Você está na página 1de 68

BATU SALURAN KEMIH (UROLITHIASIS)

Urolithiasis merupakan penyakit yang salah satu dari gejalanya adalah pembentukan batu di dalam
saluran kemih. Penyakit ini diduga telah ada sejak peradaban manusia yang tua, karena ditemukan batu di
antara tulang panggul kerangka mummi dari seorang berumur 16 tahun. Mummi ini diperkirakan sekitar
7000 tahun. Di berbagai tempat lain dilaporkan penemuan batu kandung kemih.
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit batu mempunyai hubungan dengan
tingkat kesejahteraan masyarakat dan berubah sesuai dengan perkembangan kehidupan suatu bangsa.
Berdasarkan pembandingan data penyakit batu saluran kemih di berbagai negara dapat disimpulkan
bahwa di negara yang mulai berkembang terdapat banyak batu bagian bawah, terutama terdapat di
kalangan anak. Di negara yang sedang berkembang terdapat insidensi batu yang relative rendah, baik dari
batu saluran kemih bagian bawah maupun dari batu saluran kemih bagian atas. Di Negara yang telah
berkembang terdapat banyak batu saluran kemih bagian atas, terutama di kalangan orang dewasa. Pada
suku bangsa tertentu penyakit batu saluran kemih sangat jarang, misalnya suku bangsa Bantu di Afrika
selatan.
Abad 16 hingga abad 18 tercatat insidensi tertinggi penderita batu kandung kemih yang ditemukan pada
anak di berbagai Negara Eropa. Batu seperti ini sejak abad 18 menghilang sehingga disebut batu sejarah.
Berbeda dengan Eropa, di Negara berkembang penyakit batu kandung kemih seperti ini masih ditemukan
hingga saat ini, misalnya di Indonesia, Thailand, India, Kamboja, dan Mesir. Karena ditemukan secara
endemik, maka penyakit batu kandung kemih ini disebut batu endemik atau batu primer karena terbentuk
langsung di dalam kandung kemih tanpa sebab yang jelas (2).
Batu kandung kemih dapat juga terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu sekunder karena terjadi
sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misalnya karena hipertropi prostate (2).
II.1 Komposisi dan Pembentukan Batu
Komposisi batu yang ditemukan pada seseorang perlu ditentukan, karena komposisi batu dipakai sebagai
landasan untuk menelusuri etiologi penyakit batu saluran kemih. Analisa batu dapat dilakukan secara
kimiawi, yaitu kualitatif, cara kualitatif dengan metode kromatografik dan autoanalisis. Cara lain ialah
optik dengan diseksi mikroskopik binokuler dengan mikroskop petrografik. Juga cara instrumental
melalui kristalografi radiografik, spektroskopi infra merah, termoanalitik dan mikroskopi elektron.
Kristalografi radiografik merupakan cara yang dianggap paling baik ditinjau dari segi kesederhanaan dan
ketepatannya.
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat, fosfat, sistein
dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium
dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan sindroma alkali atau kelebihan vitamin
D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium
magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteri yang menghasilkan urease sehingga
urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika.
Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah (1,3)

Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa stasis,
infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga
terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus visiosus.
Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus
dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu.
Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di negara yang
sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan gastroenteritis. Faktor ini
mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi asam urin dan ikatan kimia lain.
Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan fraktor multiple atau paraplegi yang
menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi
batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang
menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme,
hiperkalsiuria, artritis urika dan sistinuria.
II.2 Gambaran Klinik
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan morfologinya.
Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria makroskopik
atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan
urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain (2,3)
Berdasarkan jenisnya bibagi dalam :
II.2.1 Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis, tetapi
dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa.
Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai
dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih
atau infeksi (5).
Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat
karena adanya pionefrosis.
Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal yang
membesar akibat adanya hidronefrosis.
Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai
dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya
hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.
II.2.2 Batu Ureter

Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter dapat
terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang timbul disertai
perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang
menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih
untuk lewat (2).
Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu
ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang
besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan
hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan
kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan dari kelainan yang terjadi dapat berupa
hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum (2).
II.2.3 Batu Vesika Urinaria
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang
mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri. Pada anak,
menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak
panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air kemih akan dapat
keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri
menetap di suprapubik (1,4).
II.2.4 Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke dalam saluran
prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak memberikan
gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih (4).
II.2.5 Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh aliran
kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang
agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di
tempat lain.
Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan terasa nyeri.
Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin (3).
II.3 Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis, penyakit batu
perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologis, laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan
kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.

Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk
berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi. Yang radiolusen
umumnya adalah dari jenis asam urat murni.
Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran
kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang batu terletak di depan
bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena itu, foto polos perlu sering ditambah
dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut foto BNO-IVP (5).
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan kastor oli
(catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal. Sebelumnya
pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk mengetahui fungsi ginjal. Untuk
mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan (minum) mulai dari jam 10 malam
sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak diberikan minum
yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan
berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Bahan kontras
Conray (Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin 60%
atau 76%.
Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Dapat berupa
pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan pielografi
intravena dibatalkan.
Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan dosis rangkap
yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-posterior abdomen. Foto
berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien disuntuk kontras, kedua
ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendungan dibuka, langsung dibuat foto dimana
diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 15 dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1
dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam (15).
Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek pengisian
pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang kosong (4).
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras tidak
muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde atau anterograd yang
dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter ginjal yang tidak dapat berfungsi
untuk memasukkan kontras.
Tehnik urografi retrograde memerlukan prosedur sistokopi. Kateter dimasukkan oleh seorang ahli urologi.
Kerjasama antara ahli urologi dan radiology diperlukan, karena waktu memasukkan kontras, posisi pasien
dapat dipantau (dimonitor) dengan fluoroskopi atau televise. Udara dalam kateter dikeluarkan, kemudian
25% bahan kontras yang mengandung jodium disuntikkan, dengan dosis 5-10 ml, ini dibawah
pengawasan fluoroskopi. Harus dicegah pengisian yang berlebihan, sebab resiko ekstravasasi ke dalam
sinus renalis atau intravasasi ke dalam kumpulan saluran-saluran (collecting duct). Ekstravasasi kontras
dapat menutupi bagian-bagian yang halus dekat papilla. Rutin dibuat proyeksi frontal dan oblik.

Kemudian kateter diangkat pada akhir pemeriksaan, lalu dibuat foto polos abdomen. Jika ada obstruksi
dibuat lagi foto 15 menit kemudian (5).
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang dapat menunjang akan adanya
batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan menentukan sebab terjadinya batu (4).
Pemeriksaan renogram berguna untuk menentukan faal setiap ginjal secara terpisah pada batu ginjal
bilateral atau bila kedua ureter tersumbat total. Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih
mempunyai sisa faal yang cukup sebagai dasar untuk melakukan tindak bedah pada ginjal yang sakit.
Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk semua jenis batu tanpa tergantung kepada radiolusen
atau radioopak. Di samping itu dapat ditentukan ruang dan lumen saluran kemih. Pemeriksaan ini juga
dipakai untuk menentukan batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah tertinggalnya batu.
Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan dengan CT-Scan
ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat informatif tentang
morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu (4,5)
II.4 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi usus dan
pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya
yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis
akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan adneksitis.
Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu
batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma
epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi.
Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai
dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz.
Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang tidak
disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor ini jarang
ditemukan.
Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung kemih
terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen.
Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas, yang kecil
seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan
adanya keganasan, terutama bila terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma
prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat (1,2,3)
II.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas, sehingga bukan hanya mengeluarkan batu saja, tetapi
harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan terapi
pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala penyakit batu, sehingga pengeluaran
batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui
bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan pada saluran air kemih. Bila
batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi
misalnya pada batu ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri.
Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat pula
dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau
tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut.
Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Pengobatan
simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang dengan pemberian
simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan keluar dengan sendirinya, dapat
diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak
diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu (3).
II.6 Pencegahan
Untuk mencegah pembentukan kristal fosfat, ammonium, magnesium, semua batu yang ada dalam
saluran kemih harus dihilangkan karena kuman B.Proteus dapat berada di bagian yang sulit dicapai oleh
antibiotic. Karena itu untuk batu struvit mutlak harus dicegah adanya batu residu agar infeksi dapat
dibasmi sempurna. Kristalisasi asam urat sangat tergantung pada pH urin. Bila pH selalu di atas 6,2 maka
tidak akan terbentuk kristal asam urat. Pencegahannya adalah dengan diit dan pada penyakit asam urat
yang tinggi dalam serum dapat diberikan alopurinol.
Peningkatan saturasi oktokalsium fosfat sama seperti magnesium, ammonium, fosfat, yaitu tergantung
pada pH. Hanya pada nilai pH di atas 6,5 nilai saturasi oktokalsium fosfat akan berada di atas daerah
lewat jenuh.
Kalsium oksalat terdapat pada 75% batu ginjal dan merupakan komposisi yang paling sering ditemukan
pada batu saluran kemih di Negara maju, dalam keadaan normal kalsium oksalat tidak berada dalam
puncak saturasi di air kemih. Faktor utama yang menentukan saturasi oksalat kalsium adalah kalsium dan
oksalat. Oksalat mempunyai potensi jauh lebih besar jika dibanding dengan kalsium sebagai faktor
saturasi di air kemih sehingga untuk menghindari terjadinya kristalisasi kalsium oksalat yang terpenting
adalah mencegah ekskresi oksalat di air kemih. Ekskresi oksalat di air kemih sebagian berasal dari
makanan, tetapi sebagian besar bersumber dari metabolisme endogen. Dari bahan makanan yang paling
banyak mengandung oksalat adalah bayam, teh, kopi dan coklat. Makanan dengan rendah oksalat
merupakan cara yang bermanfaat untk mengurangi ekskresi okasalat

Benign Prostat Hiperthropy (BPH)

Pembesaran kelenjar prostat mempunyai angka morbiditas yang bermakna pada populasi pria lanjut usia.
Gejalanya merupakan keluhan yang umum dalam bidang bedah urologi.
Hiperplasia prostat merupakan salah satu masalah kesehatan utama bagi pria diatas usia 50 tahun dan
berperan dalam penurunan kualitas hidup seseorang. Suatu penelitian menyebutkan bahwa sepertiga dari
pria berusia antara 50 dan 79 tahun mengalami hiperplasia prostat.
Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan kepustakaan luar negeri
diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat
hiperplasia. Yang jelas prevalensi sangat tergantung pada golongan umur. Sebenarnya perubahanperubahan kearah terjadinya pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahanperubahan mikroskopoik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar
membesar) dan kemudian baru manifes dengan gejala klinik. 7
Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30 40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada
pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari
angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik. 1
Adanya hiperplasia ini akan menyebabkan terjadinya obstruksi saluran kemih dan untuk mengatasi
obstruksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari tindakan yang paling ringan yaitu secara
konservatif (non operatif) sampai tindakan yang paling berat yaitu operasi.
II.1 Definisi
Benign Prostate Hypertrofia (BPH) sebenarnya adalah suatu keadaan dimana kelenjar periuretral prostat
mengalami hiperplasia yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi simpai
bedah. 1,2
II.2 Anatomi
Prostat merupakan kelenjar berbentuk konus terbalik yang dilapisi oleh kapsul fibromuskuler,yang
terletak disebelah inferior vesika urinaria, mengelilingi bagian proksimal uretra (uretra pars prostatika)
dan berada disebelah anterior rektum. Bentuknya sebesar buah kenari dengan berat normal pada orang
dewasa kurang lebih 20 gram, dengan jarak basis ke apex kurang lebih 3 cm, lebar yang paling jauh 4 cm
dengan tebal 2,5 cm.12
Kelenjar prostat terbagi menjadi 5 lobus :
1. lobus medius
2. lobus lateralis (2 lobus)
3. lobus anterior
4.
lobus posterior 8,12
Selama perkembangannya lobus medius, lobus anterior, lobus posterior akan menjadi satu dan disebut
lobus medius saja. Pada penampang, lobus medius kadang-kadang tak tampak karena terlalu kecil dan
lobus lain tampak homogen berwarna abu-abu, dengan kista kecil berisi cairan seperti susu, kista ini
disebut kelenjar prostat.8
Mc Neal (1976) membagi kelenjar prostat dalam beberapa zona, antara lain adalah: zona perifer, zona
sentral, zona transisional, zona fibromuskuler anterior, dan zona periuretral. Sebagian besar hiperplasia
prostat terdapat pada zona transisional yang letaknya proximal dari spincter externus di kedua sisi dari
verumontanum dan di zona periuretral. Kedua zona tersebut hanya merupakan 2% dari seluruh volume
prostat. Sedangkan pertumbuhan karsinoma prostat berasal dari zona perifer.7,11

Prostat mempunyai kurang lebih 20 duktus yang bermuara dikanan dari verumontanum dibagian posterior
dari uretra pars prostatika. Disebelah depan didapatkan ligamentum pubo prostatika, disebelah bawah
ligamentum triangulare inferior dan disebelah belakang didapatkan fascia denonvilliers.
Fascia denonvilliers terdiri dari 2 lembar, lembar depan melekat erat dengan prostat dan vesika seminalis,
sedangkan lembar belakang melekat secara longgar dengan fascia pelvis dan memisahkan prostat dengan
rektum.
Antara fascia endopelvic dan kapsul sebenarnya dari prostat didapatkan jaringan peri prostat yang berisi
pleksus prostatovesikal.8
Pada potongan melintang kelenjar prostat terdiri dari :
1. Kapsul anatomi
2. Jaringan stroma yang terdiri dari jaringan fibrosa dan jaringan muskuler
3. Jaringan kelenjar yang terbagi atas 3 kelompok bagian,
a. Bagian luar disebut kelenjar prostat sebenarnya.
b. Bagian tengah disebut kelenjar submukosa, lapisan ini disebut juga sebagai adenomatous zone
c.
Disekitar uretra disebut periurethral gland 12
Pada BPH kapsul pada prostat terdiri dari 3 lapis :
1. kapsul anatomis
2. kapsul chirurgicum, ini terjadi akibat terjepitnya kelenjar prostat yang sebenarnya (outer zone)
sehingga terbentuk kapsul
3. kapsul yang terbentuk dari jaringan fibromuskuler antara bagian dalam (inner zone) dan bagian luar
(outer zone) dari kelenjar prostat.12
BPH sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak jaringan kelenjar,
tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang
merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior
kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar.8,12
II.3 Epidemiologi
Hiperplasia prostat merupakan penyakit pada pria tua dan jarang ditemukan sebelum usia 40 tahun.
Prostat normal pada pria mengalami peningkatan ukuran yang lambat dari lahir sampai pubertas, waktu
itu ada peningkatan cepat dalam ukuran, yang kontinyu sampai usia akhir 30-an. Pertengahan dasawarsa
ke-5, prostat bisa mengalami perubahan hiperplasi. 4
Prevalensi yang pasti di Indonesia belum diketahui tetapi berdasarkan kepustakaan luar negeri
diperkirakan semenjak umur 50 tahun 20%-30% penderita akan memerlukan pengobatan untuk prostat
hiperplasia. Yang jelas prevalensi sangat tergantung pada golongan umur. Sebenarnya perubahanperubahan kearah terjadinya pembesaran prostat sudah dimulai sejak dini, dimulai pada perubahanperubahan mikroskopoik yang kemudian bermanifestasi menjadi kelainan makroskopik (kelenjar
membesar) dan kemudian baru manifes dengan gejala klinik. 7
Berdasarkan angka autopsi perubahan mikroskopik pada prostat sudah dapat ditemukan pada usia 30 40
tahun. Bila perubahan mikroskopik ini terus berkembang akan terjadi perubahan patologi anatomi. Pada
pria usia 50 tahun angka kejadiannya sekitar 50%, dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Sekitar 50% dari
angka tersebut diatas akan menyebabkan gejala dan tanda klinik. 1
II.4 Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi
beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). 11

Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah:
1. Teori Hormonal
Teori ini dibuktikan bahwa sebelum pubertas dilakukan kastrasi maka tidak terjadi BPH, juga terjadinya
regresi BPH bila dilakukan kastrasi. Selain androgen (testosteron/DHT), estrogen juga berperan untuk
terjadinya BPH. Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara
hormon testosteron dan hormon estrogen, karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi
testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase,
dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan
bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang
berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron
dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat
menyebabkan terjadinya pembesaran prostat.
Dari berbagai percobaan dan penemuan klinis dapat diperoleh kesimpulan, bahwa dalam keadaan normal
hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan
mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi
testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen.
Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel
sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang
bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen.
2.Teori Growth Factor (faktor pertumbuhan)
Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat empat
peptic growth factor yaitu; basic transforming growth factor, transforming growth factor b1, transforming
growth factor b2, dan epidermal growth factor.
3. Teori Peningkatan Lama Hidup Sel-sel Prostat karena Berkuramgnya Sel yang Mati
4.Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)
Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam
keadaan keseimbangan steady state, antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini
disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem
sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi
proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau
proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan.
5. Teori Dihydro Testosteron (DHT)
Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%)
masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin
(SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk
ke dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di
dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dyhidro testosteron yang
kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian
hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor, menjadi nuclear receptor yang
masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA
ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.
6. Teori Reawakening
Mc Neal tahun 1978 menulis bahwa lesi pertama bukan pembesaran stroma pada kelenjar periuretral
(zone transisi) melainkan suatu mekanisme glandular budding kemudian bercabang yang menyebabkan

timbulnya alveoli pada zona preprostatik. Persamaan epiteleal budding dan glandular morphogenesis
yang terjadi pada embrio dengan perkembangan prostat ini, menimbulkan perkiraan adanya
reawakening yaitu jaringan kembali seperti perkembangan pada masa tingkat embriologik, sehingga
jaringan periuretral dapat tumbuh lebih cepat dari jaringan sekitarnya, sehingga teori ini terkenal dengan
nama teori reawakening of embryonic induction potential of prostatic stroma during adult hood.
Selain teori-teori di atas masih banyak lagi teori yang menerangkan tentang penyebab terjadinya BPH
seperti; teori tumor jinak, teori rasial dan faktor sosial, teori infeksi dari zat-zat yang belum diketahui,
teori yang berhubungan dengan aktifitas hubungan seks, teori peningkatan kolesterol, dan Zn yang
kesemuanya tersebut masih belum jelas hubungan sebab-akibatnya. 3,7,8,12
II.5 Patofisiologi
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran
urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, bulibuli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini
menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya
selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi.
Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah
bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus.
Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan
akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang
semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter.
Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau
terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter,
hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal. 2,11
Pada BPH terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanik
dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar
periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi
infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang
merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan
kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi
syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik. 8
II.6 Gambaran Klinis
II.6.1 Gejala
Gejala hiperplasia prostat menurut Boyarsky dkk pada tahun 1977 dibagi atas gejala obstruktif dan gejala
iritatif.
Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat
yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama
saehingga kontraksi terputus-putus. Gejalanya ialah :
1. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistency)
2. Pancaran miksi yang lemah (Poor stream)
3. Miksi terputus (Intermittency)
4. Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling)
5. Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying). 2,3
Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor yaitu :
1.Volume kelenjar periuretral

