Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
LAPORAN KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN
SEPTEMBER 2014
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KAKI DIABETIK
OLEH:
ST.HARDIYANTI.S.MALIK
C 111 10 257
PEMBIMBING:
dr. M. Saldy
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Ny. M
Umur
: 45 tahun
Pekerjaan
: IRT
Nomor RM
: 643139
: Autoanamnesis
KELUHAN UTAMA
ANAMNESIS TERPIMPIN :
Dialami sejak 1 bulan SMRS, awalnya luka hanya kecil akibat tertusuk
oleh ujung hecter, lalu luka dibawa ke mantri dan dikeluarkan nanahnya, luka
dijahit dan menjadi infeksi, kemudian luka semakin bertambah melebar, nanah
(+), bau (+), nyeri pada luka (+) hingga tidak bisa jalan. Demam (-). Pasien tidak
mengalami batuk, lender, dan sesak. Pasien tidak mengalami mual, muntah dan
nyeri ulu hati. Penurunan BB 10 kg dalam 1 bulan terakhir. Pasien mengeluh
sering kram, gatal, kebas, dan merasa panas pada kedua kaki dan ujung-ujung jari
tangan, Pasien juga mengaku sering mengalami luka-luka kecil di kaki tanpa
disadari (tidak terasa).
BAK : Lancar, warna kuning, Riwayat BAK berpasir dan keruh (-) pasien merasa
sering-sering BAK pada malam hari 6x dalam 3 bulan terakhir.
BAB : Biasa, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan.
Riwayat Penyakit Sebelumnya:
Riwayat Diabetes sejak 13 tahun yang lalu dengan pengobatan yang tidak
teratur, namun obatnya tidak diktehui. Riwayat DM pada keluarga disangkal.
2
: 140/80
: 82
: 20
: 36,9
mmHg
kali/menit (regular)
kali/menit
0
C
: Biasa
Simetris muka
o Deformitas
o Rambut
: (-)
: Hitam kusam , alopesia (-)
Mata
o
o
o
o
o
o
o
o
Eksoptalmus/Enoptalmus
Gerakan
Tekanan bola mata
Kelopak Mata
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
: (-)
: ke segala arah
: dalam batas normal
: edema palpebra (-)
: anemis (-)
: ikterus (-)
: jernih
: bulat, isokor 2,5mm/2,5mm
Reflex cahaya +/+
Telinga
o Pendengaran
: dalam batas normal
o Tophi
: (-)
o Nyeri tekan di prosesus mastoideus : (-)
Hidung
o Perdarahan
o Sekret
Mulut
o
o
o
o
o
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
Gigi geligi
: (-)
: (-)
o Gusi
:perdarahan
gusi
(-),
hipertrofi
ginggiva (-)
Leher
o Kelenjar getah bening
o Kelenjar gondok
o DVS
o Pembuluh darah
o Kaku kuduk
o Tumor
Thorax
o Inspeksi
Bentuk
Pembuluh darah
Buah dada
Sela iga
Lain lain
: (-)
o Palpasi
Fremitus raba
Nyeri tekan
o Perkusi
Paru kiri
Paru kanan
Batas paru-hepar
Batas paru belakang kanan
Batas paru belakang kiri
: sonor
: sonor
: ICS VI dextra anterior,
: CV Th. IX dextra
: CV Th. X sinistra
o Auskultasi :
Bunyi pernapasan
Bunyi tambahan
: Rh -/-, Wh -/-
Jantung:
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
batas atas jantung
o Auskultasi
tambahan (-)
Abdomen
o Inspeksi : Datar , ikut gerak nafas
o Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
o Palpasi
: Perut distended (-), Massa tumor (-), Nyeri tekan (-)
o Perkusi : Timpani (+)
Alat Kelamin
Punggung
o Palpasi
o Nyeri ketok
o Auskultasi
: NT (-), MT (-)
: (-)
: BP : Vesikuler
Bunyi tambahan : Rh -/- Wh -/-
o Gerakan
o Lain lain
Ekstremitas
o Pitting edema (-)/(-), Clubbing Finger (-), CRT <2 detik
o Pedis sinistra : luka di region apneurosis plantaris, tuber calcanei,
ukuran 10x5 cm disertai pus (+), bau (+), darah (+).
