Você está na página 1de 27

LAPORAN PENDAHULUAN

PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


(POLA ELIMINASI URIN)

OLEH :
LUDY ARRISAL SYABANA
070111a033

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN DASAR


PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2011
1

A. KONSEP DASAR PEMENUHAN KEBUTUHAN ELIMINASI URIN


1.

Pengertian
Miksi (berkemih) adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat di atas nilai ambang yang kemudian mencetuskan langkah
kedua
Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidaktidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks
ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.

2.

Anatomi Fisiologik & Hubungan Saraf Pada Kandung Kemih


Kandung kemih adalah ruangan berdinding otot polos yang terdiri dari dua
bagian besar:

Badan (corpus), merupakan bagian utama kandung kemih dimana urin


berkumpul dan

Leher (kollum), merupakan lanjutan dari badan yang berbentuk corong,


berjalan secara inferior dan anterior ke dalam daerah segitiga urogenital
dan berhubungan dengan uretra. Bagian yang lebih rendah dari leher
kandung kemih disebut uretra posterior karena hubungannya dengan
uretra.
Otot polos kandung kemih disebut otot detrusor. Serat-serat ototnya
meluas ke segala arah dan bila berkontraksi, dapat meningkatkan tekanan
dalam kandung kemih menjadi 40 sampai 60 mmHg. Dengan demikian,
kontraksi otot detrusor adalah langkah terpenting untuk mengosongkan
kandung kemih. Sel-sel otot polos dari otot detrusor terangkai satu sama

lain sehingga timbul aliranlistrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke
sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh
otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi
kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.
Pola dinding posterior kandung kemih, tepat di atas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum.
Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagian kandung kemih yang
membuka menuju leher masuk ke dalam uretra posterior, dan kedua ureter
memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat
dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang
berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat
memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor
dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi di bawah mukosa kandung
kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2-3 cm, dan
dindingnya terdiri dari otot detrusur yang bersilangan dengan sejumlah
besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat
tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra
posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah
pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung
kemih meningkat di atas ambang kritis.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma
urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna
kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbed dengan otot
pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos.
Otot sfingter eksterna bekerja dibawah kendali system saraf volunter dan
dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila pengendali
involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
Secara umum cara kerja otot detrusor adalah berlawanan dengan
sfingter urinari. Apabila otot detrusor kontraksi maka sfingter urinari
relaksasi begitu juga sebaliknya.

a. Persarafan Kandung Kemih


Persarafan utama kandung kemih ialah nervus pelvikus, yang
berhubungan dengan medulla spinalis melalui pleksus sakralis, terutama
berhubungan dengan medulla spinalis segmen S-2 dan S-3. Berjalan
melalui nervus pelvikus adalah serat saraf sensorikdan serat saraf
motorik. Serat sensorik mendeteksi derajat renganagan pada dinding
kandung kemih. Tanda-tanda regangan dari uretra posterior bersifat
sangat kuat dan terutama bertanggung jawab untuk mencetuskan refleks
yang menyebabakan pengosongan kandung kemih.
Saraf motorik yang menjalar dalam nervus pelvikus adalah serat
parasimpatis. Serat ini berakhi pada saraf ganglion yang terletak pada
dinding kandung kemih. Saraf psot ganglion pendek kemudian
mempersarafi otot detrusor.
Selain nervus pelvikus, terdapat dua tipe persarafan lain yang
penting untuk fungsi kandung kemih.Yang terpenting adalah serat otot
lurik yang berjalan melalui nervus pudendal menuju sfingter eksternus
kandung kemih. Ini adalah serat saraf somatic yang mempersarafi dan
mengontrol otot lurik sfingter. Juga, kandung kemih menerima saraf
simpatis dari rangkaian simpatis melalui nervus hipogastrikus, terutama
berhubungan dengan segmen L-2 medula spinalis. Serat simpatis ini
mungkin

terutama

merangsang

pembuluh

darah

dan

sedikit

mempengaruhi kontraksi kandung kemih. Beberapa serat saraf sensorik


juga berjalan melalui saraf simpatis dan mungkin penting dalam
menimbulkan sensasi rasa penuh dan pada beberapa keadaan, rasa nyeri.