2.Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat


3.Kekuatan kontraksi otot detrusor
Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga meskipun volume
kelenjar periuretal sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala
obstruksi belum dirasakan.7
Pemeriksaan derajat beratnya obstruksi prostat dapat diperkirakan dengan cara mengukur :
a. Residual urine yaitu jumlah sisa urin setelah penderita miksi spontan. Sisa urin ini dapat dihitung
dengan pengukuran langsung yaitu dengan cara melakukan kateterisasi setelah miksi spontan atau
ditentukan dengan pemeriksaan ultrasonografi setelah miksi, dapat pula dilakukan dengan membuat foto
post voiding pada waktu membuat IVP. Pada orang normal sisa urin biasanya kosong, sedang pada retensi
urin total sisa urin dapat melebihi kapasitas normal vesika. Sisa urin lebih dari 100 cc biasanya dianggap
sebagai batas indikasi untuk melakukan intervensi pada penderita prostat hipertrofi.
b. Pancaran urin atau flow rate dapat dihitung secara sederhana yaitu dengan menghitung jumlah urin
dibagi dengan lamanya miksi berlangsung (ml/detik) atau dengan alat uroflowmetri yang menyajikan
gambaran grafik pancaran urin. Untuk dapat melakukan pemeriksaan uroflow dengan baik diperlukan
jumlah urin minimal di dalam vesika 125 sampai 150 ml. Angka normal untuk flow rata-rata (average
flow rate) 10 sampai 12 ml/detik dan flow maksimal sampai sekitar 20 ml/detik. Pada obstruksi ringan
flow rate dapat menurun sampai average flow antara 6-8 ml/detik, sedang maksimal flow menjadi 15
mm/detik atau kurang. Dengan pengukuran flow rate tidak dapat dibedakan antara kelemahan detrusor
dengan obstruksi infravesikal.
Obstruksi uretra menyebabkan bendungan saluran kemih sehingga mengganggu faal ginjal karena
hidronefrosis, menyebabkan infeksi dan urolithiasis. Tindakan untuk menentukan diagnosis penyebab
obstruksi maupun menentukan kemungkinan penyulit harus dilakukan secara teratur.1,3,11
Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaris yang tidak sempurna pada saat miksi
atau disebabkan oleh karena hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan
rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh., gejalanya ialah :
1.Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency)
2.Nokturia
3.Miksi sulit ditahan (Urgency)
4.Disuria (Nyeri pada waktu miksi) (P/UI)
Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala
prostatismus itu dibagi menjadi :
Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing < 50 ml
Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml
Grade III : Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml 7
Derajat berat gejala klinik prostat hiperplasia ini dipakai untuk menentukan derajat berat keluhan
subyektif, yang ternyata tidak selalu sesuai dengan besarnya volume prostat. Gejala iritatif yang sering
dijumpai ialah bertambahnya frekuensi miksi yang biasanya lebih dirasakan pada malam hari. Sering
miksi pada malam hari disebut nocturia, hal ini disebabkan oleh menurunnya hambatan kortikal selama
tidur dan juga menurunnya tonus spingter dan uretra. Simptom obstruksi biasanya lebih disebabkan oleh
karena prostat dengan volume besar. Apabila vesica menjadi dekompensasi maka akan terjadi retensi urin
sehingga pada akhir miksi masih ditemukan sisa urin didalam vesica, hal ini menyebabkan rasa tidak
bebas pada akhir miksi. Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total, sehingga

penderita tidak mampu lagi miksi. Oleh karena produksi urin akan terus terjadi maka pada suatu saat
vesica tidak mampu lagi menampung urin sehingga tekanan intravesica akan naik terus dan apabila
tekanan vesica menjadi lebih tinggi daripada tekanan spingter akan terjadi inkontinensia paradoks (over
flow incontinence). Retensi kronik dapat menyebabkan terjadinya refluk vesico uretra dan meyebabkan
dilatasi ureter dan sistem pelviokalises ginjal dan akibat tekanan intravesical yang diteruskam ke ureter
dari ginjal maka ginjal akan rusak dan terjadi gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal dapat dipercepat bila
ada infeksi. Disamping kerusakan tractus urinarius bagian atas akibat dari obstruksi kronik penderita
harus selalu mengedan pada waktu miksi, maka tekanan intra abdomen dapat menjadi meningkat dan
lama kelamaan akan menyebabkan terjadinya hernia, hemoroid. Oleh karena selalu terdapat sisa urin
dalam vesica maka dapat terbentuk batu endapan didalam vesica dan batu ini dapat menambah keluhan
iritasi dan menimbulkan hematuri. Disamping pembentukan batu, retensi kronik dapat pula menyebabkan
terjadinya infeksi sehingga terjadi systitis dan apabila terjadi refluk dapat terjadi juga pielonefritis. 3
Keluhan-keluhan diatas biasanya disusun dalam bentuk skor simtom. Terdapat beberapa jenis klasifikasi
yang dapat digunakan untuk membantu diagnosis dan menentukan tingkat beratnya penyakit, diantaranya
adalah skor internasional gejala-gajala prostat WHO (International Prostate Symptom Score, IPSS) dan
skor Madsen Iversen.
Tabel 1. Skor Madsen Iversen dalam bahasa Indonesia
Pertanyaan
1
2
3
4
5
Pancaran
Normal
Berubah-ubah
Lemah
Menetes
Mengedan
pada Tidak
saat berkemih

Ya

Harus menunggu Tidak


pada saat akan
kencing

Ya

Buang air kecil Tidak


terputus-putus

Ya

Kencing tidak
lampias

Tidak tahu

Berubah-ubah

Inkontinensia

Tidak
lampias

1
kali >1 kali
retensi
retensi

Ya

Kencing sulit
ditunda

Tidak ada

Ringan

Sedang

Berat

Kencing malam
hari

0-1

3-4

>4

Kencing siang hari

>3
jam Setiap 2-3 jam Setiap 1-2 <1
jam
sekali
sekali
jam sekali sekali
Tabel 2. Skor internasional gejala-gejala prostat WHO (International Prostate Symptom Score, IPSS)
Pertanyaan
Keluhan pada bulan Tidak
<1
>5
15 kali > 15 kali
Hampir selalu
terakhir
sama
sampai sampai
sekali
5 kali
15 kali
Adakah anda merasa 0

buli-buli tidak kosong


setelah buang air
kecil
Berapa kali anda 0
1
2
3
4
5
hendak buang air
kecil lagi dalam
waktu 2 jam setelah
buang air kecil
Berapa kali terjadi air 0
1
2
3
4
5
kencing
berhenti
sewaktu buang air
kecil
Berapa kali anda 0
1
2
3
4
5
tidak dapat menahan
keinginan buang air
kecil
Berapa kali arus air 0
1
2
3
4
5
seni lemah sekali
sewaktu buang kecil
Berapa kali terjadi
0
1
2
3
4
5
anda mengalami
kesulitan memulai
buang air kecil (harus
mengejan)
Berapa kali anda 0
1
2
3
4
5
bangun untuk buang
air kacil di waktu
malam
Andaikata hal yang
Sangat Cukup Biasa
Agak
Tidak
Sangat
tidak
anda alami sekarang
senang senag
saja
tidak
menyenangka menyenangkan
akan tetap
senang n
berlangsung seumur
hidup, bagaimana
perasaan anda
Jumlah nilai :
0 = baik sekali
1 = baik
2 = kurang baik
3 = kurang
4 = buruk
5 = buruk sekali
II.6.2 Tanda
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan colok dubur atau Digital Rectal Eamination (DRE) sangat penting. Pemeriksaan colok dubur
dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa

rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan pada di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada
perabaan prostat harus diperhatikan :
a. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal)
b. Adakah asimetris
c. Adakah nodul pada prostate
d. Apakah batas atas dapat diraba
e. Sulcus medianus prostate
f. Adakah krepitasi
Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung
hidung, lobus kanan dan kiri simetris dan tidak didapatkan nodul. Sedangkan pada carcinoma prostat,
konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada
batu prostat akan teraba krepitasi.
Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadang-kadang ginjal
dapat teraba dan apabila sudah terjadi pnielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada
pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai
diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat
adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa
navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus.
Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di
daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.
2. Pemeriksaan laboratorium
a. Darah : - Ureum dan Kreatinin
- Elektrolit
- Blood urea nitrogen
- Prostate Specific Antigen (PSA)
- Gula darah
b. Urin : - Kultur urin + sensitifitas test
- Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik
- Sedimen
3. Pemeriksaan pencitraan
a. Foto polos abdomen (BNO)
Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu saluran kemih,
hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk menghetahui adanya metastasis ke tulang
dari carsinoma prostat.
b. Pielografi Intravena (IVP)
- pembesaran prostat dapat dilihat sebagai lesi defek isian kontras (filling defect/indentasi prostat) pada
dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish).
- mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter ataupun hidronefrosis serta
penyulit yang terjadi pada buli buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli buli.
- foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin
c. Sistogram retrograd
Apabila penderita sudah dipasang kateter oleh karena retensi urin, maka sistogram retrograd dapat pula
memberi gambaran indentasi.
d. Transrektal Ultrasonografi (TRUS)

- deteksi pembesaran prostat


- mengukur volume residu urin
e. MRI atau CT jarang dilakukan
Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam macam potongan.
4. Pemeriksaan lain
1. Uroflowmetri
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh :
- daya kontraksi otot detrusor
- tekanan intravesica
- resistensi uretra
Angka normal laju pancaran urin ialah 12 ml/detik dengan puncak laju pancaran mendekati 20 ml/detik.
Pada obstruksi ringan, laju pancaran melemah menjadi 6 8 ml/detik dengan puncaknya sekitar 11 15
ml/detik. Semakin berat derajat obstruksi semakin lemah pancaran urin yang dihasilkan.
1. Pemeriksaan Tekanan Pancaran (Pressure Flow Studies)
Pancaran urin melemah yang diperoleh atas dasar pemeriksaan uroflowmetri tidak dapat membedakan
apakah penyebabnya adalah obstruksi atau daya kontraksi otot detrusor yang melemah. Untuk
membedakan kedua hal tersebut dilakukan pemeriksaan tekanan pancaran dengan menggunakan AbramsGriffiths Nomogram. Dengan cara ini maka sekaligus tekanan intravesica dan laju pancaran urin dapat
diukur.
1. Pemeriksaan Volume Residu Urin
Volume residu urin setelah miksi spontan dapat ditentukan dengan cara sangat sederhana dengan
memasang kateter uretra dan mengukur berapa volume urin yang masih tinggal. Pemeriksaan sisa urin
dapat juga diperiksa (meskipun kurang akurat) dengan membuat foto post voiding atau USG. 1,2,3,7,8
II.7 Diagnosis
Diagnosis hiperplasia prostat dapat ditegakkan melalui :
1. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif
2. Pemeriksaan fisik : terutama colok dubur ; hiperplasia prostat teraba sebagai prostat yang membesar,
konsistensi kenyal, permukaan rata, asimetri dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat
hiperplasia prostat batas atas semakin sulit untuk diraba.
3. Pemeriksaan laboratorium : berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi.
4. Pemeriksaan pencitraan :
Pada pielografi intravena terlihat adanya lesi defek isian kontras pada dasar kandung kemih atau ujung
distal ureter membelok ke atas berbentuk seperti mata kail. Dengan trans rectal ultra sonography (TRUS),
dapat terlihat prostat yang membesar.
5.Uroflowmetri : tampak laju pancaran urin berkurang.
6.
Mengukur volume residu urin : Pada hiperplasi prostat terdapat volume residu urin yang meningkat
sesuai dengan beratnya obstruksi (lebih dari 150 ml dianggap sebagai batas indikasi untuk melakukan
intervensi).2
II.8 Diagnosis Banding
1. Kelemahan detrusor kandung kemih
a. kelainan medula spinalis
b. neuropatia diabetes mellitus
c. pasca bedah radikal di pelvis
d. farmakologik

2. Kandung kemih neuropati, disebabkan oleh :


a. kelainan neurologik
b. neuropati perifer
c. diabetes mellitus
d. alkoholisme
e. farmakologik (obat penenang, penghambat alfa dan parasimpatolitik)
3.Obstruksi fungsional :
a. dis-sinergi detrusor-sfingter terganggunya koordinasi antara kontraksi detrusor dengan relaksasi
sfingter
b. ketidakstabilan detrusor
4.Kekakuan leher kandung kemih :
a. fibrosis
5.Resistensi uretra yang meningkat disebabkan oleh :
a. hiperplasia prostat jinak atau ganas
b. kelainan yang menyumbatkan uretra
c. uretralitiasis
d. uretritis akut atau kronik
e. striktur uretra
6.
Prostatitis akut atau kronis 1,2
II.9 Kriteria Pembesaran Prostat
Untuk menentukan kriteria prostat yang membesar dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya
adalah :
1.Rektal grading
Berdasarkan penonjolan prostat ke dalam rektum :
- derajat 1 : penonjolan 0-1 cm ke dalam rektum
- derajat 2 : penonjolan 1-2 cm ke dalam rektum
- derajat 3 : penonjolan 2-3 cm ke dalam rektum
- derajat 4 : penonjolan > 3 cm ke dalam rektum
2.Berdasarkan jumlah residual urine
- derajat 1 : < 50 ml
- derajat 2 : 50-100 ml
- derajat 3 : >100 ml
- derajat 4 : retensi urin total
3.Intra vesikal grading
- derajat 1 : prostat menonjol pada bladder inlet
- derajat 2 : prostat menonjol diantara bladder inlet dengan muara ureter
- derajat 3 : prostat menonjol sampai muara ureter
- derajat 4 : prostat menonjol melewati muara ureter
4.Berdasarkan pembesaran kedua lobus lateralis yang terlihat pada uretroskopi :
- derajat 1 : kissing 1 cm
- derajat 2 : kissing 2 cm
- derajat 3 : kissing 3 cm
- derajat 4 : kissing >3 cm 8
II.10 Komplikasi

Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi
sebagai berikut :
1.Inkontinensia Paradoks
2.Batu Kandung Kemih
3.Hematuria
4.Sistitis
5.Pielonefritis
6.Retensi Urin Akut Atau Kronik
7.Refluks Vesiko-Ureter
8.Hidroureter
9.Hidronefrosis
10. Gagal Ginjal 2
II.11 Penatalaksanaan
Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang
kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada
colok dubur dan sisa volume urin. Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok
dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml. Derajat
dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas
masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml. Derajat tiga, seperti derajat
dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml, sedangkan derajat empat,
apabila sudah terjadi retensi urin total. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi
untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO prostate symptom score). Skor
ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan
bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO
PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi. 1,2
Di dalam praktek pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk
menentukan cara penanganan. Pada penderita dengan derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan
operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Pada penderita dengan derajat dua
sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih
dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita
masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan
konservatif. Pada derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman
melakukan TUR oleh karena biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram.
Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam maka
sebaiknya dilakukan operasi terbuka. Pada hiperplasia prostat derajat empat tindakan pertama yang harus
segera dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter
atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi
diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TUR P atau operasi terbuka. 1,2
Terapi sedini mungkin sangat dianjurkan untuk mengurangi gejala, meningkatkan kualitas hidup dan
menghindari komplikasi akibat obstruksi yang berkepanjangan. Tindakan bedah masih merupakan terapi
utama untuk hiperplasia prostat (lebih dari 90% kasus). Meskipun demikian pada dekade terakhir
dikembangkan pula beberapa terapi non-bedah yang mempunyai keunggulan kurang invasif dibandingkan
dengan terapi bedah. Mengingat gejala klinik hiperplasia prostat disebabkan oleh 3 faktor yaitu

pembesaran kelenjar periuretral, menurunnya elastisitas leher vesika, dan berkurangnya kekuatan
detrusor, maka pengobatan gejala klinik ditujukan untuk :
1. Menghilangkan atau mengurangi volume prostat
2. Mengurangi tonus leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat
3. Melebarkan uretra pars prostatika, menambah kekuatan detrusor 2,7
Terdapat beberapa pilihan tindakan terapi didalam penatalaksanaan hiperplasia prostat benigna yang dapat
dibagi kedalam 4 macam golongan tindakan, yaitu :
1. Observasi (Watchful waiting)
2. Medikamentosa
a. Penghambat adrenergik a
b. Fitoterapi
c. Hormonal
1. Operatif
a. Prostatektomi terbuka
- Retropubic infravesika (Terence millin)
- Suprapubic transvesica/TVP (Freyer)
- Transperineal
b. Endourologi
- Trans urethral resection (TUR)
- Trans urethral incision of prostate (TUIP)
- Pembedahan dengan laser (Laser Prostatectomy)
Trans urethral ultrasound guided laser induced prostatectomy (TULIP)
Trans urethral evaporation of prostate (TUEP)
Teknik koagulasi
1. Invasif minimal
- Trans urethral microwave thermotherapy (TUMT)
- Trans urethral ballon dilatation (TUBD)
- Trans urethral needle ablation (TUNA)
- Stent urethra dengan prostacath 11
Tujuan terapi pada pasien hiperplasia prostat adalah menghilangkan obstruksi pada leher buli-buli. Hal ini
dapat dicapai dengan cara medikamentosa, pembedahan, atau tindakan endourologi yang kurang invasif.
Mengenai penatalaksanaan konservatif non operatif akan dibahas pada bab tersendiri, pada bab ini hanya
akan dibahas tentang penatalaksanaan secara operatif saja yang terbagi dalam prostatektomi terbuka dan
prostatektomi endourologi.
1. Prostatektomi terbuka
a. Retropubic infravesica (Terence Millin)
Keuntungan :
- Tidak ada indikasi absolut, baik untuk adenoma yang besar pada subservikal
- Mortaliti rate rendah
- Langsung melihat fossa prostat
- Dapat untuk memperbaiki segala jenis obstruksi leher buli
- Perdarahan lebih mudah dirawat
- Tanpa membuka vesika sehingga pemasangan kateter tidak perlu selama bila membuka vesika
Kerugian :

