Você está na página 1de 19

TUGAS

AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Disusun Oleh :
AMALIA AZZARISKA

(12630054)

YODES SONALIA

(12630005)

SULISTYO MAHARDINI

(126300

IIS LAMIYAH

(126300

ROHANI

(12630024)

FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
UNIVERSITAS BOROBUDUR
JAKARTA

ANALISIS ANGGARAN PEMPROV DKI DAN DPRD DKI

Anggaran Pendapatan, dan Belanja Daerah (APBD), adalah rencana keuangan


tahunan pemerintah daerah di Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah. APBD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Tahun anggaran APBD
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31
Desember.
APBD terdiri atas:

Anggaran pendapatan, terdiri atas


o Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi
daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain
o Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana
Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
o Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.

Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas


pemerintahan di daerah.

Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau


pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Fungsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah ;

Fungsi otorisasi bermakna bahwa anggaran daerah menjadi dasar untuk


merealisasi pendapatan, dan belanja pada tahun bersangkutan. Tanpa
dianggarkan dalam APBD sebuah kegiatan tidak memiliki kekuatan untuk
dilaksanakan.

Fungsi perencanaan bermakna bahwa anggaran daerah menjadi pedoman


bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang
bersangkutan.

Fungsi pengawasan mengandung makna bahwa anggaran daerah menjadi


pedoman untuk menilai keberhasilan atau kegagalan penyelenggaraan
pemerintah daerah.

Fungsi alokasi mengandung makna bahwa anggaran daerah harus diarahkan


untuk menciptakan lapangan kerja, mengurangi pengangguran, dan
pemborosan sumberdaya, serta meningkatkan efisiensi, dan efektifitas
perekonomian daerah.

Fungsi distribusi memiliki makna bahwa kebijakan-kebijakan dalam


penganggaran daerah harus memperhatikan rasa keadilan, dan kepatutan.

Fungsi stabilitasi memliki makna bahwa anggaran daerah menjadi alat untuk
memelihara, dan mengupayakan keseimbangan fundamental perekonomian
daerah.

Sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Berikut ini adalah sumber-sumber penerimaan pemerintah daerah


(subnasional) ;
1. User Charges (Retribusi)
Dianggap sebagai sumber penerimaan tambahan, tujuan utamanya
adalahuntuk meningkatkan efisiensi dengan menyediakan informasi atas
permintaan bagi penyedia layanan publik, dan memastikan apa yang
disediakan oleh penyedialayanan publik minimal sebesar tambahan biaya
(Marginal Cost) bagi masyarakat. Ada tiga jenis retribusi, antara lain:

Retribusi perizinan tertentu (service fees)


seperti penerbitan surat izin(pernikahan, bisnis, kendaraan bermotor)
dan berbagai macam biaya yangditerapkan oleh pemerintah daerah
untuk meningkatkan pelayanan.Pemberlakuan biaya/tarif kepada
masyarakat atas sesuatu yang diperlukanoleh hukum tidak selalu
rasional.

Retribusi jasa umum (Public Prices)


adalah penerimaan pemerintahdaerah atas hasil penjualan barangbarang privat, dan jasa. Semua penjualan jasa yang disediakan di
daerah untuk dapat diidentifikasi secara pribadi dari biaya manfaat
publik untuk memberikan tarif atas fasilitashiburan/rekreasi. Biaya
tersebut seharusnya diatur pada tingkat kompetisiswasta, tanpa pajak,
dan subsidi, dimana itu merupakan cara yang palingefisien dari
pencapaian tujuan kebijakan publik, dan akan lebih baik lagi jika pajak
subsidi dihitung secara terpisah.

Retribusi jasa usaha (specific benefit charges)


secara teori, merupakancara untuk memperoleh keuntungan dari
pembayar pajak yang kontrasseperti pajak bahan bakar minyak atau
pajak Bumi, dan Bangunan.

2. Property Taxes (pajak Bumi, dan Bangunan)


Pajak Property (PBB) memiliki peranan yang penting dalam hal keuangan
pemerintah daerah, pemerintah daerah di kebanyakan negara berkembang
akanmampu mengelola keuangannya tapi hak milik berhubungan dengan
pajak property. Jika pemerintah daerah diharapkan untuk memerankan
bagian pentingdalam keuangan sektor jasa (contoh: pendidikan, kesehatan),
sebagaimanaseharusnya mereka akan membutuhkan akses untuk sumber
penerimaan yanglebih elastis.

