Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. SKENARIO/ LATAR BELAKANG MASALAH (LBM)
Jual Obat Keras Perawat Ditangkap Polisi
EHS (28) hanyalah perawat di Puskesmas Paron di Kabupaten Ngawi. Ia
juga tidak punya surat izin praktik (SIP) dan surat izin praktik perawat. Akan
tetapi, EHS seringkali mengobati pasien. Bukan hanya itu, ia malah diduga kuat
menjual obat-obat yang termasuk keras.
Atas perbuatannya itu, EHS ditangkap dan saat ini ditahan di Kepolisian
Resor Ngawi. Kepada wartawan, Selasa (20/1), EHS mengatakan telah mengobati
pasien dan menjual obat-obat itu kepada pasien dalam lima tahun terakhir. Dia
membuka praktiknya di rumahnya di Desa Jeblogan, Kecamatan Paron, Ngawi.
Dia mengaku, hal itu dilakukannya karena telah mendapatkan izin lisan
dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ngawi. Selain itu, perawat-perawat lainnya yang
tidak memiliki SIP ataupun SIPP pun melkukan hal itu.
Hanya karena saya yang apes, saya ditangkap polisi, ujarnya yang
mengetahui kalau apa yang dilakukannya sebetulnya melanggar aturan.
EHS juga mengaku, dia terpaksa berperan seperti dokter di desanya karena
jumlah dokter di wilayahnya sangat terbatas. Jadi, sebetulnya niat saya baik,
mengobati mereka yang sakit, tambahnya.
Namun, alasan EHS ini tidak bisa diterima oleh polisi. Menurut Kepala
Satuan Reserse dan Kriminal Polres Ngawi Ajun Komisaris Sujarwanto,
mengobati orang sakit harus ada izinnya terlebih dahulu. Izin itu sebagai dasar
kalau seseorang memiliki keahlian mengobati orang.
Sekarang kalau ternyata ada salah satu pasiennya yang salah diberi obat
lalu meninggal, itu kan bisa menjadi masalah besar. Makanya kami menahan EHS
sebelum itu terjadi, ujarnya.
Di rumah EHS, polisi menyita ratusan obat keras berlogo K merah,
diantaranya Duradryl, Gludepatic 500, Diltiazem, dan Microtina. Obat-obat ini
dibelinya dari apotek yang pemiliknya sudah kenal kalau EHS adalah perawat di
puskesmas.
1
menimbulkan ketergantungan.
Obat yang diberikan harus dengan resep dokter (tidak dijual bebas)
4. Apakah orang yang menjual obat keras melanggar UU dan UU apa yang
dilanggar tersebut ?
5. Apa saja syarat untuk mendapatkan SIP dan SIPP bagi seorang perawat ?
6. Apakah izin lisan dapat dipertanggung jawabkan secara hukum ?
7. Apakah salah tindakan seorang perawat yang seperti dokter ?
8. Mengapa seorang perawat harus memiliki SIP dan SIPP sebelum melakukan
praktik ?
3. Menganalisis Masalah
No 1, 5 & 8
- Mempunyai SIP dan SIPP, agar perawat dapat mempertanggung jawabkan
praktiknya tersebut.
No 2 & 6
- Tidak boleh, karena izin secara lisan hanyalah orderan dari seorang dokter
karena tanpa SIP dan SIPP perawat tidak dapat melakukan praktik. Dan
tanpa SIP dan SIPP juga perawat tidak dapat mempertanggung jawabkan
praktiknya dihadapan hukum, dan untuk dapat membuka praktik seharusnya
perawat tersebut memiliki SIP dan SIPP sesuai dengan syarat-syarat yang
berlaku atau undang-undang yang berlaku.
No 3
3
4. Pohon Masalah
Praktik Keperawatan
Delegasi
Mandiri
Hukum
Izin Praktik
5. Sasaran Belajar
BAB II
PEMBAHASAN
Profesi perawat yang dulunya masih vokasional sekarang sudah
berkembang ke arah profesional. Konsekuensi seorang perawat profesional yaitu
harapan untuk mendapatkan otonomi dalam melaksanakan tugasnya dalam
pelayanan keperawatan. Otonomi tersebut dapat berupa pengakuan, ijin serta
perlindungan dan kepastian hukum yang menjadi haknya sebagai seorang
profesional. Walaupun kenyataanya praktik perawat sudah dilakukan sejak
dahulu, dan ini secara hukum sifatnya ilegal kecuali pada lokasi tertentu yang
tidak bisa dijangkau oleh sarana/petugas kesehatan lain dan keadaan darurat.