- Dapat memotong pleksus santorini


- Mudah berdarah
- Dapat terjadi osteitis pubis
- Tidak bisa untuk BPH dengan penyulit intravesikal
- Tidak dapat dipakai kalau diperlukan tindakan lain yang harus dikerjakan dari dalam vesika
Komplikasi :
- Perdarahan
- Infeksi
- Osteitis pubis
- Trombosis
b. Suprapubic Transvesica/TVP (Freeyer)
Keuntungan :
- Baik untuk kelenjar besar
- Banyak dikerjakan untuk semua jenis pembesaran prostat
- Operasi banyak dipergunakan pada hiperplasia prostat dengan penyulit :
1. Batu buli
2. Batu ureter distal
3. Divertikel
4. Uretrokel
5. Adanya sistsostomi
6. Retropubik sulit karena kelainan os pubis
- Kerusakan spingter eksterna minimal
Kerugian :
- Memerlukan pemakain kateter lebih lama sampai luka pada dinding vesica sembuh
- Sulit pada orang gemuk
- Sulit untuk kontrol perdarahan
- Merusak mukosa kulit
- Mortality rate 1 -5 %
Komplikasi :
- Striktura post operasi (uretra anterior 2 5 %, bladder neck stenosis 4%)
- Inkontinensia (<1%)
- Perdarahan
- Epididimo orchitis
- Recurent (10 20%)
- Carcinoma
- Ejakulasi retrograde
- Impotensi
- Fimosis
- Deep venous trombosis
c. Transperineal
Keuntungan :
- Dapat langssung pada fossa prostat
- Pembuluh darah tampak lebih jelas
- Mudah untuk pinggul sempit

- Langsung biopsi untuk karsinoma


Kerugian :
- Impotensi
- Inkontinensia
- Bisa terkena rektum
- Perdarahan hebat
- Merusak diagframa urogenital
2 Prostatektomi Endourologi
a. Trans urethral resection (TUR)
Yaitu reseksi endoskopik malalui uretra. Jaringan yang direseksi hampir seluruhnya terdiri dari jaringan
kelenjar sentralis. Jaringan perifer ditinggalkan bersama kapsulnya. Metode ini cukup aman, efektif dan
berhasil guna, bisa terjadi ejakulasi retrograd dan pada sebagaian kecil dapat mengalami impotensi. Hasil
terbaik diperoleh pasien yang sungguh membutuhkan tindakan bedah. Untuk keperluan tersebut, evaluasi
urodinamik sangat berguna untuk membedakan pasien dengan obstruksi dari pasien non-obstruksi.
Evaluasi ini berperan selektif dalam penentuan perlu tidaknya dilakukan TUR. Suatu penelitian
menyebutkan bahwa hasil obyektif TUR meningkat dari 72% menjadi 88% dengan mengikutsertakan
evaluasi urodinamik pada penilaian pra-bedah dari 152 pasien. Mortalitas TUR sekitar 1% dan morbiditas
sekitar 8%.
Saat ini tindakan TUR P merupakan tindakan operasi paling banyak dikerjakan di seluruh dunia. Reseksi
kelenjar prostat dilakukan trans-uretra dengan mempergunakan cairan irigan (pembilas) agar supaya
daerah yang akan direseksi tetap terang dan tidak tertutup oleh darah. Cairan yang dipergunakan adalah
berupa larutan non ionik, yang dimaksudkan agar tidak terjadi hantaran listrik pada saat operasi. Cairan
yang sering dipakai dan harganya cukup murah adalah H2O steril (aquades).
Salah satu kerugian dari aquades adalah sifatnya yang hipotonik sehingga cairan ini dapat masuk ke
sirkulasi sistemik melalui pembuluh darah vena yang terbuka pada saat reseksi. Kelebihan air dapat
menyebabkan terjadinya hiponatremia relatif atau gejala intoksikasi air atau dikenal dengan sindroma
TUR P. Sindroma ini ditandai dengan pasien yang mulai gelisah, kesadaran somnolen, tekanan darah
meningkat, dan terdapat bradikardi.
Jika tidak segera diatasi, pasien akan mengalami edema otak yang akhirnya jatuh dalam keadaan koma
dan meninggal. Angka mortalitas sindroma TUR P ini adalah sebesar 0,99%. Karena itu untuk
mengurangi timbulnya sindroma TUR P dipakai cairan non ionik yang lain tetapi harganya lebih mahal
daripada aquades, antara lain adalah cairan glisin , membatasi jangka waktu operasi tidak melebihi 1 jam,
dan memasang sistostomi suprapubik untuk mengurangi tekanan air pada buli-buli selama reseksi prostat.
Keuntungan :
- Luka incisi tidak ada
- Lama perawatan lebih pendek
- Morbiditas dan mortalitas rendah
- Prostat fibrous mudah diangkat
- Perdarahan mudah dilihat dan dikontrol
Kerugian :
- Tehnik sulit
- Resiko merusak uretra
- Intoksikasi cairan
- Trauma spingter eksterna dan trigonum

- Tidak dianjurkan untuk BPH yang besar


- Alat mahal
- Ketrampilan khusus
b. Trans Urethral Incision of Prostate (TUIP)
Metode ini di indikasikan untuk pasien dengan gejala obstruktif, tetapi ukuran prostatnya mendekati
normal. Pada hiperplasia prostat yang tidak begitu besar dan pada pasien yang umurnya masih muda
umumnya dilakukan metode tersebut atau incisi leher buli-buli atau bladder neck incision (BNI) pada jam
5 dan 7. Terapi ini juga dilakukan secara endoskopik yaitu dengan menyayat memakai alat seperti yangg
dipakai pada TUR P tetapi memakai alat pemotong yang menyerupai alat penggaruk, sayatan dimulai dari
dekat muara ureter sampai dekat ke verumontanum dan harus cukup dalam sampai tampak kapsul prostat.
Kelebihan dari metode ini adalah lebih cepat daripada TUR dan menurunnya kejadian ejakulasi
retrograde dibandingkan dengan cara TUR.
c. Pembedahan dengan laser (Laser prostatectomy)
Oleh karena cara operatif (operasi terbuka atau TUR P) untuk mengangkat prostat yang membesar
merupakan operasi yang berdarah, sedang pengobatan dengan TUMT dan TURF belum dapat
memberikan hasil yang sebaik dengan operasi maka dicoba cara operasi yang dapat dilakukan hampir
tanpa perdarahan.
Penggunaan laser untuk operasi prostat pertamakali diusulkan oleh Sander (1984). Untuk mengobati ca
prostat yang masih lokal dengan memakai Nd YAG (Neodymium, Yttrium Aluminium Garnet) Solid state
Nd YAG ini pertamakali diperkenalkan tahun 1964 tapi baru tahun 1975 baru dicoba dibidang urologi
untuk mengablasi tumor buli superficial (Hoffstetter). Pc Phee menulis mengenai penggunaan YAG laser
untuk photo irradiasi segmental pada mukosa buli.
YAG laser ini mempunyai panjang gelombang yang cocok untuk pengobatan prostat oleh karena
mempunyai daya penetrasi yang cukup dalam. Mula-mula laser untuk prostat ini hanya dipakai untuk
pengobatan tambahan setelah TUR P pada ca prostat, yang biasanya diberikan 3 minggu setelah TUR P
(Shanberg 1985, Mc Nicholas 1990).
Kemudian Shenberg mengajukan pemakaian Nd YAG ini untuk melaser prostat pada penderita yang tidak
dapat mentoleransi perdarahan apabila dilakukan TUR. Roth dan Aretz (1991) menjadi pelopor
penggunaan laser Transuretral Ultrasound Guided Laser Induced Prostatectomy (TULIP), yang dibimbing
dengan pemakaian USG untuk dapat menembak prostat yang disempurnakan dengan menggunakan alat
pembelok (deflektor) sinar laser dengan sudut 90 derajat sehingga sinar laser dapat diarahkan ke arah
kelenjar prostat yang membesar.
Nd YAG mempunyai panjang gelombang 1064 nm sehingga gelombang ini tidak banyak diserap oleh air
seperti laser CO2 dan mempunyai sifat divergensi tetapi masih mempunyai daya penetrasi yang cukup
dalam. Apabila laser Nd YAG ini mengenai jaringan prostat energinya akan berubah menjadi energi
termal yang dapat menguapkan jaringan dengan Nd YAG tanpa kontak dengan jaringan mempunyai efek
laser maksimal pada kedalaman 3mm dibawa mukosa dan efek termal dapat mencapai 100C sehingga
pada kekuatan 40 60 watts akan menyebabkan koagulasi pada kedalaman 3mm sehingga akan terjadi
letusan kecil yang disebut pop corn effect. Nd YAG ini aman untuk pengobatan prostat oleh karena
pembuluh darah yang agak besar dan pembuluh darah pada kapsul prostat akan menjadi penahan panas
(heat sink) sehingga tidak akan terjadi penjalaran panas keluar dari prostat.
Tahun 1989 Johnson menemukan alat pembelok Nd YAG sehingga sinar laser tersebut dapat dibelokkan
90 dengan menggunakan pembelok dari emas yang ditempelkan diujung serat laser, sehingga sinar laser
dapat diarahkan ke jaringan prostat dari dalam uretra. Dengan alat pembelok ini 92% dari energi laser

masih dapat mencapai jaringan preostat. Costello (1992) mempelopori penggunaan laser ini utnuk ablasi
pembesaran prostat jinak menggunakan laser yang dibelokkan 90 melalui sistoskopi.
Waktu yang diperlukan untuk melaser prostat biasanya sekitar 2-4 menit untuk masing-masing lobus
prostat (lobus lateralis kanan, kiri dan medius). Pada waktu ablasi akan ditemukan pop corn effect
sehingga tampak melalui sistoskop terjadi ablasi pada permukaan prostat, sehingga uretra pars prostatika
akan segera akan menjadi lebih lebar, yang kemudian masih akan diikuti efek ablasi ikutan yang kan
menyebabkan laser nekrosis lebih dalam setelah 4-24 minggu sehingga hasil akhir nanti akan terjadi
rongga didalam prostat menyerupai rongga yang terjadi sehabis TUR.
Keuntungan bedah laser ialah :
1. Tidak menyebabkan perdarahan sehingga tidak mungkin terjadi retensi akibat bekuan
darah dan tidak memerlukan transfusi
2. Teknik lebih sederhana
3. Waktu operasi lebih cepat
4. Lama tinggal di rumah sakit lebih singkat
5. Tidak memerlukan terapi antikoagulan
6. Resiko impotensi tidak ada
7. Resiko ejakulasi retrograd minimal
Kerugian :
Penggunaan laser ini masih memerlukan anestesi (regional) 1,2,3,7,8,11
TERAPI KONSERVATIF NON OPERATIF
Sampai dengan tahun 1980-an kasus-kasus BPH selalu diatasi dengan operasi. Didorong oleh faktor biaya
dan morbiditas post operatif yang tidak nyaman maka terus dicari pendekatan yang lebih aman, nyaman
dan bahkan lebih ekonomis. Di dalam penatalaksanaan terapi hiperplasia prostat ini terdapat istilah terapi
konservatif yang merupakan terapi non operatif. Untuk penderita yang oleh karena keadaan umumnya
tidak memungkinkan dilakukan operasi dapat diusahakan pengobatan konservatif. 3,9
Terapi konservatif ini masih terbagi lagi ke dalam berbagai kelompok, yaitu :
1. Observasi (Watchful waiting)
Tidak semua pasien hiperplasia prostat perlu menjalani tindakan medik. Kadang-kadang mereka yang
mengeluh pada saluran kemih bagian bawah (LUTS) ringan dapat sembuh sendiri dengan observasi ketat
tanpa mendapatkan terapi apapun. Tetapi diantara mereka akhirnya ada yang membutuhkan terapi
medikamentosa atau tindakan medik yang lain karena keluhannya semakin parah. 11
1. Medikamentosa
a. Penghambat adrenergik a
Seperti kita ketahui persyarafan trigonum leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat terutama oleh
serabut-serabut saraf simpatis, terutama mengandung reseptor alpha, jadi dengan pemberian obat
golongan alpha adrenergik bloker, terutama alpha 1 adrenergik bloker maka tonus leher vesika, otot polos
prostat dan kapsul prostat akan berkurang, sehingga sehingga menghasilkan peningkatan laju pancaran
urin dan memperbaiki gejala miksi. Bila serangan prostatismus memuncak menjurus kepada retensio urin
ini adalah pertanda bahwa tonus otot polos prostat meningkat atau berkontraksi sehingga pemberian obat
ini adalah sangat rasional. Episode serangan biasanya cepat teratasi.
Contoh obatnya adalah Phenoxy benzanmine (Dibenyline) dosis 2x10 mg/hari. Sekarang telah tersedia
obat yang lebih selektif untuk alpha 1 adrenergik bloker yaitu Prazosine, dosisnya adalah 1-5 mg/hari,
obat lain selain itu adalah Terazosin dosis 1 mg/hari, Tamzulosin dan Doxazosin. Pengobatan dengan
penghambat alpha ini pertama kali dilakukan oleh Caine dan kawan-kawan yang dilaporkan pada tahun

1976. Dengan pengobatan secara ini ditemukan perbaikan sekitar 30-70% pada symptom skore dan kirakira 50% pada flow rate. Tetapi kelompok obat ini tidak dapat digunakan berkepanjangan karena efek
samping obat ini berupa hipotensi ortostatik, palpitasi, astenia vertigo dan lain-lain yang sangat
mengganggu kualitas hidup kecuali bagi penderita hipertensi.
Penelitian terakhir di Amerika Serikat menyebutkan bahwa Doxazosin terbukti efektif dalam pengobatan
hiperplasia prostat jangka panjang pada pasien hipertensi dan normotensi. Prazosine diketahui lebih
selektif sebagai alpha 1 adrenergik bloker, sedang phenoxy benzanmine meskipun lebih kuat tetapi tidak
selektif untuk reseptor alpha 1 dan alpha 2, dan sekarang ditakutkan phenoxy benzanmine bersifat
karsinogenik. Jadi kelompok obat penghambat adrenoreseptor alpha ini hanya dapat digunakan untuk
jangka pendek dan akan lebih fungsional pada terapi tahap awal, obat ini mempunyai efek positif segera
terhadap keluhan, tetapi tidak mempengaruhi proses hiperplasia prostat sedikitpun. Bila respon dari
pengobatan ini baik maka ini merupakan indikator untuk masuk kedalam tahap perawatan Watch and
wait.2,3,5,6,7,8,9
b. Fitoterapi
Kelompok kemoterapi pada umumnya telah mempunyai informasi farmakokinetik dan farmakodinamik
terstandar secara konvensional dan universal. Kelompok obat ini juga disebut dengan obat modern.
Tidak semua penyakit dapat diobati secara tuntas dengan kemoterapi ini. Banyak penyakit kronis,
degeneratif, gangguan metabolisme, dan penuaan yang belum ada obatnya seperti: kanker, hepatitis, HIV,
demensia, dll. Banyak pula yang belum bisa dituntaskan pengobatannya. Termasuk ini adalah: BPH, DM,
hipertensi, rematik, dll. Sehingga diperlukan terapi komplementer atau alternatif. Kelompok terapi ini
disebut Fitoterapi. Disebut demikian karena berasal dari tumbuhan. Bahan aktifnya belum diketahui
dengan pasti, masih memerlukan penelitian yang panjang.
Namun secara empirik, manfaat sudah lama tercatat dan semakin diakui. Diantara sekian banyak
fitoterapi yang sudah masuk pasaran, diantaranya yang terkenal adalah Serenoa repens atau Saw Palmetto
dan Pumpkin seeds yang digunakan untuk pengobatan BPH. Keduanya, terutama Serenoa repens semakin
diterima pemakaiannya dalam upaya pengendalian prosatisme BPH dalam kontek watchfull waiting
strategy. Di Jerman 90% kasus BPH di terapi dengan Serenoa repens tunggal atau kombinasi, dan di
negara-negara Eropa dan Amerika pemakaiannya terus meningkat dengan cepat.
a. Saw Palmetto Berry (SPB) yang disebut juga Serenoa repens adalah suatu obat tradisional Indian.
Catatan empiriknya tentang manfaat tumbuhan ini untuk gangguan urologis sudah ada sejak tahun 1900.
Isu back to nature memberikan iklim yang kondusif bagi pemakaian obat ini.
Bukti-bukti empirik lapangan dan empirik uji klinik semakin banyak mencatat efektifitas dan
keamanannya. Dalam Current Medical Diagnosis and Treatment (2001) dinyatakan bahwa Saw Palmetto
Berry (SPB) ini didalam 18 RCT (Randomized Clinical Trial) dengan 2939 subyek adalah superior
terhadap placebo dan efektifitasnya sama dengan finasteride. Efek samping obat berupa disfungsi ereksi =
1,1% sedangkan finasteride = 4,9%. Dalam Life Extension Update dimuat, dari sebanyak 32 publikasi
studi terdapat catatan bahwa extract dari SPB ini secara signifikan menunjukan perbaikan klinis dalam hal
:
a) Frekuensi nokturia berkurang
b) Aliran kencing bertambah lancar
c) Volume residu dikandung kencing berkurang
d) Gejala kurang enak dalam mekanisme urinoir berkurang
Mekanisme kerja obat ini belum dapat dipastikan tetapi diduga kuat ia :
a) Menghambat aktifitas enzim 5 alpha reduktase dan memblokir reseptor androgen