3. Excise Taxes (pajak cukai)


Pajak cukai berpotensi signifikan terhadap sumber penerimaan
daerah,terutama pada alasan administrasi, dan efisiensi. Terutama cukai
terhadap pajak kendaraan. Pajak tersebut jelas dapat dieksploitasi lebih
lengkap daripada yang biasanya terjadi di sebagian besar negara yaitu dari
perspektif administrative berupa pajak bahan bakar, dan pajak otomotif.Pajak
bahan bakar juga terkait penggunaan jalan, dan efek eksternal
sepertikecelakaan kendaraan, polusi, dan kemacetan. Swastanisasi jalan tol
pada prinsipnya dapat melayani fungsi pajak manfaat, didasarkan pada fitur
umur danukuran mesin kendaraan (mobil lebih tua, dan lebih besar biasanya
memberikankontribusi lebih kepada polusi), lokasi kendaraan (mobil di kotakota menambah polusi, dan kemacetan), sopir catatan (20 persen dari driver
bertanggung jawabatas 80 persen kecelakaan), dan terutama bobot roda
kendaraan (berat kendaraanyang pesat lebih banyak kerusakan jalan, dan
memerlukan jalan yang lebih mahaluntuk membangun).
4. Personal income Taxes (Pajak Penghasilan)
Di antara beberapa negara di mana pemerintah subnasional memiliki peran
pengeluaran besar, dan sebagian besar otonom fiskal adalah negara-negara
Nordik.Pajak pendapatan daerah ini pada dasarnya dikenakan pada sebuah
flat, tingkatdaerah didirikan pada basis pajak yang sama sebagai pajak
pendapatan nasionaldan dikumpulkan oleh pemerintah pusat.

KISRUH ANGGARAN 2015 PEMPROV DKI DENGAN DPRD DKI


Akhir akhir ini kita disibukan dengan adanya masalah perbedaan anggaran
Pemprov DKI dan DPRD, yang dikatakan bahwa terdapat penyelewengan dana
sebesar Rp 12 triliun.
Menurut Gubernur DKI Jakarta 2015 yaitu Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa
disapa Ahok, mengatakan bahwa mata anggaran siluman dalam APBD 2015 yang
dibuat oleh DPRD muncul pada banyak satuan kerja perangkat daerah. Salah
satunya adalah Dinas Pendidikan
Proyek pengadaan perangkat penyedia daya listrik cadangan (uninterruptable power
supply/UPS) senilai miliran rupiah untuk sejumlah sekolah di Jakarta Barat tahun lalu
amat mengherankan. "Sekolah tidak pernah mengusulkan pengadaan UPS. Tibatiba barang datang dan langsung dipasang," kata Kepala Sekolah Menengah Atas
Negeri 16 Jakarta Barat, Cedarkuine, Jumat, 27 Februari 2015.
Menurut Cedar, ia tak pernah diajak berkoordinasi pengadaan UPS oleh Kepala
Seksi Sarana dan Prasarana Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat Alex
Usman. Ia juga mengaku tak tahu alasan sekolahnya dijadikan salah satu penerima
UPS. "Saya cuma dikasih bantuan, jadi terima saja," katanya.
Proyek seperti itu rupanya ada lagi dalam APBD 2015, yang kini diributkan. DPRD
DKI bahkan mengajukan penggunaan hak angket terhadap Gubernur DKI Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok. Menurut Ahok, mata anggaran siluman dalam APBD
2015 yang dibuat oleh DPRD muncul pada banyak satuan kerja perangkat daerah.
Salah satunya Dinas Pendidikan. "Itu sebabnya saya ngotot menggunakan sistem ebudgeting," kata Ahok, Rabu, 25 Februari 2015.
Proyek tersebut tak pernah diusulkan oleh Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Proyek itu
muncul setelah APBD disahkan pada 27 Januari 2015. Menurut dia, proyek tersebut
tak semestinya diadakan saat data lapangan menunjukkan bahwa 46 persen kondisi
gedung sekolah di Jakarta buruk.
Dan Permasalahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI tahun
anggaran 2015 telah menyedot perhatian sebagian besar masyarakat DKI Jakarta.
Menurut survei "Anggaran Siluman di Mata Masyarakat Jakarta" yang dilakukan oleh
lembaga Populi Center, keberpihakan masyarakat terletak pada dokumen RAPBD
versi Pemprov DKI.
Adapun saat isu anggaran siluman masih memanas, DPRD DKI sempat
menyatakan bahwa dokumen RAPBD versi Pemprov DKI palsu.

