Você está na página 1de 24

PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

METODA KUADRAT

DISUSUN OLEH :
NAMA : ASTODY GUSTA MANDAYU
NIM : F1071131005
KELAS : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri
dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Dalam
mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat interaksi yang erat, baik
diantara sesama individu penyusun vegetasi itu sendiri maupun dengan
organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem yang hidup dan tumbuh
serta dinamis. Vegetasi, tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap-tiap
tempat mempunyai keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan
berbeda dengan vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor
lingkungannya. Dari segi floristis ekologis pengambilan sampling dengan cara
random sampling hanya mungkin digunakan apabila lapangan dan vegetasinya
homogen, misalnya padang rumput dan hutan tanaman.
Hal yang perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan
unit contoh atau sampel. Dalam pengukuruan dikenal dua jenis pengukuran
untuk mendapatkan informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis
pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive
measures) dan pengukuran yang bersifat tidak merusak (non-destructive
measures).
Teknik sampling kuadrat ini merupakan suatu teknik survey vegetasi
yang sering digunakan dalam semua tipe komunitas tumbuhan. Petak contoh
yang dibuat dalam teknik sampling ini bisa berupa petak tunggal atau beberapa
petak. Petak tunggal mungkin akan memberikan informasi yang baik bila
komunitas vegetasi yang diteliti bersifat homogen. Adapun petak-petak contoh
yang dibuat dapat diletakkan secara random atau beraturan sesuai dengan
prinsip-prinsip teknik sampling.
Vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan, biasanya terdiri
dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama pada suatu tempat. Vegetasi di
tempat tersebut mempunyai variasi yang berbeda antara vegetasi satu dengan
vegetasi yang lain. Dengan adanya variasi yang dimiliki oleh suatu vegetasi
akan menudukung suatu kehidupan organisme tertentu. Oleh karena itu, untuk
menganalisis suatu vegetasi dalam area tertentu dengan menggunakan variabel

kerimbunan, kerapatan, dan frekuensi, maka dilakukan analisis vegetasi


menggunakan metode kuadrat.
B. Masalah
1. Jenis tumbuhan apa saja yang didapat pada petak metode kuadrat?
2. Bagaimanakah penyebaran dari tumbuhan pada petak metode kuadrat?
3. Bagaimana kondisi lapangan yang dipakai dalam membuat petak metode
kuadrat?
4. Alasan digunakannya petak metode kuadrat?
C. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis,
peranan, penyebaran dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Vegetasi (dari bahasa Inggris: vegetation) dalam ekologi adalah istilah


untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang
tersusun

dari

tetumbuhan

yang

menempati

suatu ekosistem.

Beraneka

tipe hutan, kebun, padang rumput, dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari
kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat
(Soerianegara, 1978).
Analisa vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan
bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu
kondisi hutan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan
sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili
habitat tersebut. Dalam sampling ini ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu
jumlah petak contoh, cara peletakan petak contoh dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan (Marpaung, 2009).
Berbeda dengan inventaris hutan titik beratnya terletak pada komposisi
jenis pohon. Dari segi floristis ekologi untuk daerah yang homogen dapat
digunakan random sampling, sedangkan untuk penelitian ekologi lebih tepat
digunakan sistematik sampling, bahkan purposive sampling pun juga dibolehkan
(Dedy, 2009).
Cara peletakan petak contoh ada dua, yaitu cara acak (random sampling)
dan cara sistematik (systematic sampling), random samping hanya mungkin
digunakan jika vegetasi homogen, misalnya hutan tanaman atau padang rumput
(artinya, kita bebas menempatkan petak contoh dimana saja, karena peluang
menemukan jenis bebeda tiap petak contoh relatif kecil). Sedangkan untuk
penelitian dianjurkan untuk menggunakan sistematik sampling, karena lebih
mudah dalam pelaksanaannya dan data yang dihasilkan dapat bersifat
representative. Bahkan dalam keadaan tertentu, dapat digunakan purposive
sampling.

