Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Tim UKMPPD
UKMPPD
Soriuosly its no
hard
PERINATOLOGI
Hipotermia
Jaundice of newborn
Conjuntivitis
Infection of umbilicus
Caput succedaneum
Sudden infant death syndrome
Cerebral hemmorrhage
Neonatal convulsion
Bacterimia and septicemia
Respiratory Distress syndrome
Aspiration pneumonia
Apnea attack
Severe neonatal jaundice (Kern
Icterus)
Hypoglycemia
Infant of Diabetic mother
Anemia
Rhesus-blood incompactibility
Brachial plexus injury
4
4
4
4
4
3
3
3
3
3
3
3
3
B
B
B
B
B
A
A
A
3A
3A
2
2
2
RESUSITASI NEONATUS
Rekomendasi
Evaluasi
Usia kehamilan cukup bulan
Cairan amnion jernih?
Tonus otot baik?
Menangis / bernafas?
perhitungan APGAR
Nilai APGAR berguna untuk pemberian informasi
tentang :
Status bayi secara keseluruhan
Respons terhadap resusitasi
Pemeriksaan-management HMD
Pemeriksaan
Penatalaksanaa
Penunjang
Jaga kehangatan
bersihkan jalan nafas
Pulse Oxymeter
Endotrachealtube(ETT)
Radiologi : Ground
Continuous positive
glass apperance or
airway pressure (CPAP)
retikulo granuler
Surfactant replacement
Pencegahan: Pemberian
cortocosteroid pada ibu
hamil (<34 minggu)
Pemeriksaan Ro : Air
Traping & Patchy Opachity
Penatalaksanaan
Pencegahanmembersihk
an jalan nafas
Tidak ada pengobatan
spesifik
Kasus berat ventilator /
ECMO
Pengawasan ketat
terhadap komplikasi
Gbr Radiologi : Air Traping & Patchy
Opachity
PNEUMONIA NEONATAL
Pneumonia dalam 24 jam
pertama
Disebabkan infeksi
intrauterin atau selama
persalinan
pada bayi prematur : E.
coli
Manifestasi Klinis
Gejala muncul pada 12
jam 1 hari pertama
Tachypnoe ( > 60x
menit), Sianosis central
Tanpa demam
Versi gampangnya
SEPSIS NEONATORUM
Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi
yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
mortalitas mencapai 13-25%
Klasifikasi
Early Onset: onset < 3 hari
Late Onset : onset > 3 hari
Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak
spesifik diperlukan skrining dan pengelolaan
faktor risiko
IKTERIK NEONATORUM
Definisi : Disklorasi kulit,membrana
mukosa,sklera.secara klinis akan tampak
kuning jika dewasa tampak kuning bila kadar
bilirubin serum >2 mg/dL,neonatus bila kadar
bilirubin >5 mg/dL.
Klasifikasi
Ikterus fisiologis
Awitan terjadi setelah 24 jam
Memuncak dalam 3-5 hari, menurun dalam 7 hari
(pada NCB)
Ikterus fisiologis berlebihan ketika bilirubin serum
puncak adalah 7-15 mg/dl pada NCB
Ikterus patologis
Awitan terjadi sebelum usia 24 jam
Tingkat kenaikan > 0,5 mg/dl/jam
Tingkat cutoff > 15 mg/dl pada NCB
Ikterus bertahan > 8 hari pada NCB, > 14 hari pada
NKB
Ikterik ec hemolitik
Inkompabilitas
ABO
Syarat
ABO
Ibu
Ibu
Ibu
inkompabilitas
Ibu O, anak A /B
A, anak B
B, anak A
Inkompabilitas
RH
Syarat inkompabilitas
RH
Ibu RH (-) , Anak RH
(+)
Bergantung pada
kemampuan bayi
mengkonjugasi bilirubin
indirek
Awitan
2- 5 hari
5- 10 hari
Lamanya
10 hari
> 30 hari
Volume
ASI
Kadar
bilirubin
Tertinggi 15 mg/dl
Pemeriksaan fisik
KRAMER RULES
Kramer
Ikterik
Bilirubin
total
Kramer I
Kepala - Leher
5-7 mg/dl
Kramer II
7-10 mg/dl
Kramer III
10-13 mg/dl
13-17 mg/dl
Kramer V
> 17 mg/dl
USIA
(jam)
Pertimbangk
an fototerapi
fototerapi
Pertimbangka
n tranfusi
tukar
Tranfusi
tukar
25
48
12
15
20
25
49
72
15
18
25
30
> 72
17
20
25
30
ekstrakranial
Lunak,
lekukan
Padat,
tegang
Padat berair
setelah
lahir
Tidak
Melintasi
garis
sutura
Ya
kehilangan
darah akut
Tidak
Ya
Tidak
Tidak
ya
ya
Ya
Tipe Klumpke
CONGENITAL INFEKSI
Varicella Congenital
Riwayat bintik merah pada ibu saat trimester 1
Bayi gangguan pertunbuhan intrauterine,
microcephaly, ventriculomegaly
Toxoplasma Congenital
Ibu Terdiagnosis dengan serologi IgM saat
trimester 1
Bayi Trias: Chorioretinitis, hydrocephalus ,
kalsifikasi intracranial
CMV Congenital
Ibu Asimptomatik
Bayi Bayi Berat lahir rendah, Inflamasi retina,
jaundice, hepatosplenomegaly, microcephaly
Herpes Congenital
Ibu Infeksi HSV saat trimester tiga (transmisi
saat lahir atau intrauterine)
KARDIOLOGI
Penyakit jantung bawaan
Penyakit Jantung rematik
Sianotik
Tanpa L-R
Shunt
AS
PS
CoA
aliran
darah ke
paru
TGA dgn
VSD
Aliran
darah ke
paru N
TGA tanpa
PS
aliran
darah ke
paru
ToF
Atresia
Pulmoner
Atresia
Trikuspid
VENTRIKEL SEPTAL
DEFECT (VSD)
Defek antara Ventrikel
Kanan Kiri
Shunt L R Asianotik
Jika Shunt R L
Sindrom
eismengerSianotik
Clinical Key : Bising
pansiltolik kasar
garis sternal bawah
PATEN DUCTUS
ARTERIOUS (PDA)
Duktus arterious
tetap terbuka antara
Left Pulmonary Artery
(LPA)- Aorta
Tekanan Aorta >
aliran aorta LPA
Clinical key : Countinoue
machine murmur
4 KELAINAN
Clinical key :
1. VSD
Murmur ejeksi sistol
2. Overiding Aorta
pada garis sternal kiri
3. Stenosis Pulmonal
atas
4. RVH
Foto RO : Boot and
Manifestasi Klinis
Shape
. Cyanotic spell: biru jadi tambah biru karena
sistemik perifer resistance (nangis).