Dokumen itu juga dianggap melanggar hukum karena melewatkan pembahasan


dengan DPRD dan langsung dikirim ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).
Dari kejadian itu, muncul dua versi RAPBD DKI tahun 2015, versi Pemprov dan versi
DPRD. Oleh survei Populi Center, tercatat sebanyak 42,6 persen masyarakat
Jakarta menyatakan percaya pada dokumen RAPBD versi Pemprov DKI.
Berikut adalah data APBD Pemprov DKI 2015 dan data APBD DPRD DKI ;

RINGKASAN APBD PEMPROV DKI 2015


Kode
4
4.1
4.2
4.3
5
5.1
5.2

6
6.1
6.2

Uraian

Jumlah

PENDAPATAN DAERAH
PENDAPATAN ASLI DAERAH
DANA PERIMBANGAN
LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH
Jumlah Pendapatan
BELANJA DAERAH
BELANJA TIDAK LANGSUNG
BELANJA LANGSUNG
Jumlah Belanja
Surplus/(Defisit)
PEMBIAYAAN DAERAH
PENERIMAAN PEMBIAYAAN
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Pembiayaan Netto

45.321.135.296.451
11.408.960.000.000
7.071.107.000.000
63.801.202.296.451
26.235.130.705.624
41.211.824.590.827
67.446.955.296.451
(3.645.753.000.000)
9.282.070.000.000
5.636.317.000.000
3.645.753.000.000

RINGKASAN APBD PEMPROV DKI 2015 MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN


DAERAH

Kode

Urusan
Pemerintahan
Daerah

Belanja
Pendapatan

Tidak Langsung

Langsung

Jumlah Belanja

1
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11

1.12
1.13
1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19

1.20

1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26

URUSAN WAJIB
Pendidikan
Kesehatan
Pekerjaan Umum
Perumahan Rakyat
Penataan Ruang
Perencanaan
Pembangunan
Perhubungan
Lingkungan Hidup
Pertanahan
Kependudukan dan
Catatan Sipil
Pemberdayaan
Perempuan dan
Perlindungan Anak
Keluarga
Berencana dan
Keluarga Sejahtera
Sosial
Tenaga Kerja
Koperasi dan
Usaha Kecil
Menengah
Penanaman Modal
Daerah
Kebudayaan
Pemuda dan Olah
Raga
Kesatuan Bangsa
dan Politik Dalam
Negeri
Otonomi Daerah.
Pemerintahan
Umum.
Administrasi
Keuangan Daerah.
Perangkat Daerah.
Kepegawaian. dan
Persandian
Ketahanan Pangan
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Desa
Statistik
Kearsipan
Komunikasi dan
Informatika
Perpustakaan

2.000.000.000
1.250.021.783.000
4.228.963.000
24.149.666.000
220.250.000.000

7.666.609.120.000
1.500.480.193.000
256.297.996.000
84.655.294.000
242.449.069.000

3.092.605.970.718
5.111.480.574.735
10.458.418.888.230
3.003.913.658.928
82.761.832.090

10.759.215.090.718
6.611.960.767.735
10.714.716.884.230
3.088.568.952.928
325.210.901.090

89.522.478.000

33.216.899.109

122.739.377.109

667.140.291.000
29.500.000.000
0

332.438.508.000
449.661.097.000
0

1.497.065.162.023
6.327.334.840.499
0

1.829.503.670.023
6.776.995.937.499
0

215.864.232.000

56.032.273.578

271.896.505.578

0
69.800.000.000

225.481.179.000
203.262.827.000

403.426.542.179
210.440.392.105

628.907.721.179
413.703.219.105

23.360.000.000

118.686.903.000

313.096.145.598

431.783.048.598

21.393.858.000

9.029.431.757

30.423.289.757

15.855.430.000

205.895.014.000

1.078.116.670.926

1.284.011.684.926

11.200.000.000

100.856.143.000

702.446.003.861

803.302.146.861

38.488.659.000

21.301.676.241

59.790.335.241

61.434.980.847.451

13.621.199.172.624

5.998.757.779.541

19.619.956.952.165

273.318.605.000

102.601.118.741

375.919.723.741

0
0

0
0

0
0

0
0

1.535.000.000

83.985.576.000

344.616.337.360

428.601.913.360

205.000.000

75.721.692.000

195.200.034.531

270.921.726.531

2
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7

URUSAN PILIHAN
Pertanian
Kehutanan
Energi dan
Sumberdaya
Mineral
Pariwisata
Kelautan dan
Perikanan
Perdagangan
Industri
JUMLAH

0
0

0
0

0
0

0
0

2.215.000.000

97.284.233.000

1.394.080.762.604

1.491.364.995.604

44.760.316.000

331.578.857.000

775.881.595.473

1.107.460.452.473

0
0
63.801.202.296.451

0
0
26.235.130.705.624

0
0
41.211.824.590.827

0
0
67.446.955.296.451

DATA APBD VERSI DPRD DKI 2015 YANG TELAH DIPERBARUI;


