Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
OLEH :
Ida Ayu Putu Trisna Dewi
(P07120014006)
(P07120014026)
(P07120014028)
(P07120014029)
Ni Wayan Supartini
(P07120014031)
KATA PENGANTAR
Izinkanlah penulis memanjatkan puji dan syukur ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi
atas Waranugraha Beliaulah penulis bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktu.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih pihak-pihak yang sudah membantu baik
bantuan fisik maupun batin.
Penulis sangat menyadari bahwa makalah yang penulis buat ini jauh dari kesempurnaan
baik dalam cara penulisannya, pemilihan katanya atau dalam penyusunannya. Maka dari itu,
penulis sangat memohon pada para pembaca agar memberikan kritik-kritik yang positif dan
bisa memperbaiki kekurangan dalam makalah ini.
Oktober 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................... 2
1.3 Tujuan........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat...................................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi........................................................................................................ 3
2.2 Infeksi Nosokomial................................................................................... 3
2.3 Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang........................... 7
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan.................................................................................................... 12
3.2 Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi adalah masuk dan berkembangnya agen infeksi ke dalam tubuh seseorang atau
hewan. Pada infeksi yang manifes, orang yang terinfeksi tampak sakit secara lahiriah.
Pada infeksi yang non-manifes, tidak ada gejala atau tanda lahiriah. Jadi, infeksi jangan
dirancukan dengan penyakit.
Istilah infeksi juga hanya mengacu pada organisme patogen, tidak pada semua jenis
organisme. Sebagai contoh, pertumbuhan normal flora bakteri yang biasa hadir di dalam
saluran usus tidak dianggap sebagai infeksi.
Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan
mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat
disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan
menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang
baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita
maupun luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula
memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ketempat baru yang kita sebut dengan
self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross infection/infeksi
silang) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari satu
pasien ke pasien lainnya.
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian terbanyak di
negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena penyakit-penyakit infeksi
masih menjadi penyebab utamanya. Presentase infeksi nososkomial di rumah sakit di
seluruh dunia mencapai 9 % (variasi 3-21 %) atau lebih 1,4 juta pasien rawat inap di
rumah sakit seluruh dunia mendapatkan infeksi nosokomial. Suatu penelitian yang
dilakukan oleh WHO tahun 2006 menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit
dari 14 negara di Eropa, Timur tengah, dan Asia Tenggara dan Pasifik menunjukkan
adanya infeksi nosokomial, khususnya di Asia Tenggara sebanyak l0%. Di Indonesia
yaitu di 10 RSU pendidikan, infeksi nosokomial cukup tinggi yaitu 6-16% dengan ratarata 9,8% pada tahun 2010. Infeksi nosokomial paling umum terjadi adalah infeksi luka
1
operasi( ILO). Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada
rumah sakit di Indonesia bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan.
Menurunnya standar pelayanan perawatan merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Salah satu infeksi yang paling sering terjadi
adalah plebitis pada pasien yang mendapat terapi infus. Kejadian ini merupakan salah
satu indikator adanya infeksi akibat kesalahan pemasangan ataupemasangan infus yang
tidak sesuai protap terutama masalah teknik septik-aseptik.
Dalam hal ini, perawat sebagai salah satu pemberi layanan kesehatan berperan besar
untuk memperkecil risiko infeksi tersebut. Oleh karena itu, kami akan membahas
mengenai pencegahan dan pengendalian infeksi silang dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan infeksi?
1.2.2 Apa yang dimaksud dengan infeksi nosokomial?
1.2.3 Bagaimana tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi silang?
1.3 Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.4 Manfaat
1.4.1
1.4.2
1.4.3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Infeksi
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit. Infeksi juga disebut asimptomatik apabila mikroorganisme gagal dan
menyebabkan cedera yang serius terhadap sel atau jaringan.Penyakitb akan timbul jika
patogen berbiak dan menyebabakan perubahan pada jaringan normal. (Potter & perry.
Fundamental Keperawatan Edisi 4.hal : 933 942:2005)
Infeksi merupakan infeksi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan tubuh,
terutama yang menyebabkan cedera sellular lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin,
replikasi
Saku Kedokteran
Infeksi dapat berasal dari diri sendiri jika jaringan terinfeksi akibat infeksi dari lokasi
yang berbeda pada tubuh pasien, misalnya saluran pernafasan, saluran pencernaan dan
kulit.