D. DIAGNOSIS SEMENTARA
1. Kaki diabetik (S)
2. DM tipe 2 Non Obese
3. HT grade I
E. PENATALAKSANAAN AWAL:
1. Diet DM 1700 kkal/ hari
2. IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
3. Ceftriaxone 2gr/12j/drips
4. Ciprofloxacin 0,2gr/12j/iv
5. Metronidazole 0,5gr/8j/iv
6. Amlodipin 5mg 0-0-1
7. Novorapid 6-6-6 IU/sc
8. Levemir 0-0-10 IU/sc
9. Paracetamol tab 500 mg (k/p)
10. Ketorolac 1amp/12j/iv (k/p)
11. Rawat luka pagi & siang
F. RENCANA PEMERIKSAAN:
G. FOLLOW UP
TANGGAL
PERJALANAN PENYAKIT
INSTRUKSI DOKTER
24/12/2013
Perawatan Hari I:
S: luka pada telapak kaki kiri, nanah
(+), bau (+), nyeri pada luka (+),
mual (+), muntah (-).
BAK: lancar, sering terbangun
pada malam hari.
BAB: biasa, konsistensi padat,
warna kuning kecoklatan
R/
T:140/80mmHg
N: 82x/i
P: 20x/i
S: 36,9 0C
O: SS/GC/CM
anemis (+) ikterus (-)
BP bronkovesikuler, BT -/BJ I/II murni, regular
peristaltik (+) kesan N
H/L tidak teraba
Ext : pitting edema (-/-), ulkus
pada region apneurosis plantaris,
tubercalcanei, pus (+), hiperemis Periksa:
(+), nyeri tekan (+).
Urinalisis
GDP/hari , GDS pre-meal
25/12/2013
Perawatan Hari II
S: nyeri pada luka (+)
Mual (+), nafsu makan baik.
(siang-malam), HbA1c
Profil lipid, asam urat
Foto thorax PA
Foto pedis sinistra AP/lat
R/
T:140/70mmHg
N: 80x/i
P: 20x/i
O: : SS/GC/CM
S: 36,7 0C
anemis (-) ikterus (-)
BP bronkovesikuler, BT -/
GDS
BJ I/II murni, regular
- S: 218 mg/dl
peristaltik (+) kesan N
- M:149 mg/dl
H/L tidak teraba
26/12/2013
T:150/70mmHg
N: 80x/i
P: 20x/i
S: 36,5 0C
O: SS/GC/CM
anemis (-) ikterus (-)
GDS
BP bronkovesikuler, BT -/- S: 161 mg/dl
BJ I/II murni, regular
- M: 124 mg/dl
peristaltik (+) kesan N
H/L tidak teraba
GDP: 112 mg/dl
Ext : pitting edema (-/-), ulkus
pada region apneurosis plantaris,
tubercalcanei, pus (+), hiperemis
(+), nyeri tekan (+).
A: Kaki diabetik (S) Wagner IV
Periksa:
GDP, GDS pre-meal (siangmalam), HbA1c
Tunggu hasil urin rutin
Tunggu hasil profil lipid
Tunggu hasil foto thorax &
foto pedis
Kultur & sensitivitas
R/
Diet DM 1700 kkal/hr
IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
Ceftriaxone 2gr/12j/drips
Ciprofloxacin 0,2gr/12j/iv
Metronidazole 0,5gr/8j/iv
Amlodipin 5mg 0-0-1
Novorapid 6-6-6 IU/sc
Levemir 0-0-10 IU/sc
Paracetamol tab 500 mg
(k/p)
Ketorolac
1amp/12j/iv
(k/p)
Perawatan luka
Periksa:
27/12/2013
Perawatan Hari IV
R/
S: nyeri pada luka (+)
Diet DM 1700 kkal/hr
T:150/70mmHg
Mual (-), demam (-), nafsu IVFD NaCl 0,9% 20 tpm
N: 80x/i
makan baik.