Prinsip penentuan ukuran petak adalah petak harus cukup besar agar
individu jenis yang ada dalam contoh dapat mewakili komunitas, tetapi harus
cukup kecil agar individu yang ada dapat dipisahkan, dihitung dan diukur tanpa
duplikasi atau pengabaian. Karena titik berat analisa vegetasi terletak pada
komposisi jenis dan jika kita tidak bisa menentukan luas petak contoh yang kita
anggap dapat mewakili komunitas tersebut, maka dapat menggunakan teknik
Kurva Spesies Area (KSA). Dengan menggunakan kurva ini, maka dapat
ditetapkan : (1) luas minimum suatu petak yang dapat mewakili habitat yang akan
diukur, (2) jumlah minimal petak ukur agar hasilnya mewakili keadaan tegakan
atau panjang jalur yang mewakili jika menggunakan metode jalur.
Caranya adalah dengan mendaftarkan jenis-jenis yang terdapat pada
petak kecil, kemudian petak tersebut diperbesar dua kali dan jenis-jenis yang
ditemukan kembali didaftarkan. Pekerjaan berhenti sampai dimana penambahan
luas petak tidak menyebabkan penambahan yang berarti pada banyaknya jenis.
Luas minimun ini ditetapkan dengan dasar jika penambahan luas petak tidak
menyebabkan kenaikan jumlah jenis lebih dari 5-10%. Untuk luas petak awal
tergantung surveyor, bisa menggunakan luas 1m x1m atau 2m x 2m atau 20m x
20m, karena yang penting adalah konsistensi luas petak berikutnya yang
merupakan dua kali luas petak awal dan kemampuan pengerjaannya dilapangan
(Marpaung, 2009).
Beberapa sifat yang terdapat pada individu tumbuhan dalam membentuk
populasinya, dimana sifat sifatnya bila di analisa akan menolong dalam
menentukan struktur komunitas. Sifat sifat individu ini dapat dibagi atas dua
kelompok besar, dimana dalam analisanya akan memberikan data yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif. Analisa kuantitatif meliputi : distribusi tumbuhan
(frekuensi), kerapatan (density), atau banyaknya (abudance).
Dalam pengambilan contoh kuadrat, terdapat empat sifat yang harus
dipertimbangkan dan diperhatikan, karena hal ini akan mempengaruhi data yang
diperoleh dari sample. Keempat sifat itu adalah :
1.

Ukuran petak.

2.

Bentuk petak.

3.

Jumlah petak.

4.

Cara meletakkan petak di lapangan (Dedy, 2009).


Ada berbagai metode yang dapat digunakan untuk menganalisa vegetasi

ini. Di antaranya dengan menggunakan metode kuadran atau sering disebut


dengan kuarter. Metode ini sering sekali disebut juga dengan plot less method
karena tidak membutrhkan plot dengan ukuran tertentu, area cuplikan hanya
berupa titik. Metode ini cocok digunakan pada individu yang hidup tersebar
sehingga untuk melakukan analisa denga melakukan perhitungan satu persatu
akan membutuhkanwaktu yang sangat lama, biasanya metode ini digunakan untuk
vegetasi berbentuk hutan atau vcegetasi kompleks lainnya (Polunin, N. 1990)
Metode kuadrat umunya dilakukan bila vegetasi tingkat pohon saja yang
jadi bahan penelitiaan. Metode ini mudah dan lebih cepat digunan untuk
mengetahui komposisi, dominasi pohon dan menaksir volumenya. Ada dua
macam metode yang umum digunakan :
1. Point-quarter
Yaitu metode yang penentuan titik-titik terlebih dahulu ditentukan
disepanjanggaris transek. Jarak satu titik dengan lainnya dapat ditentukan secara
acak atau sistematis. Masing-masing titik dianggap sebagai pusat dari arah
kompas, sehingga setiap titik didapat empat buah kuadran. Pada masing-masing
kuadran inilah dilakukan pendaftaran dan pengukuran luas penutupan satu pohon
yang terdekat dengan pusat titik kuadran. Selain itu diukur pula jarak antara
pohon terdekat dengan titik pusat kuadran.
2. Wandering-quarter
Yaitu suatu metode dengan cara membuat suatu garis transek dan
menetapkan titik sebagai titik awal pengukuran. Dengan menggunakan kompas
ditentukan satu kuadran (sudut 90) yang berpusat pada titik awal tersebut dan
membelah garis transek dengan dua sudut sama besar. Kemudian dilakukan
pendaftaran dan pengukuran luas penutupan danjarak satu pohon terdekat dengan