Kode

Urusan Pemerintahan Daerah

Anggaran

1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
1.7
1.8
1.9
1.10
1.11
1.12
1.13

Pendidikan
Kesehatan
Pengadaan barang dan jasa
Perumahan Rakyat
Dinas Bina Marga
Perencanaan Pembangunan
Perhubungan
Kebersihan
Pendidikan dan Pelatihan Diklat
Kependudukan dan Catatan Sipil
Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Kepegawaian daerah
Sosial

8,140,938,898,508
4,846,271,256,587
24,600,000,000
2,502,031,765,882
4,804,495,511,638
36,462,780,500
1,024,577,897,300
3,649,708,758,497
56,914,246,251
52,234,467,973
156,401,112,869
25,221,081,541
410,802,819,719

1.14
1.15
1.16
1.17
1.18
1.19

Tenaga Kerja
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Penanaman Modal Daerah
Kebudayaan dan Pariwisata
Pemuda dan Olah Raga
Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Otonomi Daerah. Pemerintahan Umum.
Administrasi Keuangan Daerah. Perangkat Daerah.
Kepegawaian. dan Persandian
Penanggulan Bencana Daerah
Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah
Komunikasi dan Informatika
Perpustakaan dan Kearsipan Daerah
Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan
Pelayanan Pajak
Energi dan Sumberdaya Mineral
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Pertamanan dan Pemakaman
Tata Air
Pengembangan SDM Inspektorat
Pengelola Kawasan Monas
Satpol PP
Sekertariat DPRD
Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI Provinsi
Pengelola Taman Masga Satwa Ranggunan
Administrasi kota

236,618,322,500
257,727,000,000
9,415,000,000
1,721,423,850,600
712,691,780,983
34,441,186,000

1.20
1.21
1.22
1.23
1.24
1.25
1.26
1.27
1.28
1.28
1.29
1.30
1.31
1.32
1.33
1.34
1.35
1.36
1.37
1.38

307,839,688,400

JUMLAH

10

42,877,158,625
182,279,182,830
60,242,000,000
418,848,371,000
260,431,188,358
278,734,585,600
1,057,934,135,820
300,574,578,000
1,210,524,276,060
1,111,915,573,392
2,256,283,468,781
5,324,604,080,166
33,887,802,500
160,058,000,000
248,333,896,613
146,903,601,064
9,878,797,111
142,216,400,000
839,882,515,971
43,097,227,037,639

Dari data yang bisa kami dapat diatas dapat kita lihat perbedaan yang significanat,
dari data Pemprov DKI dan data DPRD. Dibanding dari berita yang selama ini
diuraikan, justru disini terlihat bahwa data APBD dari Pemprov DKI lebih besar dari
APBD yang diajukan DPRD.
Sementara itu, yang percaya pada APBD versi DPRD hanya 7,4 persen. Adapun
yang mengaku tidak tahu dan tidak menjawab adalah 50 persen.
Penelitian ini mengumpulkan jawaban dari 1.000 responden yang merupakan warga
di semua wilayah administrasi Jakarta dan Kepulauan Seribu.
Adapun 1.000 responden dibagi masing-masing 10 orang di 100 kelurahan, dengan
komposisi lima pria dan lima perempuan, dengan rentang umur yang merata dan
tersebar.
Chairman Populi Center Nico Harjanto menuturkan, data itu juga menunjukkan
bahwa masyarakat Jakarta lebih memercayai informasi yang disampaikan oleh
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ketimbang informasi dari DPRD.
Dan hal ini memunculkan keberpihakan masyarakat yang berbeda-beda terhadap
AHOK ataupun DPRD,