b.Transport Urin dari Ginjal Melalui Ureter dan Masuk ke dalam


Kandung Kemih

Urin yang keluar melalui kandung kemih mempunyai komposisi


utama yang sama dengan cairan yang keluar dari duktus koligentes, tidak
ada perubahan yang berarti pada komposisi urin tersebut sejak mengalir
melalui kaliks renalis dan ureter sampai kandung kemih.
Urin mengalir dari duktus koligentes masuk ke kaliks renalis.
Meregangkan kaliks renalis dan meningkatkan pacemakernya, yang
kemudian mencetuskan kontraksi peristaltic yang menyebar ke pelvis
renalis dan kemudian turun sepanjang ureter, dengan demikian
mendorong urin dari pelvis renalis kearah kandung kemih. Dinding
ureter terdiri dari otot polos dan dipersarafi oleh saraf simpatis dan
parasimpatis seperti juga neuron-neuron pada pleksus intramural dan
serat saraf yang meluas di seluruh panjang ureter.
Seperti halnya otot polos pada organ viscera yang lain, kontraksi
peristaltik pada ureter ditingkatkan oleh perangsangan parasimpatis dan
dihambat oleh perangsangan simpatis.
Ureter memasuki kandung kemih menembus otot detrusor di
daerah trigonum kandung kemih. Normalnya, ureter berjalan secara
oblique sepanjang beberapa cm menembus dinding kandung kemih.
Tonus normal dari otot detrusor pada dinding kandung kemih cenderung
menekan ureter, dengan demikian mencegah aliran balik urin dari
kandung kemih waktu tekanan di kandung kemih meningkat selama
berkemih atau sewaktu terjadi kompresi kandung kemih. Setiap
gelombang

peristaltic

yang

terjadi

di

sepanjang

ureter

akan

meningkatkan tekanan dalam ureter sehingga bagian yang menembus


dinding kandumg kemih membuka dan memberi kesempatan urin
mengalir ke dalam kandung kemih.
Pada beberapa orang, panjang ureter yang menembus dinding
kandung kemih kurang dari normal, sehingga kontraksi kandung kemih
selama berkemih tidak selalu menimbulkan penutupan ureter secara
sempuna. Akibatnya sejumlah urin dalam kandung kemih terdorong
kembali ke dalam ureter, keadaan ini disebut refluks vesikoureteral.

Refluks semacam ini dapat menyebabkan pembesaran ureter, dan jika


parah, dapat meningkatkan tekanan di kaliks renalis dan struktur-struktur
di medulla spinalis, mengakibatkan kerusakan daerah ini.
c. Sensasi Rasa Nyeri pada Ureter dan Refleks Ureterorenal.
Ureter dipersyarafi secara sempurna oleh serat saraf nyeri. Bila
ureter tersumbat ( contoh : oleh batu ureter ), timbul reflek konstriksi
yang kuat sehubungan dengan rasa nyeri yang hebat. Impuls rasa nyeri
juga

menyebabkan

mengkonstriksikan

reflek

simpatis

arteriol-arteriol

kembali
ginjal,

ke

ginjal

dengan

untuk

demikijan

menurunkan pengeluaran urin dari ginjal. Efek ini disebut refleks


ureterorenal dan bersifat penting untuk mencegah aliran cairan yang
berlebihan ke dalam pelvis ginjal yang ureternya tersumbat.
d. Refleks Berkemih
Merujuk kembali pada gambar, kita dapat melihat bahwa selama
kandung kemih terisi, banyak yang menyertai kontraksi berkemih mulai
tampak, seperti diperlihatkan oleh gelombang tajam dengan garis putusputus. Keadaan ini diebabkan oleh refleks peregangan yang dimulai oleh
reseptor regang sensorik pada dinding kandung kemih, khususnya oleh
reseptor pada uretra posterior ketika daerah ini mulai terisi urin pada
tekanan kandung kemih yang lebih tinggi. Sinyal sensorik dari reseptor
regang kandung kemih dihantarkan ke segmen sacral medulla spinalis
melalui nervus pelvikus dan kemudian secara refleks kembali lagi ke
kandung kemih melalui serat saraf parasimpatis ,elalui saraf yang sama
ini.
Ketika kandung kemih hanya terisi sebagian, kontraksi berkemih
ini biasanya secara spontan berelaksasi setelah beberapa detik, otot
detrusor berhenti berkontraksi, dan tekanan turunkembali ke garis basal.
Karena kandung kemih terus terisi, refleks berkemih menjadi
nertamabah sering dan menyebabkan kontraksi otot detrusor lebih kuat.

