Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
LUDY ARRISAL SYABANA
070111a033
Pengertian
Miksi (berkemih) adalah proses pengosongan kandung kemih bila
kandung kemih terisi.
Proses ini terjadi dari dua langkah utama yaitu :
Kandung kemih secara progresif terisi sampai tegangan di dindingnya
meningkat di atas nilai ambang yang kemudian mencetuskan langkah
kedua
Timbul refleks saraf yang disebut refleks miksi (refleks berkemih) yang
berusaha mengosongkan kandung kemih atau jika ini gagal, setidaktidaknya menimbulkan kesadaran akan keinginan untuk berkemih.
Meskipun refleks miksi adalah refleks autonomik medula spinalis, refleks
ini bisa juga dihambat atau ditimbulkan oleh pusat korteks serebri atau
batang otak.
2.
lain sehingga timbul aliranlistrik berhambatan rendah dari satu sel otot ke
sel otot lainnya. Oleh karena itu, potensial aksi dapat menyebar ke seluruh
otot detrusor, dari satu sel otot ke sel otot berikutnya, sehingga terjadi
kontraksi seluruh kandung kemih dengan segera.
Pola dinding posterior kandung kemih, tepat di atas bagian leher dari
kandung kemih, terdapat daerah segitiga kecil yang disebut Trigonum.
Bagian terendah dari apeks trigonum adalah bagian kandung kemih yang
membuka menuju leher masuk ke dalam uretra posterior, dan kedua ureter
memasuki kandung kemih pada sudut tertinggi trigonum. Trigonum dapat
dikenali dengan melihat mukosa kandung kemih bagian lainnya, yang
berlipat-lipat membentuk rugae. Masing-masing ureter, pada saat
memasuki kandung kemih, berjalan secara oblique melalui otot detrusor
dan kemudian melewati 1 sampai 2 cm lagi di bawah mukosa kandung
kemih sebelum mengosongkan diri ke dalam kandung kemih.
Leher kandung kemih (uretra posterior) panjangnya 2-3 cm, dan
dindingnya terdiri dari otot detrusur yang bersilangan dengan sejumlah
besar jaringan elastik. Otot pada daerah ini disebut sfinter internal. Sifat
tonusnya secara normal mempertahankan leher kandung kemih dan uretra
posterior agar kosong dari urin dan oleh karena itu, mencegah
pengosongan kandung kemih sampai tekanan pada daerah utama kandung
kemih meningkat di atas ambang kritis.
Setelah uretra posterior, uretra berjalan melewati diafragma
urogenital, yang mengandung lapisan otot yang disebut sfingter eksterna
kandung kemih. Otot ini merupakan otot lurik yang berbed dengan otot
pada badan dan leher kandung kemih, yang hanya terdiri dari otot polos.
Otot sfingter eksterna bekerja dibawah kendali system saraf volunter dan
dapat digunakan secara sadar untuk menahan miksi bahkan bila pengendali
involunter berusaha untuk mengosongkan kandung kemih.
Secara umum cara kerja otot detrusor adalah berlawanan dengan
sfingter urinari. Apabila otot detrusor kontraksi maka sfingter urinari
relaksasi begitu juga sebaliknya.
terutama
merangsang
pembuluh
darah
dan
sedikit
peristaltic
yang
terjadi
di
sepanjang
ureter
akan
menyebabkan
mengkonstriksikan
reflek
simpatis
arteriol-arteriol
kembali
ginjal,
ke
ginjal
dengan
untuk
demikijan
reseptor
regang
untuk
menyebabkan
peningkatan
seseorang
secara
sadar
mengkontraksikan
otot-otot
stress
seseorang
meningkatnya
frekuensi
keinginan
meningkatnya
sensitive
untuk
dapat
berkemih,
keinginan
mengakibatkan
hal
berkemih
ini
dan
karena
atau
pertumbuhan
dan
perkembangan
juga
akan
10
Obstruksi
Batu
Infeksi
Masalah-masalah lain
a. Retensi
Adanya
penumpukan
ketidaksanggupan
kandung
urin
dalam
kemih
untuk
kandung
kemih
dan
mengosongkan
diri.
ii)
iii)
iv)
v)
vi)
11
12
menyebabkan
13
Anak yang takut jalan pada gang gelap untuk ke kamar mandi.