b) Bersifat anti inflamasi dan anti udem dengan cara menghambat aktifitas enzim cycloxygenase dan 5
lipoxygenase.
b. Pumpkin seeds (Cucurbitae peponis semen)
Testimoni empirik tradisional bahan ini telah digunakan di Jerman dan Austria sejak abad 16 untuk
gangguan urinoir dan belakangan ini ekstraknya dipakai untuk mengatasi gejala yang berhubungan
dengan BPH didalam konteks farmakoterapi maupun uji klinis kombinasi dengan ekstraks serenoa repens.
Penelitian di Jerman melakukan studi terhadap preparat yang mengandung komponen utama betasitosterol dengan sedikit campuran campesterot dan stigmasterol untuk mengobati hiperplasia prostat.
Hasilnya, terjadi perbaikan seperti halnya terapi menggunakan penghambat reseptor alpha dan 5-alpha
reduktase, tetapi dengan efek samping yang lebih minimal. Walaupun mekanisme kerja dari preparat
campuran fitosterol ini belum dapat dibuktikan, penelitian terus dikembangkan untuk keperluan di masa
depan.9,10
c. Hormonal
Pada tingkat supra hypofisis dengan obat-obat LH-RH (super) agonist yaitu obat yang menjadi kompetitor
LH-RH mempunyai afinitas yang lebih besar dengan reseptor bagi LH-RH, sehingga obat ini akan
menghabiskan reseptor dengan membentuk LH-RH super agonist reseptor kompleks. Sehingga mulamula oleh karena banyaknya LH-RH super agonist yang menangkap reseptor, pada permulaan justru akan
terjadi kenaikan produksi LH oleh hypofisis. Tetapi setelah reseptor habismaka LH-RH tidak dapat lagi
mencari reseptor , maka LH akan menurun. Contoh obat adalah Buserelin, dengan dosis minggu I 3dd
500 mg s.c. (7 hari) dan minggu II intra nasal spray 200 mg, 3 kali sehari.
Pemberian obat-obat anti androgen yang dapat mulai pada tingkat hipofisis misalnya dengan pemberian
Gn-RH analogue sehingga menekan produksi LH, yang menyebabkan produksi testosteron oleh sel leydig
berkurang. Cara ini tentu saja menyebabkan penurunan libido oleh karena penurunan kadar testosteron
darah.
Pada tingkat infra hipofisis pemberian estrogen dapat memberikan umpan balik dengan menekan
produksi FSH dan LH, sehingga produksi testosteron juga menurun. Contoh preparatnya ialah Diaethyl
Stilbestrol (DES) dosis satu kali 1-5 mg sehari.
Pada tingkat testikular, orchiectomi untuk pengobatan pembesaran prostat jinak hanya dikenal pada
sejarah, sekarang cara pengobatan ini untuk hiperplasia prostat telah ditinggalkan. Untuk karsinoma
prostat tentu saja orchiectomi masih dikerjakan oleh karena pertimbangan kemungkinan penyebaran ca
prostat dan juga biasanya penderita telah tua.
Pada tingkat yang lebih rendah dapat pula diberikan obat anti androgen yang mekanisme kerjanya
mencegah hidrolise testosteron menjadi DHT dengan cara menghambat 5 alpha reduktase, suatu enzim
yang diperlukan untuk mengubah testosteron menjadi dehidrotestosteron (DHT), suatu hormon androgen
yang mempengaruhi pertumbuhan kelenjar prostat, sehingga jumlah DHT berkurang tetapi jumlah
testosteron tidak berkurang, sehingga libido juga tidak menurun. Penurunan kadar zat aktif
dehidrotestosteron ini menyebabkan mengecilnya ukuran prostat. Contoh obat tersebut ialah Finesteride,
Proscar dengan dosis 5 mg/hari dalam jangka waktu lebih dari 3 bulan, Finasteride mengurangi volume
prostat sampai 30%. Penelitian lain di Kanada menyatakan bahwa Finasteride mengurangi volume prostat
pada 613 pria dengan angka rata-rata 21%, mengurangi gejala dan memperbaiki laju pancaran urin
sampai 12%. Obat ini mempunyai toleransi baik dan tidak mempunyai efek samping yang bermakna.
Obat anti androgen lain yang juga bekerja pada tingkat prostat ialah obat yang mempunyai mekanisme
kerja sebagai inhibitor kompetitif terhadap reseptor DHT sehingga DHT tidak dapat membentuk
kompleks DHT-Reseptor. Contoh obatnya ialah : Cyproterone acetate 100 mg 2 kali/hari, Flutamide,

medrogestone 15 mg2 kali/hari dan Anandron. Obat ini juga tidak menurunkan kadar testosteron pada
darah, sehingga libido tidak menurun. Golongan gestagen dan ketokonazole, obat-obat ini mempunyai
khasiat : mengurangi enzim dehidrogenase dan isomerase yang berguna untuk metabolisme steroid,
menekan LH dan FSH, menjadi saingan testosteron untuk 5 alpha reduktase sehingga DHT tidak
terbentuk. Contoh obatnya adalah Megestrol acetat 160 mg empat kali sehari dan MPA 300-500 mg/hari.
Kesulitan pengobatan konservatif ini adalah menentukan berapa lama obat harus diberikan dan efek
samping dari obat.2,3,7,8
3. Invasif Minimal
a. Trans Urethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
Cara memanaskan prostat sampai 44,5C 47C ini mulai diperkenalkan dalam tiga tahun terakhir ini.
Dikatakan dengan memanaskan kelenjar periuretral yang membesar ini dengan gelombang mikro
(microwave) yaitu dengan gelombang ultarasonik atau gelombang radio kapasitif akan terjadi vakuolisasi
dan nekrosis jaringan prostat, selain itu juga akan menurunkan tonus otot polos dan kapsul prostat
sehingga tekanan uretra menurun sehingga obstruksi berkurang. Prinsip cara ini ialah memasang kateter
semacam Foley dimana proximal dari balon dipasang antene pemanas yang baru dipanaskan dengan
gelombang mikro melalui kabel kecil yang berada didalam kateter. Pemanasan dilakukan antara 1-3 jam.
Dengan cara pengobatan ini dengan mempergunakan alat THERMEX II diperoleh hasil perbaikan kirakira 70-80% pada symptom obyektif dan kira-kira 50-60% perbaikan pada flow rate maksimal.
Mekanisme yang pasti mengenai efek pemanasan prostat ini belum semuanya jelas, salah satu teori yang
masih harus dibuktikan ialah bahwa dengan pemanasan akan terjadi perusakan pada reseptor alpha yang
berada pada leher vesika dan prostat.
Di Jakarta telah tersedia dua macam alat yaitu Prostatron yang menggunakan gelombang mikro dan
dipanaskan selama satu jam. Cara ini disebut dengan Trans Urethral Microwave Treatment (TUMT).
Sedangkan alat yang lain menggunakan radio capacitive frequency yang dapat memanaskan prostat
sampai 44,5C - 47C selama 3 jam (TURF). Pengobatan di RS. Pondok Indah pada 112 kasus yang
diobati dengan cara ini didapatkan hasil : perbaikan symptom score pada 79 penderita (75%) dan
perbaikan pada sisa kencing pada 62 penderita (60%) tetapi perbaikan pada maximal flow rate hanya
ditemukan pada 55 penderita (50%).
Cara pengobatan hypertermia ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut mengenai cara kerja dasar
klinikal, efektifitasnya serta side efek yang mungkin timbul.
Cara kerja TUMT ialah antene yang berada pada kateter dapat memancarkan microwave kedalam
jaringan prostat. Oleh karena temperatur pada antene akan tinggi maka perlu dilengkapi dengan surface
costing agar tidak merusak mucosa ureter. Dengan proses pendindingan ini memang mucosa tidak rusak
tetapi penetrasi juga berkurang.
Cara TURF (trans Uretral Radio Capacitive Frequency) memancarkan gelombang radio frequency yang
panjang gelombangnya lebih besar daripada tebalnya prostat juga arah dari gelombang radio frequency
dapat diarahkan oleh elektrode yang ditempel diluar (pada pangkal paha) sehingga efek panasnya dapat
menetrasi sampai lapisan yang dalam. Keuntungan lain oleh karena kateter yang ada alat pemanasnya
mempunyai lumen sehingga pemanasan bisa lebih lama, dan selama pemanasan urine tetap dapat
mengalir keluar.2,7,8
b. Trans Urethral Ballon Dilatation (TUBD)
Dilatasi uretra pars prostatika dengan balon ini mula-mula dikerjakan dengan jalan melakukan
commisurotomi prostat pada jam 12.00 dengan jalan melalui operasi terbuka (transvesikal). Pertama kali
dikerjakan oleh Hollingworth 1910 dan Franck 1930. Kemudian Deisting 1956 melakukan dengan dilator

transuretral. Tetapi sebenarnya pelopor penggunaan balon adalah H.Joachus Burhenne yang mula-mula
mencoba pada anjing dan cadaver, akhirnya dicoba di klinik.
Castaneda bersama-sama Reddy dan Hulbert kemudian menyempurnakan tehnik Burhenne tersebut.
Konsep dilatasi dengan balon ini ialah mengusahakan agar uretra pars prostatika menjadi lebar melalui
mekanisme:
1. Prostat di tekan menjadi dehidrasi sehingga lumen uretra melebar
2. Kapsul prostat diregangkan
3. Tonus otot polos prostat dihilangkan dengan penekanan tersebut
4. Reseptor alpha adrenergic pada leher vesika dan uretra pars prostatika dirusak
Prosedur ini meskipun bisa dilakukan dengan anestesi topikal, sebaiknya dilakukan dengan narkose.
Balon mempunyai diameter 30 mm kemudian dengan alat dikembangkan sampai 4 atm yang sama dengan
58,8 psi atau 3040 mmHg dan kaliber uretra menjadi 30 mm atau 90 F. Kemudian setelah balon
dikempeskan kembali kateter dilepaskan dengan menggunakan guide wire dan kateter dilepas memutar
kebalikan dari arah jarum jam sementara dapat dipasang cystostomi dengan trocard. TUBD ini biasanya
memberikan perbaikan yang bersifat sementara. 2,7,8
c. Trans Urethral Needle Ablation (TUNA)
Yaitu dengan menggunakan gelombang radio frekuensi tinggi untuk menghasilkan ablasi termal pada
prostat. Cara ini mempunyai prospek yang baik guna mencapai tujuan untuk menghasilkan prosedur
dengan perdarahan minimal, tidak invasif dan mekanisme ejakulasi dapat dipertahankan. 2,7,8
d. Stent Urethra
Pada hakekatnya cara ini sama dengan memasang kateter uretra, hanya saja kateter tersebut dipasang pada
uretra pars prostatika. Bentuk stent ada yang spiral dibuat dari logam bercampur emas yang dipasang
diujung kateter (Prostacath). Stents ini digunakan sebagai protesis indwelling permanen yang ditempatkan
dengan bantuan endoskopi atau bimbingan pencitraan. Untuk memasangnya, panjang uretra pars
prostatika diukur dengan USG dan kemudian dipilih alat yang panjangnya sesuai, lalu alat tersebut
dimasukkan dengan kateter pendorong dan bila letak sudah benar di uretra pars prostatika maka spiral
tersebut dapat dilepas dari kateter pendorong. Pemasangan stent ini merupakan cara mengatasi obstruksi
infravesikal yang juga kurang invasif, yang merupakan alternatif sementara apabila kondisi penderita
belum memungkinkan untuk mendapatkan terapi yang lebih invasif. Akhir-akhir ini dikembangkan juga
stent yang dapat dipertahankan lebih lama, misalnya Porges Urospiral (Parker dkk.) atau Wallstent
(Nording, A.L. Paulsen).
Bentuk lain ialah adanya mesh dari logam yang juga dipasang di uretra pars prostatika dengan kateter
pendorong dan kemudian didilatasi dengan balon sampai mesh logam tersebut melekat pada dinding
uretra

Biologi Ginjal & Saluran Kemih


DEFINISI
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang
mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih)
ke dalam kandung kemih.
Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan
vulva (wanita).

Fungsi ginjal adalah untuk:


Menyaring limbah metabolik
Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah
Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
Membantu mengatur tekanan darah
Membantu mengatur pembentukan sel darah.
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).

Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang
(kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). Kapsula Bowman dan
glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi. Sebagian besar bagian darah yang
berupa cairan disaring melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus
dan pada lapisan dalam kapsula Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul
yang besar (misalnya protein).
Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman (daerah yang erletak diantara lapisan
dalam dan lapisan luar kapsula Bowman) dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal
(tabung/saluran di bagian hulu yang berasal dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan
lainnya yang ikut tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah.
Ginjal juga menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan molekul-molekul yang besar
(termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam tubulus. Molekul tersebut dibuang ke dalam air
kemih meskipun ukurannya cukup besar untuk dapat melewati lubang-lubang pada penyaring
glomerulus.
Bagian berikutnya dari nefron adalah ansa Henle.
Ketika cairan melewati ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya dipompa keluar sehingga
cairan yang tersisa menjadi semakin pekat.
Cairan yang pekat ini akan mengalir ke dalam tubulus kontortus distal. Di dalam tubulus distal, semakin
banyak jumlah natrium yang dipompa keluar.
Cairan dari beberapa nefron mengalir ke dalam suatu saluran pengumpul (duktus kolektivus). Di dalam
duktus kolektivus, cairan terus melewati ginjal sebagai cairan yang pekat, atau jika masih encer, maka air
akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke dalam darah, sehingga air kemih menjadi lebih pekat.
Tubuh mengendalikan konsentrasi air kemih berdasarkan kebutuhannya terhadap air melalui hormonhormon yang kerjanya mempengaruhi fungsi ginjal.
Air kemih yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah melalui ureter menuju ke kandung kemih; aliran
tersebut bukan merupakan aliran yang pasif. Ureter adalah pipa/tabung berotot yang mendorong sejumlah
air kemih dalam gerakan bergelombang (kontraksi).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur
muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup.
Air kemih yang secara teratur mengalir dari ureter akan terkumpul di dalam kandung kemih.
Kandung kemih ini bisa mengembang, dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk menampung
jumlah air kemih yang semakin bertambah.
Jika kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang menyampaikan pesan
untuk berkemih.
Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka
sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan, dinding kandung kemih berkontraksi sehingga
terjadi tekanan yang mendorong air kemih menuju ke uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara

mengencangkan otot-otot perut.


Sfinger pada pintu masuk kandung kemih tetap menutup rapat untuk mencegah aliran balik air kemih ke
ureter.

GEJALA-GEJALA KELAINAN GINJAL & SALURAN KEMIH


Gejala yang disebabkan oleh kelainan ginjal dan saluran kemih sangat bervariasi, tergantung kepada
bagian ginjal atau saluran kemih yang terkena.
Demam dan malaise (perasaan tidak enak badan) merupakan gejala yang umum, tetapi infeksi kandung
kemih (sistitis) biasanya tidak menyebabkan demam.
Suatu infeksi bakteri pada ginjal (pielonefritis) biasanya menyebabkan demam tinggi.
Kanker ginjal kadang menyebabkan demam.
Sebagian besar orang melakukan buang air kecil sebanyak 4-6 kali/hari, terutama pada siang hari.
Frekuensi (sering berkemih) tanpa disertai peningkatan dalam jumlah total air kemih dalam sehari,
merupakan suatu gejala dari infeksi kandung kemih atau iritasi kandung kemih (misalnya karena benda
asing, batu atau tumor).
Tumor atau massa lainnya yang menekan kandung kemih juga bisa menyebabkan peningkatan frekuensi
berkemih.

Iritasi kandung kemih juga bisa menyebabkan disuria (nyeri ketika berkemih) dan urgensi (desakan
untuk berkemih), yang bisa dirasakan sebagai tenesmus (nyeri ketika mengedan yang hampir dirasakan
terus menerus).
Jumlah air kemih biasanya sedikit, tetapi jika penderita tidak segera berkemih, air kemih bisa keluar
dengan sendirinya (kontrol terhadap berkemih hilang).
Nokturia adalah sering berkemih pada malam hari.
Nokturia bisa tejadi pada stadium awal penyakit ginjal, tetapi bisa juga karena sebelum tidur seseorang
terlalu banyak minum, terutama alkohol, kopi atau teh.
Nokturia terjadi karena ginjal tidak dapat memekatkan air kemih dengan baik.
Nokturia juga terjadi pada penderita gagal jantung, gagal hati atau diabetes, meskipun tidak terdapat
kelainan pada saluran kemihnya.
Nokturia dengan jumlah air kemih yang sangat sedikit bisa terjadi jika air kemih mengalir balik ke
kandung kemih karena adanya penyumbatan; salah satu penyebabnya yang paling sering ditemukan pada
pria lanjut usia adalah pembesaran kelenjar prostat.
Enuresis (ngompol) pada usia 2-3 tahun merupakan hal yang normal. Enuresis yang terjadi setelah usia 3
tahun, menunjukkan adanya suatu masalah, misalnya:
- tertundanya kematangan otot dan saraf pada saluran kemih bagian bawah
- infeksi atau penyempitan uretra
- neurogenic bladder (tidak adekuatnya pengontrolan saraf kandung kemih).
Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyumbatan uretra adalah:
- keraguan untuk memulai berkemih
- kebutuhan untuk mengedan
- aliran yang lemah atau menetes
- setelah selesai berkemih, air kemih masih menetes.
Pada pria, gejala tersebut paling sering disebabkan oleh pembesaraan prostat dan penyempitan uretra
(striktur uretra).
Gejala yang sama pada anak laki-laki, bisa menunjukkan adanya kelainan bawaan berupa penyempitan
uretra atau lubang uretra yang sangat kecil. Lubang uretra yang kecil juga bisa ditemukan pada wanita.
Inkontinensia uri (ketidakmampuan menahan buang air kecil) bisa terjadi pada berbagai keadaan.
Sistokel (herniasi/burut kandung kemih ke dalam vagina), air kemih bisa keluar ketika penderita tertawa,
batuk, lari atau mengangkat beban berat. Sistokel biasanya terjadi akibat peregangan dan lemahnya otot
panggul (karena melahirkan) atau akibat adanya perubahan kadar hormon estrogen pada saat menopause.
Penyumbatan pada aliran dari kandung kemih bisa menyebabkan inkontinensia jika tekanan di dalam
kandung kemih melebihi tahanan dari penyumbatan, meskipun kandung kemih tidak sepenuhnya menjadi
kosong.
Adanya gas di dalam air kemih merupakan gejala yang jarang terjadi, yang biasanya menunjukkan
adanya fistula (hubungan yang abnormal) antara saluran kemih dan usus.
Suatu fistula bisa merupakan komplikasi dari divertikulits, abses maupun kanker.
Fistula diantara kandung kemih dan vagina bisa juga menyebabkan terdapatnya gas di dalam air kemih.