titik pusat kuadran. Penarikan contoh sampling dengan metode-metode diatas


umumnya digunakan pada penelitian-penelitian yang bersifat kuantitatif.
Metode kuadrat juga ada beberapa jenis :
1. Liat quadrat: Spesies di luar petak sampel dicatat.
2. Count/list count quadrat : Metode ini dikerjakan dengan menghitung jumlah
spesies yang ada beberapa batang dari masing-masing spesies di dalam petak.
Jadi merupakan suatu daftar spesies yang ada di daerah yang diselidiki.
3. Cover quadrat (basal area kuadrat) : Penutupan relatif dicatat, jadi
persentase tanah yag tertutup vegetasi. Metode ini digunakan untuk
memperkirakan berapa area (penutupan relatif) yang diperlukan tiap-tiap
spesies dan berapa total basal dari vegetasi di suatu daerah. Total basal dari
vegetasi merupakan penjumlahan basal area dari beberapa jenis tanaman. Cara
umum untuk mengetahui basal area pohon dapat dengan mengukur diameter
pohon pada tinggi 1,375 meter (setinggi dada).
4. Chart quadrat : Penggambaran letak/bentuk tumbuhan disebut Pantograf.
Metode ini ter-utama berguna dalam mereproduksi secara tepat tepi-tepi
vegetasi dan menentukan letak tiap- tiap spesies yang vegetasinya tidak begitu
rapat. Alat yang digunakan pantograf dan planimeter. Pantograf diperlengkapi
dengan lengan pantograf. Planimeter merupakan alat yang dipakai dalam
pantograf yaitu alat otomatis mencatat ukuran suatu luas bila batas-batasnya
diikuti dengan jarumnya (Natassa, et. al., 2010).
Hasil pengukuran lapangan dilakukan dianalisis data untuk mengetahui
kondisi kawasan yang diukur secara kuantitatif. Di bawah ini adalah beberapa
rumus yang penting diperhatikan dalam menghitung hasil analisa vegetasi, yaitu :
a. Indeks Nilai Penting (INP)
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai

Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),


Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR), (Soerianegara, 1978).

b. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman jenis adalah parameter yang sangat berguna untuk
membandingkan dua komunitas, terutama untuk mempelajari pengaruh gangguan
biotik, untuk mengetahui tingkatan suksesi atau kestabilan suatu komunitas.
Keanekaragaman

jenis

ditentukan

dengan

menggunakan

Keanekaragaman Shannon-Wiener :

Di mana : H = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener


ni = Jumlah individu jenis ke-n
N = Total jumlah individu
Indeks Kekayaan Jenis dari Margallef (R1)

Di mana :
R1 = Indeks kekayaan Margallef
S = Jumlah jenis
N = Total jumlah individu
Indeks Kemerataan Jenis

Di mana :

rumus

Indeks

E = Indeks kemerataan jenis


H = Indeks keanekaragaman jenis
S = Jumlah jenis
Berdasarkan Magurran (1988) besaran R1 < 3.5 menunjukkan kekayaan
jenis yang tergolong rendah, R1 = 3.5 5.0 menunjukkan kekayaan jenis tergolong
sedang dan R1tergolong tinggi jika > 5.0.
Besaran H < 1.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong rendah,
H = 1.5 3.5 menunjukkan keanekaragaman jenis tergolong sedang dan H > 3.5
menunjukkan keanekaragaman tergolong tinggi.
Besaran E < 0.3 menunjukkan kemerataan jenis tergolong rendah, E =
0.3 0.6 kemerataan jenis tergolong sedang dan E > 0.6 maka kemerataaan jenis
tergolong tinggi.
c. Koefisien Kesamaan Komunitas
Untuk mengetahui kesamaan relatif dari komposisi jenis dan struktur
antara dua tegakan yang dibandingkan dapat menggunakan rumus sebagai berikut
(Soerianegara, 1978) :

