Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
TINJAUAN PUSTAKA
GAGAL JANTUNG KONGESTIF
PENDAHULUAN
Gagal jantung menurut Braundwald adalah suatu keadaan patofisiologis
adanya kelainan fungsi jantung berakibat terjadinya kegagalan jantung memompa
darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan dan/atau kemampuannya
hanya ada kalau disertai peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. Sedangkan
menurut Packer, gagal jantung kongestif merupakan suatu sindrom klinis yang
rumit yang ditandai dengan adanya abnormalitas fungsi ventrikel kiri dan kelainan
regulasi neurohormonal, disertai dengan intoleransi kemampuan kerja fisis (effort
intolerance), retensi cairan, dan memendeknya umur hidup (reduced longevity).
Secara singkat menurut Sonnebick, gagal jantung terjadi apabila jantung tidak lagi
mampu memompakan darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolic
tubuh pada tekanan pengisian yang normal, padahal aliran balik vena (venous
return) ke jantung dalam keadaan normal.
Gagal jantung adalah keadaan (kelainan) patofisiologis berupa sindroma
klinik, diakibatkan oleh ketidakmampuan jantung untuk memenuhi cardiac output
(CO) yang cukup untuk melayani kebutuhan jaringan tubuh akan O 2 dan nutrisi
lain meskipun tekanan pengisian (filling pressure atau volume diastolik) telah
meningkat.
Setelah mengalami evolusi beberapa kali, dengan diketahuinya peran
sistem R-A-A dan adanya aktivasi neuroadrenergik pada gagal jantung, maka
secara garis besar gagal jantung didefinisikan sebagai suatu sindrom klinis dimana
terjadi perubahan struktural dan fungsi dari jantung sehingga menimbulkan
gangguan kemampuan ventrikel untuk memompa/atau mengisi darah pada
tekanan fisiologik, yang menyebabkan limitasi kemampuan penderita untuk
melakukan exercise atau menjalankan aktivitas sehari-hari tanpa gejala sesak
nafas dan rasa lelah.
24
Dalam keadaan normal jantung dapat memenuhi curah jantung yang cukup
setiap waktu, pada gagal jantung ringan keluhan baru timbul pada beban fisik
yang meningkat. Pada gagal jantung berat keluhan sudah timbul pada keadaan
istirahat.
EPIDEMIOLOGI
Gagal jantung saat ini merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskular
yang terus meningkat prevalensi dan insidennya. Di negara-negara industri
prevalensi gagal jantung diperkirakan 1,5% setahun, sedangkan insidennya sekitar
0,15% kasus baru setiap tahun. Sekitar 10% penderita gagal jantung keadaan
penyakitnya sudah kronik dan berat. Peningkatan prevalensi dan insiden gagal
jantung terutama disebabkan 2 faktor utama, yaitu:
1. Keberhasilan dalam penatalaksanaan penyakit jantung koroner terutama
keadaan klinik yang disebut sebagai acute coronary syndrome (ACS).
2. Makin meningkatnya jumlah orang tua di seluruh dunia, baik yang pernah
menderita penyakit jantung koroner atau komorbiditas penyakit lain yang
merupakan faktor resiko gagal jantung yaitu hipertensi, diabetes mellitus,
obesitas dan lainnya.
ETIOLOGI
Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis penyakit
jantung kongenital maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan
gagal jantung meliputi keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban
akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang
meningkatkan beban awal meliputi regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel.
Dan beban akhir meningkat pada keadaan-keadaan seperti stenosis aorta dan
hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark
miokardium dan kardiomiopati.
Selain ketiga mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung,
terdapat faktor-faktor fisiologis lain yang dapat menyebabkan jantung gagal
bekerja sebagai pompa. Keadaan-keadaan seperti stenosis katup atrioventrikularis,
25
terhadap
Penderita
tanpa
dengan
pembatasan
kelainan
aktivitas
jantung
fisik.
26
Aktivitas
fisik
menyebabkan
sehari-hari
kelelahan,
tidak
palpitasi,
NYHA Kelas II
sehari-hari
menyebabkan
menimbulkan
kelelahan,
NYHA Kelas IV
jantung
PATOFISIOLOGI
Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung sebagai pompa untuk
memenuhi kebutuhan jaringan sehingga terjadi penurunan curah jantung (CO).
