Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Banyak istilah yang dipergunakan untuk menunjukkan janin mengalami hambatan
pertumbuhan seperti pseudomature, small for date, dysmature, fetal malnutrition syndrome,
chronic fetal distress, IUGR dan small for gestational age (SGA).Batasan yang diajukan oleh
Lubchenco (1963) adalah bahwa setiap bayi yang berat badan lahirnya sama dengan atau
lebih rendah dari presentil ke-10 untuk masa kehamilan pada Denver Intrauterine Growth
Curves adalah bayi SGA. Ini dapat terjadi pada bayi yang prematur, matur, ataupun
postmatur.(1,2)
Bayi baru lahir dengan Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) sering terlihat kurus, pucat
dan kulitnya kering. Tali pusat lebih sering terlihat tipis dan suram daripada tebal dan
bersinar. Bayi-bayi dengan PJT kadang-kadang mempunyai pandangan mata yang lebar.
Beberapa bayi tidak mempunyai penampilan kelainan gizi, tetapi secara keseluruhan kecil.
Retardasi pertumbuhan dalam rahim memiliki definisi berat badan bayi kurang dari
persentil sepuluh untuk usia kehamilan bayi, dalam artian bayi baru lahir berukuran lebih
kecil dibandingkan dengan usia kehamilannya. IUGR ini dapat dideteksi dengan pengukuran
rahim dan pemeriksaan USG ketika kontrol ke dokter. Retardasi pertumbuhan dapat
disebabkan karena rokok, pertambahan berat badan yang kurang pada Ibu, penggunaan obatobatan dan alkohol, janin kembar, kelainan tali pusat atau plasenta, preeklampsia, dan
riwayat IUGR sebelumnya. Retardasi mental ini meningkatkan risiko janin meninggal di
dalam kandungan. Karena hal inilah pentingnya kontrol teratur ke dokter. Apabila Ibu
dikatakan mengalami IUGR maka segera dicari penyebabnya, hentikan hal-hal yang dapat
memperburuk seperti merokok, alkohol, obat-obatan, dan perbaiki gizi Ibu(3).
B. Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan yaitu IUGR sering kali kurang terdiagnosis dimana IUGR
masih merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas di negara- negara kurang
berkembang, sehingga pengetahuan tentang etiologi dan penatalaksanaan yang benar harus
diketahui baik oleh tenaga medis maupun masyarakat secara umum.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui tentang definisi,
etiologi,
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di bawah presentil
ke-10 pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk masa kehamilan,
dan mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik
yang optimal. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin
dalam usia kehamilan yang sama. Janin dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur
(<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (at term, >37 minggu). Bila berada di
bawah presentil ke-7 maka disebut small for gestational age (SGA), di mana bayi
mempunyai berat badan kecil yang tidak menimbulkan kematian perinatal. (1,4,6)
Gambar 1. Persentil Berat Badan Janin sesuai dengan Usia Kehamilan
2.
2.
Proportionate Fetal Growth Restriction: Janin yang menderita distress yang lama di
mana gangguan pertumbuhan terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan
sebelum bayi lahir sehingga berat, panjang dan lingkar kepala dalam proporsi yang
seimbang akan tetapi keseluruhannya masih di bawah gestasi yang sebenarnya.
2.
Pada bayi PJT perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat dan lingkaran
kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami perubahan misalnya
Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru dan ginjal bertambah sedangkan
berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang dibandingkan bayi prematur
dengan berat yang sama. Perkembangan dari otak, ginjal dan paru sesuai dengan masa
gestasinya.
B. INSIDEN
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada bayi
dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan angka kejadian
untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan PJT.(5,6)
Pada 1977, Campbell dan Thoms memperkenalkan ide pertumbuhan simetrik dan
pertumbuhan asimetrik. Janin yang kecil secara simetrik diperkirakan mempunyai
beberapa sebab awal yang global (seperti infeksi virus, fetal alcohol syndrome). Janin
yang kecil secara asimetrik diperkirakan lebih kearah kecil yang sekunder karena
pengaruh restriksi gizi dan pertukaran gas. Dashe dkk mempelajari hal tersebut diantara
1364 bayi PJT (20% pertumbuhan asimetris, 80% pertumbuhan simetris) dan 3873 bayi
dalam presentil 25-75 (cukup untuk usia kehamilan).
C. ETIOLOGI
PJT merupakan hasil dari suatu kondisi ketika ada masalah atau abnormalitas yang
mencegah sel dan jaringan untuk tumbuh atau menyebabkan ukuran sel menurun. Hal
tersebut mungkin terjadi ketika janin tidak cukup mendapat nutrisi dan oksigen yang
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ dan jaringan, atau karena
infeksi. Meskipun beberapa bayi kecil karena genetik (orang tuanya kecil), kebanyakan
PJT disebabkan oleh sebab lain.