Keluarnya UUK No 23 Tahun 1992 ternyata masih juga belum memberikan
kejelasan batasan kewenangan, perlindungan hukum yang pasti bagi tenaga
perawat. Yang lebih membingungkan yakni praktek perawat khususnya pribadi
akan mendapat tuntutan hukum yang cukup mengejutkan dan tidak rasional.
Dalam pasal 59 tentang ijin untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik
pemerintah maupun swasta dan pasal 84 tentang tuntutan hukum bagi yang tidak
izin, yaitu kurungan paling lama satu tahun atau denda paling banyak lima belas
juta. Serta pasal 81 dan 82 tentang tindakan di luar kewenangan dan keahliannya
dapat dipidana lima tahun atau denda maksimal seratus juta. Padahal, perawat
juga tak bisa membiarkan pasien itu tanpa perawatan karena dia bisa dijerat pasal
190 ayat 1 UU Kesehatan yang berisi tentang menolak menangani pasien.
A. Dasar Hukum Praktik Keperawatan
Hukum-hukum yang mendasari praktik keperawatan antara lain:
1. Pasal 81 dan 82 UU No. 23 Tahun 1992
Pasal 81
(1) Barang siapa yang tanpa keahlian dan kewenangan dengan sengaja :
a. melakukan transplantasi organ dan atau jaringan tubuh sebagaimana
b.
c.
36 ayat (1);
melakukan bedah plastik dan rekonstruksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 37 ayat (1);
6
dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan atau pidana denda
paling banyak Rp 140.000.000,00 (seratus empat puluh jula rupiah).
(2) Barang siapa dengan sengaja :
a.
dan
teknologi
kesehatan
pada
manusia
ilmu
tanpa
Surat Izin Praktek Perawat adalah pemberian izin kepada orang pribadi
yang mendirikan atau menyelenggarakan sarana pelayanan kesehatan di bidang
Izin Praktek Perawat. Syarat untuk mendapatkan izin praktik (SIPP) salah satunya
adalah Surat Tanda Registrasi (STR) dan untuk mendapatkan STR adalah melalui
uji kompetensi perawat secara nasional. Untuk mengantisipasi dan menghadapi
regulasi tersebut PPNI dengan komite Nasional Uji Kompetensi Perawat
(KNUKP). Mekanisme uji kompetensi nasional yang akan diberlakukan secara
menyeluruh di seluruh wilayah Indonesia, karena untuk mendapatkan STR
seorang perawat haruslah mempunyai sertifikat kompetensi sebagai bukti tertulis
bahwa ia adalah perawat general yang kompeten sehingga layak mendapatkan
kewenangan sebagai perawat general.
Profesi keperawatan telah diakui dan dilindungi dengan adanya
KepMenKes RI no 1239/MenKes/SK/IV/2001 tentang Registrasi dan Praktik
Perawat. Legalitas perawat ini menjadi sebuah keharusan dimana setiap perawat
hendaknya mengurus Surat Izin Perawat (SIP). Untuk mendapatkan SIP, kita
wajib menjalani sebuah Uji Kompetensi. Namun, proses ini sepertinya belum
terwujud secara sempurna. Selain itu, perawat dapat mengurus Surat Izin Kerja
(SIK) sebagai bukti tertulis bahwa kita secara hukum dapat menjalankan peran
sebagai perawat, dalam hal ini perawat ditatanan pelayanan. Di samping SIP dan
SIK, perawat juga dapat memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP). Dengan
memiliki SIPP, kita dapat melakukan praktik pemberian asuhan keperawatan
mandiri baik secara perorangan maupun berkelompok.
Selain itu, kita juga dapat menemukan banyak ketidak-konsistenan dalam
pelaksanaan pengurusan SIP. Kondisi ini mungkin diperparah dengan penyakit
kronis dalam tubuh birokrasi kita. Hal ini tercermin dalam ketidakseragaman
prosedur untuk mendapatkan SIP di tiap-tiap daerah, yang semuanya terasa begitu
complicated sehingga berkesan mempersulit. Sebenarnya, masalah ini tampak
sederhana, asalkan ada niat yang tulus, jelas, dan tegas dari pemerintah dan para
birokrat yang duduk di Depkes, Dinkes, dan PPNI untuk membantu agar profesi
ini dapat berdiri tegak dan dinamis dalam menghadapi era globalisasi yang
mensyaratkan surat izin/lisensi. Dengan demikian, para perawat pun dapat bekerja
di era globalisasi dengan tenang.