11

BERIKUT BERITA YANG MENDUKUNG DATA DPRD DKI


Dari berita yang di muat di REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Daerah
(Sekda) DKI Jakarta Saefullah berpendapat perbedaan nilai belanja dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) setempat merupakan kesalahan eksekutif
dan legislatif sebab sama-sama tidak membahas rancangannya secara mendalam.
"Ini merupakan kesalahan bersama antara Pemprov dan DPRD saat pembahasan
itu," kata Saefullah di Gedung DPRD Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (12/3).
Saefullah mengatakan kesalahan tersebut terjadi karena saat pembahasan itu baik
legislatif maupun eksekutif tidak melakukan pembahasan secara mendalam namun
hanya normatif sehingga akhirnya ditolak oleh Kemendagri.
"Saat pembahasan itu hanya bersifat normatif dan tidak ada pembahasan bagi tiap
program sehingga hasilnya pun berupa data gelondongan harusnya bahas sampai
detail kegiatan. Misalnya ada kegiatan laboratorium apa ini prioritas, sesuai apa
tidak, mustinya sampai ke situ," katanya.
Di lain pihak DPRD mengungkapkan Pemprov memang memberikan data yang
isinya belum mendetail sehingga pembahasan pada program hanya tersentuh
sedikit karena dewan tidak mengetahui apa saja yang ingin dijalankan lembaga
eksekutif tersebut.
"Dalam draf yang disampaikan pada kami juga tidak mendetail sehingga sulit
membahasnya karena kami tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Pemprov ke
depannya," kata Ketua Komisi D DPRD DKI Sanusi.
Tim angket lainnya mencurigai ada perintah agar SKPD dengan menggunakan
sistem e-budgeting memasukan programnya ke draf APBD sebelum dibahas dan
hasil pembahasan dengan dewan hanya sebagai syarat saja.
"Saya menarik kesimpulan dengan sadar Pemprov mengirim draf hasil e-budgeting
SKPD ke Kemendagri, sedangkan hasil pembahasan hanya syarat saja. Jadi jelas
siapa yang melakukan input-input tambahan," kata Legialator dari Fraksi PKS Rois
Handaya.
Sementara itu Saefullah berujar bahwa setelah melakukan input oleh SKPD, draf
tersebut yang dibahas dengan DPRD. Lebih lanjut dia juga mengatakan sistem ebudgeting tersebut sudah disempurnakan dan akan terlihat ID-nya siapa yg
menginput.
"Kita ini ada sekitar 13.000 lebih kegiatan. SKPD wajib mengisi e-component,
misalnya pembinaan guru dengan jumlah Rp200 juta, Itu untuk apa saja, akan ada
efisiensi atau tidak dan pada saat selesai terjadi efisiensi Rp4,3 triliun," ujarnya.

12

ADA PULA YANG BAHKAN MEMBERI TANGGAPAN PROTES TERHADAP


APBD MILIK DKI SEBAGAI BERIKUT ;
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Triwisaksana, menyampaikan hasil evaluasi
Kementerian Dalam Negeri pimpinan Menteri Tjahjo Kumolo atas RAPBD DKI
Jakarta versi Gubernur. Dalam tulisannya di Kompasiana 16 Maret 2015,
Triwisaksana menyebutkan hasil evaluasi tersebut.
Kemendagri telah melakukan evaluasi atas RAPBD versi Gubernur dan hasilnya
sangat banyak dari draft APBD versi Gubernur tersebut yang harus diperbaiki.
Bahkan perbaikan menyangkut hal-hal yang substansial, landasan hukum maupun
keberpihakan anggaran terhadap kebutuhan masyarakat Jakarta. Hasil evaluasi
Kemendagri juga telah disampaikan kepada DPRD untuk dipelajari.
Namun media sejauh ini masih sibuk dengan kontraversi anggaran siluman dan
skandal UPS dibanding hasil evaluasi Kemendagri yang sesungguhnya
memunculkan temuan-temuan ketidakwajaran yang nilainya sangat besar dalam
APBD yang diajukan Gubernur.
APBD Yang Tidak Optimistik
APBD yang tidak optimistik ditunjukkan dengan target pendapatan daerah dalam
RAPBD 2015 yang lebih rendah dari APBD Perubahan 2014, sehingga secara total
RAPBD 2015 ini hanya sedikit meningkat dari APBD 2014. Disisi belanja alokasi
belanja modal yang dibutuhkan untuk pembangunan pada RAPBD 2015 ini juga
lebih rendah dibanding APBD-P 2014. Padahal tantangan pembangunan dan
permasalahan Jakarta yang harus diselesaikan masih sangat banyak dan
membutuhkan anggaran yang besar.
Ketidakberpihakan APBD 2015 Terhadap Rakyat
Hal paling memprihatinkan dalam RAPBD 2015 versi Gubernur yang dievaluasi
Kemendagri adalah masalah keberpihak anggaran yang sangat kurang kepada
kepentingan rakyat banyak. Alokasi anggaran gaji dan tunjangan untuk PNS DKI
Jakarta mencapai 16,5 triliun atau 24,5% dari total APBD, dinilai oleh Kemendagri
tidak wajar dan tidak rasional dari sisi proporsionalitas antar jenis belanja. Jumlah
dan alokasi ini lebih besar dari alokasi anggaran untuk fungsi pendidikan yang hanya
14,5 triliun, apalagi dibanding fungsi dan bidang-bidang lain seperti kesehatan yang
hanya 6,6 trilun atau 13% dari total belanja.
Alokasi anggaran untuk Tunjangan Kinerja mencapai 10,85 triliun (T) atau 16,1%
total belanja daerah, dinilai harus ditinjau ulang dan disesuaikan dengan peraturan
perundangan yang ada (Pasal 63 PP No. 58/2005 dan Pasal 39 Permendagri No
13/2006). Alokasi tunjangan kinerja ini juga lebih besar daripada belanja untuk