Penyebab dari PJT dapat dibedakan menjadi tiga faktor, yaitu:
1.
Maternal
Tekanan
darah tinggi
Penyakit
ginjal kronik
Diabetes
Melitus
Penyakit
Malnutrisi
dan anemia
Infeksi
Pecandu
Perokok
2.
Plasenta
korioangioma.
Infeksi
Twin-to-twin
transfusion syndrome
3.
Janin
Janin
kembar
Penyakit
kongenital
Kelainan
jantung bawaan yang berat sering berkaitan dengan PJT. Trisomi 18 berkaitan
dengan PJT simetris serta polihidramnion (cairan ketuban berlebih). Trisomi 13
dan sindroma Turner juga berkaitan dengan PJT) .
Pajanan
zat yang bersifat teratogen seperti obat anti kejang, rokok, narkotik, dan alkohol
dapat menyebabkan PJT. (1,2,4,5,6)
Penyebab dari PJT menurut kategori retardasi pertumbuhan simetris dan asimetris
dibedakan menjadi:
1. Simetris : Memiliki kejadian lebih awal dari gangguan pertumbuhan janin yang
tidak simetris, semua organ mengecil secara proporsional. Faktor yang berkaitan
dengan hal ini adalah kelainan kromosom, kelainan organ (terutama jantung),
infeksi TORCH (Toxoplasmosis, Other Agents <Coxsackie virus, Listeria),
Rubella,
Cytomegalovirus,
Herpes
simplex/Hepatitis
B/HIV,
Syphilis),
kekurangan nutrisi berat pada ibu hamil, dan wanita hamil yang merokok(8).
Faktor-faktor lainnya :
a. Pertambahan berat maternal yang jelek
b. Infeksi janin
c. Malformasi kongenital
d. Kelainan kromosom
e. Sindrom Dwarf
2.
3.
D. KLASIFIKASI
Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi keduanya hampir
mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan pertumbuhan, bayi hanya mempunyai
ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga
berat badan janin tersebut kecil untuk masa kehamilannya. (6)
Berdasarkan gejala klinis dan ultrasonography janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
2. Janin dengan gangguan pertumbuhan karena proses patologis, inilah yang disebut
true fetal growth restriction. Berdasarkan ukuran kepala, perut, dan panjang
lengan dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Simetris (20%), gangguan terjadi pada fase Hiperplasia, di mana total jumlah
sel kurang, ini biasanya disebabkan oleh gangguan kromosom atau infeksi
kongenital misalnya TORCH. Proses patologis berada di organ dalam sampai
kepala.
Asimetris (80%), gangguan terjadi pada fase Hipertrofi, di mana jumlah total
sel normal tetapi ukurannya lebih kecil. Biasanya gangguan ini disebabkan
oleh faktor maternal atau faktor plasenta.(4,5,6)
Asimetris
Simetris
Semua Bagian Tubuh Kecil
Perut
Meningkat
Meningkat
Dan Infeksi
Jumlah Sel-Lebih Kecil
Normal
Kecil
Biasanya Tanpa Komplikasi
Prognosisnya Buruk
Baik Prognosisnya
E. DIAGNOSIS
1. Anamnesi Faktor Ibu
Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada
kehamilan ganda.(6)
2. Tinggi Fundus Uteri
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil.
Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis
sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus
uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan
itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan
pertumbuhan.(4).
Cara ini tidak dapat diterapkan pada kehamilan multipel, hidramnion, janin letak lintang.
(1)
3. USG Fetomaternal
Pada USG yang diukur adalah diameter biparietal atau cephalometry angka
kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada USG ditemukan cephalometry yang
tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar
perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak,
khususnya pembesaran hati.
Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar
kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT.(4,6)
Pada USG kita juga dapat mengetahui volume cairan amnion, oligohidramnion
biasanya sangat spesifik pada asimetris PJT dan biasanya ini menunjukkan adanya
penurunan aliran darah ke ginjal.(6)
Setiap ibu hamil memiliki patokan kenaikan berat badan. Misalnya, bagi Anda yang
memiliki berta badan normal, kenaikannya sampai usia kehamilan 9 bulan adalah
antara 12,5 kg-18 kg, sedangkan bagi yang tergolong kurus, kenaikan sebaiknya
antara 16 kg-20 kg. Sementara, jika Anda termasuk gemuk, maka pertambahannya
antara 6 kg11,5 kg. Bagi ibu hamil yang tergolong obesitas, maka kenaikan
bobotnya sebaiknya kurang dari 6 kg. Untuk memantau berat badan, terdapat
parameter yang disebut dengan indeks massa tubuh (IMT). Patokannya, bila :
IMT 20 24 = normal IMT 25 29 = kegemukan (overweight) IMT lebih dari 30 =
obesitas IMT kurang dari 18 = terlalu keras
Jadi, jika IMT Anda 20-24, maka kenaikan bobot tubuh selama kehamilan antara
12,5 kg-18 kg, dan seterusnya. Umumnya, kenaikan pada trimester awal sekitar 1
kg/bulan. Sedangkan, pada trimester akhir pertambahan bobot bisa sekitar 2
kg/bulan(9).