. Squatiing: Dapat diperbaiki dengan cara
resistensi perifer (jongkok)
Kriteria Minor
Poliartitis
Demam
Erytema marginatum
Poliatralgia
Chorea
Nodul Subcutan
Karditis
DIAGNOS
A:
2 MAYOR atau
1 MAYOR + 2
MINOR
Bukti Infeksi
Streptococcus : ASTO
& Biakan(+)
Versi ga
ribet
Banyak artis (poliartitis), pakai baju merah (erytema
marginatum) ,pergi ke korea (Chorea), buat makan
mie (mie= Nodlde), bayarnya make karu kredit
(karditis), disana malah kepanasan (demam).
MISA - S
Mitral Insufisiensi ,
Stenosis Aorta Murmur Sistol
MSAI - D
APLICATED
Tentukan Bunyi
murmurnya
Tentukan
Lokasinya
RESPIRATOLOGY
TB anak / 4A
Asma / 4A
Pneumonia / 3B
Croup Syndrom /
4A
Bronkiolitis /
TB PADA ANAK
Batuk BUKAN merupakan
gejala utama TB pada anak
Pertimbangkan tuberkulosis
pada anak jika :
BB berkurang dalam 2
bulan berturut-turut
tanpa sebab yang jelas
Demam > 2 minggu
tanpa sebab yang jelas
Batuk kronik 3 minggu
Riwayat kontak dengan
pasien TB paru dewasa
Ingat diagnosa TB
pada anak harus di
lakukan dengan
sistem Skoring TB
Skor utama yg mudah
di kontak
ingiat dgn
adalah
yg
penderita
TB dgn
poinya
3 BTA (+) & tes
mantoux (+)
Jika score 6
mulai terapi
Pemeriksaan penunjang
TES TUBERCULIN
Cara : Suntikan 0,1 ml PPD
RT-23 / PPD S 5 TU IC di
bagian volar bawah.
Dibaca stlh 48-72 jam, ukur
indurasi yg timbulPrinsip
Hypersensitivitas tipe IV
Interprestasi
10 mm : (+) Positif TB
5 9 mm : Meragukan
0 4 mm : (-) Negatif
5 mm : (+) pada
imunokompromies
Hasil Positif
(+)
Hasil (-)
Infeksi TB
alamiah
Tidak ada
infeksi TB
Imunisasi BCG
Dalam masa
inkubasi infeksi
TB
Infeksi
mikobaterium
atipik
Anergi
Profilaksis - Penatalaksanaan
Kemoprofilaksis
primer
Kemoprofilaksis
sekunder
Diberikan untuk
mencegah infeksi
Diberikan untuk
Diberikan pada anak
mencegah sakit TB
dengan kontak TB (+)
Diberikan pada kontak TB
tetapi uji tuberkulin (-)
(+), uji mantoux konversi
,klinis (-)
(+),tetapi klinis (-), Ro (-)
Obat: INH 5-10
Obat : INH 5-10
Clas
Conta Infecti selama
Disea Managem
mg/kgBB/hari
mg/kgBB/hari
selama
Kontak dinilai dengan
adanya
s
ct
on
se
ent
6
bulan
kontak
dengan pasien TB di
6-9
bulan
0
I
1st proph.
II
2nd proph.
III
OAT thera.
sekitar lingkungan
Infeksi dinilai dengan uji
Mantoux
Disease dinilai dengan TB
scoring menurut WHO
Penatalaksanan
Diberikan pada score
6
Regimen : 2RHZ/4RH
Dosis OAT
INH: 5-15
mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 300 mg/hari
Rifampisin: 10-20
mg/kgBB/hari dosis
maksimal 600 mg/hari
Pirazinamid: 15-30
mg/kgBB/hari, dosis
maksimal 2 g/hari
ASMA
Gangguan inflamasi kronik saluran napas yang
melibatkan banyak sel dan elemennya dengan gejala
batuk dan atau mengi berulang dengan karakteristik
episodik, nokturnal (variablilitas), reversible (dapat
sembuh sendiri dengan atau tanpa pengobatan) di
tambah atopi.
Gejala utama pada anak : batuk dan /atau wheezing
RINGAN
Derajat serangan
SEDANG
Berjalan
Berbicara
Dapat tidur
terlentang
Duduk
Satu kalimat
Mungkin gelisah
Beberapa
kata
Gelisah
<20/ menit
20-30/ enit
< 100
10 mmHg
-
100 120
+ / - 10 20
mmHg
+
Akhir ekspirasi
paksa
BERAT
MENGANCAM
JIWA
Istirahat
Duduk
membungkun
g
Kata demi
kata
Gelisah
Mengantuk,gelis
ah,kesadaran
menurun
> 30/menit
> 120
+
> 25 mmHg
+
Bradikardia
Kelelahan otot
Torakoabdomina
l paradoksal
Silent Chest
Derajat Asma
Parameter
Klinis
ASMA EPISODIK
JARANG
ASMA EPISODIK
SERING
Asma Persisten
Frekwensi
serangan
< 1 x / bulan
> 1X / bulan
Sering
Lama Serangan
< 1 minggu
> 1 minggu
Hampir sepanjang
tahun tdk ada remisi
Diantara
serangan
Tanpa Gejala
Tidur dan
aktifitas
Tdk terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
Px fisik di luar
serangan
Normal
Mungkin
terganggu
Obat Pengendali
Tdk perlu
Perlu (steroid)
Perlu (steroid)
PEF/FEV 1 > 80 %
PEF/FEV 1 60 - 80
%
Variabelitas Faal
paru
(bila ada
serangan)
> 15 %
< 30 %
< 50 %
rsi
e
V
ya
n
le
p
sim
Tatalaksana Awal
Nebulisasi 2 agonis rapid
acting bisa 3x, interval 20
menit.
