Você está na página 1de 7

TUGAS METODE DAN TEKNIK ANALISIS DAN RENCANA WILAYAH

ANALISIS DISPARITAS WILAYAH

DISUSUN OLEH:
DZAKY NAUFAL

13/351482/TK/41275

PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR DAN PERENCANAAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015

Pendahuluan
Analisis perekonomian dalam bidang perencanaan wilayah bertujuan
untuk menemukan dan mengenali potensi dan sektor-sektor yang dapat
dikembangkan, permasalahan perekonomian, penilaian kemungkinan
aktivitas ekonomi yang dapat dikembangkan pada wilayah. Hasil dari
analisis perekonomian tersebut adalah pertumbuhan dan perkembangan
ekonomi, kemakmuran dan kesejahteraan penduduk, dan mencari tahu
apakan

ada

investasi

dan

pergerakan

dana

dari

pemerintahan.

Pertumbuhan ekonomi serta kemakmuran penduduk tentu tidak sama di


setiap wilayah. Secara regional atau antarwilayah, dan contohnya di
Kbupaten

Magelang,

ada

ketidakmerataan

distribusi

pendapatan

antarlapisan masyarakat. Dalam hal ini, karena beberapa faktor seperti


tidak adanya integrasi pendapatan ekonomi dan tidak seimbangnya aspek
perekonomian dalam wilayah maka muncullah sebuah disparitas yang
bisa juga disebabkan oleh permasalahan di bagian distribusi hasil produksi
dan lain lain. Disparitas pendapatan tersebut dapat terjadi karena
berbagai factor, misalnya kondisi geografis, infrastruktur pendukung,
tingkat pendidikan masyarakat, dan lain-lain. Dibawah ini akan dilakukan
dan dilampirkan hasil analisis disparitas wilayah di Kabupaten Magelang

Disparitas EKONOMI WILAYAH


1. Pola Perkembangan (Klassen)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui pola perkembangan


perekonomian wilayah hal ini dilakukan

untuk menggambarkan

klasifikasi ekonomi wilayah berdasarkan laju pertumbuhan, ekonomi


daerah, dan tingkat PDRB per Kapita. Terdapat 4 karakteristik pola dan
struktur pertumbuhan ekonomi daerah: rapid growth region, retarted
region, growing region, relative backward region.

R1>R2

Y1>Y2
Daerah maju dan
tumbuh cepat (rapid
growth region)

Y1<Y2
Daerah berkembang
cepat (growing region)

R1<R2

Daerah maju tetapi


tertekan (retarded
region)

Daerah relative
tertinggal (Relative
backward region)

R1 = Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Pati


R2 = Laju pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Tengah
Y1 = PDRB per Kapita Kabupaten rata-rata
Y2 = PDRB per Kapita Provinsi rata-rata
Dengan hasil perhitungan seperti tabel dibawah
NO
1

Kabupaten
Salaman

R
0,057

Y
2.109.652,85

Klasifikasi
Growing Region
Rapid Growth
Region
Relative
Backward Region
Rapid Growth
Region
Retarded Region
Relative
Backward Region
Rapid Growth
Region
Growing Region
Relative
Backward Region

Borobudur

0,050

3.574.130,74

Ngluwar

0,044

3.091.252,26

Salam

0,049

3.828.280,39

Srumbung

0,046

7.190.865,19

Dukun

0,032

2.055.564,79

Muntilan

0,062

3.824.048,28

Mungkid

0,050

3.046.623,97

Sawangan

0,033

2.444.852,07

10

Candimulyo

0,041

2.013.550,13

11

Mertoyudan

0,048

6.424.070,25

12

Tempuran

0,046

4.281.296,67

13

Kajoran

0,044

3.407.533,47

14

Kaliangkrik

0,033

3.230.268,44

Relative
Backward Region

15

Bandongan

0,041

2.340.859,99

Relative
Backward Region

16

Windusari

0,046

3.309.200,31

17

Secang

0,055

3.543.030,35

18
19
20

Tegalrejo
Pakis
Grabag

0,049
0,053
0,056

2.119.691,11
2.503.228,28
2.632.805,03

21

Ngablak

0,051

5.349.974,12

Relative
Backward Region
Rapid Growth
Region
Retarded Region
Relative
Backward Region

Relative
Backward Region
Rapid Growth
Region
Growing Region
Growing Region
Growing Region
Rapid Growth
Region

