar Aswan, maka dilakukan penguatan penggunaan rujukan
dari Puskesmas ke rumah sakit dan peningkatan pengetahuan serta kemampuan tim medis
agar lebih baik lagi melakukan pertolongan dalam kasus komplikasi yang dialami ibu hamil.
Jumlah tenaga medis baik perawat dan dokter sudah cukup.
Disebutkannya, dari indikator kesehatan ibu di Sumut ada 313.724 ibu hamil, 299.478 yang
bersalin atau nifas, dan 23.040 yang menggunakan Jampersal. Namun, hanya 266. 109 yang
memeriksakan kehamilannya 4 kali atau 84,8 % dan 258.175 yang menjalani persalinan (86,2
%). Kematinan ibu itu bisa di waktu hamil, waktu bersalin ataupun saat nifas, kata Aswan.
(Irwan)
- See more at: http://jurnalasia.com/2014/02/26/sepanjang-2013-angka-kematian-ibumelahirkan-menurun/#sthash.H8Akyvba.dpuf
kasus ini. Masih menurut BKKBN penggunaan kontrasepsi pada pasangan usia
subur tidak mengalami kenaikan berarti dalam lima tahun terakhir, angka
kenaikannya hanya 0,5% selama lima tahun terakhir dari 61,4% (2007) menjadi
61,9% (2012).
Maka untuk menekan semakin tingginya angka kematian ibu (AKI) di Indonesia,
dibutuhkan kesadaran semua pihak baik pemerintah, pemuka agama, dan juga
pasangan suami istri itu sendiri.
(Disarikan Oleh Hasan Ramadhan dari Media Indonesia, Rabu 17 Juli 2013)
Jurnal Perempuan memiliki Bundel Kliping setiap bulan dari berbagai surat kabar.
Kliping ini berisi tentang isu-isu perempuan yang telah kami kategorisasi. Apabila
Anda berminat dengan Kliping kami silakan hubungi:
hasan@jurnalperempuan.com atau 021 8370 2005
https://www.jurnalperempuan.org/upaya-menekan-angka-kematian-ibu-aki.html
di unduh tgl 29 november 2014