dimana :
IS = Koefisien masyarakat atau koefisien kesamaan komunitas
W = Jumlah nilai yang sama dan nilai terendah ( < ) dari jenis-jenis yang terdapat
dalam dua tegakan yang dibandingkan a, b = Jumlah nilai kuantitatif dari semua
jenis yang terdapat pada tegakan pertama dan kedua
Nilai koefisien kesamaan komunitas berkisar antara 0-100 %. Semakin
mendekati nilai 100%, keadaan tegakan yang dibandingkan mempunyai kesamaan
yang tinggi. Dari nilai kesamaan komunitas (IS) dapat ditentukan koefisien
ketidaksamaan komunitas (ID) yang besarnya 100 IS. Untuk menghitung IS,
dapat digunakan nilai kerapatan, biomassa, penutupan tajuk atau INP.
Sebagai contoh, kita membandingkan tingkat permudaan semai hutan
primer dengan hutan setelah ditebang dan dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini :
Tabel 2. Nilai Kesamaan Kerapatan antara Hutan Primer dengan Hutan setelah
ditebang pada tingkat Semai

Maka nilai kesamaan komunitas (IS) = ((2 x 55) / (224 + 84)) x 100% =
35.71%
Nilai di atas menunjukkan bahwa antara kondisi primer dan setelah
ditebang dari segi jumlah individu (kerapatan) hanya mempunyai tingkat
kesamaan sekitar 35.71% artinya setelah dilakukan penebangan terjadi kehilangan
jumlah individu sekitar 64.29%.
d. Indeks Dominasi
Indeks dominasi digunakan untuk mengetahui pemusatan dan penyebaran
jenis-jenis dominan. Jika dominasi lebih terkonsentrasi pada satu jenis, nilai
indeks dominasi akan meningkat dan sebaliknya jika beberapa jenis mendominasi
secara bersama-sama maka nilai indeks dominasi akan rendah. Untuk menentukan
nilai indeks dominasi digunakan rumus Simpson (1949) dalam Misra (1973)
sebagai berikut :

Di mana :
C : Indeks dominasi
ni : Nilai penting masing-masing jenis ke-n
N : Total nilai penting dari seluruh jenis (Marpaung, 2009).
Analisis vegetasi dapat digunakan untuk mempelajari susunan dan
bentuk vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan :
1. Mempelajari tegakan hutan, yaitu tingkat pohon dan permudaannya.
2. Mempelajari tegakan tumbuh-tumbuhan bawah, yang dimaksud tumbuhan
bawah adalah suatu jenis vegetasi dasar yang terdapat dibawah tegakan hutan
kecuali permudaan pohon hutan, padang rumput/alang-alang dan vegetasi
semak belukar (Desmawati, et. al, 2011).