13

penyelenggaraan urusan wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar, seperti


Pendidikan (10,759 T atau 15,95%), Kesehatan (6,6 T atau 9,8%), Pekerjaan Umum
(10,7 T atau 15,9%), perumahan rakyat (3,08 T atau 4,58%).
Tidak Sesuai dengan Asas Kewajaran
Alokasi anggaran yang tidak rasional dan tidak sesuai azas kepatutan terlihat pada
alokasi anggaran untuk honorarium yang mencapai 2,9 triliun dan anggaran Tenaga
Ahli/Infrastruktur/ Narasumber yang totalnya mencapai 825,6 milyar. Padahal
alokasi anggaran untuk kegiatan-kegiatan lain yang diperlukan, atau untuk fungsifungsi pemerintahan lain seperti penanggulangan bencana dan urusan sosial jauh
lebih kecil nilainya. Belum lagi anggaran Belanja Tidak Terduga yang mencapai 1,2
Triliun yang tidak rasional dibandingkan anggaran yang sama pada APBD-P 2014
yang hanya 87,1 Milyar.
Setelah menerangkan mengenai evaluasi RAPBD DKI Jakarta versi Gubernur itu,
Triwisaksana mengajak masyarakat bermuhasabah, Mari kita sama-sama
memahami duduk persoalan yang sebenarnya dari polemik APBD ini. Jika alokasi
anggaran yang diajukan Gubernur ke Mendagri seperti ini, maka wajar jika
Kemendagri membuat begitu banyak catatan terhadap RAPBD yang diajukan.
Menjadi wajar pula jika DPRD mempertanyakan mengapa bukan anggaran hasil
pembahasan bersama DPRD yang sudah disetujui bersama yang diajukan ke
Mendagri sesuai ketentuan perundang-undangan. Kalaupun ada anggaran yang
dinilai berlebihan atau tidak wajar, Gubernur bisa tidak mengeksekusinya. Jangan
justru mengajukan anggaran yang jauh dari keberpihakan kepada kepentingan yang
lebih besar dan menolak untuk diutak-atik atas usulan anggaran tersebut.

14

DAN BERIKUT BERITA YANG MENDUKUNG DATA PEMPROV DKI


Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengungkap keberadaan anggaran
siluman atau titipan di draft Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) DKI
2015. Menurutnya, anggaran semacam itu ada di setiap pos penganggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
"Hampir semua pos anggaran ada dimasukin. Dinas Kesehatan ada, Dinas
Pendidikan ada, Dinas Pemadam Kebakaran ada," ujar Ahok di Balai Kota DKI
Jakarta, Rabu malam.
Ahok kemudian memperlihatkan beberapa lembar dokumen draft APBD 'versi
DPRD' untuk pos penganggaran SKPD Dinas Pendidikan DKI.
Beberapa item yang dinilainya tak masuk akal, antara lain penganggaran program
'Professional development for teacher melalui pelatihan guru ke luar negeri' yang
mencapai Rp25,5 miliar.
Pengadaan alat peraga pendidikan anak usia dini yang mencapai Rp15 miliar.
Pengadaan alat percepatan peningkatan mutu pembelajaran SDN Cilandak yang
nilainya mencapai Rp4,9 miliar. Pengadaan laboratorium multifungsi untuk SMAN
Kecamatan Ciracas yang nilainya mencapai Rp4,44 miliar.
Namun penganggaran yang paling terlihat tidak masuk akal, kata Ahok, adalah
pengadaan alat Uninterruptible Power Supply (UPS) untuk setiap kantor kelurahan
dan kecamatan di Jakarta Barat yang nilainya Rp4,2 miliar untuk setiap unit.
Ia membandingkannya dengan pembelian 1 unit genset yang ia gunakan untuk
mengaliri listrik di kediamannya di Pantai Mutiara, Pluit saat aliran listrik PLN mati.
Genset itu, kata dia, dibelinya dengan harga yang tidak sampai Rp100 juta.
"Di rumah saya saja yang begitu gede, beli genset enggak sampai Rp100 juta.
Begitu listrik mati, dia langsung nyala. Kalau UPS cuma tahan berapa jam? Masa
sampai Rp4,2 miliar? Malu-maluin saja," ujar Ahok.
Anggaran-anggaran siluman itu, akhirnya tidak masuk ke draft APBD DKI 2015 yang
pengesahannya oleh Kemendagri sedang ditunggu saat ini. Ahok mengirimkan draft
APBD DKI 2015 'versi Pemprov DKI' atau yang rinciannya berbeda dengan APBD
DKI 2015 'versi DPRD DKI' yang dituduh oleh Ahok telah diotak-atik oleh oknum
DPRD paska sidang paripurna 27 Januari 2015.
Pengiriman dokumen APBD yang berbeda dengan APBD versi DPRD ini yang
akhirnya menimbulkan kisruh APBD DKI 2015 yang terus bergulir hingga sekarang.