Nebulisasi ketiga: 2 agonis
+ antikolinergik
Serangan berat : langsung
Nebulisasi 2 -agonis +
antikolinergik
02
PNEUMONIA
Definisi: Inflammation of the parenchyma of the
lungs
Tanda utama menurut WHO: fast breathing &
lower chest indrawing
Signs and symptoms
Non respiratory: fever, headache, fatigue,
anorexia, lethargy, vomiting and diarrhea,
abdominal pain
Respiratory: cough, chest pain, tachypnea ,
grunting, nasal flaring, subcostal retraction (chest
indrawing), cyanosis, crackles and rales (ronchi)
http://emedicine.medscape.com/article/967822
g
n
i
h
t
a
re e a )
b
t
n
s
p
a
y
F
ch
a
t
(
Age
Breaths/minute
< 2 months
2 - 12 months
1 - 5 years
40
60
50
Tatalaksana Pneumonia
Pneumonia ringan
DIFTERI
Etiologi: toksin Corynebacterium diphteriae
Gejala
Nyeri tenggorok
Bull-neck (bengkak pada leher)
Pseudomembran berwarna putih keabuan di
faring, tonsil, uvula, palatum sulit dilepaskan
& ,mudah berdarah
Edema dapat menyebabkan stridor dan
penyumbatan sal.napas
Pemeriksaan penunjang: apusan tenggorokan dgn
pewarnaan gram
Todar K. Diphtheria. http://textbookofbacteriology.net/diphtheria.html
Penatalaksanaan
Antitoksin: 40.000 Unit ADS IM/IV, skin test
Anbiotik: Penisillin prokain 50.000 Unit/kgBB IM
per hari selama 7 hari atau eritromisin 25-50
kgBB dibagi 3 dosis selama 14 hari
Tindakan di masyarakat
Rawat anak di ruangani solasi
Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai
denganr iwayat imunisasi
Berikan eritromisin pada kontak serumah
sebagai tindakan pencegahan (12.5 mg/kgBB,
4xsehari, selama3 hari)
Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga
serumah
PERTUSIS
Etiologi : Bordetella pertussis
Stadium
a.Stadium katarrhal: hidung tersumbat,
rinorrhea, demam subfebris. Penularan terjadi
dalam stadium ini.
b.Stadium paroksismal: batuk paroksismal
yang lama, bisa diikuti dengan whooping atau
stadium apnea, muntah.
c. Stadium konvalesens: batuk krn nik hingga
beberapa minggu
Tanda Patognomonik : Batuk paroksismal
diikuti whoop saat inspirasi disertai muntah,
perdarahan subkonjungtiva,
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
Kasus ringan pada anak-anak umur 6 bulan
dilakukan secara rawat jalan
Beri imunisasi DPT pada pasien pertusis &
setiap anak dalam keluarga
Antibiotik : Eritromisin oral (12.5
mg/kgBB/kali, 4 kali sehari) selama 10 hari
Komplikasi : Pneumonia, Kejang, Gizi kurang,
Perdarahan Subkonjungtiva dan Hernia
BRONKIOLITIS
Penatalaksanaan
Mild disease : Symptomatic therapy
Moderate to Severe diseases
Life Support Treatment : O2 , IVFD
Etiological Treatment : Antibiotic (if etiology
bacteria)
Symptomatic Therapy : Bronchodilator ,
Corticosteroid
CROUP SYNDROM
Croup (laringotrackeobronkitis) : Peradangan
pada laring,trakea,dan bronkus.
Etiologi: RSV (respiratoty syncitial virus)
Manifestasi:
Paling byk pada anak umur 6bln-3 th
Barking Cough (batuk menggonggong)
Sesak nafas
Stridor
Retraksi intercostal
DD
Laringotrakeobronkitis
(LTB)
Epiglositis
Etiologi
RSV
V.Influenza A dan B
Sign &
Symtom
p
Batuk menggonggong
(barking cough)
Stridor,demam Suara
serak
Retraksi intercostal
Barking cough
Stridor,Demam, nyeri
tenggorokan drooling
Dysphagia
distress (respiratory)
Tumb sign
Management Croup
Ringan gejala : Demam, suara serak, batuk
menggonggong, stridor bila anak gelisah
Terapi : Rawat jalan ,pemberian cairan oral,
ASI/makanan yang sesuai, Simtomatik
Berat gejala: Stridor saat istirahat, Takipnea,
Retraksi intercostal
Terapi
Steroid (dexamethasone) dosis tunggal (0,6
mg/kg IM/PO) dapat diulang dalam 6-24 jam
Epinefrin 1:1000 2 mL dalam 2-3 mL NS,
nebulisasi selama 20 menit
GASTROENTEROLOGI
Gastroenteritis
Cholera
Dysentry bacilli
Gastroenteritis dengan dehidrasi
Mal absorbsi
Food intolerance
Kelainan bawaan (atresia esofagus,
achalasia, intestinal atresia, anal atresia,
hernia diafragma, HPS, Hischsprung)
4
4
3B
3A
3A
2
DIARE
Diare : BAB dengan perubahan konstruksi tinja
dengan frekuensi > 3 kali / 24 jam , disertai atau
tanpa darah.