9
2.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan Menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Surat Izin Perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah
Indonesia.
3. Surat Izin Kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis yang diberikan
kepada perawat untuk melakukan praktik keperawatan di sarana pelayanan
kesehatan.
4. Surat Izin Praktik Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang
diberikan
kepada
perawat
untuk
menjalankan
praktik
perawat
perorangan/berkelompok.
5. Standar Profesi adalah pedoman yang harus dipergunakan sebagai petunjuk
dalam menjalankan profesi secara baik.
BAB II
PELAPORAN DAN REGISTRASI
Pasal 2
(1) Pimpinan penyelenggara pendidikan perawat wajib menyampaikan laporan
secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi mengenai peserta
didik yang baru lulus, selambat-lambatnya 1 (satu) bulan setelah dinyatakan
lulus pendidikaan keperawatan.
(2) Bentuk dan isi laporan dimaksud pada ayat (1) sebagaimana tercantum dalam
formulir I terlampir.
Pasal 3
(1) Perawat yang baru lulus mengajukan permohonan dan mengirimkan
kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
11
12
(2) Adaptasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada sarana
pendidikan milik pemerintah.
(3) Untuk melakukan adaptasi perawat mengajukan permohonan kepada Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi.
(4) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan melampirkan :
a. foto kopi Ijazah yang telah dilegalisir oleh Direktur Jenderal Pendidikan
Tinggi.
b. transkrip nilai ujian yang bersangkutan.
(5) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi berdasarkan permohonan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) menerbitkan rekomendasi untuk melaksanakan
adaptasi.
(6) Perawat yang telah melaksanakan adaptasi berlaku ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, Pasal 3 dan Pasal 4.
Pasal 7
(1) SIP berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperbaharui serta merupakan
dasar untuk memperoleh SIK dan/atau SIPP.
(2) Pembaharuan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada Dinas
Kesehatan Propinsi dimana perawat melaksanakan asuhan keperawatan
dengan melampirkan :
a. SIP yang telah habis masa berlakunya ;
b. surat keterangan sehat dari dokter;
c. pas foto ukuran 4 X 6 cmsebanyak 2(dua) lembar.
BAB III
PERIZINAN
Pasal 8
(1) Perawat dapat melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan, praktik perorangan dan/atau berkelompok.
(2) Perawat yang melaksanakan praktik keperawatan pada sarana pelayanan
kesehatan harus memiliki SIK.
13
14
(2) SIPP hanya diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya
keperawatan atau memiliki pendidikan keperawatan dengan kompetensi lebih
tinggi.
(3) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan dengan
melampirkan:
a. foto kopi ijazah ahli madya keperawatan, atau ijazah pendidikan dengan
kompetensi lebih tinggi yang diakui pemerintah;
b. surat keterangan pengalaman kerja minimal 3(tiga) tahun dari pimpinan
sarana tempat kerja, khusus bagi ahli madya keperawatan;
c. foto kopi SIP yang masih berlaku;
d. surat keterangan sehat dari dokter;
e. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
f. rekomendasi dari organisasi profesi;
(4) Bentuk permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) seperti tercantum
pada formulir V terlampir;
(5) Perawat yang telah memiliki SIPP dapat melakukan praktik berkelompok.
(6) Tata cara perizinan praktik berkelompok sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) sesuai ketentuan peraturan perundangan-undangan yang berlaku.
Pasal 13
(1) Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan/atau SIPP dilakukan melalui
penilaian kemampuan keilmuan dan keterampilan dalam bidang keperawatan,
kepatuhan terhadap kode etik profesi serta kesanggupan malakukan praktik
keperawatan.
(2) Setiap perawat yang melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban
meningkatkan
kemampuan
keilmuandan/atau
keterampilan
bidang
15
(2) Pembaharuan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :
a. foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. foto kopi SIK yang lama;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar;
e. surat keterangan dari pimpinan sarana pelayanan kesehatan yang menyatakan
masih bekerja sebagai perawat;
f. rekomendasi dari organisasi profesi.