15

Ahok kemudian menyatakan bahwa dirinya rela membongkar semua persoalan ini
sampai terancam dimakzulkan oleh DPRD DKI daripada harus meloloskan total
anggaran siluman sebesar Rp12,1 triliun yang menurutnya coba dimasukkan oleh
oknum DPRD DKI itu.
"Ini yang mau berantem sama Ahok, berantem saja gue demen. Daripada Rp12,1
triliun habis buat beli barang-barang gila begitu, lebih baik saya pertaruhkan posisi
saya sebagai gubernur. Kita lihat saja siapa yang masuk penjara nanti," ujar Ahok.
Gara-gara dana siluman ini, Ahok mendapat perlawanan dari DPRD DKI Jakarta.
DPRD akan menggelar paripurna hak angket yang bisa berujung pada pemakzulan
Ahok. Paripurna akan digelar hari ini, Kamis 26 Februari 2015.

ADA PULA DATA VERSI PEMPROV DKI YANG MENUNJUKAN KEJANGGALAN


PADA APBD MILIK DPRD ;
Dugaan penyelewengan dan mark-up dana untuk Dinas Pendidikan terungkap
setelah pemeriksaan terhadap APBD 2014 dilakukan sendiri oleh Ahok beberapa
saat lalu.
Terhitung ada 33 program untuk meningkatkan mutu kelas dengan dilengkapi
teknologi mutakhir yang janggal dalam APBD DKI Jakarta tahun lalu.
Jika ditotal, anggaran untuk peningkatan mutu kelas dengan pengadaan teknologi
mutakhir tersebut memakan anggaran sebesar Rp 148,5 miliar dalam APBD DKI
Jakarta 2014.
Berdasarkan data yang diterima CNN Indonesia, sepuluh program yang diduga
termasuk dalam 33 program pengadaan barang tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pengadaan Colaboration Active Classroom (CAC) untuk Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) yang diajukan Suku Dinas Pendidikan Menengah Jakarta Barat
dengan nilai anggaran Rp 6 miliar.
2. Pengadaan Colaboration Active Classroom (CAC) untuk Sekolah Menengah Atas
yang diajukan Sudin Pendidikan Menengah Jakarta Barat dengan nilai anggaran Rp
6 miliar.
3. Pengadaan Alat Digital Education Classroom SMA 23 yang diajukan Sudin
Pendidikan Menengah Jakarta Barat dengan nilai anggaran Rp 6 miliar.

16

4. Potable Wireless Interactive Digital Equiments For Class Room untuk SMA
diajukan Sudin Pendidikan Menengah Jakarta Barat dengan nilai anggaran Rp 2,5
miliar.
5. Pengadaan alat Digital Education Classroom SMK 9 diajukan Sudin Pendidikan
Menengah Jakarta Barat dengan nilai anggaran Rp 6 miliar.
6. Pengadaan alat Digital Education Classroom SMK 17 diajukan Sudin Pendidikan
Menengah Jakarta Barat dengan nilai anggaran Rp 6 miliar.
7. Pengadaan alat Digital Education Classroom SMA 84 diajukan Sudin Pendidikan
Menengah Jakarta Barat dengan nilai anggaran Rp 6 miliar.
8. Pengadaan Digital Classroom diajukan Sudin Pendidikan Menengah Jakarta
Selatan dengan nilai anggaran Rp 5 miliar.
9. Portable Wireless Interanctive Digital Equipments For Class Room untuk SMA
diajukan Sudin Menengah Jakarta Timur dengan nilai anggaran Rp 2,5 miliar.
10. Pengadaan Multimedia Interactibe Class untuk SMP diajukan oleh Dinas
Pendidikan DKI Jakarta dengan nilai anggaran Rp 4,5 miliar.