Keadaan ini menimbulkan beberapa mekanisme kompensasi dengan tujuan
mempertahankan
primer
yaitu
meningkatnya
aktivitas
adrenergic
simpatis,
denyut jantung. Pada gagal jantung lebih berat terjadi vasokonstriksi akibat sistem
simpatis dan pengaruh angiotensin II dengan maksud mempertahankan tekanan
darah dan redistribusi CO. Pada gagal jantung yang makin berat (NYHA kelas IV)
terjadi peningkatan afterload yang berlebihan akibat vasokonstriksi dengan akibat
penurunan curah jantung.
Hipertrofi Ventrikel
Respon kompensatorik terakhir pada gagal jantung adalah hipertrofi
miokardium atau bertambah tebal dinding. Hipertrofi meningkatakan jumlah
sarkomer dalam sel-sel miokardium, sarkomer dapat bertambah secara parallel
atau serial bergantung pada jenis beban hemodinamik yang mengakibatkan gagal
jantung. Sebagai contoh, suatu beban tekanan yang ditimbulkan stenosis aorta
akan disertai dengan meningkatnya ketebalan dinding tanpa penambahan ukuran
ruang dalam. Respon miokardium terhadap beban volume seperti pada regurgitasi
aorta, ditandai dengan dilatasi dan bertambahnya ketebalan dinding. Kombinasi
ini diduga terjadi akibat bertambahnya jumlah sarkomer yang tersusun secara
30
serial. Kedua pola hipertrofi ini disebut hipertrofi konsentris akibat beban
tekanan dan eksentris akibat beban volume. Apapun susunan pasti sarkomernya,
hipertrofi miokardium akan meningkatkan kekuatan kontraksi miokardium.
31
Komplikasi utama dari semua penyakit jantung adalah gagal jantung, yaitu
kelainan patofisiologis dimana fungsi jantung yang abnormal merupakan
penyebab jantung gagal memenuhi kebutuhan metabolism jaringan meskipun
tekanan pengisian ventrikel sudah bertambah. Gagal jantung kongestif merupakan
sindroma klinis ditandai oleh adanya keluhan dan penemuan kilinis akibat fungsi
ventrikel kiri yang abnormal, regulasi neurohormonal disertai intoleransi terhadap
beban fisik, retensi cairan dan menyebabkan umur pendek. Suatu diagnosis yang
pasti dari gagal jantung kongestif memerlukan 2 kriteria mayor atau 1 kriteria
mayor + 2 minor yang terjadi bersamaan. Dibawah ini adalah criteria diagnosis
CHF kiri dan kanan menurut Framingham :
oleh
fungsi
sistolik
yaitu
34
Patofisiologi PND
1. Pada posisi baring terjadi resorpsi cairan intertisial pada tempat
bagian bawah tubuh (ekstremitas bawah).
2. Venous return meningkat pada LV failure, menyebabkan tekanan
kapiler paru meningkat dan terjadi udema alveoli.
36
Nocturia
Merupakan ekskresi ginjal yang bertambah pada posisi baring, berawal
dari udema yang terjadi pada siang hari. Cairan udema masuk ke
intravaskuler, menambah venous return, CO dan dieresis pada malam hari.
Tanda klinis Gagal Jantung Kiri
Keadaan fisik secara keseluruhan harus dievaluasi, penderita mungkin
Nampak letih akibat CO rendah yang kronik. Sesak napas / napas cepat
mungkin karena kongesti paru. Dapat terjadi pada penderita yang sudah
dikenal dengan gagl jantung yang kemudian menjadi berat (MCI, iskemia,
penyakit jantung katup berat, hipertensi, rupture korda tendinae,
takiaritmia dapat mendasari timbulnya udema paru akut tanpa diketahui
gagal jantung sebelumnya). Orthopnea, rasa takut, gelisah, pucat dan
berkeringat.
Kulit menjadi sianosis, dingin, lembab dan basah. Frekuensi napas 3040x/menit dapat dalam atau dangkal, otot bantu napas terpakai, retraksi
daerah supraclavicular, dilatasi alae nasi. Batuk, wheezing, sputum berbuih
dan kemerahan akibat kapiler paru pecah. Nadi cepat, apabila lambat harus
dicurigai block jantung.