Ceftriaxone 2gr/12j/drips
P: 20x/i
Ciprofloxacin 0,2gr/12j/iv
S: 36,7 0C
O: SS/GC/CM
Metronidazole 0,5gr/8j/iv
anemis (-) ikterus (-)
Amlodipin 5mg 0-0-1
GDS
BP bronkovesikuler, BT / Novorapid 6-6-6 IU/sc
- S: 263 mg/dl
BJ I/II murni, regular
- M: 192 mg/dl
peristaltik (+) kesan N
Levemir 0-0-10 IU/sc
H/L tidak teraba
Paracetamol tab 500 mg
GDP: 125 mg/dl
Ext : pitting edema (-/-), ulkus
(k/p)
pada region apneurosis plantaris, Ketorolac
1amp/12j/iv
tubercalcanei, pus (+), hiperemis
(k/p)
(+), nyeri tekan (+).
Perawatan luka
A: Kaki diabetik (S) Wagner IV
DM tipe 2 Non Obese
HT grade I
Periksa:
GDP/hari, GDS pre-meal
(siang-malam)
Darah rutin
Elektrolit
BT, CT, PT, APTT
Tunggu hasil kultur pus &
sensitivitas AB
28/12/2013
Perawatan Hari V
R/
S: nyeri pada luka (+)
T:150/80mmHg
Mual (-), demam (-), nafsu
N: 82x/i
makan baik.
P: 20x/i
S: 36,8 0C
O: SS/GC/CM
GDS
BP bronkovesikuler, BT -/
- S: 186 mg/dl
BJ I/II murni, regular
- M: 197 mg/dl
peristaltik (+) kesan N
10
Periksa:
GDP/hari, GDS pre-meal
(siang-malam)
Tunggu hasil kultur pus &
sensitivitas AB
Konsul BTKV
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
23 Desember 2013
Jenis Pemerikaan
SGOT
SGPT
KIMIA Ureum
DARAH Kreatinin
Hasil
20 U/L
17 U/L
32 mg/dL
1,00 mg/dL
Nilai Rujukan
< 38 U/L
< 41 U/L
10 50 mg/dL
< 1,1 mg/dL
Protein total
5,1 g/dL
Albumin
3,1 g/dL
27 Desember 2013
Jenis Pemerikaan
Warna
pH
Berat jenis
Protein
URINE
RUTIN
Hasil
Kuning
6.0
1.010
++/100 mg/dL
Nilai Rujukan
Kuning muda
4.5 ~ 8.0
1.005 ~ 1.035
Negatif
Glukosa
Negatif
Negatif
Bilirubin
Negatif
Negatif
Urobilinogen
Normal
Normal
Keton
Negatif
Negatif
Nitrit
Negatif
Negatif
Blood
Negatif
Negatif
Lekosit
+- 15 sel/uL
Negatif
Vit. C
Negatif
Negatif
Sedimen lekosit
12 /lpb
< 5/lpb
Sedimen eritrosit
>100
<5/lpb
11
Sedimen torak
Sedimen kristal
Sedimen epitel
Lain lain
Bakteri +
I. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
o Pemeriksaan Foto Pedis AP + Obliq (24 Deesember 2013)
Kesan : Fascitis plantaris dan tendinitis os. Calcaneus sinistra disertai
soft tissue swelling dengan gas gangren. Tidak tampak tanda-tanda
osteomyelitis.
J. PROGNOSIS
o Ad Functionam
o Ad Sanationam
o Ad Vitam
: Dubia
: Dubia
: Dubia
BAB II
PEMBAHASAN
RESUME
Seorang perempuan, 45 tahun masuk ke Rumah Sakit dengan keluhan luka
pada telapak kaki kiri, dialami sejak 1 bulan SMRS, awalnya luka hanya kecil
akibat tertusuk oleh ujung hecter, lalu luka dibawa ke mantri dan dikeluarkan
nanahnya, luka dijahit dan menjadi infeksi, kemudian luka semakin bertambah
melebar, nanah (+), bau (+), nyeri pada luka (+) hingga tidak bisa jalan. Demam
(-). Pasien tidak mengalami batuk, lender, dan sesak. Pasien tidak mengalami
mual, muntah dan nyeri ulu hati. Pasien tidak mengeluhkan pengelihatan kabur.