Sekali refleks berkemih mulai timbul, refleks ini akan menghilang


sendiri. Artinya, kontraksi awal kandung kemih selanjunya akan
mengaktifkan

reseptor

regang

untuk

menyebabkan

peningkatan

selanjutnya pada impuls sensorik ke kandung kemih dan uretra posterior,


yang menimbulkan peningkatan refleks kontraksi kandung kemih lebih
lanjut. Jadi siklus ini berulang dan berulang lagi sampai kandug kemih
mencapai kontraksi yang kuat. Kemudian, setelah beberapa detik sampai
lebih dari semenit, refleks yang menghilang sendiri ini mulai melemah
dan siklus regeneratif dari refleks miksi ini berhenti, menyebabkan
kandung kemih berelaksasi
Jadi refleks berkemih adalah suatu siklus tunggal lengkap dari :
Peningkatan tekanan yang cepat dan progesif. Periode tekanan
dipertahankan dan kembalinya tekanan ke tonus basal kandung kemih.
Sekali reflaks berkemih terjadi tetapi tidak berhasil mengosongkan
kandung kemih, eleman saraf dari refleks ini biasanya tetap dalam
keadaan terinhibisi selama beberapa menit sampai satu jam atau lebih
sebelum refleks berkemih lainnya terjadi. Karena kandung kemih
menjadi semakin terisi, refleks berkemih menjadi semakin sering dan
semakin kuat.
Sekali reflaks berkemih menjadi cukup kuat, hal ini juga
menimbulkan refeleks lain, yang berjalan melalui nervus pudendal ke
sfingter eksternus untuk menghambatnya. Jika inhibisi ini lebih kuat
dalam otak darip[ada sinyal konstriktor volunter ke sfingter eksterna,
berkemih pun akan terjadi. Jika tidak, berkemih tidak akan terjadi
sampai kandung kemih terisi lagi dan refleks berkemih menjadi semakin
kuat.

e. Perangsangan Atau Penghambatan Berkemih oleh Otak

Refleks berkemih adalah refleks medula spinalis yng seluruhnya


bersifat autonomic, tetapi dapat dihambat atau dirangsang oleh pusat
dalam otak.
Pusat-pusat ini antara lain: Pusat perangsang dan penghambat
kuat dalam batang otak, terutama terletak di pons dan beberapa pusat
yang terletak di korteks serebral yang terutama bekerja sebagai
penghambat tetapi dapat juga menjadi perangsang.
Refleks berkemih merupakan dasar terjadinya berkemih, tetapi
pusat yang lebih tinggi normalnya memegang peranan sebagai
pengendali akhir dari berkemih, sebagai berikut :
Pusat yang lebih tinggi menjaga secara parsial penghambatan refleks
berkemih kecuali jika peristiwa berkemih dikehendaki. Pusat yang lebih
tinggi dapat mencegah berkemih, bahkan jika refleks berkemih timbul,
dengan membuat kontraksi tonik terus menerus pada sfingter eksternus
kandung kemih sampai mendapatkan waktu yang baik untuk berkemih.
Jika tiba waktu untuk berkemih, pusat kortikal dapat merangsang pusat
berkemih sacral untuk membantu mencetuskan refleks berkemih dan
dalam waktu bersamaan menghambat sfingter eksternus kandung kemih
sehingga peristiwa berkemih dapat terjadi.
Berkemih dibawah keinginan biasanya tercetus demgam cara
berikut :
Pertama

seseorang

secara

sadar

mengkontraksikan

otot-otot

abdomennya, yang meningkatkan tekanan dalam kandung kemih dan


mengakibatkan urin ekstra memasuki leher kandung kemih dan
uretraposterior dibawah tekanan, sehingga meregangkan dindingnya. Hal
ini menstimulasikan reseptor regang, yang merangsang refleks berkemih
dan mennghambat sfingter eksternus uretra secara stimulant. Biasanya,
seluruh urin akan keluar, terkadang lebih dari 5 sampai 10 ml urin
tertinggal di kandung kemih.
d. Volume

Volume urine yang dikeluarkan sangat bervariasi.


