Você está na página 1de 1

Analisis Kasus Mark Zuckerberg.

Jika melihat kisah hidup Mark Zuckerberg, kita dapat mengaitkan pada beberapa teori
kepribadian. Mark zuckerberg sejak kecil sudah senang dengan dunia pemrograman dan mulai
mencoba membuat program sederhana. Pada waktu smp, Mark Zuckerberg bersama koleganya yang
bernama Angelo membuat suatu plugin mp3 di Winamp dan menciptakan game. Dari hal ini dapat
dikaitkan dengan salah satu teori kebutuhan dari Maslow yaitu : kebutuhan kognitif yaitu dimana
seseorang butuh untuk mengetahui sesuatu, menyelidiki sesuatu dan memecahkan suatu persoalan.
Zuckerberg sejak kecil sudah mempunyai rasa ingin tahu dan ketertarikan yang tinggi terhadap dunia
IT, sehingga ia sering mencari tahu dan mencoba-coba membuat suatu program-program sederhana.

Kecerdasan Mark Zuckerberg menurun dari orang tuanya. Ibu Mark adalah seorang psikiater
dan ayahnya adalah seorang dokter gigi. Dari kecil Mark sudah dianggap jenius oleh orang-orang
disekitarnya. Hal ini berkaitan dengan teori Raimond Cattel yaitu 16 Faktor Primer yang dibawa sejak
lahir. Faktor yang paling menonjol adalah faktor B atau Intelegence. Seseorang dengan faktor B yang
derajatnya tinggi akan mempunya tingkat intelegence yang tinggi, kemampuan berpikir, dan logika
yang bagus. Dibuktikan dengan keterlibatannya dalam tim matematika di sma, kemudian olimpiade
iptek, kelompok musik, grup penggemar bahasa latin, dan menguasai olahraga anggar.

Selain dikenal jenius Mark Zuckerberg juga dikenal dengan orang yang suka berteman. Hal
ini dibuktikan dengan dibuatnya beberap situs media sosial untuk membantu teman temannya
melihat mata kuliah yang diambil oleh teman temannya. Awalnya Mark membuat program program
kompuuter hanya sebagai hobi dan untuk kesenangan semata ,tetapi ketika berkuliah ia masuk ke
fakultas psikologi harvard dan membuatnya gemar membuat situs sosial untuk mempermudah
orang orang berhubungan sosial dengan kerabatnya. Hal ini berkaitan dengan salah satu kebutuhan
yang dikembangkan oleh Henri Murray yaitu : need of affiliation atau kebutuhan untuk berteman.

Sebagai lelaki normal, Mark jatuh cinta pada seorang wanita. Namun sayangnya, Mark
ditolak pada saat menyatakan cinta kepada gadis itu. Karena Mark tidak terima, akhirnya ia pergi
mabuk-mabukan, melakukan hal-hal yang buruk yang tidak dapat diterima oleh masyarakat, dan
merasa frustrasi karena kebutuhan cintanya tidak terpenuhi. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan
love and belongingness dari Abraham Maslow yang tidak terpenuhi. Kalau kebutuhan cinta tidak
terpenuhi, akan menimbulkan tingkah laku agresif dan perilaku marah yang kalau dibiarkan dalam
keadaan ekstrem dan berjangka panjang, maka akan membuat orang tersebut mengembangkan
kebutuhan neurotik. Untungnya, Mark tidak terjebak dalam kondisi tersebut terlalu lama. Akhirnya,
Mark membuat situs facemash sebagai media untuk meledek teman-teman wanita yang pernah
menolaknya. Data mahasiswa-mahasiswa tersebut didapatkannya dengan cara meretas sistem data
universitas Harvard dan memposting foto-foto wanita-wanita tersebut di facemash dan meminta
orang-orang yang melihat foto tersebut membandingkan wanita mana yang seksi dan lain-lainnya.

Você também pode gostar