Você está na página 1de 3

Anatomi Perineum

Perineum yang dalam bahasa Yunani disebut Perineos adalah daerah antara kedua
belah paha, yang pada wanita dibatasi oleh vulva dan anus, dengan simpisis pubis
di bagian anterior, tuber ishiadikum dibagian lateral dan os koksigeus dibagian
posterior.1

Perineum terdiri dari otot dan fasia urogenitalis serta diafragma pelvis. Perineum
merupakan bagian yang sangat penting dalam kebutuhan fisiologis, tidak hanya
berperan atau menjadi bagian penting dari proses persalinan, tetapi juga diperlukan
untuk mengontrol proses buang air besar dan buang air kecil, menjaga aktivitas
peristaltic agar tetap normal (dengan menjaga tekanan intra abdomen) dan fungsi
seksual yang sehat setelah bersalin. Anatomi organ perineum dapat dilihat dibawah
ini:2

Anatomi Perineum

Gambar 1. Anatomi Perineum

Sumber : Manavata3

Anatomi P 2

Gambar 2. Anatomi Perineum

Sumber : Hanrettty, P.44 (2010)4

Sedangkan anatomi vulva dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Vulva

Gambar 3. Anatomi Vulva

Sumber : Hanretty, P.39 (2010)4


2. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Robekan Perineum

Cedera perineum adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara
spontan maupun dengan menggunakan alat atau tindakan. Robekan perineum
umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir
terlalu cepat.

Ruptur perineum sering terjadi pada seorang nulipara yakni memiliki risiko lebih
besar untuk mengalami ruptur perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari
satu. Hal ini dikarenakan karena jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala
bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang. Selain itu ras juga berhubungan
dengan robekan perineum. Wanita Asia dilaporkan cenderung lebih tinggi prevalensi
robekan perineum dibandingkan dengan wanita kulit hitam. Tindakan operatif
vagina saat persalinan seperti vakum dan forsep, panjang perineum, bayi yang
besar dan diameter kepala bayi juga berisiko terhadap robekan perineum.5-7

Senada dengan informasi diatas, Hirayama juga melaporkan bahwa terdapat


hubungan antara ras dengan kejadian rupture perineum derajat ketiga dan
keempat. Prevalensinya juga sangat bervariasi. Robekan perineum dejajat III dan IV
di China, Kamboja dan India mulai dari 0,1%, sementara itu di Filiina mulai dari 15%.
di Jepang dari laporan persalinan diluar fasilitas kesehatan, prevalensi robekan
perineum derajat III dan IV sebesar 1,4% sedangkan di Uganda sebesar 0,1%. Faktor
nulipara, tindakan forcep dan vakum ekstraksi, berat bayi yang besar merupakan
faktor yang signifikan terhadap terjadinya robekan perineum.8

Williams dan Chames (2006) dari studi mereka yang dilakukan di Michigan
menginformasikan bahwa kala dua yang lama (>1 jam), tindakan operatif saat
persalinan (vakum dan forsep (OR 3,6 IK 95% 1,8-7,3), episiotomy mediolateral (OR
6,9 IK 95% 2,6-18,7) berhubungan dengan robekan perineum. Sementara itu
persalinan pervaginam sebelumnya merupakan faktor protektif terhadap laserase
perineum (OR 6,36 IK 95% 2,18-18,57).9 Faktor Protektif lain terhadap kejadian
robekan perineum adalah BMI diatas rata-rata. Hal ini disebabkan karena adanya

ekstra lemak pada bagian perineum wanita dengan berat badan berlebih/obesitas
sehingga melindungi dari robekan perineum saat persalinan.10

Selain faktor tersebut diatas, table berikut ini memaparkan tentang faktor risiko
terjadinya robekan perineum.

Tabel 1. Faktor Risiko Terjadinya Robekan Perineum saat Persalinan

Você também pode gostar