Usia Jumlah / hari
1. Hari pertama & kedua dari kehidupan 15 60 ml
2. Hari ketiga kesepuluh dari kehidupan 100 300 ml
3. Hari kesepuluh 2 bulan kehidupan 250 400 ml
4. Dua bulan 1 tahun kehidupan 400 500 ml
5. 1 3 tahun 500 600 ml
6. 3 5 tahun 600 700 ml
7. 5 8 tahun 700 1000 ml
8. 8 14 tahun 800 1400 ml
9. 14 tahun dewasa 1500 ml
10. Dewasa tua 1500 ml / kurang
e. Karakteristik Urin Normal
Urin normal berwarna jenih transparan. Jika urin berwarna
kuning muda maka hal tersebut dikarenakan urin mengandung zat
warna empedu ( bilirubin dan biliverdin) yang dihasilkan dari
perombakan eritrosit di hati. Komposisi urin bervariasi tergantung
pada jenis makanan serta air yang diminum. Urin normal pada manusia
mengandung air, urea, asam urat, amoniak, kreatinin, asam laktat,
asam fosfat, asam sulfat, dan klorida. Selain itu juga terdapat zat-zat
yang kadar berlebihan di dalam darah, misalnya vitamin c dan obatobatan. Urin normal pH nya adalah 4,6-8 tetapi rata-ratanya adalah 6.
3.

Faktor Yang Mempengaruhi Kebiasaan Berkemih.


a. Diet dan intake
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi out put urin, seperti protein dan sodium mempegaruhi
jumlah urin yang keluar, kopi meningkatkan pembentukan urin intake
cairan dari kebutuhan, akibatnya out put urin lebih banyak.
b. Respon keinginan awal untuk berkemih

Beberapa masyarakat mempunyai kebiasaan mengabaikan respon


awal untuk berkemih dan hanya pada akhir keinginan berkemih
menjadi lebih kuat. Aakibatnya urin banyak tertahan di kandung
kemih. Masyarakat ini mempunyai kapasitas kandung kemih yang
lebih dari normal.
c. Gaya hidup
Banyak segi gaya hidup mempengaruhi seseorang dalam
eliminasi urin. Tersedianya fasilitas toilet atau kamar mandi dapat
mempengaruhi frekuensi eliminasi. Praktek eliminasi keluarga dapat
mempengaruhi tingkh laku.
d. Stress psikologi
Meningkatnya

stress

seseorang

meningkatnya

frekuensi

keinginan

meningkatnya

sensitive

untuk

dapat

berkemih,

keinginan

mengakibatkan
hal

berkemih

ini
dan

karena
atau

meningkatnya jumlah urin yang diproduksi.


e. Tingkat aktifitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot.
Eliminasi urin membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik
untuk tonu sfingter internal dan eksternal. Hilangnya tonus otot
kandung kemih terjadi pada klien yang menggunakan kateter untuk
periode yang lama. Karena urin secara terus menerus dialirkan keluar
kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah meregang dan dapat menjadi
tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah
urin yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besarnya
metabolisme tubuh .
f. Tingkat perkembangan
Tingkat

pertumbuhan

dan

perkembangan

juga

akan

mempengaruhi pola berkemih. Pada wanita hamil kapasitas kandung


kemihnya menurun karena adanya tekanan dari fetus atau adanya lebih
sering berkemih.
g. Kondisi patologis

10

Demam dapat menurunkan produksi urin ( jumlah dan karakter ).


Obat diuretic dapat meningkatkan out put urin. Analgetik dapat terjadi
retensi urin.
4.

Masalah-Masalah Dalam Eliminasi B.A.K.


Masalah-masalahnya adalah : retensi, inkontinensia urine, enuresis,
perubahan pola urin ( frekuensi, keinginan/urgensi, poliurin dan urin
suppression ).
Penyebab umum masalah ini adalah :

Obstruksi

Pertumbuhan jaringan abnormal

Batu

Infeksi

Masalah-masalah lain
a. Retensi
Adanya

penumpukan

ketidaksanggupan

kandung

urin

dalam

kemih

untuk

kandung

kemih

dan

mengosongkan

diri.

Menyebabkan distensi kandung kemih. Normal urin berada di kandung


kemih 250-450 ml. Urin ini merangsang refleks untuk berkemih. Dalam
keadaan distensi, kandung kemih dapat menampung urin sebanyak 30004000 ml urin.
Tanda-tanda klinis retensi :
i)

Ketidaknyamanan daerah pubis

ii)

Distensi kandung kemih

iii)

Ketidak sanggupan untuk berkemih

iv)

Sering berkemih dalam kandung kemih yang sedikit ( 25-50 )

v)

Ketidakseimbangan jumlah urin yang dikeluarkan dengan intakenya

vi)

Meningkatnya keresahan dan keinginan berkemih


Penyebab :