EKG
Menunjukkan keadaan yang mendasari gagal jantung kiri antara lain
AF dengan QRS rate yang cepat, pembesaran ruang jantung : LAH dan
LVH. Biasanya EKG lebih sensitif dibanding foto toraks, tetapi disbanding
ekokardiografi 2 dimensi, kurang sensitive dalam hal menunjukkkan
hipertrofi. Kadang-kadang EKG normal dan menunjukkan kelainan
minimal, tetapi pada ekogramnya menunjukkan concentric hypertrophy
pada LV misalnya pada hipertensi dan AS. Apabila dilatasi lebih dominan
terhadap hipertrofi, foto toraks menunjukkan kardiomegali, EKG mungkin
menunjukkan sedikit kelainan.
38
Foto Toraks
Foto PA dan lateral dapat memberikan informasi akan adanya gagal
jantung.
A. Bayangan jantung (heart shadow)
Biasanya abnormal, terjadi pembesaran bayangan jantung akibat
hipertrofi atau dilatasi temapat ruang-ruang jantung yang sakit.
B. Kongesti pulmonal
Pada gagal jantung kiri atau meningkatnya tekanan LA, misalnya
pada MS, terdapat kongesti V.pulmonalis, gambaran tersebut
tampak pada tekanan LA 20-25 mmHg. Hal yang sama juga terjadi
pada cabang-cabang A.pulmonaris, pada gagal jantung kiri
resistensi cabang-cabang A.pulmonalis pada lobus atas paru
dimana resistensi lebih rendah.
C. Efusi pleura
Pada gagal jantung kronik disertai tekanan vena yang meningkat
mungkin akan tampak efusi pleuramkecil/sedikit pada kanan
maupun kiri. Efusi pleura yang besar biasanya disebabkan oleh
gagal jantung kanan.
D. Kalsifikasi
Kalsifikasi mungkin pada katup mitral, aorta atau pericardium.
E. Aorta
Apabila aorta dilatasi, kemungkinan akibat hipertensi, AS (post
stenotic dilatation), AR dan aneurisma aorta.
Ekokardiografi
Spesifik dan sensitif untuk menilai meningkatnya massa ventrikel
-
(hipertrofi ventrikel)
Menetapkan adanya dilatasi dan hipokinetik menyeluruh atau
hipertrofi ventrikel.
Menentukan regurgitasi maupun stenosis dengan Doppler.
ke sana kemari. Edema pada sacral bila penderita dalam posisi baring.
Hepatomegali kongestif. Hepatomegali peregangan kapsula hepatic
regurgitasi ventrikel.
Terdapat tanda-tanda penyakit paru kronik sebagai penyebab gagal
jantung kanan, terdengar ronki, wheezing kronik, ekspirasi yang
40
terjadi pada kavum pleura kanan daripada kiri. Cairan juga mungkin
-
Orthopnoe
Ascites
Hepatomegali
Fatique
Anoreksia
Takikardia
Murmur
Pulsus alternanas
Ronchi basah
Hidrothorax
Hemoptisis
DIAGNOSIS
Spektrum pasien yang dapat dicurigai memiliki gagal jantung dari
asimptomatik tetapi resiko tinggi untuk gagal jantung (misalnya pasien
dengan penyalahgunaan alkohol atau penyakit arteri koroner, hipertensi,
DM, terpapar obat kardiotoksik, atau riwayat keluarga dari kardiomiopati).
41
42
LABORATORIUM
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk gagal jantung
kongestif.Kelainan hasil pemeriksaan laboratorium tergantung dari
penyakit dasar dan komplikasi yang terjadi. Terjadi perubahan-perubahan
khas pada kimia darah, misalnya perubahan cairan dan elektrolit dalam
serum. Yang khas adalah adanya hiponatremia, kadar kalium dapat normal
atau menurun akibat terapi diuretic. Hiperkalemia dapat terjadi pada tahap
lanjut dari gagal jantung karena gangguan ginjal. Ketika adanya kongesti
hati, serum transminase dan bilirubin dapat menjadi meningkat dan adanya
43
A. ACE inhibitor
Efek dari ACE inhibitor :
1. Dilatasi arteriol
2. Mengurangi aktivitas simpatis dan produksi noradrenalin
3. Penurunan aldosteron
4. Anti hipertrofi dan anti remodeling pada miokard
Kontraindikasi ACE-inhibitor : renal stenosis, aorta stenosis yang berat,
kardiomiopati hipertrofi dan restriktif, carotid stenosis yang berat, gagal ginjal
yang berat, angina, anemia berat, kehamilan dan laktasi.
B. Angiotensin II receptor blocker
Pada penderita dengan intoleran dengan ACE-inh dapat digunakan sebagai
pengganti dengan akibat blockade pada RAAS.