Nafsu makan biasa, pasien sering merasa lapar meski baru makan beberapa jam
yang lalu, pasien sering merasa lemah dan merasa cepat haus. Penurunan BB 10
kg dalam 1 bulan terakhir. BAK : Lancar, warna kuning, Riwayat BAK berpasir
dan keruh (-) pasien merasa sering-sering BAK pada malam hari 6x dalam 3
bulan terakhir. BAB : Biasa, konsistensi padat, warna kuning kecoklatan. Riwayat
12
Diabetes sejak 13 tahun yang lalu dengan pengobatan yang tidak teratur namun
obat yang dikonsumsi tidak diketahui. Riwayat DM pada keluarga disangkal.
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan SP: SS/GC/CM, tanda vital T: 140/80
mmHg, N: 82 x/menit, P: 20 x/menit, S: 36,9 0C. Tampak luka pada region
apneurosis plantaris, tuber calcanei, ukuran 10x5 cm disertai pus (+), bau (+),
darah (+).
Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan lekosit tanda-tanda
infeksi. Selain itu terdapat penurunan konsentrasi hemoglobin dan hematokrit
yang menandakan pasien anemia meskipun secara fisik (pemeriksaan fisik) tidak
didapatkan pasien anemis.
Pada foto thorax tidak ditemukan adanya kelainan sedangkan pada foto pedis
sinistra AP didapatkan kesan fascitis plantaris dan tendinitis os. Calcaneus sinistra
disertai soft tissue swelling dengan gas gangren. Tidak tampak tanda-tanda
osteomyelitis.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan penunjang
lainnya, maka pasien ini didiagnosis sebagai kaki diabetik (S) Wagner IV + DM
tipe 2 non obese + HT grade I.
DISKUSI
Pasien Ny.M datang dengan keluhan luka pada telapak kaki kiri yang dialami
sejak kurang lebih satu bulan sebelum masuk rumah sakit, yang akibat tertusuk
ujung hecter. Luka tersebut tidak kunjung sembuh dan bertambah lebar. Pada
anamnesis ditemukan riwayat DM sejak 13 tahun yang lalu, berobat tidak teratur.
Selain itu pada pemeriksaan laboratorium didapatkan peningkatan kadar GDP dan
GDS. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa pasien menderita DM yang tidak
terkontrol dan menunjang diagnosis kaki diabetik.
Adapun pemeriksaan lebih lanjut didapatkan rasa kram, gatal, dan kebas pada
ujung-ujung jari tangan dan kaki, serta proteinuria dari urinalisisnya,
membuktikan bahwa pasien ini telah mengalami berbagai komplikasi DM, baik
makrovaskular maupun mikrovaskular.
13
combination
yang
terdiri
atas
Ceftriaxone,
Ciprofloxacin,
dan
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik
yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi
insulin, defek kerja insulin, atau keduanya. Pada penyandang DM dapat terjadi
komplikasi pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi
komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat mikrovaskular (retinopati diabetik,
nefropati diabetik, neuropati diabetik, dan kardiomiopati) maupun makrovaskular
(stroke, penyakit jantung koroner, peripheral vascular disease). Komplikasi lain
dari DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi akibat mudahnya
terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian
dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetik. 1
15
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada kaki yang
disebabkan
oleh
diabetes
mellitus.
Faktor
utama
yang
mempengaruhi
Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma seperti
kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin, merokok, dan
neuropati otonom.
16
Faktor presipitasi
Perlukaan di kulit (jamur).
Trauma.
Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
D. PATOFISIOLOGI
Terjadinya masalah kaki diawali adanya hiperglikemia pada penyandang
DM yang menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah.
