Você está na página 1de 3

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pernikahan merupakan aktifitas yang mempunyai tujuan tertentu,
pernikahan juga mempunyai pendorong tertentu pula, sehingga seseorang
melangkah ke jenjang perkawinan. Berkaitan dengan itu pula maka timbul
pertanyaan apakah yang mendorong dan melatar belakangi terjadinya
pernikahan itu (Walgito, 2002)
Proses penyesuaian perkawinan lebih serius dan mempunyai
jangkauan efek yang lebih luas terhadap pribadi orang dewasa dan kehidupan
sosialnya (Hurlock,Edisi 5,1980). Oleh sebab itu Undang-undang Nomor 10
tahun 1992 tentang perkawinan menetapkan bahwa: Pernikahan diizinkan
bila pria berusia 25 tahun dan wanita 20 tahun.
Pernikahan usia muda masih dijumpai di negara berkembang termasuk
Indonesia. Berbagai faktor yang berhubungan dengan pernikahan usia muda
antara lain : pendidikan, ekonomi, dan budaya. Dampak yang diakibatkan oleh
pernikahan usia muda antara lain: rendahnya kualitas keluarga, terputusnya
pendidikan dan kehamilan diusia remaja berdampak pada penolakan pada
kehamilan (BKKBN, 2005).
Terdapat masalah besar yang dihadapi anak perempuan yang menikah
usia muda yaitu: hilang masa kanak-kanak; hilang kebebasan personal;
kurangnya kesempatan untuk mengembangkan secara penuh rasa kedirian

disamping penyangkalan pada kesejahteraan psikososial dan emosional,


kesehatan reproduksi, dan kesempatan mengenyam tingkat pendidikan formal
yang lebih tinggi.
Perempuan yang menikah di bawah umur 20 tahun berisiko terkena
kanker leher rahim pada usia remaja, sel-sel leher rahim belum matang.
Kejadian meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak kehamilan
terlampau dekat, dari golongan sosial ekonomi rendah (hygiene seksual yang
jelek), sering berganti pasangan (promis kuitas) (Sarwono, 1999)
1
Masih banyak perempuan yang
berusia 15-19 tahun termasuk di
Negara berkembang termasuk Indonesia melahirkan sekitar 15 juta bayi setiap
tahun. Bayi yang dilahirkan anak perempuan di bawah 18 tahun rata-rata lebih
kecil dan bayi dengan berat badan rendah memiliki kemungkinan 5-30 kali
lebih tinggi untuk meninggal dibanding bayi yang dilahirkan dengan berat
badan normal. Ibu berusia di bawah 18 tahun yang melahirkan kemungkinan
mengakitbatkan kematian bayi tahun pertama kelahirannya 60% lebih tinggi
dibanding bayi yang dilahirkan oleh perempuan usia lebih dari 19 tahun. Hasil
survey menunjukan 63% anak di bawah usia 4 tahun dari ibu menikah muda
mengalami kekurangan gizi yang serius.
Dengan kejadian pernikahan usia muda yang terjadi pada remaja,
kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan remaja tentang kesehatan
reproduksi, budaya dilingkungan sekitar, rendahnya stasus sosial ekonomi
dan tingkat pendidikan yang rendah. Hasil wawancara dengan 10 siswa SMA
Negeri 2 Demak mengenai pengetahuan tentang risiko pernikahan usia muda

terhadap kehamilan di peroleh hasil 60% kurang mengetahui tentang risiko


pernikahan usia muda terhadap kehamilan.
Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tentang gambaran
pengetahuan remaja putri tentang risiko pernikahan usia muda terhadap
kehamilan.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dirumuskan permasalahan Bagaimana
gambaran pengetahuan remaja putri tentang risiko pernikahan usia muda
terhadap kehamilan di SMA Negeri 2 Demak.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
pengetahuan remaja putri tentang konsep pernikahan usia muda dan risiko
pernikahan usia muda terhadap kehamilan.

D. Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis
Mengembangkan ilmu atau mengaplikasikan mata kuliah yang diterima di
bangku kuliah kedalam praktek lapangan.
2. Bagi Institusi Kesehatan.
Untuk memberikan informasi gambaran pengetahuan tentang risiko
pernikahan usia muda terhadap kehamilan.

Você também pode gostar