14
c.
frekuensi
untuk
berkemih
tergantung
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan membran mukosa, kandung kemih,
ginjal, uretra.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan gangguan eliminasi
BAK adalah :
Inkontinensia Urine
Yang berhubungan dengan :
1. Saluran keluar (outlet) kandung kemih yang tidak kompeten,
skunder akibat anomali saluran kemih kongenital.
2.
15
3. Tekanan intra abdomen yang tinggi dan otot panggul yang lemah,
sekunder akibat obesitas/kehamilan/jenis kelamin/personal hygiene
yang buruk.
4. Kelelahan otot panggul dan struktur pendukung, sekunder akibat
persalinan.
5. Penurunan tonus otot.
a. Inkontinensia fungsional
Kriteria Hasil
Individu dapat:
1. Menghilangkan
Intervensi
1. Kaji faktor-faktor
Rasionalisasi
1. Mengetahui
atau
penyebab
meminimalkan
ketidak
berbagai
mampuna
hambatan di
defisit sensori.
mencapai
lingkungan
toilet dan
faktor-faktor yang
mengerti
menunjang terjadinya
penggulangan
peralatan yang
inkontinensia jika
2.
sesuai untuk
memungkinkan.
Mempercepat
rumah.
2. Menggunakan
berkemih,
3. Pertahankan hidrasi
proses
berpindah, dan
penyembuhan
berpakaian.
dan
mengurangi
n faktor
resiko
penyebab pada
defisit sensori.
terjadinya
3. Menggambarka
inkontinensia
infeksi
faktor-faktor yang
susulan.
menunjang terjadinya
3. mengurangi
inkontinensia jika
resiko
memungkinkan.
dehidrasi dan
16
5. Pertahankan hidrasi
optimal :
a. Berikan asupan
mempertahan
kan hidrasi
cairan dalam
tubuh
4. Makanan
ada kontraindikasi.
yang mudah
cerna
sebaiknya setiap 2
menurunkan
jam
aktifitas iritasi
c. Kurangi asupan
dan
membantu
hari
mempertahan
d. Kurangi minuman
kan
keseimbangan
nutrisi.
5. Urine dapat
berakibat deuretik.
membuat kulit
e. Hindarkan untuk
mengalami
memakan tomat
iritasi jika
terkena terus
jumlah banyak
menerus,
karena dapat
dengan
menyebabkan sifat
pemberian
basa.
salep dapat
6. Pertahankan nutrisi
adekuat
7. Tingkatkan Integritas kulit
a. Membersihkan dan
mengurangi
resiko
terjadinya
iritasi kulit.
mengeringkan
6.
daerah yang
Meningkatkan
terkena urine
kesegaran
17
b. Memberikan salep
8. Tingkatkan Personal
pada klien
dan mencegah
infeksi pada
saluran
mengalir dan
kemih.
membersihkan perineum
7.
Memberikan
belakang
pemahaman
tentanng
terhadap tanda-tanda
proses, gejala
dan penyebab
18
19
b. Inkontinensia Stres
Kriteria hasil
Intervensi
Rasionalisasi
20
Individu dapat :
1. Melaporkan
1. Kaji faktor-faktor
1. Kondisi
pengurangan
yang menyebabkan
emosional
atau hilangnya
terjadinya
yang tidak
inkonten stres.
inkontinensia stress
stabil,
misal: kehamilan,
seperti pada
mengungkapka
distensi kandung
ibu hamil
n penyebab
kemih, obesitas.
menimbulk
2. Mampu
inkontinensia
dan alasan
2. Tingkatkan hidrasi
optimal.
untuk
perawatan.
4. Anjurkan individu
an
dorongan
berkemih.
2. Mengurang
untuk menghindari
i resiko
minuman bersifat
dehidrasi
deuretik.
dan
mempertah
ankan
hidrasi
cairan
dalam
tubuh.
3. Memudahk
an dalam
memonitor
pengeluara
n urine.
4. Zat
deuretik
membuat
orang jadi
sering
21
berkemih.
c. Inkontinensia Urge (dorongan)
Kriteria Hasil
Individu dapat :
1. Melaporkan
Intervensi
Rasionalisasi
1. Kaji faktor-faktor
1.
hilang/berkuran
penyebab
engetahui
gnya riwayat
inkontinensia urine.
faktor
inkontinensia
2. Menjelaskan
penyebab
inkontinensia
a. Adanya iritasi
penyebab
kandung
timbulnya
kemih
penyakit
b. Distensi
2. Memudahk
kandung
an
kemih
memonitor
c. Penurunan
pola
kapasitas
perkemiha
kandung
kemih
2. Kaji pola
perkemihan
3. Pertahanan hidrasi
optimal
3. Mengurang
i resiko
dehidrasi
dan
mempertah
4. Kurangi faktor
ankan
penyebab
hidrasi
a. Rujuk ke dokter
cairan
untuk
dalam
menentukan
tubuh.