(3) Pembaharuan SIPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan melampirkan :
a. foto kopi SIP yang masih berlaku;
b. foto kopi SIPP yang lama;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. pas foto 4 x 6 cm sebayak 2(dua) lembar;
e. rekomendasi dari organisasi profesi.
BAB IV
PRAKTIK PERAWAT
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk :
a. melaksanakan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian, penetapan
diagnosa keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan
evaluasi keperawatan;
b. tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir a meliputi : intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan;
c. dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksud huruf a dan b
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi;
d. pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan
tertulis dari dokter.
16
Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
perawat berkewajiban untuk :
a. menghormati hak pasien;
b. merujuk kasus yang tidak dapat ditangani;
c. menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
d. memberikan informasi;
e. meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan;
f. melakukan catatan perawatan dengan baik.
Pasal 17
Perawat dalam melakukan praktik keperawatan harus sesuai dengan kewenangan
yang diberikan, berdasarkan pendidikan dan pengalaman serta dalam memberikan
pelayanan berkewajiban mematuhi standar profesi.
Pasal 18
Perawat dalam menjalankan praktik harus membantu program pemerintah dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Pasal 19
Perawat dalam menjalankan praktik keperawatan harus senantiasa meningkatkan
mutu pelayanan profesinya, dengan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang tugasnya,
baik diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi profesi.
Pasal 20
(1) Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang/pasien, perawat
berwenang untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15.
17
(2) Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
(1) Perawat yang menjalankan praktik perorangan harus mencantumkan SIPP
diruang praktiknya.
(2) Perawat yang menjalankan praktik perorangan tidak diperbolehkan memasang
papan praktik.
Pasal 22
(1) Perawat yang memiliki SIPP dapat melakukan asuhan keperawatan dalam
bentuk kunjungan rumah.
(2) Perawat dalam melakukan asuhan keperawatan dalam bentuk kunjungan
rumah harus membawa perlengkapan perawatan sesuai kebutuhan.
Pasal 23
(1) Perawat
dalam
menjalankan
praktik
perorangan
sekurang-kurangnya
memenuhi persyaratan :
a. memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan;
b. memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun
kunjungan rumah;
c. memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan,
formulir catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan;
d. Persyaratan perlengkapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), sesuai
dengan standar perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh
organisasi profesi.
BAB V
PEJABAT YANG BERWENANG MENGELUARKAN DAN MENCABUT
IZIN KERJA ATAU IZIN PRAKTIK
Pasal 24
18
(1) Pejabat yang berwenang mengeluarkan dan mencabut SIK atau SIPP adalah
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
(2) Dalam hal tidak ada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Kepala
Dinas Kesehatan Propinsi dapat menunjuk pejabat lain.
Pasal 25
(1) Permohonan SIK atau SIPP yang disetujui atau ditolak harus disampaikan
oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kepada pemohon dalam waktu
selambat-lambatnya 1(satu) bulan sejak tanggal permohonan diterima.
(2) Apabila permohonan SIK atau SIPP disetujui, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota harus menerbitkan SIKatau SIPP.
(3) Apabila permohonan SIK atau SIPP ditolak, Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/ Kota harus memberi alasan penolakan tersebut.
(4) Bentuk dan isi SIK atau SIPP yang disetujui sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam formulir VI dan VII terlampir.
(5) Bentuk surat penolakan SIK atau SIPP sebagaimana di maksud pada ayat (3)
tercantum dalam formulir VIII dan IX terlampir.
Pasal 26
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota menyampaikan laporan secara berkala
kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat tentang pelaksanaan
pemberian atau penolakan SIK atau SIPP diwilayahnya dengan tembusan kepada
organisasi Profesi setempat.
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 27
(1) Perawat wajib mengumpulkan sejumlah angka kredit yang besarnya
ditetapkan oleh organisasi profesi.
(2) Angka kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikumpulkan dari kegiatan
pendidikan dan kegiatan ilmiah lain.
19
(3) Jenis dan besarnya angka kredit dari masing-masing unsur sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh organisasi profesi.
(4) Organisasi profesi mempunyai kewajiban membimbing dan mendorong para
anggotanya untuk dapat mencapai angka kredit yang ditentukan.