Infeksi silang terjadi dari orang yang menderita infeksi atau karier yang tidak
bergejala atau dari suatu reservoar infeksi.
Indikator Infeksi Nosokomial
Indikator adalah salah satu cara untuk menilai penampilan dari suatu kegiatan
dengan menggunakan instrumen. Indikator merupakan variabel yang digunakan untuk
menilai suatu perubahan (Depkes, 2001). WHO dalam Depkes (2001) menyatakan
bahwa, indikator adalah variabel untuk mengukur perubahan. Indikator sering digunakan
terutama bila perubahan tersebut tidak dapat diukur. Indikator pengendalian infeksi
rumah sakit menurut Depkes tahun 2001 meliputi angka pasien dekubitus, angka
kejadian dengan jarum infus/flebitis, dan angka kejadian infeksi luka operasi. Ketiga
indikator ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Angka pasien dengan dekubitus (Dekubitus Ulcer Rate)
Luka dekubitus adalah luka pada kulit dan/atau jaringan yang dibawahnya yang
terjadi di rumah sakit karena tekanan yang terus menerus akibat tirah baring. Luka
dekubitus akan terjadi bila pasien tidak dibolak-balik atau dimiringkan dalam waktu
2 x 24 jam. Angka pasien dengan dekubitus adalah banyaknya pasien yang menderita
dekubitus dan bukan banyaknya kejadian dekubitus.
2. Angka Infeksi karena Jarum Infus/flebitis (Intravenous Canule Infection Rate)
Infeksi karena jarum infus adalah keadaan yang terjadi disekitar tusukan atau bekas
tusukan jarum infus di Rumah Sakit, dan timbul setelah 3 x 24 jam dirawat di rumah
sakit kecuali infeksi kulit karena sebab-sebab lain yang tidak didahului oleh
pemberian infus atau suntikan lain. Infeksi ini ditandai dengan rasa panas, pengerasan
dan kemerahan (kalor, tumor, dan rubor) dengan atau tanpa nanah (pus) pada daerah
bekas tusukan jarum infus dalam waktu 3 x 24 jam atau kurang dari waktu tersebut
bila infus terpasang.
3. Angka Kejadian Luka Operasi (Wound Infection Rate)
Adanya infeksi rumah sakit pada semua kategori luka sayatan operasi bersih yang
dilaksanakan di rumah sakit ditandai oleh rasa panas (kalor), kemerahan (color),
pengerasan (tumor), dan keluarnya nanah (pus) dalam waktu lebih dari 3 x 24 jam
kecuali infeksi rumah sakit yang terjadi bukan pada tempat luka.
4
Di air, area yang lembab/basah, dan adakalanya di produk yang steril atau
tidak terinfeksi (Pseudomonas, Acineotobacter, Myobacterium)
Pada makanan
Pada debu (bakteri yang diameternya lebih kecil dari 10m tinggal
pada udara pada beberapa jam dan dapat terhirup pada keadaan yang
bersamaan dengan debu).
Riwayat Alamiah
Masa Inkubasi dan Klinis Masa Inkubasi pada Infeksi Nosokomial adalah 3 x 24 jam
sejak mulai pasien dirawat
Masa Laten dan Periode Infeksi Masa Laten dan Periode Infeksi Noskomial ini
tergantung dari imunitas pasien sendiri. Jika ia mempunyai imunitas yang kuat
terhadap factor eksogen (kelompok yang merawat, alat medis, serta lingkunga) yang
tidak baik. Maka bisa jadi ia tidak terserang Infeksi Nosokomial. Dan jika
imunitasnya tidak cukup kuat, maka dapat jadi pasien tersebut dirawat berhari,
berminggu-minggu dan lebih parahnya berbulan-bulan
Mencuci tangan
Mencuci tangan merupakan rutinitas yang murah dan penting dalam prosedur
pengontrolan infeksi, dan merupakan metode terbaik untuk mencegah transmisi
mikroorganisme. Telah terbukti bahwa tindakan mencuci tangan secara signifikan
menurunkan infeksi pada ICU dan infeksi saluran pencernaan. Kulit yang rusak
pada tangan mengandung pathogen yang lebih banyak, yang banyak
menyebabkan infeksi nosokomial.