11

Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, uretra


Pembesaran kelenjar prostat
Structure uretra
Trauma sumsum tulang belakang
b. Inkontinensi urin
Ketidak sanggupan sementara atau permanent otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urin dari kandung kemih. Jika
kandung kemih dikosongkan secara total selama inkontinensi disebut
inkontinensi komplit. Jika kandung kemih tidak secara total dikosongkan
disebut inkontinensi sebagian.
Penyebab ;
Proses menua
Pembesaran kelenjar prostate
Spasme kandung kemih
Menurunnya kesadaran
Menggunakan obat narkotik sedative
Tipe inkontinensia urine :
1. Fungsional
Involunter, jalan keluar urine tidak dapat diperkirakan pada klien
yang system saraf dan system perkemihannya tidak utuh.
Penyebabnya perubahan lingkungan, deficit sensorik, kognitif, atau
mobilitas. Gejalanya mendesaknya keinginan untuk berkemih
menyebabkan urine keluar sebelum mencapai tempat yang sesuai.
2. Overflow (refleksi)
Keluarnya urine secara involunter terjadi pada jarak waktu tertentu
yang telah diperkirakan. Jumlah urine dapat banyak atau sedikit.
Penyebab terhambatnya berkemih akibat efek anastesi atau obatobatan, disfungsi medulla spinalis (baik gangguan pada kesadaran
serebral atau kerusakan arkus reflex). Gejala tidak menyadari bahwa

12

kandung kemihnya sudah terisi, kurangnya urgensi berkemih,


kontraksi spasme kandung kemih yang tidak dicegah
3. Stress
Peningkatan tekanan intra abdomen yang

menyebabkan

merembesnya sejumlah kecil urin. Penyebab batuk, tertawa, muntah


atau mengangkat sesuatu saat kandung kemih penuh, obesitas, uterus
yang penuh pada trimester ketiga, jalan keluar pada kandung kemih
yang tidak kompeten, lemahnya otot panggul. Penyebab keluarnya
urine pada saat tekanan intra abdomen meningkat, urgensi dan
seringnya berkemih.
4. Urge (desakan)
Pengeluaran urine yang tidak disadari setelah merasakan adanya
urgensi yang kuat untuk berkemih. Penyebab daya tampung kandung
kemih yang menurun, iritasi pada reseptor peregang kandung kemih,
konsumsi alcohol atau protein, peningkatan asupan cairan, infeksi.
Penyebab sering disertai tingginya frekuensi berkemih (lebih sering
dari 2 jam sekali, spasme kandung kemih atau kontraktur, berkemih
dalam jumlah kecil (< 100 ml) atau dalam jumlah besar (> 500 ml)
5. Total
Keluarnya urine total yang tidak terkontrol dan yang berkelanjutan.
Penyebab neuropati saraf sensorik, trauma atau penyakit pada saraf
spinalis atau sfingter uretra. Gejala urine tetap mengalir pada waktuwaktu yang tidak dapat diperkirakan.
c. Enuresis
Sering terjadi pada anak-anak. Umumnya terjadi pada malam hari (
noctural enuresis ). Dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
Penyebab enuresis :

Kapasitas kandung kemih lebih besar dari normalnya

Anak-anak yag tidurnya bersuara dan tanda-tanda dari indikasi


keinginan berkemih tidak diketahui, yang mengakibatkan terlambatnya
bangun tidur untuk ke kamar mandi.

13

Kandung kemih irritable dan seterusnya tidak dapat menampung urin


dalam jumlah besar.

Suasan emosional yang tidak menyenangkan di rumah

Infeksi saluran kemih atau perubahan fisik atau neurology system


perkemihan

Makanan yag banyak mengandung garam dan mineral atau makanan


pemedas

Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk ke kamar mandi.

d. Perubahan pola kemih


Frekuensi Normal, meningkatnya frekuensi berkemih karena
meningkatnya cairan. Frekuensi tinggi tanpa suatu tekanan intake cairan
dapat diakibatkan karena cystitis
e. Urgency
Adalah perasaan seseorang untuk berkemih. Sering orang
menyebutnya dengan anyang-anyangen. Sering seseorang tergesa-gesa
ke toilet takut mengalami inkontinensi jika tidak berkemih. Pada
umumnya anak kecil masih buruk kemampuan mengontrol sfingter
eksternal.
f. Dysuria
Adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih. Dapat terjadi
karena : striktura uretra, infeksi perkemihan, trauma pada kandung
kemih dan uretra
g. Polyuria
Produksi urin abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti
2500 ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
Dapat terjadi karena : DM, defidiensi ADH, penyakit ginjal kronik
Tanda-tanda lain adalah : polydipsi, dehidrasi dan hilangnya berat badan.
h. Urinari suppresi
Adalah berhenti mendadak produksi urin. Secara normal urin
diproduksi oleh ginjal secara terus menerus pada kecepatan 60-120