Pasal 28
Pimpinan sarana pelayanan kesehatan wajib melaporkan perawat yang melakukan
praktik dan yang berhenti
pelayanan
Pasal 33
Sebelum Keputusan pencabutan SIK atau SIPP ditetapkan, Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota terlebih dahulu mendengar pertimbangan dari Majelis
Disiplin Tenaga Kesehatan (MDTK) atau Majelis Pembinaan dan Pengawasan
Etika Pelayanan Medis (MP2EPM ) sesuai peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 34
(1) Keputusan pencabutan SIK atau SIPP disampaikan kepada Perawat yang
bersangkutan dalam waktu selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
terhitung sejak keputusan ditetapkan.
(2) Dalam Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disebutkan lama
pencabutan SIK atau SIPP.
(3) Terhadap keputusan pencabutan SIK atau SIPP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat diajukan keberatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
dalam waktu 14 (empat belas) hari setelah keputusan diterima, apabila dalam
waktu 14 (empat belas) hari tidak diajukan keberatan, maka keputusan
pencabutan SIK atu SIPP tersebut dinyatakan mempunyai kekuatan hukum
tetap.
(4) Kepala Dinas Kesehatan Propinsi memutuskan di tingkat pertama dan terakhir
semua keberatan mengenai pencabutan SIK atau SIPP.
21
(5) Sebelum prosedur keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditempuh
Pengadilan Tata Usaha Negara tidak berwenang smengadili sengketa tersebut
sesuai dengan maksud Pasal 48 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986
tentang Pengadilan Tata Usaha Negara.
Pasal 35
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan setiap pencabutan SIK atau
SIPP kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan tembusan kepada
organisasi profesi setempat.
Pasal 36
(1) Dalam keadaan luar biasa untuk kepentingan Nasional Menteri Kesehatan
dan/atau atas rekomendasi organisasi profesi dapat mencabut untuk sementara
SIK atau SIPP perawat yang melanggar ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(2) Pencabutan izin sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selanjutnya
diproses sesuai dengan ketentuan keputusan ini.
BAB VII
SANKSI
Pasal 37
(1) Perawat yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
dan/atau Pasal 31 ayat (1)dikenakan sanksi administratif sebagai berikut :
a. untuk pelanggaran ringan, pencabutan izin selama-lamanya 3 (tiga) bulan.
b. untuk pelanggaran sedang, pencabutan izin selama-lamanya 6 (enam) bulan.
c. untuk pelanggaran berat, pencabutan izin selama-lamanya 1 (satu) tahun.
(3) Penetapan pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas
motif pelanggaran serta situasi setempat.
Pasal 38
Terhadap perawat yang sengaja :
22
a. melakukan
praktik
keperawatan
tanpa
mendapat
pengakuan/adaptasi
23
(2) SIP dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.
(3) SIK dapat diperoleh secara kolektif dengan mengajukan permohonan kepada
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
(4) Permohonan mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diperoleh
dengan melampirkan :
a. foto kopi ijazah pendidikan keperawatan;
b. surat keterangan sehat dari dokter;
c. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar.
(5) Permohonan mendapatkan SIK sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilengkapi dengan :
a. foto kopi ijazah pendidikan keperawatan;
b. foto kopi SIP;
c. surat keterangan sehat dari dokter;
d. surat keterangan dari pimpinan sarana kesehatan yang menyatakan masih
bekerja sebagai perawat pada institusi bersangkutan;
e. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar.
(6) Perawat yang saat ini tidak berpraktik dapat memperoleh SIP dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan
melampirkan :
a. foto kopi ijazah keperawatan;
b. surat keterangan sehat dari dokter;
c. pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2(dua) lembar.
BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 42
Dengan berlakunya keputusan ini, maka keputusan Menteri Kesehatan
No.647/Menkes/SK/IV/2000 tentang Registrasi dan Praktik Perawat dinyatakan
tidak berlaku lagi.
24
sudah
dipikirkan
26
masak-masak,
sehingga
ia
sudah
waktu yang ia lalui, sehingga dalam dirinya tidak ada ketakutan dan keraguan
untuk melangkahkan kakinya.
E. Area Praktik Mandiri Keperawatan
Praktik keperawatan meliputi empat area yang terkait dengan kesehatan
(kozier & Erb, 1999), yaitu :
1. Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
Kegiatan yang berorientasi pada peningkatan kesehatan memerlukan :
Pendidikan untuk publik atau masyarakat dan individu
Perundang-undangan atau kebijakan yang mendukung
Hubungan interpersonal dengan klien secara langsung
Area keperawatan yang melibatkan perawat meliputi :
Mendorong dan mengadakan suatu latihan fisik secara periodik dan
pemantauan terhadap proses penyakit (mis.hipertensi, diabetes militus dan
kanker).
Memimpin pelaksanaan pendidikan kesehatan masyarakat melalui pameran
kesehatan dan program kesehatan mental.
Mendukung undang-undang yang ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan
dan program perlindungan anak dan.
Peningkatan kondisi kesehatan dan keselamatan kerja, dll.
2. Pencegahan penyakit
Aktivitas pencegahan penyakit secara objektif untuk mengurangi risiko
penyakit, untuk meningkatkan kebiasaan kesehatan yang baik dan untuk
mempertahankan fungsi individu secara optimal.
Aktivitas atau kegiatan yang dapat dilaksanakan antara lain sebagai berikut :
1. Melakukan program pendidikan di rumah sakit, misalnya perawat ibu
hamil, program melarang atau menghindari rokok, seminar mengurangi
atau mencegah stres dll.
2. Program umum dan dasar yang dapat meningkatkan gaya hidup sehat,
3.
media elektronik.
4. Menyediakan pelayanan keperawatan yang dapat menjamin kesehatan ibu
hamil dan kelahiran bayinya dengan sehat.
5. Memantau tumbuh kembang bayi dan balita.
6. Memberikan imunisasi.
7. Melakukan pemeriksaan untuk medeteksi tekanan darah tinggi, kadar
kolesterol, dan kanker.
28
untuk
membantu
masyarakat
mempertahankan
status
kesehatannya.
Tiga perkembangan pemeliharaan kesehatan :
1. Mencoba mengidentifikasi gejala penyakit kronis sebelum penderita
mengidapnya, misalnya melakukan pemeriksaan fisik secara teratur, untuk
usia di atas 35 tahun.
2. Meningkatkan ketertarikan terhadap masalah kesehatan sehubungan
dengan perubahan struktur sosial masyarakat.
3. Ketertarikan pada faktor lingkungan sehubungan dengan penyebab
penyakit karena stres.
4. Pemulihan kesehatan (Health Restoration)
Pemulihan kesehatan berarti perawat membantu pasien meningkatkan
kesehatan setelah pasien memiliki masalah kesehatan atau penyakit.
Kegiatan yang dilakukan dalam perbaikan kesehatan meliputi hal-hal
berikut :
1. Memberikan perawatan secara langsung pada individu yang sedang sakit,
misalnya dengan memberikan perawatan fisik.
2. Memberikan perawatan pada pasien yang mengalami gangguan kesehatan
mental.
29
tablet, kapsul atau obat bubuk dengan makanan atau cairan) dengan
dokumentasi dari konsultasi mengenai kesesuaian perubahan dan persiapan.
Menuangkan obat cair ke dalam wadah lulus atau jarum suntik, seperti
secangkir obat atau sendok pengukur.
Membantu klien untuk makan meds hancur dalam saus apel untuk diri
mereka sendiri.
31
32
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan BBM pada kasus Jual Obat Keras Perawat Ditangkap
Polisi dapat disimpulkan bahwa kasus tersebut melanggar peraturan dan hukum
mengenai praktik keperawatan. Seharusnya perawat mengambil tindakan
berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan setiap perawat yang akan
melakukan praktik keperawatan harus memiliki SIP, SIPP dan SIK. Dan
melanggar ketentuan yaitu memberikan obat keras kepada klien-kliennya. Seperti
yang kita ketahui bahwa seorang perawat hanya boleh memberikan obat bebes dan
obat
bebas
terbatas
sesuai
dengan
Permenkes
RI.
No.
HK.
02.
02/MENKES/148/1/2010.
B. Saran
Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang perawat harus
memenuhi syarat-syaratnya, seperti melengkapi beberapa surat izin yaitu SIP,
SIPP, SIK serta harus mematuhi segala peraturan-peraturan hukum yang berlaku.
Sehingga kita sebagai seorang perawat tidak melakukan tindakan yang melanggar
hukum.
33
DAFTAR PUSTAKA
34