C. Digoksin
Mekanisme kerja digoksin : menambah kontraktilitas miokard baik baik
kecepatan pada gagal jantung maupun pada jantung normal, efek
elektrofisiologi dan vasokonstriksi.
Pada pemakaian digoksin sensitivitas digoksin dapat meningkat sehingga
diperlukan penyesuaian dosis, gagal ginjal, usia lanjut, hipokalemia,
hipoksemia, asidosis, MCI akut, hipomagnesemia, hipercalsemia.
Indikasi penggunaan digoksin :
1. AF dengan rapid respon dan tidak terkontrol pada gagal jantung
2. Gagal jantung dengan kemampuan kontraksi yang menurun, S3, ronkhi
basah pada basal dan kemudian menyeluruh.
3. Kegagalan pengobatan dengan diuretika dan vasodilator akibat
hipotensi
4. Gagal jantung sistolik NYHA kelas II, III, IV.
Pemakaian digoksin terbatas pada :
1. IMA kecuali gagal jantung tidak dapat terkontrol dengan diuretika, nitrat
2.
3.
4.
5.
6.
dan dopamine.
AV block
MS dengan irama sinus
Hipertrofi obstruktif kardiomiopati
SSS (sick sinus sindrom)
Kor pulmonal kecuali disertai AF rapid respon
45
Dosis digitalis:
- Digoksin oral untuk digitalis cepat 0,5-2 mg dalm 4-6 dosis selama 24
-
pressure
(LVFP)
ringan
sedang
dopamine
bersifat
46
Source: Hunt SA et al. ACC/AHA 2005 guideline update for the diagnosis
and treatment of chronic heart failure in the adult. Circulation. 2005 Sep
20;112(12):e154235.
PROGNOSIS
Mortalitas pada pasien dengan gagal jantung cukup tinggi (20-60%) dan
berkaitan dengan derajat keparahannya. Data Firmingham yang dikumpulkan
sebelum penggunaan vasodilator untuk gagal jantung dikelompokkan bersama,
dan lebih dari 60% pada NYHA kelas IV. Kematian terjadi karena gagal jantung
47
progresif atau secara mendadak (diduga karena aritmia) dengan frekuensi kurang
lebih sama. Sejumlah faktor yang berkaitan dengan prognosis gagal jantung :
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Braunwald, Eugene.Heart Failure in Harrison's Principles of Internal
Medicine.16th ed. 2005.pg 1376-1378.
2. Kumar, Abbas, Fausto. Pathologic Basis Of Disease. Seven edition.
Philadelphia. Elseviers Saunders. 2005.
3. Karim, sukri. EKG dan penanggulangan beberapa penyakit jantung untuk
dokter umum. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2006.
4. Wilson, Lorrain, dkk. Pathophysiology : Clinical Concepts of Disease
Process. Edition 6 Volume 2. Michigan : 2002.
5. Hunt SA et al. ACC/AHA Guidelines for the evaluation and management
of chronic heart failure in the adult: executive summary. A report of the
American College of Cardiology/American Heart Association Task Force
on Practice Guidelines (Committee to Revise the 1995 Guidelines for the
Evaluation and Management of Heart Failure). J Am Coll Cardiol. 2001
Dec;38(7): 210113. [PMID: 11738322]
6. Swedberg K et al. Guidelines for the diagnosis and treatment of chronic
heart failure: executive summary (update 2005): The Task Force for the
Diagnosis and Treatment of Chronic Heart Failure of the European Society
of Cardiology. Eur Heart J. 2005 Jun;26(11):111540. [PMID: 15901669]
7. Masud, ibnu. Dasar-dasar fisiologi kardiovascular.Jakarta: EGC.1989.hal
25-7
8. Fuster V. Alexabder R.W. Heart Failure.11 ed. 2004. Suryadipraja RM,
Gagal jantung dan penatalaksanaannya. Dalam : Noer HMS, Waspaji S,
Rachman AM, Lesmana LA, Widodo D, et al. editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam, jilid 1, edisi 3. Balai Penerbit FKUI. Jakarta; 1996.
9. Palupi SE. Kumpulan Kuliah Kardiologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Trisakti. Jakarta; 2007.
10. Manurung D, Patofisiologi terkini gagal jantung kronik. Dalam : Alwi I,
Nasution SA. editor. Pendekatan holistic penyakit kardiovaskular III dan
49
50