Adapun parameter vegetasi yang diukur dilapangan secara langsung


adalah :
1. Nama jenis (lokal atau botanis)
2. Jumlah individu setiap jenis untuk menghitung kerapatan
3. Penutupan tajuk untuk mengetahui persentase penutupan vegetasi terhadap
lahan
4. Diameter batang untuk mengetahui luas bidang dasar dan berguna untuk
menghitung volume pohon.
5. Tinggi pohon, baik tinggi total (TT) maupun tinggi bebas cabang (TBC),
penting untuk mengetahui stratifikasi dan bersama diameter batang dapat
diketahui ditaksir ukuran volume pohon (Marpaung, 2009).
Pengamatan parameter vegetasi berdasarkan bentuk hidup pohon, perdu,
serta herba. Suatu ekosistem alamiah maupun binaan selalu terdiri dari dua
komponen utama yaitu komponen biotik dan abiotik. Vegetasi atau komunitas
tumbuhan merupakan salah satu komponen biotik yang menempati habitat
tertentu seperti hutan, padang ilalang, semak belukar dan lain-lain. Struktur dan
komposisi vegetasi pada suatu wilayah dipengaruhi oleh komponen ekosistem
lainnya yang saling berinteraksi, sehingga vegetasi yang tumbuh secara alami
pada wilayah tersebut sesungguhnya merupakan pencerminan hasil interaksi
berbagai faktor lingkungan dan dapat mengalami perubahan drastik karena
pengaruh anthropogenic (Desmawati, et. al, 2011).
Jika berbicara mengenai vegetasi, kita tidak bisa terlepas dari komponen
penyusun vegetasi itu sendiri dan komponen tersebutlah yang menjadi fokus
dalam pengukuran vegetasi. Komponen tumbuh-tumbuhan penyusun suatu
vegetasi umumnya terdiri dari :
1. Belukar (Shrub) : Tumbuhan yang memiliki kayu yang cukup besar, dan
memiliki tangkai yang terbagi menjadi banyak subtangkai.
2. Epifit (Epiphyte) : Tumbuhan yang hidup dipermukaan tumbuhan lain
(biasanya pohon dan palma). Epifit mungkin hidup sebagai parasit atau hemiparasit.

3. Paku-pakuan (Fern) : Tumbuhan tanpa bunga atau tangkai, biasanya memiliki


rhizoma seperti akar dan berkayu, dimana pada rhizoma tersebut keluar tangkai
daun.
4. Palma (Palm) : Tumbuhan yang tangkainya menyerupai kayu, lurus dan
biasanya tinggi; tidak bercabang sampai daun pertama. Daun lebih panjang dari
1 meter dan biasanya terbagi dalam banyak anak daun.
5. Pemanjat (Climber) : Tumbuhan seperti kayu atau berumput yang tidak berdiri
sendiri namun merambat atau memanjat untuk penyokongnya seperti kayu atau
belukar.
6. Terna (Herb) : Tumbuhan yang merambat ditanah, namun tidak menyerupai
rumput. Daunnya tidak panjang dan lurus, biasanya memiliki bunga yang
menyolok, tingginya tidak lebih dari 2 meter dan memiliki tangkai lembut yang
kadang-kadang keras.
7. Pohon (Tree) : Tumbuhan yang memiliki kayu besar, tinggi dan memiliki satu
batang atau tangkai utama dengan ukuran diameter lebih dari 20 cm.
Untuk tingkat pohon dapat dibagi lagi menurut tingkat permudaannya,
yaitu :
a. Semai (Seedling) : Permudaan mulai dari kecambah sampai anakan kurang dari
1.5 m.
b. Pancang (Sapling) : Permudaan dengan tinggi 1.5 m sampai anakan
berdiameter kurang dari 10 cm.
c. Tiang (Poles) : Pohon muda berdiameter 10 cm sampai kurang dari 20 cm
(Marpaung, 2009).

BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Hari/ tanggal

: Jumat, 27 November 2015

Waktu Pelaksanaan : 15.30 WIB - Selesai


Tempat

: Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UNTAN

B. Alat dan Bahan


Alat :
-

Tali rafia

Meteran 50 m

Pancang

Parang

Caliper

Buku identifikasi

Counter (alat penghitung)

Alat tulis

Bahan :
-

Komunitas tertentu

C. Cara Kerja
1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis.
2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan Kurva Species Area
dan banyaknya petak contoh tergantung dari biaya, waktu dan tenaga.
Tetapi dari berbagai pengalaman, pada dasarnya ukuran petak contoh
seluas 1 x 1 m2 dibuat untuk analisis tumbuhan herba.
3. Penentuan awal petak contoh dapat dilakukan secara acak atau secara
sistematis atau kombinasi keduanya yaitu pertama dibuat acak dan
selanjutnya dilakukan secara sistematis.
4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang ada.
5. Hitung data (lihat penghitungan).

6. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis


dengan menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut.
7. Tentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR). SDR menunjukkan jumlah
Indeks Nilai Penting dibagi dengan besaran yang membentuknya. SDR
dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari 100% sehingga mudah unutk
diinterpretasikan.
4.