Neuropati, baik neuropati sensorik maupun motorik dan autonomik akan
mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan otot, yang kemudian
menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap
infeksi menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor
aliran darah yang kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan
kaki diabetik. 1
1. Vaskulopati
Pada pembuluh darah, akibat komplikasi DM terjadi ketidakrataan
permukaan lapisan dalam arteri sehingga aliran lamelar berubah menjadi turbulen
yang berakibat pada mudahnya terbentuk trombus. Pada stadium lanjut seluruh
lumen arteri akan tersumbat dan manakala aliran kolateral tidak cukup, akan
terjadi iskemia dan bahkan gangren yang luas. 2
Manifestasi angiopati pada pembuluh darah penderita DM antara lain
berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer yang terutama
sering terjadi pada tungkai bawah. Pada penderita muda, pembuluh darah yang
17
paling awal mengalami angiopati adalah arteri tibialis. Kelainan arteri akibat
diabetes juga sering mengenai bagian distal dari arteri femoralis profunda, arteri
poplitea, arteri tibialis dan arteri digitalis pedis. Akibatnya perfusi jaringan distal
dari tungkai menjadi kurang baik dan timbul ulkus yang kemudian dapat
berkembang menjadi nekrosis/gangren yang sangat sulit diatasi dan tidak jarang
memerlukan amputasi. 2
Perubahan viskositas darah dan fungsi trombosit, penebalan membrana
basalis serta penurunan produksi prostasiklin (vasodilator dan anti platelet
aggregating agent) akan memacu terbentuknya mikrotrombus dan penyumbatan
mikrovaskuler. Peristiwa ini mengakibatkan timbulnya iskemia organ dan/atau
jaringan yang bersangkutan, termasuk serabut saraf perifernya. 2
Hiperglikemia kronik dapat menyebabkan vaskulopati berupa disfungsi
endotel melalui berbagai mekanisme antara lain: 3
18
sulfat.
Walaupun tidak ada hubungan langsung antara aktivasi koagulasi dengan
disfungsi
endotel,
namun
aktivasi
koagulasi
yang
berulang
dapat
19
Adanya riwayat trauma ringan disertai kaki panas, merah dan bengkak.
(2)
Terjadi
disolusi,
fragmentasi,
dan
fraktur
pada
persendian
tarsometatarsal.
(3)
(4)
b) Neuropati sensorik
Kehilangan fungsi sensorik menyebabkan penderita kehilangan daya
kewaspadaan proteksi kaki terhadap rangsangan dari luar. Nilai ambang
proteksi dari kaki ditentukan oleh normal tidaknya fungsi saraf sensoris kaki.
Pada keadaan normal sensasi yang diterima menimbulkan refleks untuk
meningkatkan reaksi pertahanan dan menghindarkan diri dari rangsangan yang
menyakitkan dengan cara mengubah posisi kaki untuk mencegah terjadinya
kerusakan yang lebih besar. Sebagian impuls akan diteruskan ke otak dan di
sini sinyal diolah kemudian respon dikirim melalui saraf motorik. 2
20
21
PENATALAKSANAAN
A. Pencegahan Primer
Pencegahan primer meliputi pencegahan terjadinya kaki diabetik dan
terjadinya ulkus, bertujuan untuk mencegah timbulnya perlukaan pada kulit.
Pencegahan primer ini juga merupakan suatu upaya edukasi kepada para
penyandang DM baik yang belum terkena kaki diabetik, maupun penderita kaki
diabetik untuk mencegah timbulnya luka lain pada kulit.
Keadaan kaki penyandang DM digolongkan berdasarkna risiko terjadinya
dan risiko besarnya masalah yang mungkin timbul. Penggolongan kaki diabetik
berdasarkan risiko terjadinya masalah (Frykberg) yaitu: 1
1) Sensasi normal tanpa deformitas
2) Sensasi normal dengan deformitas atau tekanan plantar tinggi
3) Insensitivitas tanpa deformitas
4) Iskemia tanpa deformitas
5) Kombinasi/complicated
a) Kombinasi insensitivitas, iskemia, dan/atau deformitas
b) Riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.