Kadang bakteri di dalam air kemih juga membentuk gas.


Dalam keadaan normal, seorang dewasa membuang sekitar 1 cangkir sampai 0,9L air kemih/hari.
Berbagai penyakit ginjal menyebabkan terganggunya kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih,
sehingga jumlah air kemih yang dibuang melebihi 2,25L.
Jumlah air kemih yang sangat banyak biasanya merupakan akibat dari:
- tingginya kadar gula darah
- rendahnya kadar hormon antidiuretik yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa (penyakit diabetes
insipidus)
- berkurangnya respon terhadap hormon antidiuretik (diabetes insipidus nefrogenik).
Penyakit ginjal atau penyumbatan pada ureter, kandung kemih atau uretra bisa secara mendadak
menyebabkan berkurangnya produksi air kemih sampai kurang dari 2 cangkir/hari.
Jika produksi air kemih dengan jumlah kurang dari 1 cangkir/hari terus berlanjut, bisa terjadi penimbunan
limbah metabolik di dalam darah (azotemia). Penurunan jumlah air kemih ini bisa menunjukkan adalah
gagal ginjal akut atau memburuknya suatu kelainan ginjal kronis.
Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang pekat berwarna kuning tua.
Zat warna pada makanan bisa menyebabkan urin berwarna merah; sedangkan obat-obatan bisa
menyebabkan urin berwarna coklat, hitam, biru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau obatobatan, urin yang tidak berwarna kuning adalah abnormal.
Urin coklat mungkin mengandung hasil pemecahan hemoglobin (protein pengangkut oksigen di dalam sel
darah merah) atau protein otot.
Urin yang mengandung zat warna akibat porfiria menjadi merah, sedangkan zat warna akibat melanoma
menyebabkan urin menjadi hitam.
Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam
urat maupun asam fosfat.
Penyebab dari warna urin yang abnormal bisa diketahui dengan melakukan pemeriksan mikroskopik
terhadap sedimen urin dan analisa kimia urin.
Hematuria (darah di dalam urin) dapat menyebabkan urin berwarna merah atau coklat, tergantung kepada
jumlah darah, lamanya darah berada di dalam urin dan keasaman urin.
Hematuria tanpa disertai nyeri bisa terjadi akibat kanker kandung kemih atau kanker ginjal. Hematuria ini
biasanya hilang timbul, dan perdarahan berhenti secara spontan meskipun kankernya masih ada.
Penyebab lain dari hematuria adalah:
- glomerulonefritis
- batu ginjal
- kista ginjal
- penyakit sel sabit
- hidronefrosis.
Nyeri akibat penyakit ginjal biasanya dirasakan di punggung, yaitu di daerah flank (diantara tulang rusuk
dan pinggul bagian belakang). Kadang nyerinya menjalar ke tengah-tengah perut.
Penyebabnya adalah peregangan kapsula renalis (bagian luar ginjal, yang peka terhadap nyeri); hal ini

bisa terjadi pada berbagai keadaan yang menyebabkan pembengkakan jaringan ginjal. Jika ginjal ditekan,
seringkali timbul rasa nyeri.
Jika sebuah batu ginjal melewati ureter, akan timbul nyeri yang hebat. Sebagai respon terhadap batu,
ureter berkontraksi sehingga terjadi nyeri kram yang hebat di punggung bagian bawah, yang sering
menjalar ke selangkangan. Jika batu telah sampai ke kandung kemih, maka nyeri akan menghilang.
Nyeri pada kandung kemih paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Nyeri ini biasanya dirasakan di
atas tulang kemaluan dan pada ujung uretra ketika berkemih.
Penyumbatan aliran urin juga menyebabkan nyeri di atas tulang kemaluan, tetapi jika penyumbatannya
terjadi secara lambat, biasanya pelebaran kandung kemih tidak disertai dengan nyeri.
Kanker dan pembesaran prostat biasanya tidak menimbulkan nyeri, tetapi peradangan prostat (orostatitis)
bisa menyebabkan nyeri yang samar-samar atau rasa penuh di daerah antara anus dan kelamin.
Pada saat ejakulasi, kadang keluar semen yang berdarah. Hal ini bisa terjadi pada pria yang menderita
kelainan pembekuan.

PROSEDUR DIAGNOSTIK
Pada pemeriksaan fisik, ginjal yang normal tidak teraba dari luar, tetapi ginjal yang membengkak atau
tumor ginjal bisa teraba dari luar. Kandung kemih yang membengkak juga bisa teraba dari luar.
Pemeriksaan colok dubur dilakukan untuk merasakan kelenjar prostat. Pemeriksaan dalam vagina bisa
membantu memberi keterangan mengenai kandung kemih dan uretra.
Prosedur tambahan yang dilakukan untuk mendiagnosis kelainan ginjal dan saluran kemih adalah:
Analisa urin
Pemeriksaan darah untuk menilai fungsi ginjal
Prosedur imaging
Contoh sel dan jaringan.
Analisa urin
Analisa urin rutin (urinalisis) terdiri dari analisa kimia (untuk mendeteksi protein, gula dan keton) dan
pemeriksaan mikroskopik (untuk mendeteksi sel darah merah dan sel darah putih).
Dengan pemeriksaan ini dapat diketahui dan diukur kadar berbagai zat di dalam urin. Biasanya digunakan
sehelai plastik tipis (dipstick) yang mengandung bahan kimia yang akan bereaksi dengan zat di dalam
urin dan merubah warna urin.
Proteinuria (protein di dalam urin) bisa terjadi terus menerus atau hilang timbul, tergantung kepada
penyebabnya.
Proteinuria biasanya merupakan pertanda dari suatu penyakit ginjal, tetapi bisa juga terjadi secara normal
setelah olah raga berat (misalnya maraton).

Proteinuria juga bisa terjadi pada proteinuria ortostatik, dimana protein baru muncul di dalam urin
setelah penderitanya berdiri cukup lama, dan tidak akan ditemukan di dalam urin setelah penderitanya
berbaring.
Glukosuria (gula di dalam urin) biasanya disebabkan oleh diabetes.
Jika gula tetap ditemukan di dalam urin setelah kadar gula darah normal, maka penyebabnya adalah
kelainan di ginjal.
Ketonuria (keton di dalam urin) bisa disebabkan oleh kelaparan, diabetes yang tidak terkontrol dan
keracunan alkohol.
Keton merupakan hasil pemecahan lemak oleh tubuh.
Hematuria (darah di dalam urin) bisa diketahui melalui pemeriksaan mikroskopik maupun dengan mata
telanjang (jika darah sangat banyak, urin menjadi merah atau coklat).
Nitrituria (nitrat di dalam urin) biasanya menunjukkan adanya infeksi, karena kadar nitrat meningkat jika
terdapat bakteri.
Leukosit esterase (enzim yang ditemukan pada sel darah putih tertentu) di dalam urin merupakan
pertanda adanya peradangan, yang paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pemeriksaan ini mungkin merupakan negatif palsu jika urin sangat pekat atau mengandung gula, garam
empedu, obat-obatan (misalnya rifampcin, vitamin C).
Keasaman urin bisa meningkat karena makanan tertentu.
Osmolaritas (kepekatan urin) penting dalam mendiagnosis kelainan fungsi ginjal. Bisa dilakukan analisa
terhadap contoh urin acak atau dilakukan pemeriksaan untuk menilai kemampuan ginjal dalam
memekatkan urin.
Pada salah satu tes, seseorang tidak diperbolehkan minum air atau cairan lainnya selama 12-14 jam;
sedangkan pada tes lainnya diberikan suntikan hormon vasopresin. Kemudian kepekatan urin diukur.
Dalam keadaan normal, kedua tes seharusnya menunjukkan urin yang sangat pekat; tetapi pada penyakit
ginjal tertentu, urin menjadi sangat encer.
Dalam keadaan normal, urin mengandung sejumlah kecil sel dan pecahan lainnya yang terlepas dari
saluran kemih bagian dalam.
Pada penderita kelainan saluran kemih, pecahan dan sel tersebut terdapat dalam jumlah yang berlebihan,
sehingga jika urin disentrifugasi (diputar dalam alat khusus) akan terbentuk sedimen (endapan). Sedimen
ini dapat diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui penyakit yang diderita.
Pembiakan urin adalah suatu proses untuk menumbuhkan bakteri pada urin, yang dilakukan untuk
mendiagnosis suatu infeksi saluran kemih.
Contoh urin yang belum terkontaminasi bisa diperoleh melalui:
- metoda clean-catch
- kateter yang dimasukkan melalui uretra ke kandung kemih

- jarum yang ditusukkan melalui dinding perut ke kandung kemih (aspirasi jarum suprapubik).
Tes Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal bisa dinilai melalui analisa darah dan urin.
Laju penyaringan ginjal bisa diperkirakan dengan cara mengukur kreatinin serum.
Kadar urea nitrogen darah juga bisa menunjukkan fungsi ginjal.
Creatinine clearance adalah tes yang lebih akurat, yang menggunakan suatu rumus yang menghubungkan
kadar serum kreatinin dengan usia, berat badan dan jenis kelamin.
Prosedur Imaging
Foto polos abdomen dapat memperlihatkan ukuran dan letak ginjal, tetapi kedua hal tersebut biasanya
akan terlihat lebih baik pada pemeriksaan USG.
Urografi intravena adalah suatu teknik rontgen yang digunakan untuk menampilkan ginjal dan saluran
kemih bagian bawah.
Suatu zat radioopak disuntikkan melalui pembuluh vena. Zat tersebut akan terdapat dalam ginjal
biasanya dalam waktu kurang dari 5 menit. Kemudian dilakukan pemotretan, yang hasilnya akan
menunjukkan gambaran ginjal serta perjalanan zat radioopak ke dalam kandung kemih.
Jika ginjal tidak berfungsi dengan baik, maka urografi intravena tidak akan memberikan hasil yang baik,
karena ginjal tidak dapat mengkonsentrasikan zat radioopak di dalam ginjal.
Sebagai efek samping dari penyuntikan zat radioopak, terjadi gagal ginjal akut pada 1 dari 200 kasus.
Penyebabnya tidak diketahui, tetapi resikonya lebih tinggi pada:
- usia lanjut atau memiliki riwayat gangguan ginjal
- diabetes melitus
- dehidrasi
- mieloma multipel.
Kepada orang-orang tersebut, sebelum zat radioopak disuntikkan, diberikan cairan infus dan dosis yang
rendah. Atau sebagai pilihan, kadang digunakan pemeriksaan CT scan.
Sistogram adalah suatu gambaran rontgen dari kandung kemih, yang diperoleh melalui urografi
intravena.
Sistogram retrograd diperoleh dengan cara memasukkan zat radioopak melalui uretra, sehingga didapat
gambaran yang lebih jelas mengenai kandung kemih dan uretra.
Foto rontgen diambil sebelum, selama dan sesudah berkemih.
Pada urografi retrograd, zat radioopak dimasukkan melalui kateter ke dalam ureter. Dengan teknik ini
akan diperoleh gambaran yang jelas dari kandung kemih, ureter dan ginjal bagian bawah, jika urografi
intravena gagal.
Urografi retrograd juga bisa digunakan untuk menemukan adanya penyumbatan ureter atau untuk menilai
seseorang yang alergi terhadap zat radioopak intravena.
Kerugian dari teknik ini adalah resiko terjadinya infeksi dan perlu dilakukan pembiusan.

USG menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran struktur anatomi ginjal. Teknik ini
sederhana, tidak menimbulkan nyeri dan aman.
USG bisa digunakan untuk:
- Mempelajari ginjal, ureter dan kandung kemih; dengan gambaran yang baik meskipun ginjal tidak
berfungsi baik.
- Mengukur laju pembentukan urin pada janin yang berumur lebih dari 20 minggu dengan cara mengukur
perubahan volume kandung kemih. Dengan demikian bisa diketahui fungsi ginjal janin.
- Pada bayi baru lahir, USG merupakan cara terbaik untuk mengetahui adanya massa di dalam perut,
infeksi saluran kemih dan kelainan bawaan pada sistem kemih.
- Memperkirakan ukuran ginjal dan mendiagnosis sejumlah kelainan ginjal, termasuk perdarahan ginjal.
- Menentukan lokasi yang terbaik guna mengambil contoh jaringan untuk keperluan biopsi.
USG merupakan metode diagnostik terbaik untuk penderita gagal ginjal stadium lanjut, yang ginjalnya
tidak dapat mengambil atau mentolerir zat radioopak.
Kandung kemih yang terisi dengan urin bisa terlihat dengan jelas pada USG. USG juga dapat digunakan
untuk mendeteksi tumor kandung kemih, tetapi hasilnya lebih baik jika digunakan CT scan.
CT Scan merupakan pemeriksaan yang lebih mahal dibandingkan dengan USG dan urografi intravena,
tetapi mempunyai beberapa keuntungan:
- C T scan dapat membedakan struktur padat dengan cairan, sehingga sangat berguna dalam menilai jenis
dan luasnya tumor ginjal atau massa lainnya yang menyebabkan perubahan pada saluran kemih. Untuk
memberikan gambaran yang lebih jelas, bisa disuntikkan zat radioopak melalui pembuluh vena.
- CT scan dapat membantu menentukan penyebaran tumor ke luar ginjal.
- Campuran air dan zat radioopak yang dimasukkan ke dalam kandung kemih selama pemeriksaan CT
scan dapat dengan jelas menggambarkan tumor kandung kemih.
Pada angiografi disuntikkan zat radioopak ke dalam arteri. Angiografi merupakan pemeriksaan yang
paling invasif dan hanya dilakukan pada keadaan tertentu, misalnya untuk menilai aliran darah ke ginjal.
Komplikasi dari angiografi adalah cedera pada arteri dan organ di sekitarnya, reaksi terhadap zat
radioopak serta perdarahan.
Venografi adalah suatu rontgen vena yang menggunakan zat radioopak.
Jarang terjadi komplikasi dan biasanya hanya terbatas pada perembesan darah serta zat radioopak di
sekitar tempat penyuntikan. Bisa terjadi reaksi alergi terhadap zat radioopak.
MRI scan dapat memberikan informasi mengenai massa ginjal yang tidak dapat ditampilkan oleh teknik
lainnya. Bentuk suatu tumor dapat digambarkan secara 3 dimensi. Massa padat dapat dibedakan dari
massa berrongga (kista), cairan di dalam kista bisa dibedakan antara perdarahan dengan infeksi.
MRI juga memberikan gambaran yang sempurna dari pembuluh darah dan struktur di sekitar ginjal.
Tetapi endapan kalsium dan batu ginjal akan lebih jelas terlihat pada CT scan.
Contoh Sel & Jaringan
Pada biopsi ginjal, diambil contoh jaringan ginjal dan diperiksa dengan mikroskop. Biopsi dilakukan

untuk memperkuat diagnosis dan untuk menilai hasil pengobatan.


Biopsi jarum (memasukkan sebuah jarum melalui kulit) seringkali merupakan bagian dari penilaian pada
gagal ginjal dan biopsi ginjal yang dicangkokkan seringkali dilakukan untuk mencari tanda-tanda
penolakan.
Sitologi urin merupakan pemeriksaan mikroskopik terhadap sel-sel di dalam urin. Pemeriksaan ini
dilakukan untuk mendiagnosis kanker saluran kemih.
Sitologi urin juga dilakukan sebagai skrining (penyaringan) kanker pada orang-orang berresiko tinggi
(misalnya perokok, pekerja petrokimia dan penderita perdarahan tanpa rasa nyeri).
Untuk penderita yang telah menjalani pengangkatan tumor kandung kemih ataupun tumor ginjal, sitologi
dilakukan untuk evaluasi follow-up.
Diposkan oleh houen_karyuze di 06:31 0 komentar
Label: biologi, diagnostik, ginjal, saluran kemih
Kandung Kemih Neurogenik
DEFINISI
Kandung Kemih Neurogenik (Neurogenic Bladder) adalah hilangnya fungsi kandung kemih yang normal
akibat kerusakan pada sebagian sistem sarafnya.
PENYEBAB
Neurogenic bladder bisa terjadi akibat:
Penyakit
Cedera
Cacat bawaan pada otak, medula spinalis atau saraf yang menuju ke kandung kemih, saraf yang
keluar dari kandung kemih maupun keduanya.
Suatu kandung kemih neurogenik bisa kurang aktif, dimana kandung kemih tidak mampu berkontraksi
dan tidak mampu menjalankan pengosongan kandung kemih dengan baik; atau menjadi terlalu aktif
(spastik) dan melakukan pengosongan berdasarkan refleks yang tak terkendali.
Kandung kemih yang kurang aktif biasanya terjadi akibat gangguan pada saraf lokal yang mempersarafi
kandung kemih.
Penyebab tersering adalah cacat bawaan pada medula spinalis (misalnya spina bifida atau
mielomeningokel).
Suatu kandung kemih yang terlalu aktif biasanya terjadi akibat adanya gangguan pada pengendalian
kandung kemih yang normal oleh medula spinalis dan otak.
Penyebabnya adalah cedera atau suatu penyakit, misalnya sklerosis multipel pada medula spinalis yang
juga menyebabkan kelumpuhan tungkai (paraplegia) atau kelumpuhan tungkai dan lengan
(kuadripelegia). Cedera ini seringkali pada awalnya menyebabkan kandung kemih menjadi kaku selama
beberapa hari, minggu atau bulan (fase syok). Selanjutnya kandung kemih menjadi overaktif dan
melakukan pengosongan yang tak terkendali.
GEJALA
Gejalanya bervariasi berdasarkan apakah kandung kemih menjadi kurang aktif atau overaktif.
Suatu kandung kemih yang kurang aktif biasanya tidak kosong dan meregang sampai menjadi sangat

besar. Pembesaran ini biasanya tidak menimbulkan nyeri karena peregangan terjadi secara perlahan dan
karena kandung kemih memiliki sedikit saraf atau tidak memiliki saraf lokal.
Pada beberapa kasus, kandung kemih tetap besar tetapi secara terus menerus menyebabkan kebocoran
sejumlah air kemih.
Sering terjadi infeksi kandung kemih karena sisa air kemih di dalam kandung kemih memungkinkan
pertumbuhan bakteri.
Bisa terbentuk batu kandung kemih, terutama pada penderita yang mengalami infeksi kandung kemih
menahun yang memerlukan bantuan kateter terus menerus.
Gejala dari infeksi kandung kemih bervariasi, tergantung kepada jumlah saraf yang masih berfungsi.
Suatu kandung kemih yang overaktif bisa melakukan pengisian dan pengosongan tanpa kendali karena
berkontraksi dan mengendur tanpa disadari.
Pada kandung kemih yang kurang aktif dan yang overaktif, tekanan dan arus balik air kemih dari
kandung kemih ke ureter bisa menyebabkan kerusakan ginjal.
Pada penderita yang mengalami cedera medula spinalis, kontraksi dan pengenduran kandung kemih tidak
terkoordinasi, sehingga tekanan di dalam kandung kemih tetap tinggi dan ginjal tidak dapat mengalirkan
air kemih.
DIAGNOSA
Kandung kemih yang membesar bisa diketahui pada pemeriksaan perut bagian bawah.
Urografi intravena, sistografi maupun uretrografi dilakukan untuk memperkuat diagnosis.
Pemeriksaan tersebut bisa menunjukkan ukuran ureter dan kandung kemih, batu ginjal, kerusakan ginjal
dan fungsi ginjal.
Bisa juga dilakukan pemeriksaan USG atau sistoskopi.
Dengan memasukkan kateter melalui uretra bisa diketahui jumlah air kemih yang tersisa.
Untuk mengukura tekanan di dalam kandung kemih dan uretra bisa dilakukan dengan cara
menghubungkan katetera dengan suatu alat pengukur (sistometografi).
PENGOBATAN
Kandung kemih yang kurang aktif
Jika penyebabnya adalah cedera saraf, maka dipasang kateter melalui uretra untuk mengosongkan
kandung kemih, baik secara berkesinambungan maupun untuk sementara waktu.
Kateter dipasang sesegera mungkin agar otot kandung kemih tidak mengalami kerusakan karena
peregangan yang berlebihan dan untuk mencegah infeksi kandung kemih.
Pemasangan kateter secara permanen lebih sedikit menimbulkan masalah pada wanita dibandingkan
dengan pria.
Pada pria, kateter bisa menyebabkan peradangan uretra dan jaringan di sekitarnya.
Kandung kemih overaktif