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi end-diastolik
yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.
F. GAMBARAN KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit
keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang
tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan
atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup
untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski
pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor
genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan
(KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini sering
berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT yang muncul
terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT,
pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke
plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat
berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami
kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan berikut :
Nilai APGAR rendah (suatu penilaian untuk menolong identifikasi adaptasi bayi
segera setelah lahir)
G. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang
mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah
membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah
ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien
PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal.
Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil,
diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan
riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan
pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan
taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang didapatkan pada
pemeriksaan tersebut disesuaikan dengan usia gestasinya. Pertumbuhan janin yang
suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT.
Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling
efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi
terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan
adalah :
1. PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera
dilahirkan
2. PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan
bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban)
atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom
serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan
nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi
dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat
membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat
dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin
termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin
menggunakan USG setiap 3-4minggu
b. Tatalaksana khusus : pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan,
hanya terapi suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi
ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok
berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan
c. Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin prematur.
Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi
setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta
perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan.
Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT
karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang
diperparah dengan proses melahirkan
3. Kondisi bayi. Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal (kekurangan
oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap cairan mekonium). PJT
yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu tubuh turun) dan hipoglikemia
(gula darah berkurang). Pada umumnya PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat
mengakibatkan pertumbuhan bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin
dengan PJT asimetris lebih dapat catch-up pertumbuhan setelah dilahirkan(10).
H. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti
diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang
serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya;
makan makanan yang bergizi tinggi; tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan
narkotik; mengurangi stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup.
Suplementasi dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi.
Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit kronik
pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik(10).
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu
hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat.
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa
ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan.
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan.
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.
4. Olah raga teratur.
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi
keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.
6. Periksakan kehamilan secara rutin.
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu
dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui
sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4
minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36,
pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan
pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin
besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi,
pemeriksaan harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia
kehamilan(9).
I. KOMPLIKASI
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat menyebabkan bahaya
bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini disebabkan karena terjadinya
kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak lancar pada janin. Jika ternyata
hambatan tersebut masih bisa di tangani kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan
dokter, sebaliknya jika sudah tidak bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan
dengan memaksa bayi untuk dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya (9).
Komplikasi pada PJT dapat terjadi pada janin dan ibu :
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Intranatal : hipoksia dan asidosis
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi
mekonium
DIC
Hipotermi
Perdarahan
pada paru
Polisitemia
Hiperviskositas
Gangguan
sindrom
gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari lambat dari sejak
kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak bayi lahir di mana terdapat
kegagalan neurologi dan intelektualitas. Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang
disebabkan oleh infeksi kongenital dan kelainan kromosom.(5)
2. Ibu
Preeklampsi
Penyakit
jantung
Malnutrisi
(4)
J. PROGNOSIS
Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati (stillbirth)
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanakkanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat,
meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering.
Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol
kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan
saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang
paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada dokter, bidan, atau
perawat(11)
Pada kasus PJT bayi lahir dengan asphyxia, meconium aspiration, hipoglikemi,
hipotermi, polisitemi yang semua hal ini menyebabkan kelainan neurologi baik pada bayi
cukup bulan atau kurang bulan.(5,6)
Resiko kematian pada kehamilan kurang bulan akibat PJT lebih tinggi daripada
kehamilan cukup bulan. Kematian terutama diakibatkan oleh infeksi virus, kelainan
kromosom, penyakit ibu, insufisiensi plasenta, atau akibat faktor lingkungan dan sosial
ekonomi.(4)
BAB III
KESIMPULAN
1.
Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT) ialah janin dengan berat badan di bawah presentil ke10 pada standard intrauterine growth chart of low birth weight untuk masa kehamilan, dan
mengacu kepada suatu kondisi dimana janin tidak dapat mencapai ukuran genetik yang
optimal. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia
2.
3.
4.
janin.
Diagnosis PJT dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik,
5.
pemeriksaan
atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanakkanak nantinya.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Wikojosastro H, Abdul Bari Saifuddin, Triatmojo Rachimhadhi. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Kebidanan, edisi ke 5. Jakarta; Balai Penerbit FKUI. 1999: 781-83.
2.
Resnik R. High Risk Pregnancy. In: Emedicine journal obstetrics and gynekology. Volume
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Oktober 2008.
Pertumbuhan Janin Terhambat. Dalam http://www.botefilia.com. Diakses tanggal 14
9.
Januari 2009.
Waspadai Pertumbuhan Janin Terlambat (PJT). Dalam http://www.kafebalita.com. Diakses
xxxxx