5.

1.

2.

3.

Gambar 1. Contoh Petak Metode Kuadrat

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Data Pengamatan Metode Kuadrat
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Species
Cynodon dactylon
Cyperus rotundus
Bryum sp.
Zoysia matrella
Eleocharis dulcis
Saccharum
spontaneum
Chloris barbata
Paspaium
commersoni
Kyllinga
morocephala
Ischaemum
timorense
Caladium sp.
Fimbristylis anrua
Jumlah

Jumlah

Jumla

Individu
125
6
2
27
49

h Plot
5
1
1
4
4

KM

KR (%)

FM

FR (%)

NP

25
6
2
6.75
12.25

13.31085
3.194605
1.064868
3.59393
6.522318

1
0.2
0.2
0.8
0.8

13.51351
2.702703
2.702703
10.81081
10.81081

26.82437
5.897307
3.767571
14.40474
17.33313

360

72

38.33526

13.51351

51.84877

27

5.4

2.875144

13.51351

16.38866

39

9.75

5.191233

0.8

10.81081

16.00204

14

4.666667

2.484693

0.6

8.108108

10.5928

36

12

6.389209

0.6

8.108108

14.49732

14
18
717

1
1
37

14
18
187.8167

7.454078
9.583814
100

0.2
0.2
7.4

2.702703
2.702703
100

10.15678
12.28652
200

Keterangan :
KM= Kerapatan Mutlak
KR = Kerapatan Relatif
FM = Frekuensi Mutlak
FR = Frekuensi Relatif
NP = Nilai Penting
B. Pembahasan
Pada praktikum kali ini yaitu Analisa Vegetasi dengan metode kuadrat ini
memiliki tujuan yaitu untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran dan
struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.

Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan


suatu luasan petak contoh. Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu
ukuran luas yang diukur dengan satuan kuadrat seperti m, cm dan lain-lain.
Bentuk petak contoh pada metode kuadrat pada dasarnya ada tiga macam yaitu
bentuk lingkaran, bentuk bujur sangkar dan bentuk empat persegi panjang. Dari
ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan
kekurangannya (Polunin, 1990).
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, didapat 12 spesies tumbuhan.
Tumbuhan tersebut adalah Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Bryum sp.,
Zoysia matrella, Eleocharis dulcis, Saccharum spontaneum, Chloris barbata,
Paspaium commersoni, Kyllinga morocephala, Ischaemum timorense, Caladium
sp. dan Fimbristylis anrua.Tumbuhan-tumbuhan tersebut tersebat pada 5 plot
yang di amati. Beberapa tumbuhan ada yang menempati seluruh plot, dan ada juga
yang hanya ditemukan pada 3, 4 atau hanya di 1 plot saja.
Pada Cynodon dactylon dapat ditemui pada seluruh plot dengan total
individu 125. Cyperus rotundus hanya ditemukan pada 1 plot dan berjumlah 6
individu. Bryum sp. juga hanya menempati 1 plot dan diteukan 2 individu.
Tumbuhan Zoysia matrella menempati 4 plot dengan total individunya 27.
Eleocharis dulcis dapat ditemukan pada 4 plot juga dan ditemukan 49 individu.
Tumbuhan Saccharum spontaneum menempati 5 plot dengan total individu 360.
Chloris barbata menempati 5 plot dengan jumlah individu 27. Paspaium
commersoni menempati 4 plot dengan total individu 39. Kyllinga morocephala
menempati 3 plot dengan total individu yang ditemukan adalah 14. Ischaemum
timorense yang ditemukan ada 36 individu yang menmepati 3 plot. Caladium sp.
menempati hanya 1 plot dengan jumlah 14 individu. Fimbristylis anrua
menempati hanya 1 plot juga dan dengan jumlah individu 18.
Indeks Nilai Penting (INP) ini digunakan untuk menetapkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai
Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR),
Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Soerianegara, 1978).