17

SAAT INI
Dan Hingga saat ini, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah DKI Jakarta tahun
2015 belum cair karena masih berada di Kementerian Dalam Negeri. Kementerian
menerima dua versi APBD yang masing-masing diajukan eksekutif dan legislatif.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Rabu (11/2/2015), mengatakan,
APBD seharusnya sudah tidak bisa diubah lagi karena menggunakan sistem ebudgeting.
Saya memaksa untuk menggunakan e-budgeting supaya tidak bisa lagi si A atau si
B mengubah anggaran. Ingat enggak tahun 2012 saya memotong-motong mata
anggaran, tetapi tiba-tiba yang masuk ke Kemendagri bukan yang saya potongpotong itu? katanya.
Menurut dia, APBD versi DPRD di luar e-budgeting yang sudah disepakati bersama.
Basuki menunjukkan adanya paraf pimpinan dewan yang bagi dia adalah bukti
APBD itu bukan berasal dari salinan e-budgeting.
Kalau kita masih memakai cara lama, kita akan tertipu lagi. Saya katakan, anggaran
tahun 2013 dan 2014, saya ditipu. Sekarang, anggaran yang kami ajukan dianggap
tidak sah karena tidak ada tanda tangan dari pimpinan dewan. Yang ini malah ada
paraf mereka (dewan) semua, ujar Basuki.
Nilai total APBD yang diajukan eksekutif dan legislatif sama, yaitu Rp 73,08 triliun.
Namun, rincian alokasi anggaran di dalamnya berbeda.
Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Muhamad Taufik mengatakan, APBD yang
diserahkan oleh eksekutif bukan APBD yang dibahas bersama dengan legislatif.
Itu bukan (APBD) yang dibahas bersama dengan DPRD. Kami beritahu ke
Kemendagri bahwa itu ilegal. Sudah betul APBD itu dikembalikan Kemendagri
karena hak budget ada pada kami, ujarnya.
Menurut Taufik, pihaknya mengirimkan APBD versi legislatif kepada Kemendagri
supaya ada perbandingan. Dia menilai eksekutif manipulatif dengan mengirimkan
APBD yang disusun sendiri oleh eksekutif.
Seharusnya, alurnya eksekutif mengirimkan rancangan kepada legislatif, lalu
membahas dan mengubahnya sesuai kesepakatan. Jadi, bukan dikirim ke
Kemendagri dengan tambahan baru, kata Taufik.
Dengan belum disahkannya APBD DKI Jakarta tahun 2015 oleh Kemendagri,
sejumlah program pembangunan yang dianggarkan di dalamnya bakal terhambat

18

KESIMPULAN
Dari data data yang sudah kami temukan, kami menyimpulkan bahwa untuk saat
ini sulit untuk menentukan yang mana anggaran APBD 2015 yang benar,
dikarenakan ditiap sumber memberikan keterangan yang berbeda beda dan data
yang berbeda beda pula. Yang disebabkan karena keberpihakan pemuat berita
pada salah satu tokoh yaitu pada Gubernur DKI atau Pimpinan DPRD.
Namun dari hasil penelitian kami, kami menemukan bahwa pendapatan Daerah DKI
Jakarta, sangatlah besar yang mencapai lebih dari 20 triliun rupiah tiap tahunnya.
Dan menyadari bahwa ada banyak anggaran dana yang tertulis didalam apbd tahun
2013 sampai 2014 yang tidak terealisasikan, baik dari dana pendidikan maupun
kesehatan. Yang mungkin sudah berjalan lama dari tahun tahun sebelumnya.
Dicontohkan dari wilayah salah satu anggota kelompok kami yang mendapatkan
dana anggaran pertahun kira-kira sebesar 71,056,534,576 rupiah, dengan dituliskan
130 kegiatan didalamnya. Yang dianggap oleh anggota kami sebagai kegiatan
hayalan, karena dibanding dari dana yang tersedia, kegiatan yang dituliskan dalam
apbd tidak sesuai dengan hasil atau bahkan kegiatan tersebut tidak ada sama
sekali.
Dan kelompok menyimpulkan bahwa Kecurangan memang benar adanya, namun
baru saja dibeberkan saat ini. Semoga kisruh APBD 2015 dapat diselesaikan, dan
kecurangan anggaran dapat dihentikan.
Pada dasarnya masyarakat memang harus ikut serta dalam mengawasi jalannya
pemerintahan, bersifat kritis tapi rasional sehingga kita dapat mengurangi adanya
kecurangan yang terjadi di dalam pemerintahan. karena pimpinan yang benar
sekalipun tidak akan mampu mengetahui jika bawahannya tidak membantu.
Semoga E-Budgeting berjalan dengan baik dan berguna.

19

Você também pode gostar