Diare
melanjut
Diare
Persisten
Diare Kronik
DIARE NON-INVASIF
Rotavir
us
Kolera
Giardias
is
ETEC
DIARE INVASIF
SYNDROM DISENTRI
Bakteri (Disentri basiler)
Shigella & Salmonella
C jejuni
Escherichia coli enteroinvasif (EIEC)
EIEC
Campylobacter jejuni
Shigella sp
Amoeba (Disentri amoeba)
E.histolytic
Entamoeba hystolitica
DIARE TERKAIT ANTIBIOTIK
a
Clostrodium Difterll
Salmonella
CE-SES
sp
Disentri
Basiler
Disentri
Amoeba
C.Jeujeni
C. Difftel
Derajat dehidrasi
Derajat
Keadaa
Dehidras
n Umum
i
Tanpa
dehidras Baik,CM
i
Dehidras
i ringansedang
Rewel,
gelisah
Letargis,
penurun
Dehidras
an
i berat
kesadara
n
Rasa
Haus
Air
Mata
Minum
spt
Normal
biasa
Minum
seperti Produks
kehausa i kurang
n
Tidak
mau
minum
Tidak
ada
Mulut
Turgor
Urin
Basah
Normal
Normal
Kering
Sangat
kering
Pucat,
CRT<2s,
turgor
lambat
Pucat,
CRT>2s,
turgor
sangat
lambat
Berkura
ng
Tidak
ada
1 jam
5 jam
Umur 12
jam
2,5 jam
2. TERAPI NUTRISI
Pemberian ASI harus dilanjutkan
Beri makan segera setelah anak mampu makan
Jangan memuasakan anak
3. TERAPI MEDIKAMENTOSA
Antibiotik, bila terdapat indikasi (eg. kolera, shigellosis,
amebiasis, giardiasis)
4. ZINC
< 6 bulan: 10 mg
> 6 bulan: 20 mg
Di berikan selama 10 hari
5. EDUKASI
Tanda-tanda dehidrasi, cara membuat ORS, kapan dibawa
ke RS, dsb.
MALFORMASI
KONGENITAL
ATRESIA DUODENUM
HIPERTROPI STENOSIS
PILORUS: Muntah 30-60 menit setelah
GEJALA
intack, muntah seperti kopi, teraba
masa di epigastric
RADIOLOGI: One Bublle
BARIUM ENEMA: String Sign
DISEASE
HIRSCHSPRUNGS
GEJALA
Mekonium terlambat keluar > 24 jam
Muntah hijau
Distensi abdomen
RT: Feses menyemprot
BARIUM ENEMA : Lumen rectosiqmoid mengecil,
bagian proksimal lebih lebar ( zona transisi ) /
Funrel - shaped
ATRESIA ESOPHAGUS
TROPIK INFEKSI
Demam tifoid
Dengue Hemmoragic Fever
Morbili
Varicella
Malaria
Dengue Hemmorrhagic Fever
HIV-AIDS
CMV infections
4
4
4
4
4
3A
3A
3A
Kriteria Diagnosa
1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari,
biasanya bifasik
2. Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan
berikut ini
Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54 cm2)
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan,
atau tempat lain
Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia (<100.000/mm3)
4. Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage
Hematokrit meningkat >20%
Hematokrit turun hingga >20% dari hematokrit
awal, setelah pemberian cairan
Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan
TANPA TANDA
BAHAYA
Dengue Probable : Bertempat
DENGAN TANDA
BAHAYA
Nyeri
perut / Tenderness
Muntah berkepanjangan
Terdapat akumulasi cairan
Perdarahan mukosa
Letargia ,lemah
Pembesaran Hepar > 2 cm
Kenaikan HT seiring dgn
penurunan Trombosit yg cepat
Dengue konfirmasi lab : isolate
kultur virus atau PCR
SEVERSE DENGUE
Perbedaan Kliasifikasi
Klasifikasi WHO 1997 :
Demam dengue (Dengue Fever)
Demam berdarah dengue (Dengue
Hemorrhagic Fever)
Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin : Trombositopenia , HT , Leukopenia
Fungsi hepar
Serologi Dengue
NS1 : Puncak deteksi Ns1 :hari ke 2-3
(sensitivitas 75%) & mulai tidak terdeteksi hari
ke 5 - 6
IgM & IgG Antidengue: IgM terdeteksi hari ke 3
-5 menandakan infeksi primer, IgG terdeteksi
hari ke 14 & pada infeksi primer terdeteksi hari
ke 2 infeksi sekunder
Pemeriksaan Lanjutan : HT & Trombosit di periksa /
12 jam
Penatalaksanaan
Kriteria Pemulangan
DEMAM TYPOID
Anamnesa
Pemeriksaan fisik
Demam naik secara
Kesadaran menurun
bertahap (stepwise)
delirium
setiap hari, suhu
Bradikardia relatif
tertinggi
Lidah tifoid (coated
pada akhir minggu
tongue, hiperemis,
pertama, minggu kedua
tremor)
demam terus menerus
Meteorismus
tinggi
Hepato/splenomegali
Delirium (mengigau),
Rose spots pada
malaise, letargi,
dinding abdomen
anoreksia, nyeri kepala,
nyeri perut, diare, atau
konstipasi, muntah.
Sumber: Todar, Kenneth. Salmonella and Salmonellosis In: Todars online
Pada
kasus berat:
textbook
of bacteriology.
Pemeriksaan penunjang
Darah Tepi: Leukopenia, trombositopenia, anemia
Kultur
Darah (dalam agar empedu) untuk minggu 1-2
Feses untuk minggu 2-3
Urin untuk minggu 3-4
Widal: Mulai positif pada akhir minggu 1, diagnosis
demam tifoid dapat ditegakkan apabila terdapat
peningkatan titer 4x lipat pada pemeriksaan
ulang dengan interval 5-7 hari atau peningkatan
titer o 1:200
Tubex test
Penatalaksanaan
Non farmakologis: tirah baring,
makanan lunak rendah serat.
Farmakologis : Simtomatis, Antibiotik
Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai
dengan 7 hari bebas demam, tiamfenikol 4 x 500 mg
(komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan
kloramfenikol)
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
Ampisilin & amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2
minggu (paling aman)
Sefalosporin generasi III : seftriakson 3-4 sekali
sehari, selama 3-5 hari
Fluorokuinolon : Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari
selama 6 hari
LEPTOSPIROSIS
Definisi : Penyakit zoonis oleh Leptospira interogans
Masa Inkubasi : 2-26 hari
Tikus, adalah reservoir yang utama dan kejadian
leptospirosis lebih banyak ditemukan pada musim
hujan .
MANIFESTASI KLINIS
1. Fase leptospiremik
Demam, menggigil, rasa sakit pada otot terutama M.