14

c.

ml/jam ( 720-1440 ml/hari ) dewasa. Produksi urin abnormal dalam


jumlah sedikit oleh ginjal, disebut oliguria misalnya 100-500 ml/hari.
Penyebab anuria dan oliguria : penyakit ginjal, kegagalan jantung, luka
baker dan shock.
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pola berkemih
Tanyakan pola berkemih hariannya
b. frekuensi
i)

frekuensi

untuk

berkemih

tergantung

kebiasaan dan kesempatan.


ii) Banyak orang-orang berkemih kira-kira 70 % dari urine setiap hari
pada waktu tidur dan tidak memerlukan waktu untuk berkemih pada
malam hari.
iii) Orang-orang biasanya berkemih : pertama kali pada waktu bangun
tidur, sebelum tidur dan berkisar waktu makan.
Volume
Jika volume dibawah 500 ml atau diatas 300 ml dalam periode 24 jam
pada orang dewasa, maka perlu lapor.
d.

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan membran mukosa, kandung kemih,
ginjal, uretra.

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan eliminasi
BAK adalah :
Inkontinensia Urine
Yang berhubungan dengan :
1. Saluran keluar (outlet) kandung kemih yang tidak kompeten,
skunder akibat anomali saluran kemih kongenital.
2.

Perubahan degenaratif pada otot-otot panggul, sekunder akibat


defisiensi estrogen.

15

3. Tekanan intra abdomen yang tinggi dan otot panggul yang lemah,
sekunder akibat obesitas/kehamilan/jenis kelamin/personal hygiene
yang buruk.
4. Kelelahan otot panggul dan struktur pendukung, sekunder akibat
persalinan.
5. Penurunan tonus otot.
a. Inkontinensia fungsional
Kriteria Hasil
Individu dapat:
1. Menghilangkan

Intervensi
1. Kaji faktor-faktor

Rasionalisasi
1. Mengetahui

atau

penyebab atau penunjang

penyebab

meminimalkan

misal: adanya halangan

ketidak

berbagai

untuk mencapai toilet,

mampuna

hambatan di

defisit sensori.

mencapai

lingkungan

2. Turunkan atau kurangi

toilet dan

faktor-faktor yang

mengerti

menunjang terjadinya

penggulangan

peralatan yang

inkontinensia jika

2.

sesuai untuk

memungkinkan.

Mempercepat

rumah.
2. Menggunakan

berkemih,

3. Pertahankan hidrasi

proses

berpindah, dan

optimal Kaji faktor-faktor

penyembuhan

berpakaian.

penyebab atau penunjang

dan

misal: adanya halangan

mengurangi

n faktor

untuk mencapai toilet,

resiko

penyebab pada

defisit sensori.

terjadinya

3. Menggambarka

inkontinensia

4. Turunkan atau kurangi

infeksi

faktor-faktor yang

susulan.

menunjang terjadinya

3. mengurangi

inkontinensia jika

resiko

memungkinkan.

dehidrasi dan

16

5. Pertahankan hidrasi
optimal :
a. Berikan asupan

mempertahan
kan hidrasi
cairan dalam

cairan 200-300 ml/

tubuh

hari, kecuali bila

4. Makanan

ada kontraindikasi.

yang mudah

b. Atur cara minum

cerna

sebaiknya setiap 2

menurunkan

jam

aktifitas iritasi

c. Kurangi asupan

dan

cairan pada malam

membantu

hari

mempertahan

d. Kurangi minuman

kan

seperti: kopi, jus,

keseimbangan

anggur, teh, atau

nutrisi.

minuman lain yang

5. Urine dapat

berakibat deuretik.

membuat kulit

e. Hindarkan untuk

mengalami

memakan tomat

iritasi jika

dan jus jeruk dalam

terkena terus

jumlah banyak

menerus,

karena dapat

dengan

menyebabkan sifat

pemberian

basa.

salep dapat

6. Pertahankan nutrisi
adekuat
7. Tingkatkan Integritas kulit
a. Membersihkan dan

mengurangi
resiko
terjadinya
iritasi kulit.

mengeringkan

6.