Besarnya indeks nilai penting menunjukkan peranan jenis yang


bersangkutan dalam komunitasnya atau pada lokasi penelitian. Sehinga dari
pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa vegetasi dominan yang
tersebar pada lapangan di depan lab. P. Biologi FKIP Untan adalah Saccharum
spontaneum.
Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah jauh
dari naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan mempengaruhi
jenis spesies dan jumlahnya.
Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya. Keuntungan penggunaan metode kuadrat pada praktikum ini yaitu
untuk mempermudah dalam mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran,
dan struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati. Kekurangan metode ini kita
dapat saja selisih dalam menghitung jumlah spesies yang terdapat pada setiap
plotnya. Hal ini dapat dikarenakan banyaknya jumlah spesies yang terdapat pada
plot.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari praktikum ini adalah :
1. Ditemukan 12 Spesies pada petak metode kuadrat dengan penyebaran yang
beraneka ragam.
2. Spesies yang mendominasi adalah Saccharum spontaneum.
3. Pemilihan tempat untuk pembuatan petak metode kuadrat haruslah jauh dari
naungan ataupun pohon. Karena bila terdapat naungan akan mempengaruhi
jenis spesies dan jumlahnya.
4. Digunakannya metode kuadrat karena metode ini mudah dan lebih cepat
digunakan untuk mengetahui komposisi, dominansi pohon dan menaksir
volumenya.
B. Saran
Diharapkan praktikan dapat lebih aktif dan berpartisipasi dalam
kegiatan praktikum, agar paktikum dapat berjalan dengan lebih baik dan
efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Dedy.

2009.

Analisa

Vegetasi.

(http://dydear.multiply.com/journal/item/15/Analisa_Vegetasi/

(Online).
Diakses

tanggal 20 Desember 2015).


Desmawati,

et.

al.

2011.

Analisa

Vegetasi.

(http://digilib.its.ac.id/ITS-

Undergraduate-3100007028754/6670/ Diakses tanggal 20 Desember


2015).
Marpaung, Andre. 2009. Apa dan Bagaimana Mempelajari Analisa Vegetasi.
(Online).

(http://boymarpaung.wordpress.com/2009/04/20/apa-dan-

bagaimana-mempelajari-analisa-vegetasi/ Diakses tanggal 20 Desember


2015).
Natassa W. 2010. Ekologi Umum. Jakarta: Universitas Indonesia.
Polunin, N. 1990. Ilmu Lingkungan dan Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Soerianegara, I dan A. Indrawan. 1978. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor :
Fakultas Kehutanan IPB Bogor.

LAMPIRAN

Tabel 1. Data Pengamatan Metode Kuadrat


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Species
Cynodon dactylon
Cyperus rotundus
Bryum sp.
Zoysia matrella
Eleocharis dulcis
Saccharum
spontaneum
Chloris barbata
Paspaium

Jumlah

Jumla

Individu
125
6
2
27
49

h Plot
5
1
1
4
4

KM

KR (%)

FM

FR (%)

NP

25
6
2
6.75
12.25

13.31085
3.194605
1.064868
3.59393
6.522318

1
0.2
0.2
0.8
0.8

13.51351
2.702703
2.702703
10.81081
10.81081

26.82437
5.897307
3.767571
14.40474
17.33313

360

72

38.33526

13.51351

51.84877

27

5.4

2.875144

13.51351

16.38866

39

9.75

5.191233

0.8

10.81081

16.00204

14

4.666667

2.484693

0.6

8.108108

10.5928

36

12

6.389209

0.6

8.108108

14.49732

14
18
717

1
1
37

14
18
187.8167

7.454078
9.583814
100

0.2
0.2
7.4

2.702703
2.702703
100

10.15678
12.28652
200

commersoni
Kyllinga
morocephala
Ischaemum
timorense
Caladium sp.
Fimbristylis anrua
Jumlah
Keterangan :

KM= Kerapatan Mutlak


KR = Kerapatan Relatif
FM = Frekuensi Mutlak
FR = Frekuensi Relatif
NP = Nilai Penting