Gastrocnemeus, konjungtival suffusion,ruam kulit,
hepatosplenomegali
2. Fase leptospirurik
Demam, menggigil,kerusakan hepar & ginjal (uremik),
manifestasi perdarahan
3. Weils Disease : kreatinin , Ikterik
Pemeriksaan -Tatalaksana
Pemeriksaan
penunjang
Kultur : di ambil pada
saat fase
leptosperemia (kultur
urin di ambil 2-4
minggu onset
penyakit)
Serologi (leprodipstik)
dgn teknik PCR,silver
strain.
Mikroskop Aglunitin
Test
Pengobatan
Kasus Ringan:
Doksisiklin 2x100
mg, Amoxcilin
4X500 mg, di
berikan selama 5-7
hari
Weil Disease :
Penicilin G 1,5jt UI/6
jam selama 5-7 hari
MORBILI / CAMPAK /
RUBEOLLA
MANIFESTASI KLINIS
1. Stadium Prodromal : 3
C (Cough, Coriza,
Conjungtivitis),Koplik spot
di mukosa pipi
2. Stadium Erupsi : Timbul
ruam
makopapuler,muncul dari
belakang
telinga,menyebar ke
leher,badan& ekstremitas.
3. Stadium Konvalensi:
setelah 3 hari ruam
perlahan menghilang
Patognomonik: Kopliks
spot (titik-titik putih pada
mukosa pipi) & Erupsi
eritema makulo papular
yang gatal muncul dari
belakang telinga
kemudian ke badan
Penatalaksanaan
Simtomatis
Vitamin A
< 6 bln : 50.000 UI (2
Komplikasi
hari)
Otitis Media
6-12 bln: 100.000 UI (2
Bronchopneumonia
hari)
Encephalitis
> 12 bln: 200.000 UI (2
hari)
Pericarditis
Pencegahan : Imunisasi
Campak
VARICELLA / CACAR
Etiologi : Virus Varicella
Zozter (VVZ)
Masa inkubasi : 17-21 hari
Manifestasi Klinis
Stasdium Prodromal :
demam, malaise,nyeri kepala
dlm bbrp jam timbul erupsi
Stadium Erupsi : Papul
Eritromatous Vesikel dgn
dasar eritromatous bentuk
seperti tetesan air (Tear
Drop) menyebar dari
badan ke extremitas /
Sentrifugal.
Pemeriksaan
Penunjang
Tzank test
(bahan dr
kerokan di dasar
vesikel)
Gambaran : Multi
nukleid giant cell
( Sel besar
berinti banyak)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
Tatalaksana
Simtomatis
Oral : Antipiretik +
Analgetik
Lokal : Bedak salicil
mentol (biar vesikel tdk
pecah)
Antiviral
Dewasa(Acyclofir 5x800
mg) selama 7 hari
Anak (Acyclovir 4 x 20
mg) selama 7 hari
RUBELLA
Etiologi : Infeksi Togavirus
Masa Inkubasi: 14-21 hari Infeksius: 5-7 hari sebelum
rash hingga 3-5 hari setelah keluar rash
Manifestasi Klinis
Prodromal Anak: ringan Remaja & Dewasa: demam,
malaise, nyeri tnggorok, nausea, anorexia,
limfadenopati
Enanthem Forschheimers spots ptekie
Komplikasi: Arthralgias/arthritis, Peripheral neuritis,
encephalitis, thrombocytopenic purpura
Congenital rubella syndrome
IUGR, buta, tuli, jantung, anemia, thrombcytopenia,
nodul di kulit
Masa infeksius
ROSEOLA
Berada dalam
Etiologi : Human
Herpes Virus 6 and
7
Yang rentan: 6-36
bulan (puncak 6-7
bulan)
Musim: Sporadik
Inkubasi: 9 hari
saliva secara
intermiten
sepanjang hidup,
infeksi asimtomatik
persisten.
Manifestasi klinis
Demam tinggi 3-4
hari
Demam turun
mendadak dan
mulai timbulruam
kulit.
Differential diagnose
HEMATOIMUNOLOGI
Anemia defisiensi
besi
4
Anemia
Anemia hemolitik
3A
Anemia makrositik
3A
Gangguan pembekuan darah
Anemia associated with chronic
3A
Leukimia
disease
Anemia aplastik/hipoplastik
2
Ikterik neonatorum 2
Hemoglobinopati
Polisitemia
2
Trauma persalinan
Trombositopenia
2
Hemofilia
2
Leukemia (acute dan chronic)
2
Haemangioma
2
ANEMIA
Definisi WHO : Keadaan dimana terjadi
pengurangan jumlah sel darah merah, baik itu
dalam kadar hemoglobin dan atau hematokrit,
selama volume darah total dalam batas normal
Kriteria Anemia (WHO)
6 bulan < 5 tahun : Hb < 11
> 5 tahun 14 tahun: Hb < 12
Laki dewasa : < 13
Wanita dewasa:< 12
Wanita dewasa (hamil) : < 11
MORE INFO
KLASIFIKASI ANEMIA
HIPOKROM MIKROSITER
ANEMIA DEFISIENSI FE
Defisiensi besi: kegagalan dalam pembentukan
heme gagal membentuk hemoglobin
Kegagalan pembentukan hemoglobinpenurunan
kadar oksigen yang diikat sel menjadi pucat
dan lebih kecil (mikrositik hipokromik)
Etiologi
Kebutuhan meningkat:
kehamilan,menyusui,pertumbuhan
Kurangnya penyerapan: diet
vegetarian,malabsobsi
Perdarahan kronik: tukak lambung,infeksi
cacing
Perdarahan kronikHb Sumsum tulang di
WAJIB TAU
Feritin : Protein intraseluler
yang berfungsi menyimpan besi
dan mengeluarkannya saat
diperlukan; feritin merefleksikan
jumlah besi yang disimpan dalam
tubuh
Derajat defisiensi Fe
1. Fase keseimbangan besi
negatif
Kebutuhan/kehilangan besi >
asupan (Ferritin <, Transferin
normal ,TIBC normal
2. Fase iron-deficient
eritropoiesis
Cadangan besi sudah mulai
berkurang (Ferritin <<,
Transferrin <, TIBC normal)
3. Fase anemia defisiensi besi
(Ferritin <<, Transferrin <,
TIBC >)
Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis
Pucat yang berlangsung lama
(kronik)
Koilinikia , Glositis
Stomatitis angularis
Gejala komplikasi
Lemas, sariawan, gangguan
prestasi belajar, menurunnya
daya tahan tubuh terhadap
infeksi.