daerah yang

Meningkatkan

terkena urine

kesegaran

17

b. Memberikan salep
8. Tingkatkan Personal

pada klien
dan mencegah

Hygiene klien dengan

infeksi pada

mandi pada air yang

saluran

mengalir dan

kemih.

membersihkan perineum

7.

dan uretra dari depan ke

Memberikan

belakang

pemahaman

9. Ajarkan pada klien

tentanng

terhadap tanda-tanda

proses, gejala

perubahan urine yang

dan penyebab

normal seperti peningkatan penyakit.


mukosa dan sediman,
adanya darah dalam urine.
10. Ajarkan pada klien tandatanda atau gejala ISK:
a. Peningkatan suhu
tubuh, kedinginan,
menggigil
b. Perubahan keadaan
urine
c. Rasa sakit di
daerah pubis
d. Nyeri saat
berkemih
e. Berkemih sering
tapi sedikit
f. Meningkatnya pH
urine
11. Mual/ muntah :
a. Berikan asupan

18

cairan 200-300 ml/


hari, kecuali bila
ada kontraindikasi.
b. Atur cara minum
sebaiknya setiap 2
jam
c. Kurangi asupan
cairan pada malam
hari
d. Kurangi minuman
seperti: kopi, jus,
anggur, teh, atau
minuman lain yang
berakibat deuretik.
e. Hindarkan untuk
memakan tomat
dan jus jeruk dalam
jumlah banyak
karena dapat
menyebabkan sifat
basa.
12. Pertahankan nutrisi
adekuat
13. Tingkatkan Integritas kulit
a. Membersihkan dan
mengeringkan
daerah yang
terkena urine
b. Memberikan salep
14. Tingkatkan Personal
Hygiene klien dengan

19

mandi pada air yang


mengalir dan
membersihkan perineum
dan uretra dari depan ke
belakang
15. Ajarkan pada klien
terhadap tanda-tanda
perubahan urine yang
normal seperti peningkatan
mukosa dan sediman,
adanya darah dalam urine.
16. Ajarkan pada klien tandatanda atau gejala ISK:
a. Peningkatan suhu
tubuh, kedinginan,
menggigil
b. Perubahan keadaan
urine
c. Rasa sakit di
daerah pubis
d. Nyeri saat
berkemih
e. Berkemih sering
tapi sedikit
f. Meningkatnya pH
urine
g. Mual/ muntah

b. Inkontinensia Stres
Kriteria hasil

Intervensi

Rasionalisasi

20

Individu dapat :
1. Melaporkan

1. Kaji faktor-faktor

1. Kondisi

pengurangan

yang menyebabkan

emosional

atau hilangnya

terjadinya

yang tidak

inkonten stres.

inkontinensia stress

stabil,

misal: kehamilan,

seperti pada

mengungkapka

distensi kandung

ibu hamil

n penyebab

kemih, obesitas.

menimbulk

2. Mampu

inkontinensia
dan alasan

2. Tingkatkan hidrasi
optimal.

untuk

3. Kaji pola berkemih.

perawatan.

4. Anjurkan individu

an
dorongan
berkemih.
2. Mengurang

untuk menghindari

i resiko

minuman bersifat

dehidrasi

deuretik.

dan
mempertah
ankan
hidrasi
cairan
dalam
tubuh.
3. Memudahk
an dalam
memonitor
pengeluara
n urine.
4. Zat
deuretik
membuat
orang jadi
sering

21

berkemih.
c. Inkontinensia Urge (dorongan)
Kriteria Hasil
Individu dapat :
1. Melaporkan

Intervensi

Rasionalisasi

1. Kaji faktor-faktor

1.

hilang/berkuran

penyebab

engetahui

gnya riwayat

inkontinensia urine.

faktor

inkontinensia
2. Menjelaskan
penyebab
inkontinensia

a. Adanya iritasi

penyebab

kandung

timbulnya

kemih

penyakit

b. Distensi

2. Memudahk

kandung

an

kemih

memonitor

c. Penurunan

pola

kapasitas

perkemiha

kandung

kemih
2. Kaji pola
perkemihan
3. Pertahanan hidrasi
optimal

3. Mengurang
i resiko
dehidrasi
dan
mempertah

4. Kurangi faktor

ankan

penyebab

hidrasi

a. Rujuk ke dokter

cairan

untuk

dalam

menentukan

tubuh.

diagnosa atau

4. Memperce

pengobatan bila

pat proses

terjadi iritasi

penyembu

kandunng kemih

han

22

b. Ajarkan pada
klien latihan
untuk
meningkatkan
kapasitas
kandung kemih.
d. Inkontinensia campuran/ total
Kriteria Hasil
Individu dapat :
1. Melaporkan
status kekeringan
yang secara