Pengelolaan kaki diabetik terutama ditujukan untuk pencegahan terjadinya
tukak, disesuaikan dengan keadaan risiko kaki. Berbagai usaha pencegahan
dilakukan sesuai dengan tingkat besarnya risiko tersebut. Dengan memberikan
alas kaki yang baik, berbagai hal terkait terjadinya ulkus karena faktor mekanik
akan dapat dicegah. 1
Penyuluhan diperlukan untuk semua kategori risiko tersebut. Untuk kaki
yang insensitif, alas kaki perlu diperhatikan benar, untuk melindungi kaki yang
insensitif tersebut. Jika sudah ada deformitas, perlu perhatian khusus mengenai
alas kaki yang dipakai, untuk meratakan penyebaran tekanan pada kaki. Untuk
kasus dengan permasalahan vaskular, latihan kaki perlu diperhatikan benar untuk
23
dibasahi dengan salin. Cara tersebut saat ini umum dipakai di berbagai tempat
perawatan kaki diabetik. 1
3. Microbiological control (infection control)
Data mengenai pola kuman perlu diperbaiki secara berkala untuk setiap
daerah yang berbeda. Antibiotik yang dianjurkan harus selalu disesuaikan dengan
hasil biakan kuman dan resistensinya. Sebagai acuan, dari penelitian tahun 2004
di RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo, umumnya didapatkan pola kuman yang
polimikrobial, campuran Gram positif dan Gram negatif serta kuman anaerob
untuk luka yang dalam dan berbau. Karena itu untuk lini pertama pemberian
antibiotik harus diberikan antibiotik spektrum luas, mencakup kuman Gram
positif dan negatif (misalnya golongan sefalosporin), dikombinasikan dengan obat
yang bermanfaat terhadap kuman anaerob (misalnya metronidazol). 1
4. Vascular control
Keadaan vaskular yang buruk tentu akan menghambat kesembuhan luka.
Berbagai langkah diagnostik dan terapi dapat dikerjakan sesuai keadaan dan
kondisi pasien. Umumnya kelainan pembuluh darah perifer dapat dikenali melalui
berbagai cara sederhana seperti warna dan suhu kulit, perabaan arteri dorsalis
pedis, arteri tibialis posterior, arteri poplitea, dan arteri femoralis, serta
pengukuran tekanan darah. Di samping itu, saat ini juga tersedia berbagai fasilitas
mutakhir untuk mengevaluasi keadaan pembuluh darah dengan cara noninvasif
maupun invasif dan semiinvasif, seperti pemeriksaan ankle brachial index, ankle
pressure, toe pressure, TcPO2, dan pemeriksaan echo Doppler serta arteriografi. 1
Setelah dilakukan diagnosis keadaan vaskularnya, dapat dilakukan
pengelolaan untuk kelainan pembuluh darah perifer dari sudut vaskular, yaitu
berupa:
Modifikasi Faktor Risiko 1
Stop merokok
Memperbaiki faktor risiko terkait aterosklerosis (hiperglikemia, hipertensi,
dislipidemia)
Terapi Farmakologis
25
itu,
terapi
hiperbarik
dilaporkan
juga
bermanfaat
untuk
26
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Waspadji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al
(eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007:
h. 1911-4.
2. Soetjahjo A. Peranan Neuropati Diabetik. Dalam: Majalah Kedokteran
Andalas Vol. 22 No. 1. Juni 1998, h. 2-10.
3. Shahab A. Komplikasi Kronik DM Penyakit Jantung Koroner. Dalam: Sudoyo
AW, Setiyohadi B, Alwi I, et al (eds). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III
Edisi IV. Jakarta: FKUI, 2007: h. 1894-7.
4. Schteingart DE. Pankreas: Metabolisme Glukosa dan Diabetes Mellitus.
Dalam: Price SA & Wilson LM (eds). Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Jakarta: EGC, 2006: h. 1259-74.
5. Rowe, W.L. Diabetic ulcers [online].2011, April 01[citied on 2011, April 24].
Available from : http://emedicine.medscape.com/.
6. Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, et al. Harrisons Manual of Medicine 17 th
Edition. New York: McGraw-Hill, 2009: h. 942-7.
7. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes
Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Dalam: IPDs CIM: Compendium of Indonesian
Medicine, 1st Edition. Jakarta: IDI, 2009: 13-40.
28