KM =

Jumlah dariindividu dari suatu jenis i


Jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh

Cynodon dactylon =

125
5

Cyperus rotundus =

6
1

= 25

=6

Bryum sp. =

2
1

Zoysia matrella =

=2

27
4

= 6,75

49
4

Eleocharis dulcis =

= 12,25

14
3

Kyllinga morocephala =
Saccharum spontaneum =

360
5

4.666667

72
Ischaemum timorense =
Chloris barbata =

27
5

= 5,4

14
1

Caladium sp. =
Paspaium commersoni =

39
4

=
Fimbristylis anrua =

9,75

KR =

36
3

= 12

= 14

18
1

= 18

Kerapatan mutlak dari jenis i


Kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh

100%

Cynodon dactylon =

25
187,8167

100% = 13.31085

Cyperus rotundus =

6
186,8167

2
186,8167

100% = 3.59393

Saccharum
72
186,8167

x 100% =

1.064868

Zoysia matrella =

12,25
186,8167

100% = 6.522318

100% = 3.194605

Bryum sp. =

Eleocharis dulcis =

spontaneum

x 100% = 38.33526

Chloris barbata =

5,4
186,8167

100% = 2.875144
6,75
186,8167

Paspaium
9,75
186,8167

commersoni
x 100% = 5.191233

Kyllinga

morocephala

4,666667
186,8167

=
14
186,8167

Caladium sp. =

x 100% = 2.484693

100% = 7.454078
Ischaemum
12
186,8167

FM =

timorense

18
186,8167

Fimbristylis anrua =
x 100% = 6.389209

100% = 9.583814

Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i


Jumlah banyaknya petak contohdibuat dalam anal isa vegetasi

Cynodon dactylon =

5
5

=1

Chloris barbata =

Cyperus rotundus =

1
5

= 0,2

Paspaium commersoni =

4
5

= 0,8

Kyllinga morocephala =

3
5

= 0,6

Ischaemum timorense =

3
5

= 0,6

Bryum sp. =

1
5

= 0,2

Zoysia matrella =

4
5

Eleocharis dulcis =

= 0,8

4
5

= 0,8

Saccharum spontaneum =

FR =

5
5

Caladium sp. =

=1

Frekwensi mutlak dari jenis i


Frekwensi total seluru h jenis

Cynodon dactylon =
= 13.51351

1
7,4

x 100%

5
5

1
5

Fimbristylis anrua =

x 100%

=1

= 0,2

1
5

= 0,2

0,2
7,4

Cyperus rotundus =

x 100%
Paspaium commersoni =

= 2.702703

0,8
7,4

0,6
7,4

0,6
7,4

100% = 10.81081
Bryum sp. =

0,2
7,4

x 100% =
Kyllinga morocephala =

2.702703

100% = 8.108108
Zoysia matrella =

0,8
7,4

x 100% =
Ischaemum timorense =

10.81081

100% = 8.108108
Eleocharis dulcis =

0,8
7,4

x 100%
Caladium sp. =

= 10.81081

0,2
7,4

x 100% =

2.702703
Saccharum spontaneum =

1
7,4

x
Fimbristylis anrua =

100% = 13.51351

= 2.702703
Chloris barbata =
13.51351
NP = KR + FR

1
7,4

x 100% =

0,2
7,4

x 100%

Cynodon dactylon = 13.31085 + 13.51351 = 26.82437


Cyperus rotundus = 3.194605 + 2.702703 = 5.897307
Bryum sp. = 1.064868 + 2.702703 = 3.767571
Zoysia matrella = 3.59393 + 10.81081 = 14.40474
Eleocharis dulcis = 6.522318 + 10.81081 = 17.33313
Saccharum spontaneum = 38.33526 + 13.51351 = 51.84877
Chloris barbata = 2.875144 + 13.51351 = 16.38866
Paspaium commersoni = 5.191233 + 10.81081 = 16.00204
Kyllinga morocephala = 2.484693 + 8.108108 = 10.5928
Ischaemum timorense = 6.389209 + 8.108108 = 14.49732
Caladium sp. = 7.454078 + 2.702703 = 10.15678
Fimbristylis anrua = 9.583814 + 2.702703 = 12.28652

Você também pode gostar