Intervensi
1. Kaji faktor-faktor
penyebab
2. Kaji pola berkemih
a. Pantau dan catat

pribadi

pemasukan dan

memuaskan

pengeluaran

2. Mempunyai
residu urine <50
ml
3. Menggunakan
mekanisme
pemicu untuk

b. Catat jumlah dan


waktu masukan
c. Catat jumlah

Rasionalisasi
1. Mengetahui
faktor penyebab
timbulnya
penyakit
2. Mengetahui
jumlah intake
dan output urine
dan
memudahkan

residu, retensi

dalam

urine yang di picu

memonitornya

3. Jadwalkan masukan

3. Untuk

memulai refleks

cairan dan waktu

membantu

berkemih

berkemih

pengeluaran

4. Jadwalkan program
katerisasi intermiten
bila ada indikasi

pada pasien
immobilisasi.
4. Agar
pemasukan dan
pengeluaran
dapat diatur

23

e. Inkontinesia Refleks
Kriteria Hasil
Individu dapat :
1. Melaporkan

Intervensi
1. Kaji faktor-faktor

Rasionalisasi
1. Mengetahui

status

penyebab dan

faktor

kekeringan

penunjanng

penyebab

yang secara

2. Kembanngan ulang

pribadi

pada kandung kemih

memuaskan

atau program

2. Mempunyai
residu urine <50
ml.
3. Menggunakan
mekanisme

rekondisi.
3. Ajarkan teknik

timbulnya
penyakit.
2. Mengembal
ikan fungsi
kandung

merangsang refleks

kemih agar

berkemih.

optimal.

4. Lakukan pendidikan

3. Mengontrol

pemicu untuk

kesehatan jika

refleks

memulai refleks

diperlukan.

berkemih.

berkemih

4. Memberika
n dasar
pengetahua
n dimana
pasien
dapat
membuat
pilihan
informasi.

B.

Retensi Urine
Kriteria hasil
Individu dapat :
1. Mengosongkan
kandung kemih

Intervensi
1. Kaji faktor penyebab
atau penunjang retensi

Rasionalisasi
1. Mengetahui
faktor

24

dengan
menggunakan
metode crede atau

urine
2. Jelaskan alasan tindakan
atau prosedur

menuver valsalva 3. Instruksikan pada

penyebab
timbulnya
penyakit.
2. Memberi

dengan jumlah

metode untuk

informasi pada

residu <50 ml bila

mengosongkan kandung

klien akan

diindikasikan.

kemih

tindakan yang

a.Teknik valsava

dilakukan dan

2. Berkemih secara
volunter
3. Mencapai keadaan
kering yang secara
pribadi memuaskan

manuver
( meregangkan
abdomen)
b.Teknik manuver
crede
c.Teknik manuver anal

fungsinya
3. Memberikan
informasi
tentang metode
terapi yang
dilakukan
terhadap klien
agar klien
dapat bekerja
sama dalam
program terapi.

Intervensi secara Umum


a. Intake cairan secara tepat, pasien dengan masalah perkemihan yang sering
intake jumlah cairan setiap hari ditentukan dokter. Pasien dengan infeksi
perkemihan, cairannya sering ditingkatkan. Pasien dengan edema
cairannya dibatasi.
b. Mengukur intake dan output cairan. Jumlah cairan yang masuk dan keluar
dalam setiap hari harus diukur, untuk mengetahui keseimbangan cairan.
c. Membantu mempertahankan secara normal berkemih.
d. Membantu pasiien mempertahankan posisi normal untuk berkemih.
e. Memberikan kebebasan untuk pasien.

25

f. Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air
kecil.
g. Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
h. Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur
dengan fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk
meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu
memberi pispot/urinal).
i. Tuangkan air hangat dalam perineum.
j. Mengalirkan air keran dalam jarak yang kedengaran pasien.
k. Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk menngurangi nyeri dan
membantu rileks otot.
l. Letakkan secara hati-hati tekan ke bawah diatas kandunng kemih pada
waktu berkemih.
m. Menenangkan

pasien

dan

menghilangkan

sesuatu

yang

dapat

menimbulkan kecemasan.

26

DAFTAR PUSTAKA

Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Peace, Evelyn c. 1992. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka utama.
Potter dan Perry. 2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby.

27

Você também pode gostar