Faktor penting untuk mempertahankan hygiene yang baik dan mempertahankan
integritas kulit adalah :
Hampir semua bakteri bakteri transien dapat diilangkan dengan sabun dan air,
tetapi bakteri residen akan tetap tinggal. Pencuci tangan bakterisida, misalnya
Hibiscrub , Povidone-iodine, membuat prosedur ini lebih efektif karena
menghilangkan bakteri residen. Yang perlu perhatian khusus saat mencuci adalah
area tempat berkumpulnya mikroorganisme, seperti di sela-sela jari.
Walaupun mencuci tangan dengan menggunakan bakterisida, namun tidak semua
bakteri dapat dihilangkan. Tangan tidak pernah steril, tanpa satupun
mikroorganisme hidup di atasnya, dan inilah sebabnya diperlukan sarung tangan
steril sekali pakai (disposible) untuk beberapa prosedur. Candida albicans, salah
7
satu penyebab oral thrush (jamur pada mulut) pada pasien kanker stadium lanjut,
dapat menyebar dari pasien ke tangan perawat. Penyebaran ini dapat dicegah
dengan mengenakan sarung tangan steril saat kontak dengan mukosa oral.
Pakaian pelindung dikenakan untuk mencegah transfer mikroorganisme dari
kamar ke kamar melalui pakaian dan untuk mencegah transfer mikroorganisme
dari pasien ke perawat dan sebaliknya. Hal-hal seperti ini dapat membuat
perbedaan besar terutama jika kontak erat dengan pasien yang infeksius, seperti
tindakan menggendong bayi baru lahir (neonatus). Apron plastic impermeable
sekali pakai lebih baik daripada baju katun karena mikroorganisme dapat
melewati bahan katun, terutama jika basah.
Menurunkan risiko penyebaran infeksi melalui udara juga dapat dilakukan
dengan memastikan bahwa prosedur seperti merapikan dan membersihkan
tempat tidur tidak langsung dikerjakan sebelum membalut luka, karena prosedur
membersihkan tempat tidur dapat menyebarkan mikroorganisme di udara. Selain
itu, membalut luka yang terinfeksi sebaliknya dilakukan paling akhir.
2.3.2
insersi.
Perawatan kateter dan daerah yang efektif, misalnya disinfeksi
permukaan eksternal kateter dan bagian sambungan, ditutup dengan
2.3.3
sentral
dengan
Hanya menggunakan kateter urin ketika tidak ada prosedur alternatif lain
Memilih kateter terkecil yang memungkinkan alran urin dengan baik
Menggunakan peralatan steril tertutup dan teknik aseptic saat pemasangan
Menggunakan system steril tertutup dan mencegah aliran baik urin dari
kantung urin dengan meletakkan kantung urin di bawah kandung kemih
dan penjepitan (clamping) selang kantung jika pasien bergerak.
2.3.4
Sterilisasi
Sterilisasi adalah prosedur untuk membunuh semua organisme termasuk
endospore dan virus. Autoklaf (dapat dilakukan dengan alat masak bertekanan
tinggi, presto) dapat digunakan untuk sterilisasi dengan menggunakan uap
bertekanan tinggi. Prosedur ini sering digunakan untuk sterilisasi instrument
bedah umum dan masker anestesi. Temperatur tinggi dicapai ketika uap berada
dalam tekanan tinggi, seperti 121 0C pada 108 kPa (15 psi) yang akan
membunuh mikroorganisme dalam jangkan pendek dibandingkan menggunakan
panas pada tekanan atmosfer biasa. Di pabrik, produk steril seperti syringe
disposable disterilisasi sebelum dikemas dengan menggunakan radiasi sinar
gamma untuk menghancurkan mikroorganisme.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Melalui tulisan ini, penulis ingin menyampaikan saran-saran kepada berbagai
pihak, yaitu:
1. Kepada staf pengajar, agar lebih banyak memberikan materi tentang Tindakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
2. Kepada mahasiswa, diharapkan tulisan ini dapat dijadikan motivasi untuk lebih
mendalami materi tentang Tindakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Silang.
11
DAFTAR PUSTAKA
Potter, Patricia A., Anne Griffin Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Volume 2 Edisi 4. Jakarta: EGC.
James, Joyce, Collin Baker, Helen Swain. 2002. Prinsip-prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga.