Proses sosialisasi yang dibangun melalui interaksi sosial tidak selamanya menghasilkan pola-pola perilaku yang sesuai dan dikehendaki masyarakat. Adakalanya proses sosialisasi tersebut menghasilkan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Apabila perilaku yang terjadi tidak sesuai dengan tuntutan masyarakat, maka akan terjadi suatu penyimpangan. Seperti halnya di Kecamatan Kalianget Kabupaten Sumenep, Akhir-akhir ini fenomena perilaku menyimpang pada remaja semakin meluas dan bahkan hal ini sudah terjadi sejak dulu. Kenakalan remaja, seperti sebuah lingkaran hitam yang tak pernah putus, sambung menyambung dari waktu ke waktu. Tidak sedikit remaja di Kecamatan Kalianget melakukan tindakan yang melanggar normanorma sosial. Seperti halnya mimum - minuman keras, kebut - kebutan di jalan raya sampai melakukan seks diluar nikah (Murhamin, 2015) Data Komnas PA merilis jumlah tawuran pelajar tahun 2010 sebanyak 128 kasus dan pada tahun 2011 sebanyak 339 kasus dan memakan korban jiwa 82 orang. Berdasarkan jumlah tersebut dapat dinyatakan dalam 1 tahun terdapat peningkatan mencapai hampir 2 kali lipat (Kompasiana, 2012). Berdasarkan hasil survei Dinas Penelitian dan Pengembangan (Dislitbang) Polri memperlihatkan bahwa pemakai narkotika dan minuman keras di Indonesia secara nasional terbanyak dari golongan pelajar, baik SLTP, SLTA, maupun
mahasiswa, yang jumlahnya mencapai 70%, sedangkan yang lulusan SD hanya
30%, dan sebagian besar dari mereka berasal dari golongan menengah ke atas. (Santrock, 2015) Kurangnya pengawasan dari orang tua dan kontrol diri yang buruk dari masing-masing individu dan faktor lingkungan yang kurang baik serta ketidaksanggupan menyerap norma-norma kebudayaan kedalam kepribadiannya maka seorang remaja tersebut tidak mampu membedakan perilaku yang pantas dan perilaku yang tidak pantas bagi masyarakat di sekitarnya. Sehingga hal yang demikian memicu terjadinya sebuah perilaku menyimpang, contohnya seperti melakukan tauran antar kelompok remaja, seks bebas, minum-minuman keras dan kebut-kebutan di jalan raya. Perilaku menyimpang dapat ditanggulangi apabila fungsi keluarga berjalan dengan baik, karena keluarga merupakan fungsi sosialisasi bagi anggota keluarga terutama anak, karena pertama kali anak dilahirkan adalah di dalam keluarga yang merupakan lembaga pertama dan utama. Pertama kali anak mengenal akan aturan, norma, dan tata nilai di dalam keluarga. Bagaimana si anak mengetahui peran dan statusnya di masyarakat, keluargalah yang mengajarinya. Hal ini diajarkan oleh keluarga kepada anak agar anak dapat memainkan peran dan statusnya dengan benar di dalam masyarakat. Mengingat pentingnya peranan remaja sebagai generasi muda bagi masa depan bangsa maka masalah tersebut mendorong saya untuk melakukan penelitian terhadap remaja yang ada di Kecamatan Kalianget ini, karena para remaja masih mempunyai masa depan yang panjang.
1.2 Rumusan Masalah
1.Apa itu perilaku menyimpang? 2.Mengapa remaja melakukan perilaku menyimpang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini diharapkan dapat mengetahui mengapa remaja melakukan perilaku menyimpang dan juga untuk dapat mengetahui lebih dalam faktor penyebab perilaku menyimpang pada remaja. 1.4 Manfaat Penelitian 1.Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sehingga akan menjadi
bahan yang dapat digunakan untuk perkembangan ilmu keperawatan komunitas. 2.Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi masyarakat, khususnya remaja tentang masalah perilaku menyimpang remaja serta dapat mengambil pelajaran dari subjek penelitian, sehingga dalam bergaul remaja dapat memilih teman yang baik dan remaja juga mengerti batasan-batasan dalam pergaulan.