PDRB Kab. Magelang

0,048
3.477.134,59
Sumber: Analisis Data 2015

Menurut analisis diatas, di kabupaten magelang, terdapat beberapa


kecamatan yang masih tertinggal dan masuk kedalam kategori retarded
region yaitu Srumbung dan Tempuran.
2. Indeks Williamson

Indeks Williamson merupakan koefisien persebaran (coeficient of


variation) dari rata-rata nilai sebaran dihitung berdasarkan estimasi dari
nilai-nilai PDRB dan penduduk daerah-daerah yang berada pada lingkup
wilayah yang dikaji dan dianalisis. Data yang digunakan adalah PDRB per

kapita dan jumlah penduduk.

Vw=

( y 1 y )2 fin
r

fi adalah jumlah penduduk Kabupaten Magelang


n adalah jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah
Yi adalah PDRB per Kapita Kabupaten Magelang
Y adalah PDRB per Kapita rata-rata Provinsi
Angka Indeks Wlliamson (IW) berkisar antara 0 sampai dengan 1,
IW < 0.4 artinya tingkat ketimpangan rendah
0.4 < IW < 0.5 artinya tingkat tingkat moderat
IW > 0.5 artinya tingkat ketimpangan tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan Indeks Williamson yang dilakukan


secara time series dari data kabupaten Magelang, didapatkanlah hasil
Indeks Williamson selama 5 tahun terakhir sebagai berikut
2008
0,4061

Indeks Williamson
2009
2010
2011
0,3976
0,4058
0,4049

Sumber: Analisis Data 2015

2012
0,4137

Indeks Williamson
0.4200
0.4150
0.4100
Indeks Williamson

0.4050
0.4000
0.3950
0.3900
0.3850
2008

2009

2010

2011

2012

Dan dilihat dari analisis berdasarkan Indeks Williamson, bisa dilihat bahwa
ada disparitas diantara tahun 2008 dan 2009 kemudian menanjak di
tahun 2010 dan terjadi penurunan di tahun 2011 walaupun tidak
signifikan, dan pada akhirnya tahun 2012 meningkat dengan angka
0,4137
3. Indeks Enthropy Tail
Indeks Enthropi Theil digunakan dan dipakai untuk mengetahui
disparitas pendapatan antar wilayah. Semakin besar Indeks Enthropi Theil
dilihat hasilnya dari semakin besar disparitas yang terjadi. Sebaliknya
apabila Indeks Enthropi Theil makin kecil, maka pendapatan pun
dikategorikan semakin merata.
I ( y )=

yj
yj
Y
xlog
Y
xj
x

Enthropy Tail
28.30
28.20
28.10
28.00
27.90
27.80
27.70
2008

2009

2008
28,25

2010

2009
28,12

2011

2010
27,97

2011
27,93

2012

2012
27,89

Sumber: Analisis Data 2015

Hasil perhitungan menyatakan bahwa indeks Enthropy tail ini terletak di


angka 27 dan 28 di Kabupaten Magelang per kecamatannya.

4. Kesimpulan
Hasil analisis yang telah dihitung dengan beberapa cara mengolah
data perekonomian ini didaptkan kesimpulan bahwa kondisi perekonomian
di

Kecamatan

di

Kabupaten

Magelang

tahun

2008-2012

dengan

menggunakan indeks klassen, bahwa ada 2 kecamatan di Kabupaten


Magelang yang masih sangat tertinggal yaitu Kecamatan Srumbung dan
Tempuran.
Ngluwar,
Windusari.

Sedangkan
Dukun,

kategori

Sawangan,

Candimulyo.

yang

Kajoran,

Sedangkan

terbelakang

yaitu

kecamatan

Kaliangkrik,

Bandongan

kecamatan

lainnya

dan

seperti

Mertoyudan, Mungkid dan Salaman termasuk kecamatan yang bisa


dibilang berkembang dan unggulan di Kabupaten Magelang. Disparitas
yang ada dilihat melalui metode williamson dan enthropy tail bahwa
Kabupaten Magelang terletak dikategori Moderate Region atau wilayah
yang disparitasnya tidak tertinggi karena jika melebihi angka 0,4 baru bisa
dikateogirikan wilayah yang disparitasnya tinggi.

Hal ini bisa disimpulkan bahwa potensi dan komoditas unggulan


beberapa kecamatan ini mempengaruhi disparitas yang ada di wilayah.

Você também pode gostar