Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
METODA KUADRAT
DISUSUN OLEH :
NAMA : ASTODY GUSTA MANDAYU
NIM : F1071131005
KELAS : A
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri
dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara
random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya
homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman.
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan
unit contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran
untuk mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis
pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive
measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive
measures).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi
yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh
yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa
petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila
komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh
yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan
prinsip-prinsip teknik sampling.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri
dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di
tempat tersebut mempunyai variasi yang berbeda antara vegetasi satu dengan
vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi yang dimiliki oleh suatu vegetasi
akan menudukung suatu kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu, untuk
menganalisis suatu vegetasi dalam area tertentu dengan menggunakan variabel
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
dari
tetumbuhan
yang
menempati
suatu ekosistem.
Beraneka
tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari
kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat
(Soerianegara, 1978).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan (Marpaung, 2009).
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi
jenis pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang homogen dapat
digunakan random sampling, sedangkan untuk penelitian ekologi lebih tepat
digunakan sistematik sampling, bahkan purposive sampling pun juga dibolehkan
(Dedy, 2009).
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling)
dan cara sistematik (systematic sampling), random samping hanya mungkin
digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput
(artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang
menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk
penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih
mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat
representative. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive
sampling.
Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan
atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada
petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang
ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan
luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis.
Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal
tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x
20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang
merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan
(Marpaung, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1.
Ukuran petak.
2.
Bentuk petak.
3.
Jumlah petak.
4.
b. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk
membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan
biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas.
Keanekaragaman
jenis
ditentukan
dengan
menggunakan
Keanekaragaman Shannon-Wiener :
Di mana :
R1 = Indeks kekayaan Margallef
S = Jumlah jenis
N = Total jumlah individu
Indeks Kemerataan Jenis
Di mana :
rumus
Indeks
dimana :
IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas
W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang terdapat
dalam dua tegakan yang dibandingkan a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua
jenis yang terdapat pada tegakan pertama dan kedua
Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %. Semakin
mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan mempunyai kesamaan
yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS) dapat ditentukan koefisien
ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya 100 IS. Untuk menghitung IS,
dapat digunakan nilai kerapatan, biomassa, penutupan tajuk atau INP.
Sebagai contoh, kita membandingkan tingkat permudaan semai hutan
primer dengan hutan setelah ditebang dan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Nilai Kesamaan Kerapatan antara Hutan Primer dengan Hutan setelah
ditebang pada tingkat Semai
Maka nilai kesamaan komunitas (IS) = ((2 x 55) / (224 + 84)) x 100% =
35.71%
Nilai di atas menunjukkan bahwa antara kondisi primer dan setelah
ditebang dari segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat
kesamaan sekitar 35.71% artinya setelah dilakukan penebangan terjadi kehilangan
jumlah individu sekitar 64.29%.
d. Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran
jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai
indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi
secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan
nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973)
sebagai berikut :
Di mana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis (Marpaung, 2009).
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan
bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan
bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan
kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi
semak belukar (Desmawati, et. al, 2011).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/ tanggal
Tali rafia
Meteran 50 m
Pancang
Parang
Caliper
Buku identifikasi
Alat tulis
Bahan :
-
Komunitas tertentu
C. Cara Kerja
1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis.
2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan Kurva Species Area
dan banyaknya petak contoh tergantung dari biaya, waktu dan tenaga.
Tetapi dari berbagai pengalaman, pada dasarnya ukuran petak contoh
seluas 1 x 1 m2 dibuat untuk analisis tumbuhan herba.
3. Penentuan awal petak contoh dapat dilakukan secara acak atau secara
sistematis atau kombinasi keduanya yaitu pertama dibuat acak dan
selanjutnya dilakukan secara sistematis.
4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang ada.
5. Hitung data (lihat penghitungan).
5.
1.
2.
3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data Pengamatan Metode Kuadrat
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Species
Cynodon dactylon
Cyperus rotundus
Bryum sp.
Zoysia matrella
Eleocharis dulcis
Saccharum
spontaneum
Chloris barbata
Paspaium
commersoni
Kyllinga
morocephala
Ischaemum
timorense
Caladium sp.
Fimbristylis anrua
Jumlah
Jumlah
Jumla
Individu
125
6
2
27
49
h Plot
5
1
1
4
4
KM
KR (%)
FM
FR (%)
NP
25
6
2
6.75
12.25
13.31085
3.194605
1.064868
3.59393
6.522318
1
0.2
0.2
0.8
0.8
13.51351
2.702703
2.702703
10.81081
10.81081
26.82437
5.897307
3.767571
14.40474
17.33313
360
72
38.33526
13.51351
51.84877
27
5.4
2.875144
13.51351
16.38866
39
9.75
5.191233
0.8
10.81081
16.00204
14
4.666667
2.484693
0.6
8.108108
10.5928
36
12
6.389209
0.6
8.108108
14.49732
14
18
717
1
1
37
14
18
187.8167
7.454078
9.583814
100
0.2
0.2
7.4
2.702703
2.702703
100
10.15678
12.28652
200
Keterangan :
KM= Kerapatan Mutlak
KR = Kerapatan Relatif
FM = Frekuensi Mutlak
FR = Frekuensi Relatif
NP = Nilai Penting
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu Analisa Vegetasi dengan metode kuadrat ini
memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran dan
struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :
1. Ditemukan 12 Spesies pada petak metode kuadrat dengan penyebaran yang
beraneka ragam.