Tatalaksana
Ferrous Sulfat 300
mg/hari selama 6-12
bulan untuk
meningkatkan cadangan
besi sampai Hb normal
di lanjutkan selama 8
minggu.
Vitamin C untuk
menambah penyerapan
besi
Tranfusi PRC : jika Hb <
6 g/dl
THALASEMIA
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah
Darah rutin : Hb , MCV , MCH ,
MCHC , Rt
Apusan darah tepi
Hipokrom-mikrositer
Anisositosis,poikilositosis,sel target
Howell-Jelly body,basophilic
Elektroforesis HB Gold standar
HbF : pada thalassemia beta mayor
HbA2 : pada thalassemia beta
minor
Foto RO : Hair on and Apperance
Tatalaksana
Transfusi seumur hidup
Terapi adjuvant; asam Folat,Vit E
Deferoksamin untuk menghambat
penumpukan besi(hemosiderosis)
ANEMIA APLASTIK
Adalah suatu kesatuan klinik yang ditandai oleh
pansitopenia pada darah tepi disertai sumsum
tulang hiposeluler
Etiologi
Idiopatik (dimediasi imun): 70% kasus
Sekunder(10-15%) : Obat, Toksin Virus ,Penyakit
autoimun Kehamilan
Iatrogenik
Khas: Pansitopenia tanpa pembesaran organ
Manifestasi Klinis
Anemia : Pucat ,lemah
Trombositopenia: ptekie,ekimosis,purpura
Leukopenia : Demam,imunitas
Tdk ada organomegali
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Lab
Normositik normokrom
*MCV 95- 110 fL
Jumlah retikulosit rendah.
Leukopenia dengan
limfositosis relatif.
Tidak ada sel abnormal di
darah.
Apusan darah tepi
Sumsum tulang
hipoplasia, dengan
jaringan hematopoietik
digantikan lemak.
ANEMIA MEGALOBLASTIK
Versi ga ribetnya
Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom,
Serum Iron , Feritin, TIBC , Sel pencil Terapi : suplementasi
besi.
Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom.
Terdapat sel target & anisopoikilositosis (bentuk sel bermacammacam karena lisis), Bilirubin indirek . Ikterik, splenomegali.
Biasanya karena thalassemia. Pemeriksaan tambahan :
elektroforesis Hb.
Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit
meningkat namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan
tambahan : Bone Marrow Puncture (BMP).Tx : kemoterapi.
Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali.
Pemeriksaan tambahan : BMP gambaran hipoplastik.
Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi
besi. Anemia normositik normokrom.
Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op
gastrointestinal), asam folat, liver disease
KELAINAN PEMBEKUAN
DARAH
KELAINAN JUMLAH
TROMBOSIT
IMUNE TROMBOSITOPENIA PURPURA (ITP)
Diagnosis ITP
Pemeriksaan fisik
Pada umumnya bentuk perdarahannya ialah
purpura pada kulit dan mukosa (hidung, gusi,
saluran cerna dan traktus urogenital).
Pemeriksaan penunjang
Darah : Trombositopenia, Masa perdarahan
memanjang (Bleeding Time) , PT & aPTT
normal
Darah tepi :
Morfologi eritrosit, leukosit, dan retikulosit
biasanya normal. Hemoglobin, indeks eritrosit
dan jumlah leukosit normal.
Besar trombosit umumnya normal, hanya
kadang ditemui bentuk trombosit yang lebih
Tatalaksana ITP
Indikasi rawat inap
Pada penderita yang sudah tegak diagnosisnya, perlu
dilakukan rawat inap bila:
Jumlah hitung trombosit <20.000/L
Perdarahan berat
Kecurigaan/pasti perdarahan intrakranial
Umur <3 tahun
Medikamentosa
Kortikosteroid
Suspensi trombosit jika trombosit <20.000/ L
dengan perdarahan mukosa berulang (epistaksis) atau
trombosit < 50.000 L dgn kecurigaan perdarahan
intrakranial
KELAINAN SISTEM
KOAGULASI
HEMOFILIA
Kekurangan faktor pembekuan darah yang diturunkan secara sexlinked recessive pada kromosom X
Klasifikasi
1. Hemofilia A (80-85%) : defisiensi/disfungsi faktor VIII
2. Hemofilia B : defisiensi/disfungsi faktor IX
3. Hemofilia C : defisiensi/disfungsi faktor XI
Gejala Klinis
Hemartrosis Perdarahan sendi
hematoma subkutan atau intramuskular
perdarahan mukosa mulut
perdarahan intrakranial
Epistaksis
hematuria.
Diagnosis-Tatalaksana
Pemeriksaan penunjang
aPTT memanjang, PT memanjang , BT
memanjang
Faktor VIII & IX
Tatalaksana
HemofiliA : Criopresipitate(faktor VIII)
Hemofili B : FFP (Factor IX)
Bedakan ITP VS
Hemofilia
Karakteristik Klinis Gangguan Perdarahan
Kelainan
Trombosit/Vaskular
Kelainan
Koagulasi
Tempat
Di dalam jaringan
lunak (otot, sendi)
Lesi
Petekiae, ekimosis
Hemartrosis,
hematoma
Perdarahan
LEUKIMIA
Definisi : Gangguan neoplastik yang berasal dari
sistem hematopoetik.
Sistem hematopoeitik merupakan sistem yang
membentuk sel-sel darah serta sel-sel imun
tubuh.
Gangguan ini menyebabkan penurunan
produksi sel-sel darah normal serta gejala lain
yang berkaitan dengan infiltrasi sel ganas ke
organ-organ.