Jika kejang pada saluran keluar kandung kemih menyebabkan pengosongan yang tidak sempurna, maka
bisa dipasang kateter.
Pada pria lumpuh yang tidak dapat memasang kateternya sendiri, dilakukan pemotongan sfingter (otot
seperti cincin yang melingkari lubang) di saluran keluar kandung kemih sehingga proses pengosongan
bisa terus berlangsung dan dipasang penampung air kemih.
Bisa diberikan rangsangan listrik pada kandung kemih, saraf yang mengendalikan kandung kemih atau
medula spinalis; supaya kandung kemih berkontraksi. Tetapi hal ini masih dalam taraf percobaan.
Pemberian obat-obatan bisa memperbaiki fungsi penampungan air kemih oleh kandung kemih.
Pengendalian kandung kemih overaktif biasanya bisa diperbaiki dengan obat yang mengendurkan
kandung kemih, seperti obat anticholinergik.
Tetapi obat ini bisa menimbulkan efek samping berupa mulut kering dan sembelit.
Kadang dilakukan pembedahan untuk mengalirkan air kemih ke suatu lubang eksternal (ostomi) yang
dibuat di dinding perut atau untuk menambah ukuran kandung kemih.
Air kemih dari ginjal dialirkan ke permukaan tubuh dengan mengambil sebagian kecil usus halus, yang
dihubungkan dengan ureter dan disambungkan ke ostomi; air kemih dikumpulkan dalam suatu kantung.
Prosedur ini disebut ileal loop.
Penambahan ukuran kandung kemih dilakukan dengan menggunakan sebagian usus dalam suatu prosedur
yang disebut sistoplasti augmentasi disertai pemasangan kateter oleh penderita sendiri.
Sebagai contoh, sautau hubungan dibuat diantara kandung kemih dan lubang di kulit (verikostomi)
sebagai tindakan sementara sampai anak cukup dewasa untuk menjalani pembedahan definitif.
Tindakan-tindakan tersebut dilakukan untuk mengurangi resiko terjadinya batu ginjal.
Dilakukan pengawasan ketat terhadap fungsi ginjal. Jika terjadi infeksi, segera diberikan antibiotik.
Dianjurkan untuk minum air putih sebanyak 6-8 gelas/hari.
Diposkan oleh houen_karyuze di 06:30 0 komentar
Label: kandung kemih, neurogenic bladder, neurogenik
Pemeriksaan Diagnostik Untuk Penyakit Hati & Kandung Empedu
DEFINISI
Laboratorium bisa mengadakan sejumlah pemeriksaan yang membantu dokter dalam menilai kelainan
hati, kandung empedu dan saluran empedu.
Yang paling penting adalah sekelompok pemeriksaan darah yang dikenal sebagai tes fungsi hati.
Tergantung kepada kelainan yang dicurigai, bisa dilakukan pemeriksaan imaging, seperti USG, CT dan
MRI.
Bisa juga diambil contoh jaringan hati untuk diperiksa dibawah mikroskop (biopsi hati).

PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN IMAGING

1. Breath test dilakukan untuk mengukur kemampuan hati dalam memetabolisir sejumlah obat.
Obat-obat tersebut ditandai dengan perunut radioaktif, diberikan per-oral (ditelan) maupun
intravena (melalui pembuluh darah).
Banyaknya radioaktivitas dalam pernafasan penderita menunjukkan banyaknya obat yang
dimetabolisir oleh hati.
2. USG menggunakan gelombang suara untuk menggambarkan hati, kandung empedu dan saluran
empedu.
Pemeriksaan ini bagus untuk mengetahui kelainan struktural, seperti tumor.
USG merupakan pemeriksaan paling murah, paling aman dan paling peka untuk memberikan
gambaran dari kandung empedu dan saluran empedu.
Dengan USG, dokter dengan mudah bisa mengetahui adanya batu empedu di dalam kandung
empedu.
USG dengan mudah membedakan sakit kuning (jaundice) yang disebabkan oleh penyumbatan
saluran empedu dari sakit kuning yang disebabkan oleh kelainan fungsi sel hati.
USG Doppler bisa digunakan untuk menunjukkan aliran darah dalam pembuluh darah di hati.
USG juga bisa digunakan sebagai penuntun pada saat memasukkan jarum untuk mendapatkan
contoh jaringan biopsi.
3. Imaging radionuklida (radioisotop) menggunakan bahan yang mengandung perunut radioaktif,
yang disuntikkan ke dalam tubuh dan diikat oleh organ tertentu.
Radioaktivitas dilihat dengan kamera sinar gamma yang dipasangkan pada sebuah komputer.
4. Skening hati merupakan penggambaran radionuklida yang menggunakan substansi radioaktif,
yang diikat oleh sel-sel hati.
5. Koleskintigrafi menggunakan zat radioaktif yang akan dibuang oleh hati ke dalam saluran
empedu.
Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui peradangan akut dari kandung empedu
(kolesistitis).
6. CT scan bisa memberikan gambaran hati yang sempurna dan terutama digunakan untuk mencari
tumor.
Pemeriksaan ini bisa menemukan kelainan yang difus (tersebar), seperti perlemakan hati (fatty
liver) dan jaringan hati yang menebal secara abnormal (hemokromatosis).
Tetapi karena menggunakan sinar X dan biayanya mahal, pemeriksaan ini tidak banyak
digunakan.
7. MRI memberikan gambaran yang sempurna, mirip dengan CT scan.
Pemeriksaan ini lebih mahal dari CT scan, membutuhkan waktu lebih lama dan penderita harus
berbaring dalam ruangan yang sempit, menyebabkan beberapa penderita mengalami
klaustrofobia (takut akan tempat sempit).
8. Kolangiopankreatografi endoskopik retrograd merupakan suatu pemeriksaan dimana suatu
endoskopi dimasukkan ke dalam mulut, melewati lambung dan usus dua belas jari, menuju ke
saluran empedu.
Suatu zat radiopak kemudian disuntikkan ke dalam saluran empedu dan diambil foto rontgen dari
saluran empedu.
Pemeriksaan ini menyebabkan peradangan pada pankreas (pankreatitis) pada 3-5% penderita.
9. Kolangiografi transhepatik perkutaneus menggunakan jarum panjang yang dimasukkan
melalui kulit ke dalam hati, kemudian disuntikkan zat radiopak ke dalam salah satu dari saluran

empedu.
Bisa digunakan USG untuk menuntun masuknya jarum.
Rontgen secara jelas menunjukkan saluran empedu, terutama penyumbatan di dalam hati.
10. Kolangiografi operatif menggunakan zat radiopak yang bisa dilihat pada rontgen.
Selama suatu pembedahan, zat tersebut disuntikkan secara langsung kedalam saluran empedu.
Foto rontgen akan menunjukkan gambaran yang jelas dari saluran empedu.
11. Foto rontgen sederhana sering bisa menunjukkan suatu batu empedu yang berkapur.

BIOPSI HATI
Suatu contoh jaringan hati bisa diambil selama pembedahan eksplorasi, tetapi lebih sering diperoleh
melalui sebuah jarum yang dimasukkan lewat kulit menuju ke hati.
Sebelum dilakukan prosedur ini, diberikan bius lokal kepada penderita.
Skening ultrasonik atau CT bisa digunakan untuk menentukan lokasi daerah yang abnormal, darimana
contoh jaringan hati diambil.
Biasanya penderita yang menjalani prosedur ini tidak perlu menjalani rawat nap.
Setelah diperoleh contoh jaringan, penderita dianjurkan untuk tidak segera meninggalkan rumah sakit
(minimal selama 3-4 jam), karena prosedur ini memiliki resiko terjadinya komplikasi:
- Hati bisa mengalami robekan dan bisa terjadi perdarahan ke dalam perut
- Empedu bisa mengalami kebocoran ke dalam perut, menyebabkan peradangan selaput perut
(peritonitis).
Pada sekitar 2% penderita, komplikasi ini bisa menyebabkan masalah yang serius dan 1 dari 10.000
orang, meninggal setelah menjalani prosedur ini.
Setelah biopsi hati sering timbul nyeri ringan di perut kanan bagian atas, yang kadang menjalar ke bahu
kanan, dan biasanya akan menghilang setelah pemberian analgesik (obat pereda nyeri).
Pada biopsi hati transvenosa, sebuah kateter dimasukkan kedalam suatu vena leher, menuju ke jantung
dan ditempatkan ke dalam vena hepatik yang berasal dari hati.
Jarum kateter kemudian dimasukkan melalui dinding vena kedalam hati.
Dibandingkan dengan biopsi hati perkutaneus, tehnik ini tidak terlalu mencederai hati, dan bahkan bisa
digunakan pada seseorang yang mudah mengalami perdarahan.

TES FUNGSI HATI


Pemeriksaan fungsi hati dilakukan terhadap contoh darah.
Sebagian besar pemeriksaan bertujuan untuk mengukur kadar enzim atau bahan-bahan lainnya dalam
darah, sebagai cara untuk mendiagnosis kelainan di hati.
Pemeriksaan

Untuk Mengukur

Hasil Pemeriksaan Menunjukkan

Alkalin Fosfatase

Enzim yg dihasilkan di dalam hati,


tulang & plasenta;
yg dilepaskan ke hati bila terjadi
cedera atau pada aktivitas normal
tertentu, mis. pertumbuhan tulang
atau kehamilan

Penyumbatan saluran empedu,


cedera hati & beberapa kanker

Alanin
Transaminase
(ALT)

Enzim yg dihasilkan di hati, yg


dilepaskan ke dalam darah jika sel
hati mengalami luka

Luka pada sel hati (mis.


hepatitis)

Aspartat
Transaminase
(AST)

Enzim yg dilepaskan ke dalam darah


jika hati, jantung, otot atau otak
mengalami luka

Luka di hati, jantung, otot atau


otak

Bilirubin

Komponen dari cairan pencernaan


(empedu) yg dihasilkan oleh hati

Penyumbatan aliran empedu,


kerusakan hati, pemecahan sel
darah merah yg berlebihan

Gamma-glutamil
Transpeptidase

Enzim yg dihasilkan oleh hati,


pankreas & ginjal; dilepaskan ke
dalam darah hika organ-organ tsb
mengalami luka

Kerusakan organ, keracunan


obat, penyalahgunaan alkohol,
penyakit pankreas

Laktik
Dehidrogenase

Enzim yg dilepaskan ke dalam darah


jika organ tertentu mengalami luka

Kerusakan hati, jantung, paruparu atau otak & pemecahan sel


darah merah yg berlebihan

5-nukleotidase

Enzim yg hanya terdapat di hati;


dilepaskan ke dalam darah jika hati
mengalami cedera

Penyumbatan saluran empedu


atau gangguan aliran empedu

Albumin

Protein yg dihasilkan oleh hati &


secara normal dilepaskan ke dalam
darah;
Kerusakan hati
salah satu fungsinya adalah menahan
cairan dalam pembuluh darah

Alfa-fetoprotein

Protein yg dihasilkan oleh hati janin


dan buah zakar (testis)

Hepatitis berat atau kanker hati


atau kanker testis

Antibodi
Mitokondrial

Antibodi untuk melawan


mitokondria, merupakan komponen
sel sebelah dalam

Sirosis bilier primer & penyakit


autoimun tertentu, mis. hepatitis
menahun yg aktif

Waktu Protombin
(Protombin Time)

Waktu yg diperlukan darah untuk


membeku

(pembekuan memerlukan vit. K &


bahan-bahan yg dibuat oleh hati
Diposkan oleh houen_karyuze di 06:29 0 komentar
Label: diagnostik, hati, kandung empedu
Biologi Hati & Kandung Empedu
DEFINISI
Hati dan kandung empedu terletak di perut kanan bagian atas, dan keduanya dihubungkan oleh suatu
saluran yang dikenal sebagai duktus biliaris (saluran empedu).
Meskipun memiliki saluran penghubung dan keduanya berperan dalam fungsi yang sama, tetapi hati dan
kandung sangat berbeda satu sama lain.
Hati berbentuk seperti baji dan merupakan pabrik kimia pada tubuh manusia.
Hati merupakan suatu organ kompleks yang melaksanakan berbagai fungsi vital, mulai dari mengatur
kadar bahan kimia dalam tubuh sampai menghasilkan zat-zat pembekuan darah.
Kandung empedu berbentuk seperti buah pir dan merupakan tempat penyimpanan empedu (cairan
pencernaan yang dihasilkan oleh hati).

HATI
Hati merupakan organ tubuh yang paling besar dan paling kompleks.
Salah satu fungsi utamanya adalah menghancurkan zat-zat yang berbahaya yang diserap dari usus atau
dibuat di bagian tubuh lainnya, kemudian membuangnya sebagai zat yang tidak berbahaya ke dalam
empedu atau darah. Zat di dalam empedu ini masuk ke dalam usus lalu dibuang melalui tinja. Zat di
dalam darah disaring oleh ginjal dan dibuang melalui air kemih.

Hati menghasilkan sekitar separuh kolesterol tubuh, sisanya berasal dari makanan.
Sekitar 80% kolesterol yang dibuat di hati digunakan untuk membuat empedu.
Kolesterol merupakan bagian penting dari setiap selaput sel dan diperlukan untuk membuat hormonhormon tertentu (termasuk hormon estrogen, testosteron dan hormon adrenal).
Hati juga merubah zat-zat di dalam makanan menjadi protein, lemak dan karbohidrat.
Gula disimpan di dalam hati sebagai glikogen dan kemudian dipecah serta dilepaskan ke dalam aliran
darah sebagai glukosa, sesuai dengan kebutuhan tubuh (misalnya ketika kadar gula darah terlalu rendah).
Fungsi lainnya dari hati adalah membuat berbagai senyawa penting, terutama protein, yang digunakan
tubuh untuk menjalankan fungsinya.
Salah satu senyawa yang dihasilkan, diperlukan dalam proses pembekuan darah ketika terjadi perdarahan.
Senyawa ini dikenal sebagai faktor pembekuan.
Hati menerima darah dari usus dan jantung.
Pembuluh darah kecil (kapiler) di dinding usus mengalirkan darahnya ke dalam vena porta, yang akan
masuk ke dalam hati. Selanjutnya darah mengalir melalui saluran-saluran kecil di dalam hati, dimana zat
gizi yang dicerna dan berbagai zat yang berbahaya diproses.
Arteri hepatika membawa darah dari hati ke jantung. Darah ini membawa oksigen untuk jaringan hati,
kolesterol dan zat lainnya.
Darah dari usus dan jantung kemudian bercampur dan mengalir kembali ke dalam jantung melalui vena
hepatika.
Kelainan fungsi hati bisa digolongkan ke dalam 2 kelompok utama:
Kelainan yang disebabkan oleh gangguan fungsi sel-sel di dalam hati (misalnya sirosis atau hepatitis)
Kelainan yang disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran empedu dari hati melalui saluran empedu
(misalnya batu empedu atau kanker).

