Você está na página 1de 5

8.

1 Crashing Project
Crashing project merupakan suatu metode untuk melakukan proses percepatan pelaksanaan
pembangunan proyek dengan cara mereduksi waktu. Crashing project bertujuan untuk
mempersingkat waktu pengerjaan proyek untuk melakukan penghematan waktu.
Crashing Project menggunakan alternatif-alternatif pekerjaan yang dapat dilakukan dengan cepat
sehingga tujuan dari crashing project tersebut tercapai.
Crashing project harus dilakukan dengan cara-cara yang baik agar hasil yang diperoleh sesuai dengan
perencanaan akselerasi/percepatan. Berikut adalah cara-cara melakukan crashing project :

Tidak ada penambahan biaya proyek secara keseluruhan.


Dalam proses percepatan penegerjaan suatu proyek, diharapkan biaya yang dikeluarkan
tidak ada sehingga dapat melakukan penghematan besar-besaran. Ataupun kalau terjadi
penambahan biaya, biaya tersebut dialokasikan seminimal mungkin.

Memperpendek umur proyek dengan memperpendek lintasan kritisnya.


Pekerjaan pekerjaan yang dapat dipersingkat, seharusnya dikerjakan terlebih dahulu.

Kegiatan yang dipilih untuk dilakukan percepatan harus mempunyai biaya percepatan yang
terendah.seminimal mungkin.

Usaha percepatan proyek sudah direncanakan terlebih dahulu dan dilakukan dari awal
pelaksanaan proyek.

Hindari percepatan pekerjaan pada lintasan kritis apabila menimbulkan lintasan kritis baru
yang menyulitkan pelaksanaan pekerjaan yang bersangkutan.

Langkah-langkah perancangan Crashing Project


Untuk melakukan crashing pada sebuh proyek, terdapat langkah-langkah untuk menyelesaikannya,
yaitu:
1. Gambar diagram jaringan untuk setiap kejadian
2. Hitung total waktu akselerasi, total biaya akselerasi, dan biaya akselerasi per unit waktu untuk
setiap kejadian.
3.

Tentukan garis edar kritis dan lamanya waktu proyek.

4. Pilih aktivitas pada garis edar kritis yang memiliki biaya akselerasi minimal, dan kurangi
waktu aktivitas tersebut semaksimal mungkin.
5. Perbaharui semua waktu kegiatan, jika batas waktu yang di inginkan telah tercapai, maka
berhenti. Jika tidak, ulangi langkah 3

Contoh tabel crashing project.


Aktivitas

Waktu Normal

Waktu Akselerasi

Biaya Normal

(Minggu)

(Minggu)

(Rp)

3
2
2
8
3
4
22

1.1 1.2
2.1 2.2
3.1 3.2
4.1
5.1 5.2
6.1 6.2
Jumlah

2
1,5
1,5
8
2,5
4
19,5

5.000.000
1.000.000
1.500.000
10.000.000
2.500.000
4.000.000
24.000.000

Biaya
Akselerasi
(Rp)
7.000.000
1.500.000
2.000.000
10.000.000
3.500.000
4.000.000
28.000.000

A. Komponen Waktu
Dalam melakukan akselerasi pekerjaan/crashing project, terdapat dua komponen waktu,
yaitu:

Waktu Normal (Normal Time) merupakan penyelesaian aktivitas dalam kondisi


normal atau waktu yang sebelumnya direncanakan.
Waktu Normal = 22 Minggu

Waktu Akselerasi (Crash Time) merupakan waktu terpendek yang paling mungkin
untuk menyelesaikan aktivitas.
Waktu Akselerasi = 19,5 Minggu

Dari dua komponen tersebut diperoleh Total Waktu Akselerasi yaitu selisih antara
waktu-waktu tersebut, maka didapatkan persamaan:
=
Total Waktu Akselerasi = 2,5 Minggu
B. Komponen Biaya
Dalam crashing project, terdapat tiga komponen biaya, yaitu:

Biaya Normal (Normal Cost), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan aktivitas
pada kondisi normal atau biaya yang telah direncanakan sebelumnya.
Biaya Normal = Rp 24.000.000

Biaya Akselerasi (Crash Cost), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan aktivitas
pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi waktu terpendek yang paling mungkin
untuk menyelesaikan aktivitas).
Biaya Akselerasi = Rp 28.000.000

Dari dua komponen tersebut dapat diperoleh Total Biaya Akselerasi yaitu selisih antara
kedua biaya , maka didapatkan persamaan:
=
Total Biaya Akselerasi = Rp 4.000.000

Biaya Akselerasi per Unit Waktu (Slope), yaitu biaya langsung untuk menyelesaikan
aktivitas pada kondisi akselerasi/crash (pada kondisi waktu terpendek yang paling
mungkin untuk menyelesaikan aktivitas) dalam satuan waktu terkecil yang
ditentukan, dengan menggunakan persamaan:

Biaya Akselerasi per Unit Waktu Slope=

Total Biaya Akselerasi


TotalWaktu Akselerasi

Tabel hasil perhitungan Akselerasi


Aktivitas
1.1 1.2
2.1 2.2
3.1 3.2
4.1
5.1 5.2
6.1 6.2

Total Waktu Akselerasi


(Minggu)
1
0,5
0,5
0
0,5
0

Total Biaya Akselerasi


(Rp)
2.000.000
500.000
500.000
0
500.000
0

Biaya Akselerasi per


Minggu (Rp)
2.000.000
250.000
250.000
0
250.000
0

8.2 TERMINOLOGI DAN PERHITUNGAN


Dalam proses identifikasi jalur kritis, terdapat beberapa terminology dan rumus-rumus perhitungan
sebagai berikut:

TE = E

TE adalah waktu paling awal peristiwa (node/event) dapat terjadi (Earliest Time of Occurance), yang
berarti waktu paling awal suatu kegiatan dikerjakan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai,
karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulai bila kegiatan terdahulu
telah selesai.

TL = L

Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi (Latest Allowable Event/Occurance Time), yang berarti
waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi.

ES

ES adalah waktu mulai paling awal suatu kegiatan (Earliest Start Time). Bila waktu kegiatan
dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.

EF

EF adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan (Earliest Finish Time). Bila hanya ada satu
kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya.

LS

LS adalah waktu paling akhir kegiatan boleh mulai (Latest Allowable Start Time), yaitu waktu paling
akhir kegiatan boleh mulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan

LF

LF adalah waktu paling akhir suatu kegiatan boleh selesai (Latest Allowable Finish Time) tanpa
memperlambat penyelesaian proyek.

D adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnya dengan satuan waktu hari, minggu, bulan, dan lainlain.
Diagram Jaringan Crashing Project (Pembuatan Software)

Keterangan :
Terminologi perhitungan :

Pekerjaan 1-2
ES = 0; EF = 3; LS = 0; LF = 3;

Pekerjaan 2-3
ES = 3; EF = 5; LS = 3; LF = 5;

Pekerjaan 3-4
ES = 5; EF = 7; LS = 5; LF = 7;

Pekerjaan 2-4
ES = 3; EF = 6,5; LS = 3; LF = 7;

Pekerjaan 4-5
ES = 7; EF = 15; LS = 7; LF = 15;

Pekerjaan 5-6
ES = 15; EF = 19; LS = 15; LF = 19;

Pekerjaan 6-7
ES = 19; EF = 20; LS =19; LF = 20;

Pekerjaan 5-7
ES = 15; EF = 16; LS = 15; LF = 16;

Você também pode gostar