Klasifikasi
LLA
LMA
Epidemiologi
Pada anak-anak
Morfologi dan
sitokimia
Limfoblas dominan
Mieloperoksidase (-)
tDt Positif
Sitogenetika
Perjalanan penyakit
Onset Cepat
LLK
Onset cepat
LMK
Epidemiologi
Lansia
Pada Dewasa
Muda,lansia
Morfologi dan
sitokimia
Sitogenetika
Trisomi 12
Kromosom philadelpia
Perjalanan penyakit
NEUROLOGI
Kejang demam
Hidrosefalus
Cerebral palsy
Status epilepticus
GBS
Meningitis
Ensefalitis
Guillain Barre Syndrome
Epilepsi
Petit mal epilepsi
Abses otak
ADHD, Autis
4
3
3
3
3
3
3
3
3
3
2
2
B
B
B
B
B
B
B
A
A
KEJANG DEMAM
Definisi : Bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 380C) yang
disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Insidensi :
anak umur 6 bulan 5 tahun, insidensi tertinggi
pada umur 18 bulan
Anak umur < 6 bulan 5 tahun mengalami kejang
di dahului demam pikirkan infeksi SSP
Anak yg kejang tanpa demam, kemudian kejang
demam bukan Kejang demam
Kejang & demam pada anak < 1 tahun bukan
kejang demam
Klasifikasi kejang demam
Kejang demam Sederhana /KDS / simplex
febrile seizure
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin
Dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam.
Pungsi lumbal
1. Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan
2. Bayi antara 12-18 bulan dianjurkan
3. Bayi > 18 bulan tidak rutin
Elektroensefalograf (EEG)
Tdk di anjurkan
Tapi masih dapat dilakukan pada keadaan kejang
demam yang tidak khas.Misalnya: kejang demam
kompleks UKK Neurologi 5 pada anak usia lebih dari 6
tahun, atau kejang demam fokal.
Kejang (+)
4
Diazepam IV
Dosis 0.3-0.5 mg/kgBB
Diberikan dengan kecepatan 0.5-1mg/meni
(3-5 menit)
(hati hati dapat terjadi depresi napas)
Evaluasi 5 menit
Kejang (+)
Fenitoin Bolus IV
5
Dosis 10-20 mg/kgBB/kali
Diberikan dengan kecepatan 1mg/kgBB/men
Evaluasi 5 menit
Kejang (+)
6
Transfer ke ICU/ PICU
Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8
jam pada saat demam menurunkan risiko
berulangnya kejang
Diazepam rectal 0,5 mg/kgBB / 8 jam
Pengobatan
. Asam valvoat 15-40 mg/kg BB / 2-3 dosis atau
Fenobarbital 3-4 mg/kg per hari dalam 1-2 dosis selama
1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara
bertahap selama 1-2 bulan
NEUROINFEKSI
Meningitis
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang
Meningeal (+) , bisa terjadi penurunan
kesadaran (kejang bersifat fokal).
Etiologi : Bakteri, Viral, TB
Ensefalitis
Demam, sakit kepala, Tanda Rangsang
Meningeal (-) penurunan kesadaran (kejang
bersifat umum)
Etiologi : viral (paling sering Herpes
SimpleksVirus).
Pemeriksaan Penunjang
Darah perifer lengkap dan kultur darah
Gula darah dan elektrolit jika terdapat indikasi
Pungsi lumbal untuk menegakkan diagnosis & menentukan
etiologi
Pada kasus berat sebaiknya ditunda
Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan
tekanan intrakranial
Diindikasikan pada suspek meningitis, SAH, dan penyakit
SSP yang lain (eg. GBS)
Protokol pertama pada kasus kejang pada anak usia < 1
tahun sangat dianjurkan; 12-18 bln dianjurkan; >
18 bln tidak rutin dilakukan
CT Scan dengan kontras atau MRI pada kasus berat, atau
dicurigai adanya abses otal, hidrosefalus, atau empiema
subdural
EEG jika ditemukan perlambatan umum
Analisa LCS
NEFROLOGI
ISK
Sindrom Nefritik
Sindrom Nefrotik
Ikterik neonatorum
Trauma persalinan
Tatalaksana ISK
Suportif
Masukan cairan yang cukup, Edukasi untuk tidak
menahan berkemih , Menjaga kebersihan daerah
perineum dan periurethra.
Farmakologi
Antibiotik empirik selama 7-10 hari kotrimoksazol oral
24 mg/kgBB setiap 12 jam
Alternatif ampisilin, amoksilin jika :
Terdapat demam tinggi dan gangguan sistemik
Terdapat tanda pyelonefritis (nyeri
pinggang/bengkak)
Pada bayi muda
Jika respon klinis kurang baik / kondisi anak memburuk
Gentamisin (7.5 mg/kg IV sekali sehari) + ampisilin (50
mg/kg IV setiap 6 jam) atau sefalosporin gen-3 parenteral
GLOMERULONEFRITIS AKUT
GNAPS : Istilah histopatologi
Inflamasi pada glomerulus yg
di dahului infeksi
streptococcus -hemolytic
group A yg di tandai dgn
gejala nefritik.
Sindrom nefritik akut:
kumpulan gejala klinik berupa
proteinuria, hematuria,
azotemia, red blood cast,
oliguria & hipertensi
(PHAROH) yang terjadi secara
akut.
contd
Diagnosa
Anamnesa: Riwayat Infesi (ISPA)/pioderma Gejala klinis :
hematuria, hipertensi, edema, oliguria
Pemeriksaan laboratorium: ASTO (meningkat) & C3
(menurun), adanya torak eritrosit, hematuria &
proteinuria.
Diagnosis pasti ditegakkan bila biakan positif untuk
streptokokus hemolitikus grup A.