KANDUNG EMPEDU
Kandung empedu merupakan kantong otot kecil yang berfungsi untuk menyimpan empedu (cairan
pencernaan berwarna kuning kehijauan yang dihasilkan oleh hati).
Empedu mengalir dari hati melalui duktus hepatikus kiri dan kanan, lalu keduanya bergabung membentuk
duktus hepatikus utama.
Duktus hepatikus utama bergabung dengan saluran yang berasal dari kandung empedu (duktus sistikus)
membentuk saluran empedu utama.
Saluran empedu utama masuk ke usus bagian atas pada sfingter Oddi, yang terletak beberapa sentimeter
dibawah lambung.
Sekitar separuh empedu dikeluarkan diantara jam-jam makan dan dialirkan melalui duktus sistikus ke
dalam kandung empedu. Sisanya langsung mengalir ke dalam saluran empedu utama, menuju ke usus
halus.
Jika kita makan, kandung empedu akan berkontraksi dan mengosongkan empedu ke dalam usus untuk
membantu pencernaan lemak dan vitamin-vitamin tertentu.
Empedu terdiri dari:
- garam-garam empedu
- elektrolit
- pigmen empedu (misalnya bilirubin)
- kolesterol
- lemak.
Fungsi empedu adalah untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama pigmen hasil pemecahan sel
darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak.
Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam
lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dirubah menjadi bilirubin (pigmen utama
dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Berbagai protein yang memegang peranan penting dalam fungsi empedu juga disekresi dalam empedu.
Batu kandung empedu bisa menyumbat aliran empedu dari kandung empedu, dan menyebabkan nyeri
(kolik bilier) atau peradangan kandung empedu (kolesistitis).
Batu juga bisa berpindah dari kandung empedu ke dalam saluran empedu, sehingga terjadi jaundice (sakit
kuning) karena menyumbat aliran empedu yang normal ke usus.
Penyumbatan aliran empedu juga bisa terjadi karena adanya tumor.

Diposkan oleh houen_karyuze di 06:27 0 komentar


Label: biologi, hati, kandung empedu
Penyumbatan Mekanis Pada Usus
DEFINISI
Suatu Penyumbatan Mekanis Pada Usus merupakan penyumbatan yang sama sekali menutup atau
mengganggu jalannya isi usus.
PENYEBAB
Penyumbatan dapat terjadi di mana saja di sepanjang usus. Bagian usus di sebelah atas penyumbatan
tetap berfungsi. Pengisian dengan makanan, cairan, sekresi enzim pencernaan dan gas, akan
menyebabkan pembengkakan.
Pada bayi dan bayi baru lahir, penyumbatan usus biasanya disebabkab oleh cacat lahir, massa yang keras
dari isi usus (mekonium) atau ususnya melintir (volvulus).
Pada orang dewasa, penyumbatan usus dua belas jari mungkin disebabkan oleh:
- kanker pankreas
- jaringan parut karena ulkus, pembedahan terdahulu atau penyakit Crohn
- perlekatan, dimana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus
- penonjolan bagian usus melalui lubang yang abnormal (hernia), dan usus menjadi terjepit di dalamnya
- batu empedu
- massa makanan yang tidak dicerna
- sekumpulan cacing.
Pada usus besar, penyebab penyumbatannya adalah :
- kanker
- usus yang melintir
- tinja yang keras.
Bila penyumbatan yang terjadi memutuskan aliran darah ke usus, keadaan ini disebut penjeratan
(strangulasi). 25% dari kasus penyumbatan usus kecil merupakan penjeratan.

Biasanya penjeratan disebabkan oleh :


- terjebaknya bagian usus pada lubang abnormal (hernia strangulasi)
- usus yang melintir (volvulus)
- masuknya bagian dari usus ke bagian usus yang lain (intususepsi).
Kematian jaringan (ganggren) dapat terjadi dalam waktu 6 jam. Dinding usus mati, biasanya
menyebabkan perlubangan (perforasi), yang menyebabkan peradangan selaput rongga perut (peritonitis)
serta infeksi. Tanpa pengobatan, penderita dapat meninggal.
Meskipun tanpa penjeratan, bagian usus yang berada diatas penyumbatan, akan membesar. Lapisan usus
membengkak dan mengalami peradangan. Bila keadaan ini tidak diobati, usus dapat pecah, mengeluarkan
isinya dan menyebabkan peradangan dan infeksi pada rongga perut.
GEJALA
Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada perut, disertai kembung.
Nyerinya bisa berat dan menetap.
Muntah lebih sering terjadi pada penyumbatan di usus besar.
Penyumbatan total menyebabkan sembelit yang parah, sementara penyumbatan sebagian menyebabkan
diare.
Demam sering terjadi, terutama bila dinding usus mengalami perforasi. Perforasi dengan cepat dapat
menyebabkan peradangan dan infeksi yang berat serta menyebabkan syok.
DIAGNOSA
Pemeriksaan dengan meraba dinding perut bertujuan untuk mencari adanya nyeri tumpul dan
pembengkakan atau massa yang abnormal.
Dengan stetoskop, diperiksa suara normal dari usus yang berfungsi (bising usus). Pada penyakit ini,
bising usus mungkin terdengar sangat keras dan bernada tinggi, atau mungkin tidak terdengar sama
sekali.
Bila peritonitis terjadi karena adanya perforasi, penderita akan merasakan sakit ketika dokter menekan
perutnya dan nyerinya bertambah jika dokter mendadak melepaskan tekanan tersebut.
Foto rontgen bisa menunjukan lingkaran usus yang melebar, yang menunjukkan lokasi dari penyumbatan.

Foto rontgen juga bisa menunjukkan adanya udara di sekitar usus di dalam perut, yang merupakan tanda
adanya perforasi.
PENGOBATAN
Penderita penyumbatan usus harus dirawat di rumah sakit.
Biasanya, selang kecil yang panjang dimasukan melalui hidung menuju ke lambung atau usus. Bahanbahan yang terkumpul diatas penyumbatan akan dihisap melalui selang ini.
Cairan dan elektrolit (natrium dan kalium) diberikan melalui infus untuk menggantikan air dan garam
yang dikeluarkan melalui muntahan atau diare.

Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan.
Sebuah endoskopi yang dimasukan melalui anus dan akan menggembungkan usus, bisa digunakan untuk
menyembuhkan kelainan tertentu, seperti bagian usus yang melintir di usus besar bagian bawah.
Tetapi yang paling sering dilakukan adalah pembedahan sesegera mungkin. Selama pembedahan, bagian
usus yang tersumbat diangkat dan bagian yang tertinggal disambungkan satu sama lain.
Diposkan oleh houen_karyuze di 06:23 0 komentar
Label: penyakit sistem pencernaan, penyumbatan mekanis, usus
Nyeri Perut

Organ tempat nyeri Keadaan yg membutuhkan pembedahan


berasal
segera

Keadaan yg tidak
membutuhkan pembedahan
segera

Kerongkongan

Perforasi atau pecah

Refluks asam & esofagitis

Lambung

Ulkus yg mengalami perforasi atau


perdarahan, kanker lambung

Ulkus, gastritis, hernia


hiatus

Usus halus

Ulkus yg mengalami perforasi,


penyumbatan

Ulkus yg belum mengalami


komplikasi, gastroenteritis,
penyakit Crohn

Usus buntu

Apendisitis

Usus besar &


rektum

Divertikulitis disertai perforasi atau


penyumbatan, kanker, penyumbatan
karena polip, kolitis ulserativa, penyakit
Crohn yg berat

Penyakit Crohn yg ringan,


divertikulitis tanpa
komplikasi

Hati

Kanker, abses

Memar, kista

Sistem empedu

Batu empedu disertai peradangan


kandung empedu atau penyumbatan

Batu empedu tanpa


peradangan maupun
penyumbatan

Limpa

Pecah, abses

Pankreas

Pankreatitis yg berat

Pankreatitis yg ringan

Pembuluh darah

Aneurisma, penyumbatan

Ginjal

Batu

Infeksi

Kandung kemih

Batu, kanker

Infeksi

Alat kelamin pria

Buah zakar yg terpuntir

Infeksi prostat atau buah


zakar

Alat kelamin
wanita

Kehamilan ektopik, abses indung telur

Penyakit peradangan
panggul

Peritoneum
(selaput rongga
perut)

Peritonitis akibat perforasi

Peritonitis akibat
tuberkulosis

Diposkan oleh houen_karyuze di 06:22 0 komentar


Label: nyeri perut, penyakit sistem pencernaan
Hemoroid
Hemoroid adalah pelebaran varises satu segmen atau lebih vena-vena hemoroidales. Secara kasar
hemoroid biasanya dibagi dalam 2 jenis, hemoroid interna dan hemoroid eksterna. Hemoroid interna
merupakan varises vena hemoroidalis superior dan media. Sedangkan hemoroid eksterna merupakan
varises vena hemoroidalis inferior.
Sesuai istilah yang digunakan, maka hemoroid interna timbul di sebelah luar otot sfingter ani, dan
hemoroid eksterna timbul di sebelah dalam sfingter. Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang
disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Kedua jenis hemoroid ini sangat sering terjadi dan terdapat pada sekitar 35% penduduk baik pria maupun
wanita yang berusia lebih dari 25 tahun. Walaupun keadaan ini tidak mengancam jiwa, tetapi dapat
menyebabkan perasaan yang sangat tidak nyaman ( 1 )
Kurang lebih 70 persen manusia dewasa mempunyai wasir ( hemorhoid ), baik wasir dalam, wasir luar
maupun keduanya. Namun tidak semua penderita wasir ini memerlukan pengobatan. Hanya sebagian
kecil saja yang memerlukan pertolongan medis, yakni mereka yang mengeluhkan pendarahan, adanya
tonjolan dangatal-gatal. Penyebab wasir sebenarnya sederhana, yakni saat susah buang air dipaksakan
mengeluarkan kotoran. Penyebab susah buang air ini adalah kurang minum, kurang makan serat, kurang
olah raga atau banyak duduk dan mengangkat yang berat-berat.
Solusi penyakit ini sebenarnya cukup gampang, yakni mengubah pola hidup. Bagi mereka yang dalam
profesinya banyak duduk seperti sekretaris atau supir disarankan melakukan gerakan-gerakan lain, bukan
hanya duduk saja. Karena itu.

Wasir sudah banyak dikenal oleh manusia sejak lama, sekalipun begitu banyak kesalah pahaman
mengenai ( Wasir ) hemorrhoid keluhan dan penyakit masih tersisa. Banyak orang dan dokter tidak
memahami anorectal area dan penyakit yang umum berhubungan dengan itu Frekwensi sepuluh juta
orang-orang di (dalam) Amerika Serikat mempunyai wasir, akhirnya membuat dasar penilaian suatu
kelaziman bahwa angka kejadian hemorrhoid lebih besar dibanding 4%. Hal ini membuat kurang lebih
sepertiga orang-orang ini mencari perawatan medis.
Wasir, adalah seikat pembuluh darah di dalam dubur / pelepasan, hanya sebagian berada di bawah selaput
bagian paling rendah dari dubur / pelepasan. Mereka terjadi ketika pembuluh darah di (dalam) duburmu
memperbesar dari ketegangan atau memaksa. Wasir umum diderita oleh umur 50, sekitar separuh orang
dewasa berhadapan dengan yang menimbulkan rasa gatal, terbakar, pendarahan dan terasa menyakitkan.
Dalam banyak kesempatan kondisi boleh memerlukan hanya self-care ( perawatan sendiri ) dan lifestyle
( gaya hidup ) berubah.( 2 )
Hemoroid juga biasa terjadi pada wanita hamil. Tekanan intra abdomen yang meningkat oleh karena
pertumbuhan janin dan juga karena adanya perubahan hormon menyebabkan pelebaran vena
hemoroidalis. Pada kebanyakan wanita, hemoroid yang disebabkan oleh kehamilan merupakan hemoroid
temporer yang berarti akan hilang beberapa waktu setelah melahirkan ( 3 ).
II.1. Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan kelainan
patologik. Hanya apabila hemoroid menyebabkan keluhan atau penyulit, diperlukan tindakan ( 4 )
II.2. Anatomi
Rektum panjangnya 15 20 cm dan berbentuk huruf S. Mula mula mengikuti cembungan tulang
kelangkang, fleksura sakralis, kemudian membelok kebelakang pada ketinggian tulang ekor dan melintas
melalui dasar panggul pada fleksura perinealis. Akhirnya rektum menjadi kanalis analis dan berakhir jadi
anus. Rektum mempunyai sebuah proyeksi ke sisi kiri yang dibentuk oleh lipatan kohlrausch. Fleksura
sakralis terletak di belakang peritoneum dan bagian anteriornya tertutup oleh paritoneum. Fleksura
perinealis berjalan ektraperitoneal. Haustra ( kantong ) dan tenia ( pita ) tidak terdapat pada rektum, dan
lapisan otot longitudinalnya berkesinambungan. Pada sepertiga bagian atas rektum, terdapat bagian yang
dapat cukup banyak meluas yakni ampula rektum bila ini terisi maka imbullah perasaan ingin buang air
besar. Di bawah ampula, tiga buah lipatan proyeksi seperti sayap sayap ke dalam lumen rektum, dua
yang lebih kecil pada sisi yang kiri dan diantara keduanya terdapat satu lipatan yang lebih besar pada sisi
kanan, yakni lipatan kohlrausch, pada jarak 5 8 cm dari anus. Melalui kontraksi serabut serabut otot
sirkuler, lipatan tersebut saling mendekati, dan pada kontraksi serabut otot longitudinal lipatan tersebut
saling menjauhi.
Kanalis analis pada dua pertiga bagian bawahnya, ini berlapiskan kulit tipis yang sedikit bertanduk yang
mengandung persarafan sensoris yang bergabung dengan kulit bagian luar, kulit ini mencapai ke dalam
bagian akhir kanalis analis dan mempunyai epidermis berpigmen yang bertanduk rambut dengan kelenjar
sebacea dan kelenjar keringat. Mukosa kolon mencapai dua pertiga bagian atas kanalis analis. Pada
daerah ini, 6 10 lipatan longitudinal berbentuk gulungan, kolumna analis melengkung kedalam lumen.

Lipatan ini terlontar keatas oleh simpul pembuluh dan tertutup beberapa lapisan epitel gepeng yang tidak
bertanduk. Pada ujung bawahnya, kolumna analis saling bergabung dengan perantaraan lipatan
transversal. Alur alur diantara lipatan longitudinal berakhir pada kantong dangkal pada akhiran analnya
dan tertutup selapis epitel thorax. Daerah kolumna analis, yang panjangnya kira kira 1 cm, di sebut
daerah hemoroidal, cabang arteri rectalis superior turun ke kolumna analis terletak di bawah mukosa dan
membentuk dasar hemorhoid interna.( 5 )

Hemoroid dibedakan antara yang interna dan eksterna. Hemoroid interna adalah pleksus vena
hemoroidalis superior di atas linea dentata/garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna
ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada rektum sebelah bawah. Sering
hemoroid terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan ( jam 7 ), kanan belakang (jam 11), dan kiri
lateral (jam 3). Hemoroid yang lebih kecil terdapat di antara ketiga letak primer tesebut. ( 4,5 )

Hemoroid eksterna yang merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroid inferior terdapat di
sebelah distal linea dentata/garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus berhubungan secara longgar dan merupakan awal aliran
vena yang kembali bermula dari rektum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid interna mengalirkan
darah ke vena hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta. Pleksus hemoroid eksternus
mengalirkan darah ke peredaran sistemik melalui daerah perineum dan lipat paha ke vena iliaka. ( 4,5 )

II.3. Faktor resiko


1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis kurang
mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
2. U m u r : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi
tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat barang berat
mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra abdomen, misalnya
penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh karena ada sekresi
hormone relaksin.
7. Fisiologi : bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita sirosis hepatis. ( 5 )
II.4. Manifestasi Klinis
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau wasir tanpa ada hubungannya dengan gejala rektum
atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan
hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces yang
keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan tidak tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa
garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air
toilet menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar
menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan disusul
reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong
kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus.
Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap dan tidak bisa
didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakn ciri
hemoroid yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang
dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan
mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan udem dan radang. ( 4 )
II.5. Klasifikasi
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat
kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis
eksterna akut. Bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor
nyeri. Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna diklasifikasikan menjadi 4 derajat yaitu :
Derajat I : Tonjolan masih di lumen rektum, biasanya keluhan penderita adalah perdarahan

Derajat II : Tonjolan keluar dari anus waktu defekasi dan masuk sendiri setelah selesai defekasi.
Derajat III : Tonjolan keluar waktu defekasi, harus didorong masuk setelah defekasi selesai karena tidak
dapat masuk sendiri.
Derajat IV : Tonjolan tidak dapat didorong masuk/inkarserasi
II.6. Pemeriksaan
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yamg membutuhkan tekanan
intra abdominal meninggi ( mengejan ), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa
nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat
disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan
inspeksi apalagi bila terjadi trombosis. Bila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang
ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan. ( 4,5 )
II.6. 1. Pemeriksaan Colok Dubur
Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di
dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar.
Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan
terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan
karsinoma rektum.( 5 )
II.6. 2. Pemeriksaan Anoskopi
Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop dimasukkan untuk
mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid
interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.
Banyaknya benjolan, derajatnya, letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani
dan tumor ganas harus diperhatikan.( 4,5 )
II.6. 3. Pemeriksaan proktosigmoidoskopi
Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang
atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda
yang menyertai. Faeces harus diperiksa terhadap adanya darah samar. ( 5 )
II.7. Diagnosis Banding
Perdarahan rektum merupakan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
1. Karsinoma kolorektum

2. Penyakit divertikel
3. Polip
4. Kolitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium kolon dan kolonoskopi perlu dipilih secara
selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps
mukosa akibat hemoroid interna. ( 5 )
II.8. Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid
semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak.
Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara
kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi.
Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi
yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian. ( 3 )
II.9. Penatalaksanaan
II.9.1. Terapi non bedah
A. Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet
Kebanyakan penderita hemoroid derajat pertama dan derajat kedua dapat ditolong dengan tindakan lokal
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi seperti
sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga
mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
Supositoria dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestetik dan
astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena udem umumnya dapat dimasukkan
kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal untuk mengurangi pembengkakan.
Rendam duduk dengan dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. ( 5 )
B. Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak
nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid
interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotik dan meninggalkan

parut. Penyuntikan dilakukan di sebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui
anoskop. Apabila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri.
Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi
hipersensitivitas terhadap obat yang disuntikan.Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang
makanan merupakan terapi yang efektif untuk hemoroid interna derajat I dan II, tidak tepat untuk
hemoroid yang lebih parah atau prolaps.( 4,5 )
C. Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut
Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol dijepit dan ditarik atau
dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di
sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2 4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk
menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat
dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya
setelah 7 10 hari.( 3,5 )
D. Krioterapi / bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan dengan cermat, dan
hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil
yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi
melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan
dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar
ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pada karsinoma rektum yang
ireponibel.( 3 )
E. Hemorroidal Arteri Ligation ( HAL )
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak mendapat aliran darah yang
pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis. ( 3 )
F. Infra Red Coagulation ( IRC ) / Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocuagulation, tonjolan hemoroid
dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada
hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.( 3 )

G. Generator galvanis
Jaringan hemoroid dirusak dengan arus listrik searah yang berasal dari baterai kimia. Cara ini paling
efektif digunakan pada hemoroid interna.
H. Bipolar Coagulation / Diatermi bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan nekrosis jaringan dan
akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik
berfrekuensi tinggi. Pada terapi dengan diatermi bipolar, selaput mukosa sekitar hemoroid dipanasi
dengan radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini
efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan. ( 3 )
II.9.2. Terapi bedah
Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun dan pada penderita hemoroid
derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak
dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yang lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang
mengalami trombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan
yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal
dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika
mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis akibat prolapsus mukosa. ( 4,6 )
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional ( menggunakan pisau dan
gunting), bedah laser ( sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler ( menggunakan alat dengan
prinsip kerja stapler).
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
1. Teknik Milligan Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris
oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap
dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi catgut proksimal
terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter
internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu incisi elips dibuat dengan skalpel
melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan
dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan

transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka
mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik
mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan. ( 6 )
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh
hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap
mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah
klem dengan cat gut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan
jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak
mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. ( 5 )
A. Bedah Laser
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat pemotongnya
menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak
mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minimal.
Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena syaraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak
syaraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong
jaringan, serabut syaraf terbuka akibat serabut syaraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut.
Sedangkan pada bedah laser, serabut syaraf dan selubung syaraf menempel jadi satu, seperti terpatri
sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12 14 watt.
Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptik. Dalam waktu 4 6 minggu,
luka akan mengering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan ( 7 ).
B. Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau Hemoroid Circular
Stapler. Teknik ini mulai diperkenalkan pada tahun 1993 oleh dokter berkebangsaan Italia yang bernama
Longo sehingga teknik ini juga sering disebut teknik Longo. Di Indonesia sendiri alat ini diperkenalkan
pada tahun 1999. Alat yang digunakan sesuai dengan prinsip kerja stapler. Bentuk alat ini seperti senter,
terdiri dari lingkaran di depan dan pendorong di belakangnya.
Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluran anus. Fungsinya adalah
sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dan m. sfinter ani untuk melebar dan

mengerut menjamin kontrol keluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps
jaringan hemoroid dengan mendorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan
hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai
bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua.