2. Spesies yang mendominasi adalah Saccharum spontaneum.
3. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah jauh dari
naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan mempengaruhi
jenis spesies dan jumlahnya.
4. Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya.
B. Saran
Diharapkan praktikan dapat lebih aktif dan berpartisipasi dalam
kegiatan praktikum, agar paktikum dapat berjalan dengan lebih baik dan
efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Dedy.
2009.
Analisa
Vegetasi.
(http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi/
(Online).
Diakses
et.
al.
2011.
Analisa
Vegetasi.
(http://digilib.its.ac.id/ITS-
(http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-
LAMPIRAN
Species
Cynodon dactylon
Cyperus rotundus
Bryum sp.
Zoysia matrella
Eleocharis dulcis
Saccharum
spontaneum
Chloris barbata
Paspaium
Jumlah
Jumla
Individu
125
6
2
27
49
h Plot
5
1
1
4
4
KM
KR (%)
FM
FR (%)
NP
25
6
2
6.75
12.25
13.31085
3.194605
1.064868
3.59393
6.522318
1
0.2
0.2
0.8
0.8
13.51351
2.702703
2.702703
10.81081
10.81081
26.82437
5.897307
3.767571
14.40474
17.33313
360
72
38.33526
13.51351
51.84877
27
5.4
2.875144
13.51351
16.38866
39
9.75
5.191233
0.8
10.81081
16.00204
14
4.666667
2.484693
0.6
8.108108
10.5928
36
12
6.389209
0.6
8.108108
14.49732
14
18
717
1
1
37
14
18
187.8167
7.454078
9.583814
100
0.2
0.2
7.4
2.702703
2.702703
100
10.15678
12.28652
200
commersoni
Kyllinga
morocephala
Ischaemum
timorense
Caladium sp.
Fimbristylis anrua
Jumlah
Keterangan :
KM =
Cynodon dactylon =
125
5
Cyperus rotundus =
6
1
= 25
=6
Bryum sp. =
2
1
Zoysia matrella =
=2
27
4
= 6,75
49
4
Eleocharis dulcis =
= 12,25
14
3
Kyllinga morocephala =
Saccharum spontaneum =
360
5
4.666667
72
Ischaemum timorense =
Chloris barbata =
27
5
= 5,4
14
1
Caladium sp. =
Paspaium commersoni =
39
4
=
Fimbristylis anrua =
9,75
KR =
36
3
= 12
= 14
18
1
= 18
100%
Cynodon dactylon =
25
187,8167
100% = 13.31085
Cyperus rotundus =
6
186,8167
2
186,8167
100% = 3.59393
Saccharum
72
186,8167
x 100% =
1.064868
Zoysia matrella =
12,25
186,8167
100% = 6.522318
100% = 3.194605
Bryum sp. =
Eleocharis dulcis =
spontaneum
x 100% = 38.33526
Chloris barbata =
5,4
186,8167
100% = 2.875144
6,75
186,8167
Paspaium
9,75
186,8167
commersoni
x 100% = 5.191233
Kyllinga
morocephala
4,666667
186,8167
=
14
186,8167
Caladium sp. =
x 100% = 2.484693
100% = 7.454078
Ischaemum
12
186,8167
FM =
timorense
18
186,8167
Fimbristylis anrua =
x 100% = 6.389209
100% = 9.583814
Cynodon dactylon =
5
5
=1
Chloris barbata =
Cyperus rotundus =
1
5
= 0,2
Paspaium commersoni =
4
5
= 0,8
Kyllinga morocephala =
3
5
= 0,6
Ischaemum timorense =
3
5
= 0,6
Bryum sp. =
1
5
= 0,2
Zoysia matrella =
4
5
Eleocharis dulcis =
= 0,8
4
5
= 0,8
Saccharum spontaneum =
FR =
5
5
Caladium sp. =
=1
Cynodon dactylon =
= 13.51351
1
7,4
x 100%
5
5
1
5
Fimbristylis anrua =
x 100%
=1
= 0,2
1
5
= 0,2
0,2
7,4
Cyperus rotundus =
x 100%
Paspaium commersoni =
= 2.702703
0,8
7,4
0,6
7,4
0,6
7,4
100% = 10.81081
Bryum sp. =
0,2
7,4
x 100% =
Kyllinga morocephala =
2.702703
100% = 8.108108
Zoysia matrella =
0,8
7,4
x 100% =
Ischaemum timorense =
10.81081
100% = 8.108108
Eleocharis dulcis =
0,8
7,4
x 100%
Caladium sp. =
= 10.81081
0,2
7,4
x 100% =
2.702703
Saccharum spontaneum =
1
7,4
x
Fimbristylis anrua =
100% = 13.51351
= 2.702703
Chloris barbata =
13.51351
NP = KR + FR
1
7,4
x 100% =
0,2
7,4
x 100%