Penatalaksanaan
Diet restriksi protein,rendah garam
Antibiotik (pengobatan causatif): Gol Penicilin
Simtomatik : Edema(loop diuretik), Hipertensi (ACE-I/
ARB)
SINDROM NEFROTIK
Kriteria Diagnosa
Proteinuria masif (>40
mg/m2/jam atau dipstik
2+),
Hipoalbuminemia (<2,5
g/dL),
Nefritik vS
Edema, dan
Nefrotik
Hiperkolesterolemia >200
mg/dl
Patogenesis
Terjadi akibat
kegagalan/gangguan
filtrasi di glomerulus yang
kemudian menyebabkan
Batasan SN
Diet
Restriksi protein khususnya jika sudah terdapat
penurunan fungsi ginjal
Diet rendah kolesterol
Edema : Diuretics (loop diuretik)
Hyperlipidemia : statin
Kortikosteroid
ENDOKRIN
METABOLIK-GIZI
Hormon Tyroid
Hormon GH
Hormon ACTH
Kelainan
hormon Insulin
Malnutrisi
Gizi
buruk
Trauma
persalinan
Ikterik
neonatorum
HORMON TYROID
KRETINISME
Kretinisme Endemik
Kretinisme
Kretinisme yang terjadi
sporadik / Hipotiroid
pada bayi yang lahir pada
Kongenital
daerah dengan asupan
yodium yang rendah
serta goiter endemik;
sehingga mengalami
kekurangan yodium yang
berat pada masa fetal
Gejala: lahir di daerah
endemik gondok
retardasi mental, tuli
sensorineural nada tinggi,
gangguan neuromuskular
kretinisme akibat
hipotiroid kongenital
Gejala: Penurunan
aktivitas, dahi lebar, BB
sulit naik, pendek,
hipotonia, tangisan
serak, ikterik, retardasi
mental,makroglosia,herni
a umbilikal,
perkembangan
terhambat, miksedema
KELAINAN HORMON GH
GIGANTISME
DWAFISME
Hipotituarisme
GH
Badan pendek
Retardasi mental (-)
KELAINAN HORMON
ACTH
A. Sindroma cusshing:
Hiperkortisol karena
sebab eksternal
(penggunaan obat
steroid)
. Tanda dan gejala:
BB naik (obesitas
sentral), punggung
atas (buffalo Hump),
moon face
Hirsutisme,Siklus
menstruasi tidak
teratur (amenorea),
Infertilitas,penurunan
libido Impotensi
A. Cussing Disease:
Syndrom sekunder
karena hipersekresi
ACTH ( biasanya karena
Adenoma hipofisis)
Tatalaksana
1. Nutrisi
fase stabilisasi: F75
fase transisi: F100
fase rehabilitasi:F150
3. Infeksi :
tanpa komplikasi : kotrimoksasol
berat : Ampisilin IV :Amoksisilin oral + Gentamisin
Spesifik : OAT
IMUNISASI
Jadwal Imunisasi & KIPI
Masalah masalah imunisasi
Masalah masalah imunisasi
Trauma persalinan
IMUNISASI PPI
Hepatitis B
Polio
Jadw
al
Diberikan 4 kali
Saat lahir (Polio 0)
2 bulan (polio 1)
4 bulan (polio-2)
6 bulan (polio-3)
Dosis
2 tetes(OPV) , 0,5 ml
(IPV)
Note
BCG
Jadwal
DPT
Diberikan pada
usia 0 3
bulan
Optimal 2
bulan
Umur 2, 4, 6
bulan
Booster
diberikan pada
usia18-24 bulan,
5 tahun pada
saat kls 1 dan
kls 6 SD (DT)
Jadwal pada
program
nasional di
berikan 2 kali
pada umur 9
dan 24 bulan
0,5 ml IM Vastus
lateral
Mengandung:DT
wP atau Dtap.
0,5mg , SC di
lengan kiri
atas
Reaksi KIPI :
Reaksi sistemik
50% demam
(thx:
paracetamol) flu
like symptoms,
encephalopati.
Jika mendapat
imunisasi MMR
pada 15
bulan
campak pada
umur 24 bulan
tdk usah di
berikan.
Dosis
Note
CAMPAK
Kontraindikasi Imunisasi
Hepatitis
B
Polio
BCG
DPT
MASALAH IMUNISASI
Status imunisasi tdk di ketahui / meragukan
Hepatitis B
BcG
Polio
DPT
Campak
Ibu penderita TB
Bayi dilahirkan menderita (TB)
paru aktif sesaat, sebelum,
sesudah lahir, dan
mendapatkan pengobatan
kurang 2 bulan sebelum
melahirkan
TUMBUH KEMBANG
Pemantauan Tumbuh
kembang
Kelainan
Tumbang
Kelainan Genetik
Developmental Milestone
USIA 1 bulan
Motorik kasar : Mengangkat kepala
Motorik halus : (-)
Personal sosial : Melihat wajah
orang tua
Bahasa : bereaksi terhadap bunyi
lonceng / musik
USIA 2 bulan
Motorik kasar : Mengangkat kepala,
tengkurap
Motorik halus : (-)
Personal sosial : Mengenali wajah
orang tua & tersenyum
Bahasa : muncul suara aaauuu
USIA 3 bulan
Motorik kasar : Kepala tegak ketika
di dudukan
Motorik halus : Memegang mainan
Personal sosial : Respon terhadap
rangsang visual
Bahasa : mencari
USIA 6 bulan
Motorik kasar : Duduk tanpa
berpegangan
Motorik halus : Mampu mengambil
benda dgn tangan & memindahnya
ke tangan sisinya.
Personal sosial : Melihat & mengamati
objek
Bahasa: Babling
Aspergers
Syndrome
ADHD
Kriteria Diagnosa
Tdk bisa memusatkan perhatian
Impulsif: bertindak sblm berfikir, perhatian mudah
teralihkan
Hiperaktif
Retardasi
mental
KELAINAN GENETIK
SINDROM
DOWN
Trisomi 21
Ciri-ciri : retardasi mental, dagu kecil,
mongoloid face, hidung pipih, lipatan
palmar tunggal, makroglosia, jarak
lebarantara ibu jari kaki & jari kedua
SINDROM
JACOBS
47+XYY
Ciri : Wajah kriminal
SINDROM
MARFAN
SINDROM
KLINEFELTER
47+XXY (laki-laki)
Ciri-ciri : hipogonadisme(fitur seks sekunder
berkurang ), fertilitas berkurang
SINDROM
TURNER
45+XO (perempuan)
Ciri-ciri : pendek , webbed neck,amenorea ,
steril
PUBERTAS PREKOS
Klasifikasi
Selamat belajar