Internal/External Hemorrhoids [1]


Dilator [2]
Purse String [3]

Closing PPH [4]


Mucosa Pull [5]
Staples [6]
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan alat yang dinamakan dilator,
kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator.
Dari stapler dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan ditanamkan di bagian
atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang
berlebih masuk ke dalam stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat , maka alat akan

memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya jaringan hemoroid maka suplai
darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis, tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada
anal discharge, nyeri minimal karena tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung
cepat sekitar 20 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit semakin singkat.
( 3,7,8 )

Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :


1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu pendek
maupun jangka panjang.
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh jalan masuk ke
saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
II.9.3. Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami trombosis
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan trombosis vena oroid eksterna
ang terletak subkutan di daerah kanalis analis.
Trombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika mengangkat barang berat,
batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian
terjadi trombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan
dengan ada/tidaknya hemoroid interna Kadang terdapat lebih dari satu trombus.
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri sekali, tegang dan
berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa milimeter sampai satu atau dua sentimeter garis
tengahnya. Benjolan itu dapat unilobular, dan dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Ruptur
dapat terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis
adventitiia menutupi darah yang membeku.
Pada awal timbulnya trombosis, erasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang dalam waktu dua sampai
tiga hari bersamaan dengan berkurangnya udem akut. Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan
perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua sampai empat hari ( 4 )
Terapi
Keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep yang mengandung
analgesik untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur
dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan.

Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil baik dengan cara segera mengeluarkan
trombus atau melakukan eksisi lengkap secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Bila trombus sudah
dikeluarkan, kulit dieksisi berbentuk elips untuk mencegah bertautnya tepi kulit dan pembentukan
kembali trombus dibawahnya. Nyeri segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu
singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah.
Trombus yang sudah terorganisasi tidak dapat dikeluarkan, dalam hal ini terapi konservatif merupakan
pilihan. Usaha untuk melakukan reposisi hemoroid ekstern yang mengalami trombus tidak boleh
dilakukan karena kelainan ini terjadi pada struktur luar anus yang tidak dapat direposisi ( 4 )
Dilatasi anus merupakan salah satu pengobatan pada hemoroid interna yang besar, prolaps, berwarna biru
dan sering berdarah atau yang biasa disebut hemoroid strangulasi. Pada pasien hemoroid hampir selalu
terjadi karena kenaikan tonus sfingter dan cincin otot sehingga menutup di belakang massa hemoroid
menyebabkan strangulasi. Dilatasi dapat mengatasi sebagian besar pasien hemoroid strangulasi, akan
terjadi regresi sehingga setidak-tidaknya akan terjadi penyembuhan sementara. Dilatasi tidak boleh
dilakukan jika sfingter relaksasi ( jarang pada strangulasi), karena bisa menyebabkan inkontinensia flatus
atau tinja atau kedua-duanya yang mungkin menetap.
Anestesi umum dilakukan dan pasien diletakkan pada posisi lateral kiri atau posisi litotomi. Dengan hatihati anus diregangkan cukup luas sehingga dapat dilalui 68 jari. Sangat penting sekali bahwa untuk
prosedur ini diperlukan waktu yang cukup agar tidak merobekkan jaringan. Satu menit untuk sebesar satu
jari sudah cukup ( berarti dibutuhkan waktu 6-8 menit), terutama jika kanalis agak kaku. Selama prosedur
tersebut, sfingter anus dapat terasa memberikan jalan. Namun karena metode dilatasi menurut Lord ini
kadang disertai penyulit inkontinensia sehingga tidak dianjurkan.
II.1. Prognosis
Dengan terapi yang sesuai, semua hemoroid simptomatis dapat dibuat menjadi asimptomatis. Pendekatan
konservatif hendaknya diusahakan terlebih dahulu pada semua kasus. Hemoroidektomi pada umumnya
memberikan hasil yang baik. Sesudah terapi penderita harus diajari untuk menghindari obstipasi dengan
makan makanan serat agar dapat mencegah timbulnya kembali gejala hemoroid. ( 4 )
KESIMPULAN
1. Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis akibat kongesti vena yang disebabkan
gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik. Diperlukan
tindakan apabila hemoroid menimbulkan keluhan.
2. Faktor resiko terjadinya hemoroid yaitu keturunan, anatomi, pekerjaan, umur, endokrin, mekanis,
fisiologis dan radang.
3. Hemoroid terdiri dari 2 jenis yaitu hemoroid interna yang terletak di atas garis mukokutan dan
hemoroid eksterna yang terletak di bawah garis mukokutan.

4. Manifestasi klinis hemoroid yaitu perdarahan per anum berwarna merah segar dan tidak tercampur
dengan faeces.
5. Diagnosis ditegakkan dengan anamnesa, inspeksi, colok dubur dan penilaian anoskop. Bila perlu
dilakukan pemeriksaan proktosigmoidoskopi untuk menyingkirkan kemungkinan radang dan keganasan.
6. Diagnosis banding dari hemoroid yaitu Ca kolorektum, penyakit divertikel, polip,
kolitis ulserosa dan fissura ani.
7. Komplikasi dari hemoroid yaitu perdarahan hebat, inkarserasi dan sepsis.
8. Penatalaksanaan hemoroid yaitu dengan konservatif, membuat nekrosis jaringan dan bedah.
9. Prognosis hemoroid baik bila diberikan terapi yang sesuai.

Ileus
Istilah gawat abdomen atau gawat perut menggambarkan keadaan klinis akibat kegawatan di rongga perut
yang biasanya timbul mendadak dengan nyeri sebagai keluhan utama. Keadaan ini memerlukan
penanggulangan segera yang sering berupa tindakan bedah, misalnya pada obstruksi, perforasi, atau
perdarahan masif di rongga perut maupun saluran cerna. Infeksi, obstruksi atau strangulasi saluran cerna
dapat menyebabkan perforasi yang mengakibatkan kontaminasi rongga perut oleh isi saluran cerna
sehingga terjadilah peritonitis. 1
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang segera
memerlukan pertolongan dokter. Di Indonesia ileus obstruksi paling sering disebabkan oleh hernia
inkarserata, sedangkan ileus paralitik sering disebabkan oleh peritonitis. Keduanya membutuhkan
tindakan operatif. 1
Ileus lebih sering terjadi pada obstruksi usus halus daripada usus besar. Keduanya memiliki cara
penanganan yang agak berbeda dengan tujuan yang berbeda pula. Obstruksi usus halus yang dibiarkan
dapat menyebabkan gangguan vaskularisasi usus dan memicu iskemia, nekrosis, perforasi dan kematian,
sehingga penanganan obstruksi usus halus lebih ditujukan pada dekompresi dan menghilangkan penyebab
untuk mencegah kematian. 2
Obstruksi kolon sering disebabkan oleh neoplasma atau kelainan anatomic seperti volvulus, hernia
inkarserata, striktur atau obstipasi. Penanganan obstruksi kolon lebih kompleks karena masalahnya tidak
bisa hilang dengan sekali operasi saja. Terkadang cukup sulit untuk menentukan jenis operasi kolon
karena diperlukan diagnosis yang tepat tentang penyebab dan letak anatominya. Pada kasus keganasan
kolon, penanganan pasien tidak hanya berhenti setelah operasi kolostomi, tetapi membutuhkan radiasi dan
sitostatika lebih lanjut. Hal ini yang menyebabkan manajemen obstruksi kolon begitu rumit dan kompleks
daripada obstruksi usus halus. 3
Mengingat penanganan ileus dibedakan menjadi operatif dan konservatif, maka hal ini sangat
berpengaruh pada mortalitas ileus. Operasi juga sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana
yang sesuai, skills, dan kemampuan ekonomi pasien. Hal-hal yang dapat berpengaruh pada faktor-faktor

tersebut juga akan mempengaruhi pola manajemen pasien ileus yang akhirnya berpengaruh pada
mortalitas ileus. Faktor-faktor tersebut juga berpengaruh dengan sangat berbeda dari satu daerah terhadap
daerah lainnya sehingga menarik untuk diteliti mortalitas ileus pada pasien yang mengalami operasi
dengan pasien yang ditangani secara konservatif.
A. Definisi
1. Ileus adalah hilangnya pasase isi usus.
2. Ileus Obstruktif adalah kerusakan atau hilangnya pasase isi usus yang disebabkan oleh sumbatan
mekanik. 4
3. Ileus Paralitik adalah hilangnya peristaltic usus sementara. 5
B. Klasifikasi
1. Ileus Mekanik 2
1.1 Lokasi Obstruksi
1.1.1 Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
1.1.2 Letak Tengah : Ileum Terminal
1.1.3 Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
1.2 Stadium
1.2.1 Parsial : menyumbat lumen sebagian
1.2.2 Simple/Komplit: menyumbat lumen total
1.2.3 Strangulasi: Simple dengan jepitan vasa 6
2. Ileus Neurogenik
2.1 Adinamik : Ileus Paralitik
2.2 Dinamik : Ileus Spastik
3. Ileus Vaskuler : Intestinal ischemia 6
C. Etiologi
1. Ileus Obstruktif 2 3 4 6 10
a. Hernia Inkarserata
b. Non Hernia
i. Penyempitan lumen usus
Isi Lumen : Benda asing, skibala, ascariasis.
Dinding Usus : stenosis (radang kronik), keganasan.
Ekstra lumen : Tumor intraabdomen.
ii. Adhesi
iii. Invaginasi 8
iv. Volvulus 7 9
v. Malformasi Usus
2. Ileus Paralitik 5 10 11
a. Pembedahan Abdomen
b. Trauma abdomen
c. Infeksi: peritonitis, appendicitis, diverticulitis
d. Pneumonia
e. Sepsis
f. Serangan Jantung
g. Ketidakseimbangan elektrolit, khususnya natrium
h. Kelainan metabolik yang mempengaruhi fungsi otot

i. Obat-obatan: Narkotika, Antihipertensi


j. Mesenteric ischemia 5 6 11
D. Patofisiologi
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang apakah
obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau fungsional. Perbedaan utama adalah obstruksi
paralitik di mana peristaltik dihambat dari permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanik peristaltik
mula-mula diperkuat, kemudian intermitten, dan akhirnya hilang. 12
Perubahan patofisiologi utama pada obstruksi usus dapat dilihat pada Gambar-2.1. Lumen usus yang
tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat
peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke darah. Oleh
karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna setiap hari 10, tidak adanya absorpsi
dapat mengakibatkan penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah
pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh atas kehilangan
ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang mengakibatkan syokhipotensi, pengurangan curah
jantung, penurunan perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam usus.
Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis,
disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia. 12
Gambar-2.1. Patofisiologi Obstruksi Usus 12

Obstruksi Mekanik Simple.


Pada obstruksi simple, hambatan pasase muncul tanpa disertai gangguan vaskuler dan neurologik.
Makanan dan cairan yang ditelan, sekresi usus, dan udara terkumpul dalam jumlah yang banyak jika
obstruksinya komplit. Bagian usus proksimal distensi, dan bagian distal kolaps. Fungsi sekresi dan
absorpsi membrane mukosa usus menurun, dan dinding usus menjadi udema dan kongesti. Distensi
intestinal yang berat, dengan sendirinya secara terus menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik
dan fungsi sekresi mukosa dan meningkatkan resiko dehidrasi, iskemia, nekrosis, perforasi, peritonitis,
dan kematian. 4
Obstruksi Strangulata.
Pada obstruksi strangulata, kematian jaringan usus umumnya dihubungkan dengan hernia inkarserata,
volvulus, intussusepsi, dan oklusi vaskuler. Strangulasi biasanya berawal dari obstruksi vena, yang
kemudian diikuti oleh oklusi arteri, menyebabkan iskemia yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi
udema dan nekrosis, memacu usus menjadi gangrene dan perforasi. 4
A. Diagnosis
1. Subyektif -Anamnesis
Gejala Utama: 13
Nyeri-Kolik

o Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilikus


o Obstruksi kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik.
Muntah
o Stenosis Pilorus : Encer dan asam
o Obstruksi usus halus : Berwarna kehijauan
o Obstruksi kolon : onset muntah lama.
Perut Kembung (distensi)
Konstipasi
o Tidak ada defekasi
o Tidak ada flatus
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali menandakan adanya hernia
inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus
paralitik e.c. peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi
sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. 2 Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat
dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah. 2 3
2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik
A. Strangulasi
Adanya strangulasi ditandai dengan adanya lokal peritonitis seperti: 13
Takikardia
Pireksia (demam)
Lokal tenderness dan guarding
Rebound tenderness
Nyeri lokal
Hilangnya suara usus lokal
Untuk mengetahui secara pasti hanya dengan laparotomi. 4
B. Obstruksi
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum
menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis.
Adanya adhesi dapat dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya. 2 3 7 8
Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborhygmi. Pada fase lanjut bising usus dan peristaltik
melemah sampai hilang.13 15
Perkusi
Hipertimpani
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
Rectal Toucher
- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis 2 3

Radiologi
Foto Polos:
Pelebaran udara usus halus atau usus besar dengan gambaran anak tangga dan air-fluid level. Penggunaan
kontras dikontraindikasikan adanya perforasi-peritonitis. Barium enema diindikasikan untuk invaginasi,
dan endoskopi disarankan pada kecurigaan volvulus.
C. Paralitik
Pada ileus paralitik ditegakkan dengan auskultasi abdomen berupa silent abdomen yaitu bising usus
menghilang. Pada gambaran foto polos abdomen didapatkan pelebaran udara usus halus atau besar tanpa
air-fluid level. 5
Tabel-2.1. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.15
Macam
Nyeri Usus
Distens
Muntah
Bising usus
Keteganga
ileus
i
borborigm
n abdomen
i
Obstruksi
++
+
+++
Meningkat
simple
(kolik)
tinggi
Obstruksi
+++
+++
+
Meningkat
simple
(Kolik)
Lambat,
rendah
fekal
Obstruksi
++++
++
+++
Tak tentu
+
strangulasi
(terusbiasanya
menerus,
meningkat
terlokalisir)
Paralitik
+
++++
+
Menurun
Oklusi
+++++
+++
+++
Menurun
+
vaskuler
A. Penanganan Ileus
1. Konservatif
Penderita dirawat di rumah sakit.
Penderita dipuasakan
Kontrol status airway, breathing and circulation.
Dekompresi dengan nasogastric tube.
Intravenous fluids and electrolyte
Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan.
Lavement jika ileus obstruksi, dan kontraindikasi ileus paralitik.
2. Farmakologis 4
Antibiotik broadspectrum untuk bakteri anaerob dan aerob.
Analgesik apabila nyeri.
3. Operatif 10 14
Ileus paralitik tidak dilakukan intervensi bedah kecuali disertai dengan peritonitis.
Obstruksi usus dengan prioritas tinggi adalah strangulasi, volvulus, dan jenis obstruksi kolon.
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastric untuk mencegah sepsis sekunder atau
rupture usus.
Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang disesuaikan dengan
hasil explorasi melalui laparotomi.

o Lisis pita untuk band


o Herniorepair untuk hernia inkarserata
o Pintas usus : ileostomi, kolostomi.
o Reseksi usus dengan anastomosis
o Diversi stoma dengan atau tanpa reseksi.
B. Komplikasi 2 3
Nekrosis usus
Perforasi usus
Sepsis
Syok-dehidrasi
Abses
Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
Pneumonia aspirasi dari proses muntah
Gangguan elektrolit
Meninggal
C. Prognosis
Saat operasi, prognosis tergantung kondisi klinik pasien sebelumnya.
Setelah pembedahan dekompresi, prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya.

Você também pode gostar