Você está na página 1de 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses sosialisasi yang dibangun melalui interaksi sosial tidak selamanya
menghasilkan pola-pola perilaku yang sesuai dan dikehendaki masyarakat.
Adakalanya proses sosialisasi tersebut menghasilkan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Apabila perilaku
yang terjadi tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka akan terjadi suatu
penyimpangan.
Seperti halnya di Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, Akhir-akhir
ini fenomena perilaku menyimpang pada remaja semakin meluas dan bahkan hal
ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran hitam
yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu. Tidak sedikit
remaja di Kecamatan Kalianget melakukan tindakan yang melanggar normanorma sosial. Seperti halnya mimum - minuman keras, kebut - kebutan di jalan
raya sampai melakukan seks diluar nikah (Murhamin, 2015)
Data Komnas PA merilis jumlah tawuran pelajar tahun 2010 sebanyak 128
kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82
orang. Berdasarkan jumlah tersebut dapat dinyatakan dalam 1 tahun terdapat
peningkatan mencapai hampir 2 kali lipat (Kompasiana, 2012).
Berdasarkan hasil survei Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang)
Polri memperlihatkan bahwa pemakai narkotika dan minuman keras di Indonesia
secara nasional terbanyak dari golongan pelajar, baik SLTP, SLTA, maupun

mahasiswa, yang jumlahnya mencapai 70%, sedangkan yang lulusan SD hanya


30%, dan sebagian besar dari mereka berasal dari golongan menengah ke atas.
(Santrock, 2015)
Kurangnya pengawasan dari orang tua dan kontrol diri yang buruk dari
masing-masing individu dan faktor lingkungan yang kurang baik serta
ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam kepribadiannya
maka seorang remaja tersebut tidak mampu membedakan perilaku yang pantas
dan perilaku yang tidak pantas bagi masyarakat di sekitarnya. Sehingga hal yang
demikian memicu terjadinya sebuah perilaku menyimpang, contohnya seperti
melakukan tauran antar kelompok remaja, seks bebas, minum-minuman keras dan
kebut-kebutan di jalan raya.
Perilaku menyimpang dapat ditanggulangi apabila fungsi keluarga berjalan
dengan baik, karena keluarga merupakan fungsi sosialisasi bagi anggota keluarga
terutama anak, karena pertama kali anak dilahirkan adalah di dalam keluarga yang
merupakan lembaga pertama dan utama. Pertama kali anak mengenal akan aturan,
norma, dan tata nilai di dalam keluarga. Bagaimana si anak mengetahui peran dan
statusnya di masyarakat, keluargalah yang mengajarinya. Hal ini diajarkan oleh
keluarga kepada anak agar anak dapat memainkan peran dan statusnya dengan
benar di dalam masyarakat. Mengingat pentingnya peranan remaja sebagai
generasi muda bagi masa depan bangsa maka masalah tersebut mendorong saya
untuk melakukan penelitian terhadap remaja yang ada di Kecamatan Kalianget ini,
karena para remaja masih mempunyai masa depan yang panjang.

1.2 Rumusan Masalah


1.Apa itu perilaku menyimpang?
2.Mengapa remaja melakukan perilaku menyimpang?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui mengapa remaja
melakukan perilaku menyimpang dan juga untuk dapat mengetahui lebih dalam faktor
penyebab perilaku menyimpang pada remaja.
1.4 Manfaat Penelitian
1.Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sehingga akan menjadi


bahan yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu keperawatan komunitas.
2.Manfaat praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
masyarakat, khususnya remaja tentang masalah perilaku menyimpang remaja serta
dapat mengambil pelajaran dari subjek penelitian, sehingga dalam bergaul remaja
dapat memilih teman yang baik dan remaja juga mengerti batasan-batasan dalam
pergaulan.

Você também pode gostar