diagnosa atau
4. Memperce
pengobatan bila
pat proses
terjadi iritasi
penyembu
kandunng kemih
han
22
b. Ajarkan pada
klien latihan
untuk
meningkatkan
kapasitas
kandung kemih.
d. Inkontinensia campuran/ total
Kriteria Hasil
Individu dapat :
1. Melaporkan
status kekeringan
yang secara
Intervensi
1. Kaji faktor-faktor
penyebab
2. Kaji pola berkemih
a. Pantau dan catat
pribadi
pemasukan dan
memuaskan
pengeluaran
2. Mempunyai
residu urine <50
ml
3. Menggunakan
mekanisme
pemicu untuk
Rasionalisasi
1. Mengetahui
faktor penyebab
timbulnya
penyakit
2. Mengetahui
jumlah intake
dan output urine
dan
memudahkan
residu, retensi
dalam
memonitornya
3. Jadwalkan masukan
3. Untuk
memulai refleks
membantu
berkemih
berkemih
pengeluaran
4. Jadwalkan program
katerisasi intermiten
bila ada indikasi
pada pasien
immobilisasi.
4. Agar
pemasukan dan
pengeluaran
dapat diatur
23
e. Inkontinesia Refleks
Kriteria Hasil
Individu dapat :
1. Melaporkan
Intervensi
1. Kaji faktor-faktor
Rasionalisasi
1. Mengetahui
status
penyebab dan
faktor
kekeringan
penunjanng
penyebab
yang secara
2. Kembanngan ulang
pribadi
memuaskan
atau program
2. Mempunyai
residu urine <50
ml.
3. Menggunakan
mekanisme
rekondisi.
3. Ajarkan teknik
timbulnya
penyakit.
2. Mengembal
ikan fungsi
kandung
merangsang refleks
kemih agar
berkemih.
optimal.
4. Lakukan pendidikan
3. Mengontrol
pemicu untuk
kesehatan jika
refleks
memulai refleks
diperlukan.
berkemih.
berkemih
4. Memberika
n dasar
pengetahua
n dimana
pasien
dapat
membuat
pilihan
informasi.
B.
Retensi Urine
Kriteria hasil
Individu dapat :
1. Mengosongkan
kandung kemih
Intervensi
1. Kaji faktor penyebab
atau penunjang retensi
Rasionalisasi
1. Mengetahui
faktor
24
dengan
menggunakan
metode crede atau
urine
2. Jelaskan alasan tindakan
atau prosedur
penyebab
timbulnya
penyakit.
2. Memberi
dengan jumlah
metode untuk
informasi pada
mengosongkan kandung
klien akan
diindikasikan.
kemih
tindakan yang
a.Teknik valsava
dilakukan dan
2. Berkemih secara
volunter
3. Mencapai keadaan
kering yang secara
pribadi memuaskan
manuver
( meregangkan
abdomen)
b.Teknik manuver
crede
c.Teknik manuver anal
fungsinya
3. Memberikan
informasi
tentang metode
terapi yang
dilakukan
terhadap klien
agar klien
dapat bekerja
sama dalam
program terapi.
25
f. Memberikan bantuan pada saat pasien pertama kali merasa ingin buang air
kecil.
g. Jika menggunakan bedpan atau urinal yakin itu dalam keadaan hangat.
h. Bila pasien menggunakan bedpan, tinggikan bagian kepala tempat tidur
dengan fowler dan letakkan bantal kecil dibawah leher untuk
meningkatkan support dan kenyamanan fisik (prosedur membantu
memberi pispot/urinal).
i. Tuangkan air hangat dalam perineum.
j. Mengalirkan air keran dalam jarak yang kedengaran pasien.
k. Memberikan obat-obatan yang diperlukan untuk menngurangi nyeri dan
membantu rileks otot.
l. Letakkan secara hati-hati tekan ke bawah diatas kandunng kemih pada
waktu berkemih.
m. Menenangkan
pasien
dan
menghilangkan
sesuatu
yang
dapat
menimbulkan kecemasan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia
Teori dan Aplikasi dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Peace, Evelyn c. 1992. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka utama.
Potter dan Perry. 2003. Fundamental of Nursing. Australia: Mosby.
27